Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

Daftar isi....................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Pustaka..2
1.2 Resusitasi Jantung Paru...................................................................... 4
BAB II HASIL PERCOBAAN
2.1 Pertanyaan.......................................................................................... 13
2.2 Jawaban.............................................................................................. 14
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat......................................... 15
3.1.1 Napas Buatan............................................................................. 15
3.1.2 Resusitasi Jantung Paru............................................................. 15
3.2 Perbedaan RJP tahun 2005 dan 2010. 16
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan........................................................................................ 20
Daftar pustaka.............................................................................................. 21

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tinjauan Pustaka
Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang terletak di
rongga dada dibawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum.
Ukuran jantung lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan. Jantung
mempunyai empat ruang yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, dan
ventrikel kiri. Atrium adalah ruangan sebelah atas jantung dan berdinding tipis,
sedangkan ventrikel adalah ruangan sebelah bawah jantung. dan mempunyai
dinding lebih tebal karena harus memompa darah ke seluruh tubuh. Atrium kanan
berfungsi sebagai penampung darah rendah oksigen dari seluruh tubuh. Atrium
kiri berfungsi menerima darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan mengalirkan
darah tersebut ke paru-paru. Ventrikel kanan berfungsi menerima darah dari
atrium kanan dan memompakannya ke paru-paru.ventrikel kiri berfungsi untuk
memompakan darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh. Jantung juga terdiri dari
tiga lapisan yaitu lapisan terluar yang merupakan selaput pembungkus disebut
epikardium, lapisan tengah merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otototot jantung disebut miokardium dan lapisan terluar yang terdiri jaringan endotel
disebut endokardium. Resusitasi jantung paru adalah serangkaian usaha
penyelamatan hidup pada henti jantung. Walaupun pendekatan yang dilakukan
dapat berbeda-beda, tergantungpenyelamat, korban dan keadaan sekitar, tantangan
mendasar tetap ada, yaitubagaimana melakukan RJP yang lebih dini, lebih cepat
dan lebih efektif. Untuk menjawabnya, pengenalan akan adanya henti jantung dan
tindakan segera yang harus dilakukan menjadi prioritas dari tulisan ini. Henti
jantung menjadi penyebab utama kematian di beberapa negara walaupun usaha
untuk melakukan resusitasi tidak selalu berhasil, lebih banyak nyawa yang hilang
akibat tidak dilakukannya resusitasi. Sebagian besar korban henti jantung adalah
orang dewasa, tetapi ribuan bayi dan anak juga mengalaminya setiap tahun. Henti
jantung akan tetap menjadi penyebab utama kematian yang prematur, dan
perbaikan kecil dalam usaha penyelamatannya akan menjadi ribuan nyawa yang

dapat diselamatkan setiap tahun.Bantuan hidup dasar boleh dilakukan oleh orang
awam dan juga orang yang terlatih dalam bidang kesihatan. Ini bermaksud bahwa
RJP boleh dilakukan dan dipelajari dokter, perawat, para medis dan juga orang
awam.Menurut American Heart Association, rantai kehidupan mempunyai
hubungan erat dengan tindakan resusitasi jantung paru, kerana penderita yang
diberikan RJP, mempunyai kesempatan yang amat besar untuk dapat hidup
kembali.
1.2 Resusitasi Jantung Paru
Resusitasi Jantung Paru Adalah Suatu usaha untuk mengembalikan fungsi
pernafasan dan atau fungsi jantung serta menangani akibat-akibat berhentinya
fungsi-fungsi tersebut pada orang yang tidak diharapkan mati pada saat itu. Dalam
arti luas resusitasi merupakan segala bentuk usaha medis, yang dilakukan terhadap
mereka yang berada dalam keadaan gawat atau kritis, untuk mencegah kematian.
Kematian di dalam klinik diartikan sebagai hilangnya kesadaran dan semua
refleks, disertai berhentinya pernafasan dan peredaran darah yang ireversibel.
Oleh karena itu resusitasi merupakan segala usaha untuk mengembalikan fungsi
sistem pernafasan, peredaran darah dan saraf, yang terhenti atau terganggu
sedemikain rupa sehingga fungsinya dapat berhenti sewaktu-waktu, agar kembali
menjadi normal seperti semula. (Safar P. Resusitasi Jantung Paru Otak. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal: 4, 1984.)
Tanda-tanda serangan jantung mencakup :
1. Di dada terasa adanya tekanan mendadak, terasa penuh atau agak sakit di
bagian tengahnya, yang berlangsung beberapa menit. Kadang-kadang
perasaan tersebut berulang kembali.
2. Sakit yang bermula dari bagian tengah dada, kemudian menyebar ke
pundak, leher, dan lengan.
3. Rasa tidak enak di dada, diikuti pusing, berkeringat dingin, mau muntah
dan nafas pendek.
4. Sakit di dada pada waktu melakukan aktivitas atau sedang emosi yang
biasanya segera hilang bila istirahat atau relaks.

