Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

MAKALAH NADI DAN TEKANAN DARAH

DISUSUN OLEH :

1. APRILINA NUR PRATIWI ( P27820318031 )


2. SASTI NAWANG ANDINI ( P27820318032 )
3. ELVIN KUSUMAWATI ( P27820318033 )
4. ACH. GIOVANIFARDANI C.T ( P27820318034 )
5. RIZAL ANWAR ( P27820318035 )
6. DITAJIHAN SARI ( P27820318036 )

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SUTOPO
TAHUN AJARAN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “NADI DAN TEKANAN DARAH”. Dalam
penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat bantuan dukungan dari
teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak, atas bantuan,,dukungan dan doa.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini dan
dapat mengetahui tentang pengertian nadi dan tekanan darah. Penulis juga mengharap kritik dan
saran untuk memperbaiki makalah kami ini apabila diperlukan. Dikarenakan masih banyak
kekurangan dalam mengerjakan makalah ini.

Surabaya, 28 November 2018

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………….....i
Daftar isi……………………...…………………………………………………...ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang………………………………………………………………4
1.2 Rumusan Masalah………...………………………………………...…4
1.3 Tujuan………...…………………………………………………….....4
Bab II Pembahasan
A. Nadi……………………………...……………………………………......5
2.1 Pengertian Denyut Nadi……...………………………………………..5
2.2 Tujuan Pengukuran Denyut Nadi…………………………………..….5
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi……...……………………..7
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi pada Sesudah Aktivitas…..7
2.5 LokasiPemeriksaan Denyut Nadi………….……………………….….7
2.6 Hasil Pemeriksaan Normal Denyut Nadi…………………………....8
2.7 Pengaruh Posisi Terhadap Kuantitas Denyut Nadi……………........8
B. Tekanan Darah…...……………...………………………………………...9
2.8 PengertianTekananDarah……………………....…………………...…9
2.9 Metode Pengukuran Tekanan Darah………………………..……..…..9
2.10 Peralatan Pengukuran Tekanan darah………...……………...…...10
2.11 Teknik Pengukuran Tekanan darah..……………………………..10
2.12 Mekanisme Pemeliharaan Tekanan darah…..………………...…11
2.13 Faktor yang Mempertahankan Tekanan darah………..………...11
2.14 Faktor yang Mempengaruhi Tekanan darah…..…………………12
2.15 Hasil Pengukuran Tekanan darah..……………...............................12
2.16 Pengaruh Posisi pada Pemeriksaan Tekanan darah………..………13
2.17 Pengaruh Latihan Fisik pada Pemeriksaan Tekanan darah…..….....13
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan……………………………………….…………………....…….14
DaftarPustaka………………………….……………………………………......15

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam proses keperawatan masa kini dituntut untuk menggunakan metode


pendekatan pemecahan masalah didalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
Metode ini dilaksanakan dengan cara menggunakan proses keperawatan kesemua aspek
layanan keperawatan, untuk dapat menerapkan proses keperawatan maka harus memiliki
pengetahuan dan ketrampilan mengkaji, merumuskan diagnosa keperawatan.

Pengkajian utama yang dapat dilakukan dengan pemeriksaan denyut nadi


pemeriksaan ini merupakan tahap pertama dalam proses pemeriksaan fisik terhadap nadi.
Pada dasarnya pemeriksaan fisik nadi menggunakan cara yaitu denga teknik palpasi.dengan
tujuan akhirnya adalah untuk menentukan penyakit.

