Anda di halaman 1dari 24

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PEMERIKSAAN NADI

Dosen Pembimbing
Ns. Rumentalia, S.Kep, M.Kep
Oleh
Kelompok 1 Tingkat 3 B
1. Novita Trimayasari 8. Ressa Oktavia
2. Nur Wanza 9. Rheynanda
3. Nuzulul Rani 10. Ria Dwi Natasya
4. Okta Lega Desyawan 11. Riri Anis Marcella S.
5. Purnama Sari 12. Ririndia Ditiaharman
6. Putu Setyawati 13. Rizky Nabillah
7. Rahmat Aulia

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadhirat Allah SWT, yang telah
memberi rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pemeriksaan Nadi”. Terima kasih penulis ucapkan kepada
dosen pembimbing dan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
terselesainya makalah ini.

Penulis harapkan makalah yang disusun ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri dan bagi mahasiswa/mahasiswi lainnya yang membaca makalah ini, sehingga
dapat menambah wawasan kita semua. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kesempurnaan, karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi.Kesempurnaanya. Semoga Dapat memberikan Manfaat dimasa yang
akan datang.

Palembang,10 September 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar belakang.....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................4
1.3 Tujuan..................................................................................................................5
1.4 Manfaat...............................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................6
2.1 Pengertian Nadi....................................................................................................6
2.2 Tujuan Pengukuran Denyut Nadi.........................................................................7
2.3 Indikasi.................................................................................................................7
2.4 Kontraindikasi......................................................................................................7
2.5 Macam/Ciri Denyutan......................................................................................8
2.6 Pengukuran..........................................................................................................9
2.7 Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Menghitung Denyut Nadi.............9
2.8 Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi.........................................................10
2.9 Perincian Tugas Pemeriksaan Denyut Nadi.......................................................12
2.10 Pada Umumnya Ada 9 Tempat Untuk Merasakan Denyut Nadi.....................13
2.11 Hasil Pemeriksaan Normal Denyut Nadi.........................................................19
2.12 Pengaruh Posisi Terhadap Kuantitas Denyut Nadi..........................................19
2.13 Gambar.............................................................................................................20
BAB III........................................................................................................................22
PENUTUP...................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan........................................................................................................22
3.2 Saran..................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................23

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Petugas kesehatan pada masa kini ditutut untuk menggunakan metode
pendekatan pemecahan masalah (problem seving aproach) didalam memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien. Metode ini dilaksanakan dengan cara
mengguanakan proses keperawatan kesemua aspek layanan keperawatan. Untuk
dapat menerapkan proses keperawatan maka petugas kesehatan harus
mempunyai pengetahuan dan ketrampilan mengkaji, merumuskan diagnosa
keperawatan, mempormulasikan rencana dan melaksanakan tindakan dan
mambuat evaluasi.

Pengkajian, utamanya pengkajian nadi merupakan tahap pertama dalam


proses pemeriksaan fisik terhadap nadi. Pengkajian fisik nadi pada dasarnya
menggunakan cara yaitu, dengan tekhnik palpasi saja. Tujuan akhir dari
pengkajian fisik nadi adalah untuk menentukan penyakit dan penyakit pasien.

Pemerikasaan nadi sangat penting dilakukan agar petugas kesehatan yang


melakukan pemerikasaan nadi dapat mengetahui keadaan nadi (frekuensi, irama,
dan kuat lemah nadi). Agar pemeriksaan nadi hasilnya akurat, maka petugas
kesehatan yang memeriksa denyut nadi harus paham akan prosedur kerja dalam
pemeriksaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari pemeriksaan nadi?
2. Bagaimana indikasi pemeriksaan nadi?
3. Bagaimana kontraindikasi pemeriksaan nadi?
4. Apa saja peralatan yang dibutuhkaan dalam pemeriksaan nadi?

5
1.3 Tujuan
 Tujuan Umum
Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang cara pemeriksaan fisik
denyut nadi yang benar menurut prosedur kesehatan, sehingga hasil yang
diperoleh dari pemeriksaan tersebut dapat dihasilkan data yang akurat.
 Tujuan Khusus
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat.

1.4 Manfaat
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi pembaca dan penyusun, sekaligus
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh nilai pada mata kuliah Ilmu Dasar
Keperawatan V (KDM).