5. Detak jantung tiba-tiba amat cepat atau iramanya tidak normal.


6. Rasa pusing amat berat yang sebabnya tidak jelas.
7. Kelemahan mendadak pada lengan, kaki atau setengah bagian tubuh. Tidak
dapat bicara dan sulit berkomunikasi.
(Iman Soeharto: Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung Edisi 2.
Hal.58)
1.2.1 Prinsip utama yang mendasari RJP adalah :
1. Ketepatan, terapi ditujukan untuk mengembalikan pasien pada kehidupan
yang berkualitas. Jika ini tidak memungkinkan, pertimbangkan apakah
RJP tidak perlu dilakukan. Perintah untuk jangan berusaha melakukan
resusitasi (do not attempt resuscitate [DNAR])
2. Kecepatan, setelah kegagalan sirkulasi atau/total terjadi hipoksia vena
dalam waktu 3-4 menit (kecuali ada hipotermia berat). Selanjutnya, segera
terjadi anoksia jantung yang menghambat pemulihan sirkulasi. Hukuman
bagi diagnosis dan terapi yang tidak tepat dan atau terlambat adalah
kematian pasien.
3. Minta bantuan tambahan sesegera mungkin.
4. Lakukan penilaian jalan nafas, pernafasan, sirkulasi, (Airway, Breathing,
Circulation) atau ABC dan terapkan algoritma bantuan hidup dasar (BHD)
(Dasar = tidak menggunakan alat). Jika korban tidak memberi respon
terhadap goyangan/teriakan, balikkan badannya, buka dan lakukan
inspeksi jalan napas. Singkirkan sumbatan. Tentukan dalam 10 detik
apakah pasien bernapas normal :
1) Lihat gerakan dada
2) Dengarkan suara napas pada mulut pasien
3) Rasakan udara pada pipi anda
5. Bantuan hidup lanjut (bila alatnya tersedia): lakukan BHD, tempelkan
elektroda EKG dan diagnosislah irama jantung.
6. Hentikan RJP, setelah konsultasi dengan anggota tim lainnya, bila
keadaannya tidak bisa disembuhkan, berdasarkan lamanya RJP dan apakah

pernah mencapai sirkulasi stabil. Dilatasi pupil tidak bisa dipercaya


sebagai tanda kerusakan otak irreversibel.
(Patrick Davey: At a Glance Medicine. Hal.131)
1.2.2 Prosedur Resusitasi Jantung Paru (RJP)
RJP dapat digolongkan dalam 3 macam cara yaitu pemberian (A) nafas
bantuan, (B) nafas buatan, (C) pijat jantung.
A. Nafas Bantuan
Nafas bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk
menormalkan frekuensi nafas pasien yang dibawah normal (frekuensi nafas
orang dewasa muda adalah 12-20 kali per menit). Jika frekuensi nafas : 6 kali
per menit, maka harus diberi nafas bantuan di sela setiap nafas spontan sehingga
total nafas per menitnya menjadi normal (12-20 kali).
B. Nafas Buatan
Nafas buatan adalah cara melakukan nafas buatan yang sama dengan nafas
bantuan, tetapi nafas buatan diberikan pada pasien yang mengalami nafas
berhenti. Jika nafas berhenti, tubuh kita tidak mendapatkan zat asam yang
diperlukan, dan tidak dapat membuang zat asam arang yang berlebihan. Nafas
dapat terhenti apabila:
a. Jalan nafas tersumbat oleh air, darah atau kotoran. Misalnya pada orang
yang tenggelam, muntah-muntah, atau tersedak.
b. Jalan nafas membengkak karena keracunan gas yang merangsang.
c. Kelumpuhan alat pernafasan, misalnya pada orang yang tersambar petir,
terkena arus listrik, atau keracunan beberapa jenis gas.
Untuk mengembalikan fungsi pernafasan pada korban tersebut, pernafasan
buatan perlu segera diberikan. Pada prinsipnya, pernafasan buatan harus
dilaksanakan selekas mungkin. Yaitu sebelum jantung berhenti berdenyut dan
sebelum jaringan otak rusak karena kekurangan zat asam.
5