Pemeriksaan sangat penting dilakukan untuk mengetahui keadaan nadi ( frekuensi


,irama, dan kuat lemah nadi) agar hasil pemeriksaan akurat maka perawat kesehatan harus
dapat memahami prosedur kerja dalam pemeriksaan. Oleh sebab itulah penulis sangat tertarik
untuk mengambil judul “ Makalah Nadi dan Tekanan Darah “.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut :


1. Apa defenisi dari nadi dan tekanan darah ?
2. Apa saja peralatan yang digunakan dalam mengukur nadi dan tekanan darah ?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses pemeriksaan nadi dan tekakanan darah ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui defenisi dari nadi dan tekanan darah.
2. Untuk mengetahui peralatan pemeriksaan nadi dan tekanan darah.
3. Untuk mengetahui proses pemeriksaan denyut nadi dan tekanan darah.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. DENYUT NADI

2.1 Pengertian Denyut Nadi

Detak jantung atau juga dikenal dengan denyut nadi adalah tanda penting dalam bidang
medis yang bermanfaat untuk mengevaluasi dengan cepat kesehatan atau mengetahui kebugaran
seseorang secara umum. Pada orang dewasa yang sehat, saat sedang istirahat maka denyut
jantung yang normal adalah sekitar 60-100 denyut per menit (bpm). Jika didapatkan denyut
jantung yang lebih rendah saat sedang istirahat, pada umumnya menunjukkan fungsi jantung
yang lebih efisien dan lebih baik kebugaran kardiovaskularnya.

Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung seseorang.


Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara
pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari,
sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan
mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh (Saladin, 2003).

Denyut jantung yang optimal untuk setiap individu berbeda-beda tergantung pada kapan
waktu mengukur detak jantung tersebut (saat istirahat atau setelah berolahraga). Variasi dalam
detak jantung sesuai dengan jumlah oksigen yang diperlukan oleh tubuh saat itu. Denyut jantung
seseorang juga dipengaruhi oleh usia dan aktivitasnya. Olahraga atau aktivitas fisik dapat
meningkatkan jumlah denyut jantung, namun jika jumlahnya terlalu berlebihan atau di luar batas
sehat dapat menimbulkan bahaya. Selain itu suhu udara disekitar, posisi tubuh (berbaring atau
berdiri), tingkat emosi, ukuran tubuh serta obat yang sedang dikonsumsi juga mempengaruhi
denyut nadi seseorang.

2.2 Tujuan Pengukuran Denyut Nadi

Tujuan mengetahui jumlah denyut nadi seseorang adalah:

A) Untuk mengetahui kerja jantung

B) Untuk menentukan diagnosa

C) Untuk segera mengetahui adanya kelainan-kelainan pada seseorang

5
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi

1. Usia

Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan oksigen


selama pertumbuhan. Pada masa remaja, denyut jantung menetap dan iramanya terratur.
Pada orang dewasa efek fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler.
Pada usia yang lebih tua lagi dari usia dewasa penentuan nadi kurang dapat dipercaya.
Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia antara bayi sampai dengan usia
dewasa, denyut nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi denyut nadi
menurun seiring dengan pertambahan usia.

2. Jenis Kelamin

Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum, sub maksimum pada
wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda dengan kerja 50% maksimal rata-
rata nadi kerja mencapai 128 denyut per menit, pada wanita 138 denyut per menit. Pada
kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai 154 denyut per menit dan pada wanita
164 denyut per menit.

3. Keadaan Kesehatan

Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau frekuensi jantung
secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru sembuh dari sakit frekuensi jantungnya
cenderung meningkat.

4. Riwayat Kesehatan

Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau hipotensi akan


mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita anemia (kurang darah) akan
mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga mengakibatkan peningkatan denyut
nadi.

5. Intensitas dan Lama Kerja

Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut nadi, lama
kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan kapasitas optimal manusia
akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi sehingga tidak melampaui batas maksimal.
Apabila melakukan pekerjaan yang berat dan waktu yang lama akan mengakibatkan
denyut nadi bertambah sangat cepat dibandingkan dengan melakukan pekerjaan yang
ringan dan dalam waktu singkat.

6. Sikap Kerja

6
Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan darah. Posisi berdiri
mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar dibandingkan dengan posisi kerja duduk.
Sehingga pada posisi berdiri denyut nadi lebih cepat dari pada saat mekakukan pekerjaan
dengan posisi duduk.

7. Ukuran Tubuh

Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh seseorang.
Semakin berat atau gemuk maka denyut nadi akan lebih cepat.

