Oleh
Kelompok 5A
KUPANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa sehingga saat ini masih memebrikan kita nikmat
iman dan kesehatan sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa untuk menyelesaikan tugas
penulisan makalah tentang “Pemeriksaan Klinis Sistem Cardiovas kuler” dengan lancer. Makalah
ini kami susun secara maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu kami
menyampaikan banyak terimakasih atas peran serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir.
Semoga makalh ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Saya pun menyadari dengan
sepenuh hati bahwa tetap terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.
Kupang, 23 september2019
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………ii
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………1
2.1Inspeksi Visual……………………………………………………………………...3
2.2 Gejala Dari Gangguan Jantung……………………………………………………..3
2.3 Pulsus……………………………………………………………………………….4
2.4 Capillary Refill Time (CRT)……………………………………………………….5
2.5 Auskultasi Jantung…………………………………………………………………5
2.6 Perkusi Jantung…………………………………………………………………….9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Inspeksi Visual Pada Anjing
2. Untuk Menegetahui Gejala Dari Gangguan Jantung Pada Anjing
3. Untuk Mengetahui Pulsus Pada Anjing
4. Untuk Mengetahui Capilaryrefill Time (Crt)
5. Untuk Mengetahui Auskultasi Jantung Pada Anjing
6. Untuk Mengetahui Perkusi Jantung Pada Anjing
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ini dapat melibatkan sisi kanan dan kiri jantung dan berhubungan dengan fungsi fisiologis dari
bagian aktivitas jantung tersebut.
3
sisi jantung terpengaruh dan tanda-tanda gagal jantung kongestif umum termasuk
diare mungkin jelas. Abnormalitas yang terkait dengan penyakit jantung spesifik
termasuk endokarditis, perikarditis, dan kardiomiopati juga dapat diamati.
2.3 Pulsus
Dicerminkan oleh kualitas pulsus arteria atau diseut juga pulsus periferi di satu sisi dan
tekanan darah arterial yang dapat dihitung secara langsung atau noninvasive.
Pulsus atau yang dikenal dengan denyut nadi, diperiksa untuk mendapatkan status peredaran
darah seekor hewan. Pada anjing pulsusu diperiksa pada arteri femoralis. Yang harus
diperhatikan pada saat pemeriksaan pulsus adalah:
1. Frekuensi
Frekuensi merupakan jumlah denyutan yang terjadi, per menit. Frekuensi
pulsus dihitung selama 15 detik kemudian dikalikan 4 untuk mendapatkan jumlah
pulsus per menit. Rentang frequensi pulsus untuk anjing besar 65-95 kali/menit,
sedangkan untuk anjing kecil 90-120 kali/menit (Widodo dkk, 2017). Factor-faktor
yang mempengaruhi frekuensi pulsus adalah sebagai berikut:
Ukuran tubuh; pulsus pada hewan dengan ukuran badan yang kecil lebih cepat
dibandingkan dengan pulsus hewan dengan ukuran badan yang besar.
Umur hewan; pulsus hewan muda lebih cepat dibandingkan hewan tua.
Kondisi badan; frekuensi pulsus hewan atlet yang beristirahat lebih lambat
dibandingkan hewan sebangsa tetapi bukan atlet
Jenis kelamin; pulsus hewan betina lebih cepat dibandingkan hewan jantan.
Kebuntingan; frekuensi pulsus hewan bunting tua lebih tinggi dibandingkan
dengan yang tidak bunting
Melahirkan; menjelang kelahiran, pulsus hewan akan lebih tinggi
Laktasi; pulsus hewan betina yang sedang laktasi lebih frekuen, dan semakin
banyak produksi susu, maka jumlah pulsusnu=yam akin tinggi
Terkejut; pada hewan yang terkejut atau nervous dapat terjadi peningkatan pulsus
Gerak badan; hewan yang banyak bergerak frekuensi pulsusnya akan tinggi.
4
Posisi hewan; pulsus hewan yang berdiri lebih frekuen dibandingkan dengan
pulsus hewan yang berbaring
Aktivitas mencerna makanan; hewan yang sedang dan sehabis makan banyak
menunjukan frekuensi pulsus yang tinggi
Suhu udara sekitar; bila udara sekitar terlalu panas atau terlalu dingin, maka
frekuensi pulsus akan meningkat. Pulsus yang frekuen juga merupakan suatu
gejala dari keadaan demam yang tinggi (Widodo dkk, 2017).
