Daftar isi....................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Pustaka..2
1.2 Resusitasi Jantung Paru...................................................................... 4
BAB II HASIL PERCOBAAN
2.1 Pertanyaan.......................................................................................... 13
2.2 Jawaban.............................................................................................. 14
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat......................................... 15
3.1.1 Napas Buatan............................................................................. 15
3.1.2 Resusitasi Jantung Paru............................................................. 15
3.2 Perbedaan RJP tahun 2005 dan 2010. 16
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan........................................................................................ 20
Daftar pustaka.............................................................................................. 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tinjauan Pustaka
Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang terletak di
rongga dada dibawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum.
Ukuran jantung lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan. Jantung
mempunyai empat ruang yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, dan
ventrikel kiri. Atrium adalah ruangan sebelah atas jantung dan berdinding tipis,
sedangkan ventrikel adalah ruangan sebelah bawah jantung. dan mempunyai
dinding lebih tebal karena harus memompa darah ke seluruh tubuh. Atrium kanan
berfungsi sebagai penampung darah rendah oksigen dari seluruh tubuh. Atrium
kiri berfungsi menerima darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan mengalirkan
darah tersebut ke paru-paru. Ventrikel kanan berfungsi menerima darah dari
atrium kanan dan memompakannya ke paru-paru.ventrikel kiri berfungsi untuk
memompakan darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh. Jantung juga terdiri dari
tiga lapisan yaitu lapisan terluar yang merupakan selaput pembungkus disebut
epikardium, lapisan tengah merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otototot jantung disebut miokardium dan lapisan terluar yang terdiri jaringan endotel
disebut endokardium. Resusitasi jantung paru adalah serangkaian usaha
penyelamatan hidup pada henti jantung. Walaupun pendekatan yang dilakukan
dapat berbeda-beda, tergantungpenyelamat, korban dan keadaan sekitar, tantangan
mendasar tetap ada, yaitubagaimana melakukan RJP yang lebih dini, lebih cepat
dan lebih efektif. Untuk menjawabnya, pengenalan akan adanya henti jantung dan
tindakan segera yang harus dilakukan menjadi prioritas dari tulisan ini. Henti
jantung menjadi penyebab utama kematian di beberapa negara walaupun usaha
untuk melakukan resusitasi tidak selalu berhasil, lebih banyak nyawa yang hilang
akibat tidak dilakukannya resusitasi. Sebagian besar korban henti jantung adalah
orang dewasa, tetapi ribuan bayi dan anak juga mengalaminya setiap tahun. Henti
jantung akan tetap menjadi penyebab utama kematian yang prematur, dan
perbaikan kecil dalam usaha penyelamatannya akan menjadi ribuan nyawa yang
dapat diselamatkan setiap tahun.Bantuan hidup dasar boleh dilakukan oleh orang
awam dan juga orang yang terlatih dalam bidang kesihatan. Ini bermaksud bahwa
RJP boleh dilakukan dan dipelajari dokter, perawat, para medis dan juga orang
awam.Menurut American Heart Association, rantai kehidupan mempunyai
hubungan erat dengan tindakan resusitasi jantung paru, kerana penderita yang
diberikan RJP, mempunyai kesempatan yang amat besar untuk dapat hidup
kembali.
1.2 Resusitasi Jantung Paru
Resusitasi Jantung Paru Adalah Suatu usaha untuk mengembalikan fungsi
pernafasan dan atau fungsi jantung serta menangani akibat-akibat berhentinya
fungsi-fungsi tersebut pada orang yang tidak diharapkan mati pada saat itu. Dalam
arti luas resusitasi merupakan segala bentuk usaha medis, yang dilakukan terhadap
mereka yang berada dalam keadaan gawat atau kritis, untuk mencegah kematian.
Kematian di dalam klinik diartikan sebagai hilangnya kesadaran dan semua
refleks, disertai berhentinya pernafasan dan peredaran darah yang ireversibel.
Oleh karena itu resusitasi merupakan segala usaha untuk mengembalikan fungsi
sistem pernafasan, peredaran darah dan saraf, yang terhenti atau terganggu
sedemikain rupa sehingga fungsinya dapat berhenti sewaktu-waktu, agar kembali
menjadi normal seperti semula. (Safar P. Resusitasi Jantung Paru Otak. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal: 4, 1984.)