8. Kondisi Psikis

Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung. Kemarahan dan


kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi seseorang. Ketakutan, kecemasan, dan
kesedihan juga dapat memperlambat frekuensi nadi seseorang.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi pada Sesudah Aktivitas

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah denyut nadi pada saat sesudah


beraktifitas yaitu:

 Pengaruh Panas terhadap Denyut Nadi

Iklim kerja panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi darah. Pada
waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat dilingkungan panas, maka darah akan
mendapat beban tambahan, karena harus membawa oksigen ke bagian otot yang sedang
bekerja. Disamping itu darah juga harus membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan
kulit. Hal demikian itu juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus
memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini, maka frekuensi denyut nadi
pun akan meningkat pula.

2.5 Lokasi Pemeriksaan Denyut Nadi

- Arteri radalis : Pada pergelangan tangan sejajar dengan ibu jari

- Arteri ulnaris : Pada pergelangan tangan sejajar dengan kelingking

- Arteri temporalis : Pada tulang pelipis

- Arteri caratis : Pada leher

- Arteri femoralis : Pada lipatan paha

7
- Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki

- Arteri politela : pada lipatan lutut

- Arteri bracialis : Pada lipatan siku

- Arteri Tibia posterior : Pada kaki diatas tumit

2.6 Hasil Pemeriksaan Normal Denyut Nadi

Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:

- Bayi baru lahir : 140 kali per menit

- Umur di bawah umur 1 bulan : 110 kali per menit

- Umur 1 - 6 bulan : 130 kali per menit

- Umur 6 - 12 bulan : 115 kali per menit

- Umur 1 - 2 tahun : 110 kali per menit

- Umur 2 - 6 tahun : 105 kali per menit

- Umur 6 - 10 tahun : 95 kali per menit

- Umur 10 - 14 tahun : 85 kali per menit

- Umur 14 - 18 tahun : 82 kali per menit

- Umur di atas 18 tahun : 60 - 100 kali per menit

- Usia Lanjut : 60 -70 kali per menit

Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut bradicardi.

Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi.

2.7 Pengaruh Posisi Terhadap Kuantitas Denyut Nadi

Denyut nadi merupakan cermin respon jantung terhadap kebutuhan oksigen


tubuh. Kecepatan denyut nadi dapat digunakan sebagai patokan respon tubuh terhadap
kebutuhan oksigen pada keadaan basal. (Mohrman D and Jane H,2006)

8
Pada hasil yang di dapat menunjukkan peningkatan denyut nadi pada perubahan
posisi dari berbaring telentang, duduk, dan berdiri. Ketika klien coba berbaring telentang
di dapatkan rata-rata sebesar 80,25, ketika duduk di dapatkan rata-rata denyut nadi
sebesar 80, dan ketika berdiri didapatkan rata-rata denyut nadi sebesar 89.

B. Tekanan Darah

2.8 Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri, volume,
dan laju serta kekuatan (viskositas) darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis.
Tekanan puncak terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan
sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya
berkisar dari 100/60 mmHg sampai 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal
biasanya 120/80 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002).

Menurut Martuti (2009), secara umum ada dua komponen tekanan darah, yaitu
tekanan darah sistolik (angka atas) yaitu tekanan yang timbul akibat pengerutan bilik
jantung sehingga ia akan memompa darah dengan tekanan terbesar, dan diastolik (angka
bawah) yang merupakan kekuatan penahan pada saat jantung mengembang antar denyut,
terjadi pada saat jantung dalam keadaan mengembang (saat beristirahat). Tekanan darah
normal (normotensi) sangat dibutuhkan untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh, yaitu
untuk mengangkut oksigen dan zat-zat gizi. Tekanan darah ada dalam pembuuh darah,
sedangkan tekanan darah tertinggi ada dalam arteri terbesar (Martuti, 2009).