Ada beberapa cara pernafasan buatan, tetapi yang paling sering digunakan
adalah dari mulut ke mulut
a. Pernafasan dari mulut ke mulut
Cara ini pada umumnya dipergunakan untuk menolong bayi dan anak-anak
kecil. Tetapi karena ternyata efektif, kini merupakan cara yang paling
dianjurkan untuk setiap korban yang memerlukan.
Caranya:
1) Telentangkan korban dan kemudian dorong kepalanya kebelakang
hingga dagunya tegak ke atas. Pada penderita patah tulang leher, kepala
tidak boleh didorong menengadah. Cukup diberi bantal di bawah
lehernya.
2) Dorong dagunya sehingga mulut korban terbuka sedikit. Bersihkan
mulut tersebut dari kotoran yang menghalangi.
3) Mulut penolong dibuka lebar dan diletakkan ke mulut korban. Dan
bersamaan dengan itu, hidung korban dipencet rapat-rapat.
4) Bila mulut korban cedera atau terkunci, penolong meletakkan mulutnya
di hidung korban. Dalam hal itu, harus dijaga agar mulut korban tetap
dalam keadaan tertutup rapat.
5) Kemudian hembuslah kuat-kuat ke dalam saluran nafas korban.
Selanjutnya, angkatlah mulut anda untuk memberi jalan bagi arus hawa
yang keluar dari mulut korban. Kemudian ulangi lagi usaha tadi. Untuk
dewasa, hembusan dilakukan dengan kecepatan 12 kali dalam semenit
dan kuat. Untuk anak, berikan hembusan pendek dengan kecepatan 20
kali per menit.
(Kartono Mohamad: Pertolongan Pertama. Hal.122)

Tindakan resusitasi perlu diperhatikan bila :


1)

Denyut nadi arteri mulai teraba

2)

Mulai timbul pernafasan spontan

3)

Secara bertahap kesadaran penderita pulih kembali


Tindakan resusitasi perlu dihentikan :
Bila tindakan RJP efektif telah berlangsung 30 menit, tetapi kriteria
dibawah ini masih dijumpai yaitu

1) Ketidak sadaran menetap


2) Tidak timbul pernafasan spontan
3) Denyut nadi tidak teraba
4) Pupil berdilatasi dan menetap
5) Denyut nadi karotis telah teraba
Maka hal itu biasanya menunjukkan kematian serebal, atau pasien sudah
menunjukkan tanda kematian, sehingga resusitasi selanjutnya dipandang
sudah tidak berguna lagi.
C. Pijat Jantung
Pijat jantung adalah usaha untuk memaksa jantung memompa darah
ke seluruh tubuh. Pijat jantung dilakukan pada korban dengan nadi karotis
yang tidak teraba. Pijat jantung umumnya dikombinasi dengan nafas buatan.
Prosedur standar RJP
1.

Periksa kesadaran pasien.

2.

Beri tanda permintaan bantuan.

3.

Baringkan pasien pada posisi telentang.

4.

Berlututlah di samping bahu pasien dan dongakkan kepala pasien ke


belakang dan angkat dagu untuk membuka jalan nafas.

5. Periksa pernafasan pasien dengan mendekatkan telinga anda ke mulut


pasien untuk mendengarkan bunyi nafasnya, rasakan pernafasannya pada
pipi anda, dan perhatikan gerakan dada selama 3-5 detik.

6. Gunakan jari anda untuk menjepit hidung pasien. Pada saat yang sama,
tetaplah menempatkan tangan anda yang lain di atas dahi agar kepala
tetap menengadah. Tarik nafas dalam dan rapatkan mulut anda pada
mulut pasien, beri dua hembusan dalam masing-masing 1-1,5 detik.jika
jalan nafas tersumba, kembalikan posisi kepala dan ulangi lagi. Jika
masih tersumbat, lakukan sentakan pada abdomen dengan posisi kepala
menengadah dan dagu terangkat, masukkan jari anda ke dalam mulut
untuk menyingkirkan sumbatan.
7. Periksa nadi dan pernafasannya. Gunakan arteri karotis yang terletak di
tepi trakhea untuk memeriksa denyutan selama 5-10 detik. Jika tidak
terdapat denyutan, lakukan kompresi dada.

