Anda di halaman 1dari 17

CHORONIC RESPIRATORY DISEASE

(CRD)
KELOMPOK 4
MOSCATIA TOBILOLON MUDA (1709010009)
TERESITA MAXIMA UA LAKAWOLO (1709010013)
RICHARD RIVALDY TOELLE (1709010022)
DEVILIA RAMBU ATHANDAU (1709010032)
RENDRO JANGGA NGARU (1709010056)
• Chronic Respiratory Disease (CRD) yang
menyerang pada unggas disebabkan oleh
Mycoplasma gallisepticum

• Masa tunas CRD berkisar antara 4-21 hari.

• Ayam dan kalkun secara alami rentan


terhadap infeksi M.gallisepticum. Selain
itu burung dara, ayam hutan dan
beberapa burung liar dapat terserang
oleh penyakit ini.

• Penyakit ini akan lebih parah apabila


diikuti dengan infeksi sekunder dengan
virus lain seperti ND, IB atau bakteri
seperti misalnya Escherichia coli.
ETIOLOGI

01 bersifat gram negatif

0,25-0,50 micron berbentuk


02 pleomorfik

hidup di luar tubuh ayam 1 hari pada suhu


03 37oC atau
sampai 3 hari pada suhu 20°C

tidak mempunyai dinding sel


04 sejati
PATOGENESIS
Melekat pada reseptor epitel yang
disebut sialoglycoprotein (Patron
recognition receptors
sites)

dimediasi oleh adhesin dan


protein yang disebut bleb
MG masuk melalui rongga
(Pathogen associate molecular
hidung patrons); diujung organ sel
mikoplasma

Sel mikoplasma penetrasi dan


sel mikoplasma bergerak
merusak mukosa
menuju kantong membran
epitel sambil memperbanyak
udara abdominal
diri
GEJALA KLINIS

• Gejala klinis diawali dengan keluarnya • Sebagian ayam yang terserang,


cairan eksudat bening (catarrhal) dari menunjukkan muka bengkak akibat
rongga hidung, bersinbersin, batuk, ngorok tertimbunnya eksudat dalam sinus
dan radang conjunctiva (conjunctivitis). infraorbitalis.
• Jika infeksi berlanjut dan disertai infeksi
sekunder maka eksudat hidung yang
keluar menjadi agak kental.

• Gejala pernafasan ini kemudian diikuti


dengan turunnya nafsu makan, berat
badan dan produksi telur, sedangkan
konversi pakan naik
• Peradangan disebabkan karena respons imun dari induk semang
• Peradangan ini menyebabkan terhambatnya perkembangan sel T helper
1 (Th1 cell) sehingga sel T sitotoksik (killer cytotoxic T cell) menjadi tidak
aktif yang mengakibatkan infeksi patogen menjadi persisten
• Akibat lain yaitu terjadi peningkatan produksi Tumor necrosis factor α
(TNFα) yang mengakibatkan respon sel Th2 menurun, yang
mengakibatkan respon netralisasi antibodi terhadap infeksi bakteri atau
virus juga menurun drastis
• Kondisi ini menjelaskan kenapa infeksi mikoplasma menyebabkan
imunosupresif terhadap ayam yang terinfeksi MG.
PATOLOGI

• Radang sekresi hidung katar dalam alat pernafasan mulai dari rongga hidung, sinus

sampai kantong udara.

• Kantong udara terlihat keruh dan bereksudat kasar.

• Bila terjadi komplikasi dengan bakteri, perubahan hebat ditemukan berupa

perikarditis, perihepatitis fibrinosa atau fibrino purulenta disertai dengan radang

masif kantong udara.

• Selain gangguan alat pernafasan telah dilaporkan terjadi salpingitis.


CARA PENULARAN

• Penularan secara horisontal dan vertikal.

• Penularan secara horizontal berupa kontak langsung dari hewan ke hewan dan yang

tidak langsung melalui makanan, air minum, debu, alat-alat kandang yang tercemar oleh

M.gallisepticum dan melalui udara dengan jarak tidak melebihi 6 meter.

• Penularan secara vertikal terjadi lewat telur yang dihasilkan oleh induk penderita.

Derajat penularan tertinggi pada waktu induk baru terpapar infeksi mencapai 35% dan

menurun menjadi 1% setelah 2-4 bulan kemudian


FAKTOR PREDIPOSISI
• Ayam muda biasanya lebih rentan terhadap CRD
• Kejadian penyakit biasanya dipengaruhi oleh pengaruh lingkungan.
• Berbagai faktor stres yang mendukung kejadian CRD adalah kondisi
manajemen yang kurang memadai, kadar amoniak yang tinggi, kandang
atau lingkungan yang berdebu, pemeliharaan ayam dengan umur yang
berbeda dalam satu lokasi dan fluktuasi temperatur dan kelembaban
yang tinggi.
DIAGNOSA

Identifikasi agen penyebab


CRD
• Indirect Fluorecent Antibody Technique (FAT)
• Growth Inhibition Test
• Metoda penentuan DN

Uji serologis
• Uji Aglutinasi serum cepat (Rapid serum aglutination
test)
• Uji hambat hemaglutinasi atau Hemaglutination
inhibition test (HI)
• Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay (ELISA).
Isolasi dilakukan pada telur bertunas, biakan sel dan pada medium buatan

padat atau cair. Identifikasi isolat dilakukan dengan melihat morfologi agen

pada biakan cair, bentuk koloni pada biakan padat, uji HI, struktur antigenik,

patogenitas dan sifat-sifat biokimianya.


DIAGNOSA BANDING

Snot menular Kolera unggas


(Infectious coryza)

Newcastle
Infeksi Mycoplasma
Disease (ND synovia

Infectious
Bronchitis (IB)
PENGENDALIAN
• Obat-obatan diantaranya ialah tylosin, • Usaha pencegahan CRD didasarkan atas
spiramycin, oxytetracyclin, streptomycin, pelaksanaan higiene, sanitasi, vaksin
spektinomisin, linkomisin, dan inaktif (tidak hidup). Perlakuan dengan
beberapa golongan kuinolon seperti vaksin inaktif untuk pertumbuhan ayam
enrofloksasin dan norflosasin. dara pada umur 12-16 minggu, cukup
Pengobatan suportif seperti pemberian dengan pemberian dosis tunggal dan
vitamin untuk mencegah turunnya produksi
subkutan,

• Mengusahakan dan menjaga agar ayam


bibit maupun telur tetas bebas dari infeksi
organisme Mycoplasma synoviae
THANKS

Anda mungkin juga menyukai