Tanda-tanda serangan jantung mencakup :
1. Di dada terasa adanya tekanan mendadak, terasa penuh atau agak sakit di
bagian tengahnya, yang berlangsung beberapa menit. Kadang-kadang
perasaan tersebut berulang kembali.
2. Sakit yang bermula dari bagian tengah dada, kemudian menyebar ke
pundak, leher, dan lengan.
3. Rasa tidak enak di dada, diikuti pusing, berkeringat dingin, mau muntah
dan nafas pendek.
4. Sakit di dada pada waktu melakukan aktivitas atau sedang emosi yang
biasanya segera hilang bila istirahat atau relaks.
Ada beberapa cara pernafasan buatan, tetapi yang paling sering digunakan
adalah dari mulut ke mulut
a. Pernafasan dari mulut ke mulut
Cara ini pada umumnya dipergunakan untuk menolong bayi dan anak-anak
kecil. Tetapi karena ternyata efektif, kini merupakan cara yang paling
dianjurkan untuk setiap korban yang memerlukan.
Caranya:
1) Telentangkan korban dan kemudian dorong kepalanya kebelakang
hingga dagunya tegak ke atas. Pada penderita patah tulang leher, kepala
tidak boleh didorong menengadah. Cukup diberi bantal di bawah
lehernya.
2) Dorong dagunya sehingga mulut korban terbuka sedikit. Bersihkan
mulut tersebut dari kotoran yang menghalangi.
3) Mulut penolong dibuka lebar dan diletakkan ke mulut korban. Dan
bersamaan dengan itu, hidung korban dipencet rapat-rapat.
4) Bila mulut korban cedera atau terkunci, penolong meletakkan mulutnya
di hidung korban. Dalam hal itu, harus dijaga agar mulut korban tetap
dalam keadaan tertutup rapat.
5) Kemudian hembuslah kuat-kuat ke dalam saluran nafas korban.
Selanjutnya, angkatlah mulut anda untuk memberi jalan bagi arus hawa
yang keluar dari mulut korban. Kemudian ulangi lagi usaha tadi. Untuk
dewasa, hembusan dilakukan dengan kecepatan 12 kali dalam semenit
dan kuat. Untuk anak, berikan hembusan pendek dengan kecepatan 20
kali per menit.
(Kartono Mohamad: Pertolongan Pertama. Hal.122)
2)
3)
2.
3.
4.
6. Gunakan jari anda untuk menjepit hidung pasien. Pada saat yang sama,
tetaplah menempatkan tangan anda yang lain di atas dahi agar kepala
tetap menengadah. Tarik nafas dalam dan rapatkan mulut anda pada
mulut pasien, beri dua hembusan dalam masing-masing 1-1,5 detik.jika
jalan nafas tersumba, kembalikan posisi kepala dan ulangi lagi. Jika
masih tersumbat, lakukan sentakan pada abdomen dengan posisi kepala
menengadah dan dagu terangkat, masukkan jari anda ke dalam mulut
untuk menyingkirkan sumbatan.
7. Periksa nadi dan pernafasannya. Gunakan arteri karotis yang terletak di
tepi trakhea untuk memeriksa denyutan selama 5-10 detik. Jika tidak
terdapat denyutan, lakukan kompresi dada.
8. Cari posisi yang tepat untuk meletakkan tumit tangan di atas sternum.
a) Cara tepi bawah tulang rusuk pasien di sisi yang dekat dengan anda.
Gunakan tangan yang paling dekat dengan kaki korban.
b) Dengan jari tengah dan telunjuk, telusuri tiap-tiap tulang rusuk sampai
ke cekungan dimana titik pertemuan antara tulang iga dengan sternum.
e) Letakkan tangan yang paling dekat dengan kaki di atas tangan yang
terletak di atas tulang dada.
10
11
14. Setelah anda memulai RJP, periksalah denyut nadi dan pernapasan setelah
menit pertama dan setiap beberapa menit setelahnya. Periksalah segera
setelah anda memberi pernapasan buatan. Jangan berhenti melakukan RJP
selama lebih dari 5 detik untuk memeriksa nadi dan pernapasan. Periksa
juga nadi pasien jika anda melihat adanya tanda-tanda kepulihan, seperti
gerakan-gerakan kecil, kembalinya gerak reflek seperti menelan, dan
kembalinya warna kulit menuju normal.