2.9 Metode Pengukuran Tekanan Darah

 Metode Auskultasi

Tekanan darah arteri dalam manusia rutin diukur oleh metode auskultasi. Manset
yang dapat dikendalikan (manset Riva-Rocci) dilekatkan ke manometer air raksa
(sphygmomanometer) yang dibalutkan sekeliling lengan dan stetoskop ditempatkan
diatas arteria brachialis pada siku. Manset ini dikembangkan sampai tekanan dalamnya
tepat diatas tekanan sistolik yang diperkirakan di dalam arteria brachialis. Arteri ini
ditutup dengan manset dan tidak ada bunyi yang terdengar dengan stetoskop. Tekanan
dalam manset kemudian direndahkan pelan-pelan pada titik tekanan sistolik di dalam
arteri tepat melebihi tekanan manset, maka semburan darah lewat bersama tiap denyut
jantung dan secara serentak dengan tiap denyut, serta terdengar bunyi mengetok di bawah
manset. Tekanan manset saat bunyi pertama terdengar merupakan tegangan sistolik.

9
Karena tekanan manset direndahkan lebih lanjut, maka bunyi menjadi lebih keras, lalu
redup dan berkurang, dan akhirnya dalam kebanyakan individu ia menghilang.

 Metode Palpasi

Tekanan sistolik dapat ditentukan dengan mengembangkan manset lengan dan


kemudian membiarkan tekanan turun dan menentukan tekanan saat denyut radialis dapat
diraba pertama kali. Karena kesulitan menentukan dengan tepat kapan denyut pertama
teraba, maka tekanan yang didapat dengan metode palpasi ini biasanya 2-5 mmHg lebih
besar daripada yang diukur oleh metode auskultasi.

2.10 Peralatan Pengukuran Tekanan darah

a) Meja periksa/tempat tidur

b) Stopwatch/arloji(jam)

c) Sphygmomanometer(tensimeter).terdiri dari :

-Manometer air raksa

-Manset udara

-Selang karet

-Pompa udara dari karet+sekrup pembuka penutup.

d) Stethoscope

e) Bangku latihan fisik

2.11 Teknik Pengukuran Tekanan darah

Berikut langkah-langkah untuk mengukur tekanan darah arteri panduan mengikuti


rekomendasi dari American Heart Association:

1. Awalnya, sebelum mengambil tekanan darah, pasien harus tetap duduk dan beristirahat
selama 5 menit

2. Konsumsi produk berkafein seperti kopi, cola, atau teh harus dihindari selama minimal
30 menit sebelum mengukur tekanan darah. Selain itu, kegiatan seperti merokok dan
berolahraga 30 menit sebelum mengukur tekanan darah juga harus dihindari.

10
3. Pilih sphygmomanometer merkuri standar atau aneroid (pegas dengan jarum penunjuk)
dengan ukuran manset yang memadai berdasarkan ukuran lengan pasien.

4. Pasangkan manset pada kanan atau lengan kiri dari pasien.

5. Saat pengukuran tekanan darah, baik pasien maupun pemeriksa dilarang berbicara
berbicara.

6. Dapatkan denyut nadi pada arteri radialis, dan memulai memompa sampai tidak
terabanya denyut itu dan tandai tekanan yang didapat.

7. Selanjutnya, stetoskop ditempatkan ringan di atas arteri brakialis. Jika stetoskop ditekan
terlalu tegas, dapat menyebabkan turbulensi dan hilangnya suara, sehingga mengurangi
tekanan diastolik.

8. Pompa manset sampai tekanan 30 mmHg di atas di mana denyut arteri radialis tidak lagi
teraba.

9. Selanjutnya perlahan kempiskan manset (sekitar 23 mmHg per detak jantung),


dengarkan Korotkoff fase I sambil melihat ukuran tekanan darah. Catat pengukuran dari
sphygmomanometer di mana suara pertama muncul, ini merupakan tekanan darah
sistolik pasien.