2. Gangguan Frekuensi
Pulsus frekuens; pulsus yang dipercepat, dijumpai pada hewan yang terkejut,
hewan sehabis bergerak, demam, penyakit jantung, anemia, dan keracunan obat.
Pulsus rarus; pulsus yang lambat, terjadi bila nervus vagus diinterupsi (cardiac
inhibitor), pada hydrocephalus choronica acquisata, icterus, myocarditis.
Intensitas pada keadaan ini sangatlah lemah (Widodo dkk, 2017).
5
kedua terdengar ketika terjadi penutupan katub semilunar segera setelah ejeksi sempurna.
Suara ketiga dan keempat merupakan temuan patologis yang disebut dengan suara galop. Pada
hewan sehat jantung yang terdengar adalah suara pertama dan kedua, suara ketiga dan keempat
tidak terdengar.
1. Suara-suara Jantung
Suara jantung yang pertama didengar nyaring dan panjang, sedangkan suara
jantung yang kedua lebih berlahan dan pendek. Suara yang kedua disusul oleh pause
presistoli. Suara pertama ditimbulkan oleh penutupan katup atrioventrikuler segera setelah
otot jantung ventrikel dan atrium berkontraksi pada fase sistoli. Suara kedua yang
ditimbulkan oleh penutupan katup-katup semilunar terjadi sewaktu diastoli, maka
dinamakan suara valvuler atau suara diastole dan fasenya disebut fase diastoli.
Jika jantung berkerja melambat, suara pertama dan kedua tidak dapat dibedakan
karena mempunyai sifat-sifat selain disebabkan oleh suara oertama yang terjadi sesudah
pause da suara kedua yang terjadi langsung setelah suara yang pertama. Bila jantung
berkerja secara cepat, maka kedua suara itu sulit dibedakan satu dengan yang lain. Pada
keadaan yang demikian, auskultasi perlu disertai dengan merasakan impuls jantung
memakai jari-jari tangan atau telapak tangan. Suara yang terjadi sinkron dengan impuls
jantung ialah suara jantung yang pertama.
Suara jantung yang luar biasa keras terjadi pada hipertrofi cordis atau terjadi bbila
jantung dirangsang (kejut) atau dapat juga karena hewan beraktivitas berat. Selain dari itu
suara jantung yang keras bias terjadi karena gangguan-gangguan syaraf dan demam yang
tinggi. Suara jantung yang menjadi lemah terjadi pada insufficiensia cordis yang
berlangsung lama, dan juga pada keadaan saat jantung seolah-olah terdorong jauh ke dalam
rongga thorax, misalnya pada obesitas, kebengkakan pada dinding thorax, hidroperikard,
dan hidrothoraks. Dalam auskultasi pada keadan penyakit demikian suara jantung baik dari
sisi kiri maupun sisi kanan thoraks seperti tenggelam menjauh.
2. Suara Jantung Ganda
Pada beberapa hewan sehat, terutama anjing, suara jantung yang pertama, maupun
suara jantung kedua, masing-masing dapat terbagi atas dua suara. Suara jantung pertama
ganda disebabkan berkontraksinya atrium yang pada umumnya tidak terdengar menjadi
terdengar atau dapat juga disebabkan ventrikel kiri dan kanan tidak berkontraksi secara
6
sinkron. Penybab keadaan tersebut ialah adanya gangguan penerusan rangsangan pada
Bundle of Hiss, atau dapat pula disebabkan oleh kerusakan yang hebat pada otot ventrikel,
misalnya yang terjadi pada miokarditis. Suara jantung pertama ganda disebut juga suara
ketiga. Suara jantung yang kedua ganda dapat disebabkan oleh katub semilunar pada arteri
pulmonalis dan katub semilunar pada aorta yang tidak menutup secara sinkron. Suara
jantung kedua ganda disebut pula suara keempat.