8. Cari posisi yang tepat untuk meletakkan tumit tangan di atas sternum.
a) Cara tepi bawah tulang rusuk pasien di sisi yang dekat dengan anda.
Gunakan tangan yang paling dekat dengan kaki korban.
b) Dengan jari tengah dan telunjuk, telusuri tiap-tiap tulang rusuk sampai
ke cekungan dimana titik pertemuan antara tulang iga dengan sternum.

c) Tempatkan jari telunjuk pada ujung sternum.

d) Letakkan tumit tangan yang paling dekat kepala korban di atas


sternum, di sebelah jari telunjuk. Biarkan jari-jari anda teregang dan
tidak menempel pada dada.

e) Letakkan tangan yang paling dekat dengan kaki di atas tangan yang
terletak di atas tulang dada.

f) Silangkan jari-jari anda-tanpa menempel pada dada, atau posisi jari


lurus dan tidak menempel pada dada.
g) Luruskan siku dan bahu anda. Tekanlah tegak lurus ke bawah dengan
tumit tangan.

10

9. Lakukan 30 kali kompresi sebagai berikut:


1) Berlutut dan jangan bertumpu pada tumit.
2) Posisikan lutut anda selebar bahu.
3) Jaga agar tangan lurus dan bahu tegak lurus tepat di atas tangan
4) Membungkuklah ke depan, gunakan tumit tangan untuk menekan
mendorong ke bawah dan menekan sternum 2,5-5 cm. Jaga agar jarijari tangan anda tidak menyentuh tulang rusuk pasien.
5) Hitunglah dalam hati sati-dan-dua-dan-tiga-dan,,, dengn sekali
kompresi untuk membantu anda tetap melakukan kompresi dengan
kecepatan yang benar. Lepaskan tekanan sepenuhnya setiap kali sehabis
melakukan satu kali kompresi aagar dada dapat kembali ke posisi
normalnya. Berikan waktu yang sama baik untuk kompresi atau untuk
melepaskan. Jangan mengangkat tangan anda dari dada.
10. Setelah 15 menit kompresi, buka jalan nafas dan beri dua kali pernapasan.
11. Ulangi langkah 9 dan 10 sebanyak 4 kali siklus.
12. Periksa kembalinya denyut nadi selama 5 detik dan pernapasan.
13. Jika tidak denyut dan pernapasan tetap tidak ada, ulangi langkah 11 dan 12.

11

14. Setelah anda memulai RJP, periksalah denyut nadi dan pernapasan setelah
menit pertama dan setiap beberapa menit setelahnya. Periksalah segera
setelah anda memberi pernapasan buatan. Jangan berhenti melakukan RJP
selama lebih dari 5 detik untuk memeriksa nadi dan pernapasan. Periksa
juga nadi pasien jika anda melihat adanya tanda-tanda kepulihan, seperti
gerakan-gerakan kecil, kembalinya gerak reflek seperti menelan, dan
kembalinya warna kulit menuju normal.
(Barbara R. Hegner & Esther Caldwell: Asisten Keperawatan Suatu
Pendekatan Proses Keperawatan. Hal.672)
Setelah melakukan pertolongan tersebut. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan
A-B-C-(D-H) yaitu A (Airway); B (Breathing); C (Circulation); serta D
(Disability) dan H (Hemorrhagie).
A. Airway control ( pembebasan jalan nafas)
Pada pasien yang tidak sadar umumnya terjadi sumbatan jalan napas oleh
lidah yang menutupi dinding posterior faring karena terjadi penurunan
tonus. Hal ini dapat diatasi dengan 3 cara :
a) Ekstensi kepala : ekstensikan kepala korban dengan satu tangan, bila
perlu ganjal bahu.
b) Ekstensi kepala dan mengangkat dagu : eksstensikan kepala dan
angkat dagu ke atas.
c) Ekstensi kepala dan mendorong mandibula : ekstensikan kepala,
pegang angulus mandibula pada kedua sisi, kemudian dorong ke
depan.
B. Breathing ( pernafasan )
Setelah jalan napas terbuka, segera nilai apakah korban dapat bernapas
spontan dengan merasakan aliran udara pada daun telinga (listen),
merasakan bunyi nafas dari hidung dan mulut korban (feel), dan
memperhatikan gerak napas pada dadanya (look).
C. Circulation ( tensi dan denyut nadi )
Pemberian
ventilasi buatan dan kompresi dada luar diperlukan pada keadaan henti
jantung. Aliran darah selama kompresi dada luar didasari oleh dua