(Barbara R. Hegner & Esther Caldwell: Asisten Keperawatan Suatu
Pendekatan Proses Keperawatan. Hal.672)
Setelah melakukan pertolongan tersebut. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan
A-B-C-(D-H) yaitu A (Airway); B (Breathing); C (Circulation); serta D
(Disability) dan H (Hemorrhagie).
A. Airway control ( pembebasan jalan nafas)
Pada pasien yang tidak sadar umumnya terjadi sumbatan jalan napas oleh
lidah yang menutupi dinding posterior faring karena terjadi penurunan
tonus. Hal ini dapat diatasi dengan 3 cara :
a) Ekstensi kepala : ekstensikan kepala korban dengan satu tangan, bila
perlu ganjal bahu.
b) Ekstensi kepala dan mengangkat dagu : eksstensikan kepala dan
angkat dagu ke atas.
c) Ekstensi kepala dan mendorong mandibula : ekstensikan kepala,
pegang angulus mandibula pada kedua sisi, kemudian dorong ke
depan.
B. Breathing ( pernafasan )
Setelah jalan napas terbuka, segera nilai apakah korban dapat bernapas
spontan dengan merasakan aliran udara pada daun telinga (listen),
merasakan bunyi nafas dari hidung dan mulut korban (feel), dan
memperhatikan gerak napas pada dadanya (look).
C. Circulation ( tensi dan denyut nadi )
Pemberian
ventilasi buatan dan kompresi dada luar diperlukan pada keadaan henti
jantung. Aliran darah selama kompresi dada luar didasari oleh dua
12
BAB II
HASIL PERCOBAAN
2.1 Pertanyaan
1. Jelaskan mengapa mahasiswa fakultas kedokteran gigi memerlukan
pengetahuan tentang RJP ?
2. Apa yang anda lakukan pada saat anda menjumpai seseorang mengalami
pingsan setelah kecelakaan lalulintas ?. jelaskan !
3. Apa yang anda lakukan pada saat anda menjumpai seseorang mengalami
peristiwa tertelannya gigi tiruan jembatan? . Jelaskan.
4. Apa gunanya metode back blow di bidang kedokteran gigi ?
5. Apa gunanya metode Heimlich Manuever di bidang kedokteran gigi ?
6. Apa gunanya metode Chest Thrust di bidang kedokteran gigi ?
2.2 Jawaban
1. Karena sebagai tenaga medis yang kelak akan terjun di masyarakat tentu
harus siap dengan situasi apapun apalagi yang menyangkut kelangsungan
hidup seseorang. Seorang dokter gigi yang tidak bersedia datang untuk
memeriksa pasien gawat darurat yang dikonsul kepadanya dan kemudian
13
pasien meninggal dunia, maka dokter gigi bukan saja dianggap telah
melakukan malpraktek etik, tetapi juga malpraktek pidana, karena
kelalaiannya menyebabkan seseorang meninggal dunia. Karena seorang
dokter gigi seharusnya mampu :
a) Mengenali tanda-tanda serangan jantung.
b) Memberikan RJP dan dapat melakukannya untuk pertolonga n
pertama pada pasien.
c) Menghubungi Layanan Kedaruratan Medis (LKM).
2. Jika kita menjumpai seseorang mengalami pingsan setelah kecelakaan lalu
lintas, kita sebagai salah satu tenaga medis harus mencoba memberi
Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) dengan langkah awal yang
harus dilakukan ialah pengkajian korban, meliputi pernapasan korban dan
pered aran darahnya. Jika pasien tidak sadarkan diri, yang pertama
diperiksa ialah pernapasannya (dapat dilihat dari terangkatnya dada
ataupun dari pupil mata), kemudian diperiksa juga denyut nadinya melalui
arteri carotis communis yang ada di leher. jika memang dibutuhkan diberi
nafas buatan, segera dilakukan sambil tetap menghubungi Rumah
Sakit/Layanan Kesehatan Medis (LKM).
3. Ketika kita menemui pasien yang gigi tiruan jembatan tiba-tiba tertelan,
harus diberikan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD), yaitu
dengan melakukan metode back-blow ataupun metode hiemlich maneuver
jika gigi tiruan sudah tertelan mencapai abdomen.
4. Metode back blow menuever dibidang kedokteran gigi dapat dilakukan
jika tiba-tiba mendapati seorang pasien yang tersedak seperti gigi tiruan
tertelan, dan sebagainya sehingga menyumbat jalan nafas.