10. Sambil melihat ke ukuran sphygmomanometer, terus perlahan-lahan kempiskan manset.


Catat pengukuran dari sphygmomanometer ketika Korotkoff fase V dimulai, ini
merupakan tekanan darah diastolik pasien. Jika ada 10 mmHg atau lebih perbedaan
antara Korotkoff fase IV dan V maka tekanan di fase IV harus dicatat sebagai tekanan
darah diastolik. Hal ini dapat terjadi dalam kasus-kasus output jantung tinggi atau
vasodilatasi perifer, anak di bawah 13 tahun, atau wanita hamil. Setelah suara Korotkoff
terakhir yang didengar, terus kempiskan manset selama 10 mmHg untuk memastikan
bahwa tidak ada lagi suara terdengar. Kemudian kempiskan manset secara total dan
berikan pasien waktu untuk beristirahat.

11. Tunggu minimal 30 detik dan ulangi 3 langkah sebelumnya untuk mendapatkan
pengukuran tekanan darah kedua. Jika pengukuran memiliki perbedaan lebih dari 5
mmHg, maka pengukuran harus terus dilakukan sampai didapat 2 kali berturut-turut
pengukuran yang stabil. Rata-rata dari 2 pengukuran stabil harus dicatat sebagai tekanan
darah pasien.

12. Kemudian tunggu 1-2 menit lagi dan ulangi langkah 4 sampai 10 untuk mengukur
tekanan darah pada lengan yang berlawanan. Jika terdapat perbedaan pengukuran antara
2 lengan, maka lengan dengan pengukuran tertinggi yang dipakai.

11
13. Dalam pencatatan hasil, pencatatan tidak hanya pada tekanan yang didapat saja, tetapi
juga yang lengan yang digunakan, posisi lengan, dan ukuran manset.

2.12 Mekanisme Pemeliharaan Tekanan darah

Tekanan darah dikontrol oleh otak, sistem saraf otonom, ginjal, beberapa kelenjar
endokrin, arteri dan jantung. Otak adalah pusat pengontrol tekanan darah di dalam tubuh.
Serabut saraf adalah bagian sistem saraf otonom yang membawa isyarat dari semua
bagian tubuh untuk menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume darah
dan kebutuhan khusus semua organ. Semua informasi ini diproses oleh otak dan
keputusan dikirim melalui saraf menuju organ-organ tubuh termasuk pembuluh darah,
isyaratnya ditandai dengan mengempis atau mengembangnya pembuluh darah. Saraf-
saraf ini dapat berfungsi secara otomatis (Hayens, 2003).

Pada akhirnya tekanan darah dikontrol oleh berbagai proses fisiologis yang
bekerja bersamaan. Serangkaian mekanisme inilah yang memastikan darah mengalir di
sirkulasi dan memungkinkan jaringan mendapatkan nutrisi agar dapat berfungsi dengan
baik. Jika salah satu mekanisme mengalami gangguan, maka dapat terjadi tekanan darah
tinggi.

2.13 Faktor yang Mempertahankan Tekanan darah

Faktor-faktor yang mempertahankan tekanan darah yaitu:

a)Kekuatan memompa jantung.

b)Banyaknya darah yg beredar.

c)Viskositas darah.

d)Elastisitas dinding pembuluh darah.

e)Tahanan tepi.

2.14 Faktor yang Mempengaruhi Tekanan darah

a)Umur

b)Kegiatan (kerja otot perubahan sikap)

c)Ketinggian (gravitasi)

12
d)Ekspirasi dan inspirasi

e)Kerja jantung

f)Pengaruh berpikir

2.15 Hasil Pengukuran Tekanan darah

Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:

- Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg

- Usia 1 - 6 bulan : 90/60 mmHg

- Usia 6 - 12 bulan : 96/65 mmHg

- Usia 1 - 4 tahun : 99/65 mmHg

- Usia 4 - 6 tahun : 160/60 mmHg

- Usia 6 - 8 tahun : 185/60 mmHg

- Usia 8 - 10 tahun : 110/60 mmHg

- Usia 10 - 12 tahun : 115/60 mmHg

- Usia 12 - 14 tahun : 118/60 mmHg

- Usia 14 - 16 tahun : 120/65 mmHg

- Usia 16 tahun ke atas : 130/75 mmHg

- Usia lanjut : 130-139/85-89 mmHg

Seseorang dikategorikan hypertensi berdasarkan tekanan darahnya adalah:

• Hypertensi rendah : 140 - 159/ 90-99 mmHg

• Hypertensi sedang : 160 - 169/100-109 mmHg

• Hypertensi berat : 180 - 209/110-119 mmHg

Seseorang dikatakan hypotensi jika tekanan darahnya lebih kecil dari 110/70 mmHg

13
2.16 Pengaruh Posisi pada Pemeriksaan Tekanan darah

Tekanan darah memiliki sifat yang dinamis. Pada perubahan posisi tubuh dari
berbaring telentan, duduk, dan berdiri, tekanan darah mengadakan penyusaian untuk
dapat tetap menunjang kegiatan tubuh. (Mohrman D and Jane H,2006) Pada keadaan
berbaring telentang didapatkan rata-rata tekanan sistolik sebesar 118,25 dan diastolic
sebesar 79, sedangkan pada keadaan duduk tekanan sistolik didapatkan rata-rata sebesar
118,75 dan diastolic sebesar 80,75, pada keadaan berdiri tekanan sistolik didapatkan rata-
rata sebesar 116,25 dan diastolic sebesar 83. Pengukuran tekanan sistolik dan diastolic
mengalami fluktasi, seharusnya tekanan sistolik dan diastolic menunjukkan peningkatan
dari posisi berbaring telentang, duduk dan berdiri.

2.17 Pengaruh Latihan Fisik pada Pemeriksaan Tekanan darah

Menurut teori yang ada penurunan tekanan darah setelah melakukan latihan fisik dapat terjadi
karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan relaksasi. Aktivitas fisik tersebut dapat
melemaskan pembuluh-pembuluh darah, sehingga tekanan darah menurun, sama halnya dengan
melebarnya pipa air akan menurunkan tekanan air. Dalam hal ini, latihan fisik/olahraga dapat
mengurangi tahanan perifer.

Penurunan tekanan darah juga dapat terjadi akibat berkurangnya aktivitas memompa
jantung(Medical Journal, 2006). Otot jantung pada orang yang rutin melakukan latihan fisik
sangat kuat, maka otot jantung pada individu tersebut berkontraksi lebih sedikit daripada otot
jantung individu yang jarang berolahraga, untuk memompakan volume darah yang sama (Mirkin
G and Hoffman M, 1978). Karena olahraga dapat menyebabkan penurunan denyut jantung (Fox
EL,1988), maka olahraga akan menurunkan cardiac output, yang pada akhirnya menyebabkan
penurunan tekanan darah.Peningkatan efisiensi kerja jantung dicerminkan dengan penurunan
tekanan sistolik, sedangkan penurunan tahanan perifer dicerminkan dengan penurunan tekanan
diastolik. (Ganong, 1995)

Tambahan

Mengapa Pemeriksaan Tekanan Darah Dilakukan pada Lengan bagian atas kanan?

Pemeriksaan pada lengan atas hasilnya lebih akurat karena lokasinya lebih jauh dari jantung
dibanding dari lengan kiri sehingga suaranya tidak terlalu bising. Dengan demikian dapat
menentukan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolic dengan tepat dan mendapat hasil
yang akurat.

Mekanisme Timbulnya Suara Bising

•Bising terjadi di awal diastole.

14
Awal diastole, sebelum katup atrioventrikularis membuka dan sebelum katup semilunaris
menutup. Saat membuka dan menutupnya tidak bersamaan,ada keadaan isovolumetrik terlebih
dulu(katup semilunar menutup). Saat ini tidak ada katup yang membuka akses masuk darah ke
ventrikel setelah itu katup atrioventrikuler terbuka.

Urutannya menutupnya katup semilunar – isovolumetrik –membuka katup atrioventrikuler


(diastole).