12

mekanisme yang berbeda, yaitu kompresi jantung antara sternum dan


tulang belakang serta perubahan tekanan intratoraks global.
D. Evaluation
a. Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi, dan pernapasan setiap 2 siklus
RJP (30 kali pijat jantung dan 2 kali nafas buatan)
b. Jika nadi tidak teraba, dilanjutkan RJP (30 kali pijat jantung dan 2
kali nafas buatan)
c. Jika nadi dan nafas ada, korban diletakkan pada posisi recovery
d. Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi, dan pernapasan tiap beberapa
menit
e. Bila nadi tidak teraba dan nafas tidak ada, tetap lakukan RJP sampai
bantuan datang

BAB II
HASIL PERCOBAAN
2.1 Pertanyaan
1. Jelaskan mengapa mahasiswa fakultas kedokteran gigi memerlukan
pengetahuan tentang RJP ?
2. Apa yang anda lakukan pada saat anda menjumpai seseorang mengalami
pingsan setelah kecelakaan lalulintas ?. jelaskan !
3. Apa yang anda lakukan pada saat anda menjumpai seseorang mengalami
peristiwa tertelannya gigi tiruan jembatan? . Jelaskan.
4. Apa gunanya metode back blow di bidang kedokteran gigi ?
5. Apa gunanya metode Heimlich Manuever di bidang kedokteran gigi ?
6. Apa gunanya metode Chest Thrust di bidang kedokteran gigi ?
2.2 Jawaban
1. Karena sebagai tenaga medis yang kelak akan terjun di masyarakat tentu
harus siap dengan situasi apapun apalagi yang menyangkut kelangsungan
hidup seseorang. Seorang dokter gigi yang tidak bersedia datang untuk
memeriksa pasien gawat darurat yang dikonsul kepadanya dan kemudian

13

pasien meninggal dunia, maka dokter gigi bukan saja dianggap telah
melakukan malpraktek etik, tetapi juga malpraktek pidana, karena
kelalaiannya menyebabkan seseorang meninggal dunia. Karena seorang
dokter gigi seharusnya mampu :
a) Mengenali tanda-tanda serangan jantung.
b) Memberikan RJP dan dapat melakukannya untuk pertolonga n
pertama pada pasien.
c) Menghubungi Layanan Kedaruratan Medis (LKM).
2. Jika kita menjumpai seseorang mengalami pingsan setelah kecelakaan lalu
lintas, kita sebagai salah satu tenaga medis harus mencoba memberi
Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) dengan langkah awal yang
harus dilakukan ialah pengkajian korban, meliputi pernapasan korban dan
pered aran darahnya. Jika pasien tidak sadarkan diri, yang pertama
diperiksa ialah pernapasannya (dapat dilihat dari terangkatnya dada
ataupun dari pupil mata), kemudian diperiksa juga denyut nadinya melalui
arteri carotis communis yang ada di leher. jika memang dibutuhkan diberi
nafas buatan, segera dilakukan sambil tetap menghubungi Rumah
Sakit/Layanan Kesehatan Medis (LKM).
3. Ketika kita menemui pasien yang gigi tiruan jembatan tiba-tiba tertelan,
harus diberikan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD), yaitu
dengan melakukan metode back-blow ataupun metode hiemlich maneuver
jika gigi tiruan sudah tertelan mencapai abdomen.
4. Metode back blow menuever dibidang kedokteran gigi dapat dilakukan
jika tiba-tiba mendapati seorang pasien yang tersedak seperti gigi tiruan
tertelan, dan sebagainya sehingga menyumbat jalan nafas.
5. Hiemlich maneuver dilakukan jika metode back-blow maneuver tidak
berhasil mengeluarkan benda asing yang tertelan. Dengan kata lain metode
heimlich manuever dan back blow manuever memiliki fungsi yang sama,
namun pada hiemlich maneuver bagian yang ditekan ialah ulu hati,
sehingga dilakukan jika benda yang tertelan sudah mencapai abdomen.

14

6. Sama seperti back-blow manuever dan hiemlich maneuver, chest thrust


maneuver juga dilakukan dan biasanya dipadukan dengan back-blow
untuk mengeluarkan benda asing yang tertelan.