3. Suara Jantung Ekstrasistoli
Suara jantung atau denyut jantung ekstrasistoli ialah denyut jantung yang terjadi
premature, yakni yang terjadi sebelum waktunya jantung berdenyut. Hal ini dapat terjadi
oleh adanya suatu rangsangan dari luar nodus sinoatrioventrikuler (SA Node), yang
diselipkan di antara ritme jantung yang normal. Dalam hal ini dua atau lebih denyut jantung
terjadi susul-menyusul tanpa adanya oause di tengah dan kemudian setelah itu barulah
dikompensasi dengan pause yang lebih lama dari biasanya.
4. Blok atau Putus Jantung
Blok atau putus jantung atau yang dikenal sebagai heart-block ialah putusnya
hubungan kerja antara atrium dan ventrikel yang disebabkan oleh adanya gangguan
penerusan rangsangan atau impuls pada Bundle of Hiss. Pada heart-blok derajat pertama,
suara jantung pertama yang disebabkan oleh berkonraksinya ventrikel, terdengar berganda.
Pada heart-block derajat kedua, suara atrium berkontraksi dapat terdengar perlahan,
menyelip diantara suara jantung yang normal. Pada heart-block derajat ketiga suara denyut
jantung atrium yang lemah terdengar dulu, dan suara denyut ventrikel yang jumlahnya
tidak memadai dan berkontraksi sendiri.
5. Suara Endokard
Suara jantung pertama dan suara jantung kedua yang didengar dengan auskultasi
merupakan petunjuk suara jantung sehat/normal. Suara jantung lainnya yang datangnya
dari dalam jantung dinamakan suara endokard atau mummur jantung atau murmur.
Murmur merupakan suara tambahan yang didengar pada waktu auskultasi, namun
harus dibedakan antara murmur kardial dengan murmur ekstrakardial. Pengaruh steniosis
terjadi bila katub yang bersangkutan seharusnya membuka, sedangkan pengaruh
insufisiensi katub terjadi bila katub yang bersangkutan seharusnya menutup. Adapun
7
sebab-sebab adanya murmur ini biasanya karena menderita endocarditis valvularis
chronica, juga kadang-kadang karena endocarditis valvularis acuta.
Pada anjing, untuk menentukan secapa tepat katub mana yang tidsk beres adalah
sulit, karena jantung anjing relative kecil. Tetapi dapat dibuat pedoman bahwa murmur
yang disebabkan oleh katup trikuspidalis dapat lebih jelas terdengar di sisi sebelah kanan,
sedangkan murmur yang disebabkan oleh kerusakan-kerusakan pada katub seminular yang
terdengar jelas pada basis jantung (yakni katub aorta dan katub arteria pulmonalis) dan
yang terdengar pada apex disebebkan oleh kerusakan-kerusakan pada katub mitralis.
Murmur Organik
Murmur hamper selalu berhubungan dengan kerusakan pada katub-
katub jantung umumnya. Murmur yang terjadi berhubungan dengan
kerusakan katub-katub jantung dinamakan murmur organis tetapi dapat juga
terjadi pada keadaan saat tidak didapatkan kelainan-kelainan sama sekali
pada katub-katub tersebut. Yang terjadi bukan oleh kerusakan katub-katub
jantung dinamakan murmur fungsional, atau juga dinamakan murmur
nonorganic atau murmur ekstrakardial.
Murmur Fungsional atau Ekstrakardial
Murmur fungsional biasanya terjadi pada waktu sistoli, suaranya
perlahan makin lama makin mengecil. Suara tersebut juga terdengar pada
pembuluh darah besar, dan sumber penyebabnya murmur tidak dapat
ditetapkan tempatnya di dalam jantung. Murmur yang fungsional atau
ekstrakardial terjadi berkaitan dengan erat dengan anemia yaitu ketika darah
bersirkulasi kekurangan eritrosit yang berimbas pada kekurangan
haemoglobin, dengan demikian maka kemampuan darah untuk mengangkut
O2 dari paru-paru ke jaringan tubuh berkurang, akan tetapi jaringan tubuh
harus mendapatkan O2 yang cukup pada jangka waktu tertentu. Maka
sebagai kompensasinya darah harus mengalir lebih cepat dari biasanya. Hal
inilah yang menimbulkan suara sewaktu darah melintas katup-katup jantung
dan pembuluh darah besar.