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nadi


Nadi Adalah gerakan / aliran darah pada pembuluh darah arteri yang
dihasilkan oleh kontraksi dari ventrikel kiri jantung. Denyut nadi Adalah
rangsangan kontraksi jantung dimulai dari NODES SINDAURI TULAR /
NODUS SINOATRIAL yang merupakan bagian atas serambi kanan jantung
yaiut Kurang lebih 5 liter darah dipompakan dari jantung setiap menit , Volume
strok yaitu banyaknya darah yang dipompa keluar dari bilik jantung dari setiap
kontraksi.

Menghitung denyut nadi adalah Mengukur denyut jantung yang terasa


pada pembuluh darah arteri yang disebabkan oleh gelombang darah yang
mengalir didalamnya sewaktu jantung memompa darah kedalam aorta / arteri.

Detak jantung atau juga dikenal dengan denyut nadi adalah tanda penting
dalam bidang medis yang bermanfaat untuk mengevaluasi dengan cepat
kesehatan atau mengetahui kebugaran seseorang secara umum. Pada orang
dewasa yang sehat, saat sedang istirahat maka denyut jantung yang normal
adalah sekitar 60-100 denyut per menit (bpm). Jika didapatkan denyut jantung
yang lebih rendah saat sedang istirahat, pada umumnya menunjukkan fungsi
jantung yang lebih efisien dan lebih baik kebugaran kardiovaskularnya.

Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung


seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara
palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau
merasakan struktur dengan ujung-ujung jari, sedangkan pemeriksaan dikatakan
auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara
alami yang diproduksi dalam tubuh (Saladin, 2003).
Denyut jantung yang optimal untuk setiap individu berbeda-beda
tergantung pada kapan waktu mengukur detak jantung tersebut (saat istirahat atau

7
setelah berolahraga). Variasi dalam detak jantung sesuai dengan jumlah oksigen
yang diperlukan oleh tubuh saat itu. Denyut jantung seseorang juga dipengaruhi
oleh usia dan aktivitasnya. Olahraga atau aktivitas fisik dapat meningkatkan
jumlah denyut jantung, namun jika jumlahnya terlalu berlebihan atau di luar
batas sehat dapat menimbulkan bahaya. Selain itu suhu udara disekitar, posisi
tubuh (berbaring atau berdiri), tingkat emosi, ukuran tubuh serta obat yang
sedang dikonsumsi juga mempengaruhi denyut nadi seseorang.

2.2 Tujuan Pengukuran Denyut Nadi


Tujuan mengetahui jumlah denyut nadi seseorang adalah:
A) Untuk mengetahui kerja jantung
B) Untuk menentukan diagnosa
C) Untuk segera mengetahui adanya kelainan-kelainan pada seseorang

2.3 Indikasi
1. Pasien yang baru masuk untuk dirawat
2. Secara rutin pada pasien yang dirawat
3. Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien

2.4 Kontraindikasi
1. Jangan sampai tidak melihat jam
2. Aktifitas berlebih/ olahraga
3. Pemeriksaan dilakukan saat pasien baring atau istirahat
4. Tidak boleh ngobrol, soalnya konsentrasi akan terpecahkan
5. Saat pemeriksaan nadi, kita tidak boleh mengukur tekanan darah secara
bersamaan
6. Saat melakukan pemeriksaan nadi, usahakan tangan pasien tidak bergerak-
gerak

8
2.5 Macam/Ciri Denyutan
Tiap denyut nadi dilukiskan sebagai suatu gelombang yang terdiri atas
bagian yang naik, puncak, dan turun. Menurut Talley ( 1995 ) terdapat beberapa
jenis dari ciri denyutan yaitu sebagai berikut .
1. Pulsus anarkot, yakni denyut nadi yang lemah, mempunyai gelombang
dengan puncak tumpul dan rendah, contoh : klien stenosis aorta.
2. Pulsus saler, yakni denyut nadi yang seolah-olah meloncat tinggi,
meningkat tinggi , dan menurun cepat sekali, contoh : pada insufisiensi
aorta.
3. Pulsus paradoks, yakni denyut nadi yang semakin lemah selama inspirasi
bahkan menghilang sama sekali pada bagian akhir inspirasi untuk timbul
kembali pada ekspirasi, contoh : pada perikarditis konstriktiva dan efusi
perikard.
4. Pulsus alternans, yakni nadi yang kuat dan lemah beganti-ganti, contoh :
pada kerusakan otot jantung.
ISI NADI
Pada setiap denyut nadi sejumlah darah melewati bagian tertentu dengan
jumlah darah itu dicerminkan oleh tinggi puncak gelombang nadi atau
memberikan manifestasi pada isi nadi. Menurut Talley (1995 ) terdapat beberapa
jenis dari isi nadi sebagai berikut :
Pulsus maknus : denyut terasa mendorong jari yang melakukan palpasi ,
contohnya : pada demam. Pulsus parvus : denyut terasa lemah ( gelombang nadi
yang kecil ), contoh : pada peredarahan dan infrak miokard. Isi nadi
mencerminkan tekanan nadi, yakni beda antara tekanan sistolik dan diastolik.
KONFIGURASI NADI
Konfigurasi atau kontur nadi sering dapat memberikan informasi penting.
Menurut Talley ( 1995) terdapat beberapa jenis dari konfigurasi nadi yaitu
sebagai berikut :

9
1. Pada stenosis katup aorta, di mana muara katub menyempit, di sertai
penurunan jumlah darah yang di semburkan ke aorta,maka tekanan nadi
mengecil dan nadi terasa lemah.
2. Pada insufisiensi aorta, dimana katub aorta tidak dapat menutup sempurna,
membuat darah mengalir balik atau bocor dari aorta keventrikel kiri
sehinggga akan terjadi peningkatan gelombang nadi yang mendadak dan
menurun secara mendadak, ( nadi kolaps )
3. Konfigurasi nadi paling baik di periksa dan palpasi pada arteri karotis dan
bukan pada arteri radialis distal, karena karakteristik dramatik gelombang
nadi bisa kacau ketikanadi dihantarkan kepembuluh yang lebih kecil.

2.6 Pengukuran
1. Peripheral Pulse (palpasi)

ex : kaki, tangan, leher.

2. Apical pulse (palpasi dan auscultasi)

ex : apek jantung.

2.7 Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Menghitung Denyut Nadi
1. Frekuensi

Frekuensi dinyatakan dengan ketukan nadi dalam satu menit

ex : 70 – 80 x/menit

Kelainan (pada orang dewasa)

 Brodycardia : nadi <>

 Tpchycardia : nadi > 100 x/menit

2. Volume

10
Kekuatan darah yang dialirkan dalam setiap kekuatan biasanya volume
denyutnya sama setiap ketukan volume normal dapat dirasakan pada tekanan bila
deraba oleh jari tangan.

Biasanya volume pulse diukur dengan skala 0-4

1 : Tak teraba

2 : Kecil dan lemah

3 : Mudah teraba

4 : Ada kelainan

2.8 Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi


1. Usia
Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan
oksigen selama pertumbuhan. Pada masa remaja, denyut jantung menetap dan
iramanya terratur. Pada orang dewasa efek fisiologi usia dapat berpengaruh pada
sistem kardiovaskuler. Pada usia yang lebih tua lagi dari usia dewasa penentuan
nadi kurang dapat dipercaya. Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan
usia antara bayi sampai dengan usia dewasa, denyut nadi paling tinggi ada pada
bayi kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan pertambahan usia.
2. Jenis Kelamin
Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum, sub maksimum
pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda dengan kerja 50%
maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per menit, pada wanita 138
denyut per menit. Pada kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai 154
denyut per menit dan pada wanita 164 denyut per menit.
3. Keadaan Kesehatan
Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau frekuensi
jantung secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru sembuh dari sakit
frekuensi jantungnya cenderung meningkat.

11
4. Riwayat Kesehatan
Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau hipotensi akan
mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita anemia (kurang
darah) akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga mengakibatkan
peningkatan denyut nadi.
5. Intensitas dan Lama Kerja
Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut nadi,
lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan kapasitas optimal
manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi sehingga tidak melampaui batas
maksimal. Apabila melakukan pekerjaan yang berat dan waktu yang lama akan
mengakibatkan denyut nadi bertambah sangat cepat dibandingkan dengan
melakukan pekerjaan yang ringan dan dalam waktu singkat.
6. Sikap Kerja
Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan darah. Posisi berdiri
mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar dibandingkan dengan posisi
kerja duduk. Sehingga pada posisi berdiri denyut nadi lebih cepat dari pada saat
mekakukan pekerjaan dengan posisi duduk.
7. Ukuran Tubuh
Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh
seseorang. Semakin berat atau gemuk maka denyut nadi akan lebih cepat.