15

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat
Pada percobaan ini, dilakukan dengan menggunakan manekin resusitasi.
Adapun kegiatan yang dilakukan, yaitu pemberian nafas buatan dan Resusitasi
Jantung Paru (RJP).
3.1.1 Nafas buatan
Pada saat percobaan pemberian nafas buatan yang pertama kali
dilakukan adalah menyiapkan kasa steril, lalu memposisikan kepala pasien
menengadah ke atas dan dagu juga ditarik ke atas agar jalan nafas terbuka.
Selanjutnya meletakkan mulut pada mulut manekin dan memberi nafas buatan.
3.1.2 Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Resusitasi atau reanimasi mengandung arti harfiah menghidupkan
kembali, dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu
episode henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Resusitasi jantung paru
adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi dan pernafasan
untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis.
Resusitasi jantung paru (RJP) atau juga dikenal dengan cardio pulmonier
resusitation (CPR) merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan
buatan.
Tujuan dari RJP adalah mengembalikan fungsi pernafasan dan atau
sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac
arrest) pada orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh suatu sebab yang
memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut
bekerja kembali.
Pada percobaan RJP ini yang pertama kali dilakukan adalah memposisikan
manekin dalam keadaan sejajar, cek saluran nafas, memposisikan lutut dalam dua
tumpuan , selanjutnya kedua telapak tangan di atas tulang dada (sternum) dan

16

menekannya dengan kuat. Jika tanda pada alat pembaca sudah berwarna hijau itu
tandanya Resusitasi Jantung Paru (RJP) berhasil dilakukan.

3.2 Setelah mengevaluasi dari berbagai penelitian selama lima tahun


terakhir,AHA mengeluarkan suatu 'Panduan Resusitasi Jantung Paru (RJP) 2010'.
Hal utama pada RJP 2010 ini adalah pada kualitas kompresi dada. Perbedaan
antara 'Panduan RJP 2005 dengan Panduan RJP 2010' adalah sebagai berikut :
1. ABC berubah menjadi CAB
Pada pedoman sebelumnya (tahun 2005) yang dipergunakan adalah ABC :
Airway, Breathing dan Chest Compressions,yaitu Membuka jalan napas,Memberi
bantuan pernapasan dan Kompresi dada. Pada pedoman yang terbaru (tahun
2010),Kompresi Dada didahulukan dari yang lainnya,baru kemudian Membuka
jalan napas dan Memberi bantuan pernapasan.
Dengan memulai kompresi dada terlebih dahulu diharapkan akan memompa darah
yang masih mengandung oksigen ke otak dan jantung sesegera mungkin,karena
beberapa menit setelah terjadinya henti jantung masih terdapat kandungan oksigen
di dalam paru-paru dan sirkulasi darah.
Kompresi dada dilakukan pada tahap awal selama 30 detik sebelum melakukan
pembukaan jalan napas dan melakukan pemberian napas buatan.
Untuk pada bayi yang baru lahir tetap memakai pedoman ABC,jadi pada bayi
yang baru lahir tidak terjadi perubahan. Pedoman CAB hanya berlaku pada
bayi,anak dan dewasa.
2. Tidak ada lagi Look,Listen dan Feel
Dalam menyelamatkan seseorang yang mengalami henti jantung adalah dengan
bertindak dengan segera dan cepat,sehingga tidak perlu dilakukannya lagi suatu
penilaian. Segera hubungi ambulan ketika melihat ada korban yang tidak sadarkan
diri dan terlihat adanya gangguan pernapasan.
Jika dilakukan suatu penilaian bahwa korban masih bernafas atau tidak,itu boleh
saja akan tetapi perlu dipikirkan bahwa dengan melakukan tindakan Look,Listen

17

dan Feel,ini akan menghabiskan waktu yang ada.