8
6. Suara- suara Perikard
Suara perikard ialah suara gesekan yang disebabkan oleh permukaan perikard yang
lembut/licin menjadi kasar. Mekanisme kejadian suara perikard sama dengan mekanisme
kejadian suara gesekan yang berasal dari pleura parietalis dan pleura visceralis. Suara
gesekan yang berasal dari perikard dengan mudah dibedakan dengan suara gesekan dari
pleura. Gesekan perikard menghasilkan suara pergesekan yang berlangsung secara sinkron
dengan kerja jantung, sedangkan pergesekan pleura menghasilkan suara gesekan yang
berlangsung secara sinkron dengan gerak pernapasn.
Perkusi merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan menegetuk bagian permukaan untuk
mengetahui pantulan gema yang dihasilkan. Pengetukan dapat dilakukan dengan jari tangan, alat
pleximeter ataupun palu khusus. Letak topografis jantung anjing adalah 2/3 bawah ruang toraks,
diantara rusuk ke-3 dan ke-6, dan dengan variasi bentangan antara rusuk ke-2 dan ke-5. Jantung
terletak di sebelah kiri dari garis median. Pada anjing suara keredupan jantung yang absolut
terdapat disebeah kiri, dari ruang intercostal ke-4 sampai denga ke-6. Sedangkan pada toraks
sebelah kanan daerah keredupan jantug yang absolut didapatkan pada ruang intercostal ke-4
sampai dengan ke-5 (Widodo dkk, 2017).
9
Perkusi dapat digunakan untuk menentukan keberadaan massa atau garis cairan, terutama
di dada. Pemeriksaan akan menimbulkan suara hampa (hyperresonance) di atas paru-paru
dan suara tumpul di atas struktur padat (hyporesonant), dengan mengetuk bagian
permukaan.
Jika suatu daerah, terutama bagian punggung, pada rongga dada terdengar hyperresonant,
maka dapat diketahui bahwa telah terjadi pneumotoraks.
Jika suatu daerah, terutama bagian perut, terdengar hiporesonan, maka mungkin terjadi
efusi pleura (Tilley, et al., 2008).
Pada perkusi, jantung memberikan suara nonresonan lengkap termasuk kerusakan jantung absolut
karena tidak adanya udara di hati. Meningkatnya area dullness jantung seperti yang diamati pada
hipertrofi jantung, perikarditis, hidro dan hemoperikardium, pneumotoraks, dan hernia diafragma.
Area tumpul jantung dapat berkurang pada kejadian emfisema. Selama perkusi daerah jantung,
reaksi nyeri menunjukkan adanya perikarditis akut (Chauhan, dan Agarwal).
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan klinis jantung meliputi inspeksi, CRT, auskultasi dan perkusi. Dalam hal
tertentu terhadap jantung dapat dilakukan perkusi namun hal ini tidak lazim dilakukan ditempat
praktik dan kurang memberikan informasi tentang keadaan jantung pada pemeriksaan awal. Kerja
jantung menghasilkan vibrasi dengan kisaran frekuensi 1-1000 Hertz. Pada kisaran frekuensi
kurang dari 30 Hertz vibrasi dapat terlihat namun tidak terdengar. Semakin tinggi frekuensinya
semakin terdengar.
Untuk mengetahui kondisi pada jantung kucing maka perluh dilakukan pemeriksaan
dengan inspeksi visual pemeriksaan klinis system cardiovaskuler pada kucing, menegtahui gejala
dari gangguan jantung pada kucing,bagaimana pemeriksaan pulsus pada kucing, bagaimana
Capilary Refill Time pada jantung kucing, bagaimana aukultasi pada kucing. pemeriksaan ini
dapat membantu mengdiagnosa keadaan jantung.
11
DAFTAR PUSTAKA
Widodo, Setyo., Sajuthi, Dondin., Choliq, Chusunal., Wijaya, Agus., Wulansari, Retno., Lelana,
Agus RP. 2017. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. IPB press
Tilley, L. P., F. W. K. Smith Jr., M. A. Oyama, dan M. M. Sleeper. 2008. “Manual of Canine and
Feline Cardiology Fourth Edition”. Elsevier-Saunders.
12