8. Kondisi Psikis
Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung. Kemarahan dan
kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi seseorang. Ketakutan,
kecemasan, dan kesedihan juga dapat memperlambat frekuensi nadi
seseorang.

2.9 Perincian Tugas Pemeriksaan Denyut Nadi


a. Mengidentivikasi Pasien :

1. Dilakukan rutin setiap 4 jam


12
2. Pasien yang dilakukan oparasi

3. Pasien Posi op

4. Pasien yang akan diberikan iranfusi

5. Pasien dengan keluhan menggigit

b. Persiapan Alat :

1. Arloji tangan dengan petunjuk detik

2. Buku catatan suhu nadi atau lembaran observasi

c. persiapan pasien :

1. Pasien diberi penjelasan supuya tenang

2. Pada waktu pengukuran nadi pasien dalam posisi berbaring atau duduk.

d. Pelaksanaan :

1. Mencuci tangan sebelum atau sesudah melakukan perasat.

2. Menghitung denyut nadi dilakukan bersamaan dengan pengukuran suhu.

3. Pada waktu pengukuran denyut nadi pasien benar – benar istirahat dalam
posisi berbaring atau duduk.

4. Perhitungan dilakukan dengan menempelkan jari telunjuk dan jari tengah


diatas arteri selama setengah menit dan hasilnya dikalikan dua.

5. Khusus pada anak dihitung selama satu menit.

6. Hasil penghitungan dicatat pada buku suhu / nadi atau lembar observasi.

Perhatian :

13
1. Perhatian isi (volume), denyut nadi iramanya teratur atau tidak dan tekanya
keras atau tidak.

2. Memegang denyut nadi tidak boleh dilakukan jika tangan petugas baru saja
memegang es.

3. bila keadaan pasien payah atau bila diperlukan sewaktu – waktu terntu,
perhitungan harus dilakukan lebih sering dicatat pada lembar khusus.

4. bila terjadi perubahan pada denyut nadi pada pasien segera laporkan pada
penanggung jawab ruangan / dokter yang bertanggung jawab.

5. bila terjadi pada iramanya (irama tak teratur) sebiknya dihitung dengan satu
menit.

2.10 Pada Umumnya Ada 9 Tempat Untuk Merasakan Denyut Nadi


1. Frontalis.

2. Temporalis.

a. Ketika radial pulse tidak dapat dirasakan.

3. Karotid.

a. Untuk bayi (cardias arrest).

4. Apikal.

a. Rutin dilaksanakan pada bayi dan anak sampai pada umur 3 tahun.

b. Untuk pertimbangan denyut nadi radial.

c. Berhubungan dengan penberian pengobatan.

5. Brankialis.

a. Dilakukan pada pengukuran tekanan darah.

14
6. Femoralis.

a. Untuk cardial arrest.

b. Untuk bayi dan anak.

c. Untuk menentukan sirkulasi pada kaki.

7. Radialis.

a. Mutlak dilakukan dan umum digunakan.

8. Poplitea.

a. Menentukan sirkulasi dibawah kaki.

b. Tekanan darah pada kaki.

9. Dorsalis pedis dan timbialis posterior.

Tampat yang sering dilakukan dalam pemeriksaan nadi yaitu:

 Arelis Radialis

Terletak tulang radialis, lebih mudah teraba diatas pergelangan tangan


pada sisi ibu jari, relatif mudah dan sering dipakai secara rutin.

Pengukuran Frekuensi Denyut Arteri Radialis

Persiapan Alat :

1. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)

2. Kartu status pasien.

3. Alat Tulis

Persiapan pasien :

1. Buatlah pasien rileks dan nyaman

15
2. Bila pasien baru selesai beraktifitas, tunggu 5 – 10 menit sebelum
memeriksa denyut nadi.

Cara pemeriksaan :

1. Pemeriksa mencuci tangan.

2. Mentalah pasien untuk menyingsikan baju yang menutupi pergelangan tangan


kanan.

3. Bila posisi pasien duduk : tangan diletakan pada paha dan lengan lurus sejajar
badan (ekstensi). Bila posisi pasien berbaring : kedua tangan lurus sejajar
badan dan menghadap atas.

4. Lakukan palpasi ringan arteri radialis dengan menggunakan jari telunjuk dan
jari tengah (jari ke 2,3) diosepanjang lekuk radial pada pergelangan tangan
sisi Ibu jari.

5. Rasakan denyut arteri radialis dan iramanya.

6. Hitung denyut tersebut selama satu menit.

7. Apabila denyut teratur cukup dihitung selama 30 detik, kemudian hasilnya


dikalikan dua (2). Apabila denyut tidak teratur dihitung selama satu menit.

8. Catat hasil pengukuran jumlah denyut dan keteraturan iramanya pada kartu
status pasien.

9. Informasikan kepasien.

10. Tanyakan pada penderita apakah ada yang ditanyakan tentang hasil
pengukuran denyut nadinya.

 Arteri Brakralis

16
Terletak didalam otot biceps dari lengan atau medial diliputan siku (fossa
antekubital, digunakan untuk mengukur tekanan darah dan kasus henti jantung
(radial arrest) pada bayi.

Pemerikasaan Frekuensi Denyut Arteri Brakralis

Persiapan alat

1. Alat pengukur (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)

2. Kartu status pasien.

3. Alat tulis

Persiapan Pasien :

1. Buatlah pasien rileks dan nyaman

2. Bila pasien baru selesai beraktifitas, tunggu 5 – 10 menit sebelum


pemeriksaan frekuensi denyut.

Cara pemeriksaan :

1. Pemeriksa mencuci tangannya

2. Mintalah pasien untuk menyingsingkan baju yang menutupi fossa cubiti atau
lipatan siku sebelah dalam.

3. Bila posisi pasien duduk : tangan diletakan pada paha dan lengan lurus sejajar
badan (ekstensi). Bila posisi pasien berbaring : kedua lengan lurus sejajar
badan dan menghadap ke atas.

4. Lakukan palpasi ringan arteri dengan menggunakan jari telunjuk dan jari
tengah (jari ke2,3) pada fossa cubiti atau lipatan siku sebelah kanan.

5. Rasakan denyut arteri brakrelis dan iramanya.

6. Hitung denyut tersebut selama satu menit.

17
7. Apabila denyut teratur cukup dihitung selama 30 detik, kemudian hasilnya
dikalikan dua. Apabila denyut tidak teratur dihitung selama satu menit.

8. Catat hasil pengukuran jumalah denyut dan keteraturan iramanya pada kartu
status pasien.

9. Informasikan kepasien.

10. Tanyakan pada penderita apakah ada yang ditanyakan tentang hasil
pengukuran denyut nadinya.

 Arteri Karotid

Terletak dileher dibawah lobus telinga, dimana terdapat arteri karotid


berjalan diatara trakea dan otot sternoklerdo mastordius, sering digunakan untuk
dewasa, kasus cardiac arrest dan untuk memantau sirkulasi darah keotak.

Pemeriksaan Frekuensi Denyut Arteri Karotid

Persiapan alat :

1. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch).

2. Kartu status pasien.

3. Alat tulis.

Pemeriksaan Pasien :

1. Pemeriksa mencuci tangannya.

2. Mintalah pasien untuk melepaskan bajunya sehingga bagian leher terlihat


jelas.

3. Bila posisi pasien duduk: tangan diistihatkan pada paha. Bila posisi pasien
berbaring : kedua tangan lurus sejajar badan dan menghadap atas.

18
4. Inspeksi kedua sisi leher untuk melihat denyut Arteri Karotid mintalah pasien
untuk memalingkan kepalanya pada sisi arah yang berlawanan dengan yang
akan diperiksa.

5. Kemudian lakukan palpasi dengan lembut, jangan terlalu keras untuk


menghindari rangsangan sinus karotid.

6. Rabalah antara trachea dan otot sternocledo mastoideus bagian media yang
menggunakan jari tangan dan telunjuk.

7. Perhatikan perubahan denyut pada saat menarik atau menghembuskan napas.

8. Apabila denyut teratur cukup dihitung selama 30 detik, kemudian hasilnya


dikalikan dua. Apabila denyut tidak teratur dihitung selama satu menit.

9. Kemudian dengan menggunakan sisi bel dari stetoskop, aoskultasi denyut


Arteri Karotid diujung lateral tulang klaulkula dan tepi posterior otot
sternocledo mastoideus pada saat penderita menahan napas.

10. Normal denyut arteri karotid bersifat lokal, kuat, menghentak dan tidak
terpengaruh pada saat bernapas, atau perubahan posisi tubuh. Kedua arteri
sebanding dalam frekuensi baik kuatnya, elastisitas, keteraturan, irama dan
tidak ada bunyi yang terdengar diatas arteri karotid

11. Catat hasil pengukuran jumlah denyut dan keteraturan iramanya pada kartu
status pasien.

12. Informasikan kepasien.

13. Tanya pada penderita apakah ada yang ditanyakan tentang hasil pengukuran
denyut nadinya.

2.11 Hasil Pemeriksaan Normal Denyut Nadi


Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
- Bayi baru lahir : 140 kali per menit

19
- Umur di bawah umur 1 bulan : 110 kali per menit
- Umur 1 - 6 bulan : 130 kali per menit
- Umur 6 - 12 bulan : 115 kali per menit
- Umur 1 - 2 tahun : 110 kali per menit
- Umur 2 - 6 tahun : 105 kali per menit
- Umur 6 - 10 tahun : 95 kali per menit
- Umur 10 - 14 tahun : 85 kali per menit
- Umur 14 - 18 tahun : 82 kali per menit
- Umur di atas 18 tahun : 60 - 100 kali per menit
- Usia Lanjut : 60 -70 kali per menit
Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut bradicardi.
Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi

2.12 Pengaruh Posisi Terhadap Kuantitas Denyut Nadi


Denyut nadi merupakan cermin respon jantung terhadap kebutuhan
oksigen tubuh. Kecepatan denyut nadi dapat digunakan sebagai patokan respon
tubuh terhadap kebutuhan oksigen pada keadaan basal. (Mohrman D and Jane
H,2006)
Pada hasil yang di dapat menunjukkan peningkatan denyut nadi pada
perubahan posisi dari berbaring telentang, duduk, dan berdiri. Ketika klien coba
berbaring telentang di dapatkan rata-rata sebesar 80,25, ketika duduk di dapatkan
rata-rata denyut nadi sebesar 80, dan ketika berdiri didapatkan rata-rata denyut
nadi sebesar 89.

20
2.13 Gambar

21
22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Nadi adalah gerakan alliran darah pada pembuluh darah arteri yang
dihasilkan oleh kontraksi dari ventrikel kiri jantung.

Denyut Nadi adalah rangsangan kontraksi jantung yang dimulai dari


NODES SINOAURI atau NODUS SINO ATRIAL yang merupakan bagian atas
serambi kanan jantung.

Menghitung Jumlah Nadi

Jika penghitungannya dalam waktu satu menit maka 1 menit X 1.

Jika penghitungannya dalam waktu 30 detik maka 30 detik X 2.

Jika penghitungannya dalam waktu 15 detik maka 15 detik X 4.

Jumlah Nadi Normal

BBL : 130 – 160 /menit

Bayi pada umumnya : 120 – 140 /menit

Anak (1 – 7 tahun) : 80 – 120 /menit

Anak (8 – 14 tahun) : 70 – 110 /menit

Orang dewasa : 70 – 90 /menit

Orang tua : 60 – 70 /menit

23
3.2 Saran
Sebagai petugas kesehatan yang perlu diberikan dalam denyut nadi
adalah: Jumlah / frekuensi permenit, isi / besar kecilnya volume, keras lemahnya
tekanan.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer. Suzanne C.(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Volume 3. Jakarta : EGC.

Corwin, E.J (2008). Handbook of Pathophysiology, 3rd Edition. Lippincott


Williams & Wilkins

Smeltzer C.S & Bare Brenda.(2003). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical
Surgical Nursing. 10th Edition. Philadelphia: Lippincott

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses -


Proses Penyakit (B. U. Pendit, H. Hartanto, P. Wulansari & D. A. Mahani,
Trans. 6 ed.). Jakarta: EGC.

24

Anda mungkin juga menyukai