Bising ini bernada rendah dan paling jelas didengar dengan bel stetoskop dan pasien berbaring
dalam posisi dekubitus lateral kiri. Karena katup atrioventrikular mengalami stenosis, pengisian
cepat tidak terjadi dan ada perbedaan tekanan di sepanjang diastol. Jika pasien mempunyai irama
sinus yang normal, kontraksi atrium akan memperbesar perbedaan tekanan pada akhir diastole,
atau presistole, dan akan terjadi peningkatan bising pada saat ini. Bising atrioventrikular diastolik
merupakan tanda yang sensitif dan spesifik untuk stenosis katup atrioventrikular.

•Bising sistolik

Bising sistolik dianggap sebagai bising ejeksi, yaitu bising selama mid-diastolik sesudah fase
awal kontraksi isovolumetrik, atau bisa juga dianggap sebagai bising insufisiensi yang terjadi
pada seluruh sistolik. Bising yang terjadi pada seluruh sistolik disebut sebagai pansistolik atau
holosistolik

Suara 1 terjadi saat menutupnya katup atrioventrikuler. Apabila bisingnya setelah suara 1, berarti
penutupan katup atrioventrikularisnya tidak bermasalah. Setelah itu ada fase
isovolumetrik,apabila tidak terdenar bising berarti katuo semilunarnya membuka(stenosis)
(swartz,1995)

Pengaruh Ketatnya Pemasangan Manset pada Hasil Pengukuran

Pemasangan manset yang tidak tepat akan mempengaruhihasil pengukuran darah. Jika
manset yang dipasang terlalu longgar, maka hasil yang diperoleh akan menjadi lebih rendah dari
yang seharusnya. Jika manset yang dipasang terlalu ketat, maka hasil yang diperoleh akan lebih
tinggi dari yang seharusnya.

Secara teoritis, bagaimanakah pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah?

Secara teori, posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap denyut nadi dan tekanan darah. Hal ini
karena ada efek dari gravitasi bumi. Pada saat berbaring gaya gravitasi pada peredaraan darah
lebih rendah karena arah peredaran tersebut horizontal sehingga tidak terlalu melawan gravitasi
dan tidak perlu memompa. Pada saat duduk maupun berdiri kerja jantung memompa darah akan
lebih keras karena melawan gaya gravitasi sehingga kecepatan berdenyut meningkat.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan, hasil pengamatan, dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:Denyut nadi adalah denyutan arteri dari gelombang darah yang mengalir melalui
pembuluh darah sebagai akibat dari denyutan jantung.Tekanan darah adalah daya dorong darah
ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup; yaitu, pada dinding bagian dalam jantung
dan pembuluh darah. Tekanan darah berasal dari aksi pemompaan jantung memberikan tekanan
yang mendorong darah melewati pembuluh-pembuluh. Rata-rata tekanan darah normal biasanya
120/80 mmHg. secara umum tekanan darah yang ideal adalah 120/80 mmHg (sistolik/diastolik).
Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik,
dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 mmHg sampai 140/90 mmHg.
Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah arteri. Alat ini
terdiri dari sebuah manset elastis yang berisi kantong karet tiup.Secara umum ada dua komponen
tekanan darah, yaitu tekanan darah sistolik (angka atas) yaitu tekanan yang timbul akibat
pengerutan bilik jantung sehingga ia akan memompa darah dengan tekanan terbesar, dan
diastolik (angka bawah) yang merupakan kekuatan penahan pada saat jantung mengembang
antar denyut, terjadi pada saat jantung dalam keadaan mengembang (saat beristirahat).Terdapat
perbedaan antara tekanan darah dan denyut nadi antara aktivitas normal, aktivitas ringan, dan
aktivitas berat. Dimana semakin berat aktivitas yang dilakukan maka semakin besar pula tekanan
jantung yang akan dihasilkan dan denyut nadi yang dihasilkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer. Suzanne C.(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi
8. Volume 3. Jakarta : EGC.

Corwin, E.J (2008). Handbook of Pathophysiology, 3rd Edition. Lippincott Williams & Wilkins

Smeltzer C.S & Bare Brenda.(2003). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical
Nursing. 10th Edition. Philadelphia: Lippincott

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit (B.
U. Pendit, H. Hartanto, P. Wulansari & D. A. Mahani, Trans. 6 ed.). Jakarta: EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai