Monika N. Nenotek(1709010015) Plasedis O. Bude(1709010020) Amalia Y. K. Nata (1709010035) Devilia R. Athandau(1709010034) Marianus T. Sado (1709010039) Serviana B. Papang (1709010047) Meicha A. L. P. Bengkiuk (1709010051) Yuni S. Sidabutar (1709010055) Venansius J. Labhu (1709010053) Opisthorchiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing Opisthorchis viverrini. Opisthorchis viverrini merupakan parasit trematoda. Taksonomi Kingdom: animalia Fillum: platyhelminthes Kelas: rhabditophora Ordo: plagiorchiida Family: opisthorchiidae Genus: opisthorchis Spesies: O. viverrini Morfologi Habitat: saluran empedu dan saluran pankreas. Ukuran : 7 – 12 mm Batil isap mulut > batil isap perut Telur : mirip telur Clonorchis sinensis, tapi lebih langsing Cara infeksi: makan ikan yang mengandung metaserkaria yg dimasak kurang matang. Hospes: manusia, kucing dan anjing Penyakit: opistokiasis Telur O. viverrini berukuran 30 × 12 μm sedikit lebih sempit dan berbentuk bulat telur Daur hidup O. viverrini adalah cacing hati hermafrodit membutuhkan tiga inang yang berbeda untuk menyelesaikan siklus hidupnya Siput air tawar adalah inang perantara pertama di mana reproduksi aseksual terjadi ikan air tawar yang termasuk dalam famili Cyprinidae adalah inang perantara kedua di mana perkembangan larva terjadi. Mamalia pemakan ikan (piscivora), termasuk manusia, anjing, dan kucing, bertindak sebagai inang definitif, di mana reproduksi seksual terjadi Lanjutan... inang defenitif yang terinfeksi O. Viverrini biasanya mengeluarkan telur- telur trematoda bersama feses inang di air tawar dari tempat siput terinfeksi. Epidemiologi O. viverrini pertama kali dideskripsikan oleh parasitolog Prancis MJ Poirier pada tahun 1886, yang menemukan parasit pada seekor kucing nelayan India ( Prionailurus viverrus ), berasal dari Asia Tenggara, yang mati di taman Zoologi yang terhubung dengan Museum Nasional Sejarah Alam di Paris Penyebaran geografis thematoda Opisthorchis viverrini ini tersebar daerah Asia Tenggara dan Thailand,Vietnam,Camboja sebagai daerah endemik O. viverrini tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di Cekungan Mekong di Asia Tenggara. Lanjutan ... Anak-anak sekolah paling banyak terinfeksi, dan infeksinya sangat tinggi sebelum 1984, setelah itu ada program pengobatan massal, dan prevalensinya menurun tajam setelah 1994. Sekitar 9,6% dari total populasi Thailand diperkirakan terinfeksi dan paling melimpah di Thailand utara, sementara itu terjadi cukup banyak di Thailand tengah. Menurut survei nasional lima tahun dari 2010 hingga 2015, insiden tertinggi mencapai 45,7% dari populasi di Thailand utara
Belum terdapat kasus di Indonesia
Cara penularan ditularkan melalui makanan dari keluarga Opisthorchiidae yang menginfeksi saluran empedu terinfeksi setelah makan ikan mentah atau setengah matang. Infeksi pada parasit ini disebut opisthorchiasis Patogenesis Disebabkan oleh Iritasi mekanis oleh cacing dan bebrapa zat beracun yang dihasilkan. Lesi terutama terbatas pada sistem bilier. Ada hiperplasia sel epitel yang melapisi saluran empedu Pada infeksi berat terdapat obstruksi saluran empedu, retensi empedu, hiperplasia luas pada sistem empedu, dengan proliferasi kelenjar tipe papillomatosa dan adenomatosa, kolangitis, infiltrasi periductal dengan eosinofil, sel bundar dan fibrosis pada area portal, nekrosis dan atrofi sel hati Lanjutan... Saluran empedu melebar dan pada kasus-kasus akhir, formasi sakular atau kistik dapat berkembang menjadi kista besar Gejala klinis Awalnya dengan menemukan telur dalam tinja atau dari drainase duodenum. Cacing dalam jumlah sedikit tidak akan menimbulkan gejala timbul gejala berupa diare,kurang nafsu makan,perut kembung/dyspepsia,nyeri perut di bagian atas kanan,anoreksia,mual,muntah,demam tinggi. Perasaan tidak enak di epigastrium,nyeri di kuadran kanan atas dapat juga timbul disertai hepatomegali,ikterus, suhu naik 38,5°C. Lanjutan ... Perut kembung, anoreksia, lassitude, penurunan berat badan, sensasi kulit perut yang panas. Selanjutnya jika jumlah telur mencapai 10-50 butir per mg tinja,penyakit berat dan jika lebih dari 50 butir,penyakit sangat berat. Pengobatan Cukup baik dengan pemberian obat klorokuin. Praziquantel: 25 mg/kg BB dalam tiga kali sehari. Efek samping: mual,muntah,sakit kepala,rasa tidak nyaman pada perut. Health education: tidak memakan ikan yang tidak dimasak sampurna. Pencegahan Pencegahan penularan cacing Clonorchis sinensis pada manusia juga dapat dilakukan dengan cara memutus rantai hidup cacing ini, meliputi : 1. Tindakan pengendalian Industri; pembuangan ekskreta dan air limbah atau khusus kotor yang aman untuk mencegah kontaminasi pada air sungai, pengolahan air limbah untuk keperluan akua kultur, iradiasi ikan air tawar, pembekuan dingin, perlakuan panas, misalnya pengalengan. 2. Tempat pengelolaan makanan/rumah tangga; memasak ikan air tawar sampai benar-benar matang. Konsumen harus menghindari konsumsi ikan air tawar yang mentah atau kurang matang. Contoh kasus