3. Melakukan Kompresi Dada lebih dalam
Jika pada pedoman sebelumnya (tahun 2005) dalam menekan dada adalah 1,5
sampai 2 inchi,maka pada pedoman yang baru (tahun 2010) AHA
merekomendasikan untuk menekan dada sedalam 2 inchi.
4. Melakukan Kompresi Dada lebih cepat
AHA merekomendasikan agar melakukan tekanan dengan menekan dada minimal
sebesar 100 kompresi dalam waktu 1 menit atau dengan kata lain 30 kompresi
dalam waktu 18 detik.
Perbandingan kompresi berubah dari 15 : 2 menjadi 30 :2
5. Hands only CPR
AHA tetap merekomendasikan melakukan RJP seperti ini pada 2008 karena AHA
berharap agar penolong yang tidak terlatih untuk melakukan Hands only CPR
pada korban dewasa yang sedang dihadapinya dimana korban dalam keadaan
tidak sadarkan diri.
Bagaimana jika korbannya bukan orang dewasa sedangkan yang menjadi
penolong bukan orang yang terlatih?Saran dari AHA : tetap lakukan hands only
CPR,karena lebih baik berbuat sesuatu daripada tidak melakukannya sama sekali.
6. Henti jantung mendadak
RJP adalah satu-satunya tata laksana untuk henti jantung mendadak dan AHA
meminta kita waspada dan melakukan RJP saat itu terjadi.
7. Jangan berhenti menekan
Jika menghentikan tekanan pada dada dalam jangka waktu yang lama maka hal ini
akan menyebabkan kematian jaringan pada otak karena terhentinya aliran darah
ke otak. Dengan tetap melakukan tekanan pada dada maka aliran darah ke otak
akan tetap berjalan. Selain itu jika melakukan tekanan pada dada mulai dari awal

18

lagi akan dibutuhkan beberapa kali kompresi lagi agar aliran darah dapt mengalir
kembali.
AHA menyarankan agar secara terus menerus melakukan tekanan pada dada
sampai tenaga medis datang untuk menilai keadaan jantung.Jika sudah waktunya
dilakukan memberikan bantuan pernapasan 'mouth to mouth',segera dilakukan dan
sesegera pula lakukan tekanan pada dada.
Metode pengecekan nafas dilakukan menggunakan metode Look, Listen,
dan Feel.
Tanda keberhasilan RJP
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Dada harus naik dan turun dengan setiap tiupan


Pupil bereaksi (Mengecil bila disenter)
Denyut jantung kembali terdengar reflek pernafasan spontan
Dapat terlihat kulit penderita pucatnya berkurang atau normal kembali
Penderita dapat menggerakkan tangan atau kakinya
Penderita berusaha untuk menelan
Penderita menggeliat atau memberontak

19

20

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada percobaan yang telah dilaksanakan dipelajari diantaranya tahapan
dan cara yang harus diketahui dalam memberikan PPGD (Pertolongan Pertama
Gawat Darurat) pada pasien. Resusitasi jantung paru (RJP), atau juga dikenal
dengan cardio pulmonier resusitation (CPR), merupakan gabungan penyelamatan
pernapasan dengan kompresi dada eksternal. Resusitasi digolongkan dalam 3
bagian yaitu nafas bantuan, nafas buatan, pijat jantung. Pembebasan jalan nafas
dapat dilakukan dengan metode Back Blow Maneuver, Heimlich Maneuver, dan
Chest Thrust Maneuver.
Mahasiswa kedokteran gigi hendaknya wajib memiliki keterampilan dan
pemahaman yang baik tentang PPGD dan RJP karena sebagai tenaga medis
professional nantinya mahasiswa kedokteran gigi tersebut akan bertemu dengan
pasien dengan segala kondisi yang harus diselamatkan.

21

DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, M. Jusuf, & Amri Amir.1999.Etika Kedokteran & Hukum


Kesehatan Edisi 3.Jakarta:EGC

http://www.agung-skep-ns.co.cc/2010/08/resusitasi-jantung-paru-pada-

kegawatan.html
Sutoto, Alim, & Toni Hermanto.2014.Scout Book Materi Lengkap

Pramuka.Spirit Advertising
Hegner, Barbara R., & Esther Caldwell.2003.Asisten Keperawatan Suatu

Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta:EGC


Bagian Biomedik-Fisiologi FKG UNEJ.2014.Modul Kegawatdaruratan

Medik Dental dan Indra Rasa Kulit (Blok ST III) Edisi II.
Davey, Patrick.2005.At a Glance Medicine.Jakarta.Erlangga
Purwoko, Susi.2006. Pertolongan Pertama dan RJP pada Anak Ed.

4.Jakarta.Arcan
Soeharto, Iman.Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung Edisi

2.Jakarta.Erlangga
Mohamad, Kartono.2005.Pertolongsn Pertama.Jakarta.Gramedia
Fakultas Kedokteran UI.2000.Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid
2.Jakarta.Media Aesculapius

22

Anda mungkin juga menyukai