5. Hiemlich maneuver dilakukan jika metode back-blow maneuver tidak
berhasil mengeluarkan benda asing yang tertelan. Dengan kata lain metode
heimlich manuever dan back blow manuever memiliki fungsi yang sama,
namun pada hiemlich maneuver bagian yang ditekan ialah ulu hati,
sehingga dilakukan jika benda yang tertelan sudah mencapai abdomen.
14
15
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat
Pada percobaan ini, dilakukan dengan menggunakan manekin resusitasi.
Adapun kegiatan yang dilakukan, yaitu pemberian nafas buatan dan Resusitasi
Jantung Paru (RJP).
3.1.1 Nafas buatan
Pada saat percobaan pemberian nafas buatan yang pertama kali
dilakukan adalah menyiapkan kasa steril, lalu memposisikan kepala pasien
menengadah ke atas dan dagu juga ditarik ke atas agar jalan nafas terbuka.
Selanjutnya meletakkan mulut pada mulut manekin dan memberi nafas buatan.
3.1.2 Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Resusitasi atau reanimasi mengandung arti harfiah menghidupkan
kembali, dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu
episode henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Resusitasi jantung paru
adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi dan pernafasan
untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis.
Resusitasi jantung paru (RJP) atau juga dikenal dengan cardio pulmonier
resusitation (CPR) merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan
buatan.
Tujuan dari RJP adalah mengembalikan fungsi pernafasan dan atau
sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac
arrest) pada orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh suatu sebab yang
memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut
bekerja kembali.
Pada percobaan RJP ini yang pertama kali dilakukan adalah memposisikan
manekin dalam keadaan sejajar, cek saluran nafas, memposisikan lutut dalam dua
tumpuan , selanjutnya kedua telapak tangan di atas tulang dada (sternum) dan
16
menekannya dengan kuat. Jika tanda pada alat pembaca sudah berwarna hijau itu
tandanya Resusitasi Jantung Paru (RJP) berhasil dilakukan.
17
18
lagi akan dibutuhkan beberapa kali kompresi lagi agar aliran darah dapt mengalir
kembali.
AHA menyarankan agar secara terus menerus melakukan tekanan pada dada
sampai tenaga medis datang untuk menilai keadaan jantung.Jika sudah waktunya
dilakukan memberikan bantuan pernapasan 'mouth to mouth',segera dilakukan dan
sesegera pula lakukan tekanan pada dada.
Metode pengecekan nafas dilakukan menggunakan metode Look, Listen,
dan Feel.
Tanda keberhasilan RJP
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
19
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada percobaan yang telah dilaksanakan dipelajari diantaranya tahapan
dan cara yang harus diketahui dalam memberikan PPGD (Pertolongan Pertama
Gawat Darurat) pada pasien. Resusitasi jantung paru (RJP), atau juga dikenal
dengan cardio pulmonier resusitation (CPR), merupakan gabungan penyelamatan
pernapasan dengan kompresi dada eksternal. Resusitasi digolongkan dalam 3
bagian yaitu nafas bantuan, nafas buatan, pijat jantung. Pembebasan jalan nafas
dapat dilakukan dengan metode Back Blow Maneuver, Heimlich Maneuver, dan
Chest Thrust Maneuver.
Mahasiswa kedokteran gigi hendaknya wajib memiliki keterampilan dan
pemahaman yang baik tentang PPGD dan RJP karena sebagai tenaga medis
professional nantinya mahasiswa kedokteran gigi tersebut akan bertemu dengan
pasien dengan segala kondisi yang harus diselamatkan.
21
DAFTAR PUSTAKA
http://www.agung-skep-ns.co.cc/2010/08/resusitasi-jantung-paru-pada-
kegawatan.html
Sutoto, Alim, & Toni Hermanto.2014.Scout Book Materi Lengkap
Pramuka.Spirit Advertising
Hegner, Barbara R., & Esther Caldwell.2003.Asisten Keperawatan Suatu
Medik Dental dan Indra Rasa Kulit (Blok ST III) Edisi II.
Davey, Patrick.2005.At a Glance Medicine.Jakarta.Erlangga
Purwoko, Susi.2006. Pertolongan Pertama dan RJP pada Anak Ed.
4.Jakarta.Arcan
Soeharto, Iman.Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung Edisi
2.Jakarta.Erlangga
Mohamad, Kartono.2005.Pertolongsn Pertama.Jakarta.Gramedia
Fakultas Kedokteran UI.2000.Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid
2.Jakarta.Media Aesculapius
22