Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

DIAGNOSIS KLINIK VETERINER

PEMERIKSAAN PULSUS

Oleh :

Nama : Ni Putu Sri Ayu Astini


NIM : 1609511034
Kelas : 2016 D
Kelompok : Cendrawasih

LABORATORIUM DIAGNOSIS KLINIK VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018
I. LANDASAN TEORI
Pemeriksaan pulsus dan denyut jantung merupakan bentuk pemeriksaan sistem
sirkulasi. Pemeriksaan sistem sirkulasi ini berfungsi untuk mengetahui adanya suatu
kelainan pada cardiovascular atau tidak. Denyut nadi atau pulsus didefinisikan ketika
darah yang mendapat tekanan dipompa dari ventrikel kiri, aorta dan arteri mengembang
untuk mengakomodasinya. Ketika ventrikel berelaksasi dan katup semilunar menutup,
dinding arteri yang elastis akan kembali ke bentuk semula, mendorong darah ke distal
menuju ke arteriola. Di dalam aorta akan terjadi desakan darah desakan arteri ke dalam
darah, yang disebut denyut nadi (Silverthorn, 2014).
Pulsus pada anjing dapat diperiksa atau dihitung pada arteri yang terletak dibawah
kulit. Anjing dan kucing, pulsus dapat diraba pada arteri femoralis pada paha bagian
dalam. Pada umumnya hewan muda, kecil, bunting dan betina memiliki frekuensi yang
lebih besar dibanding hewan tua, besar, jantan dan tidak bunting. Pulsus meningkat
dapat terjadi secara fisiologis pada saat bekerja, gerak dan terkejut akibat adanya
simpatikotoni. Pada keadaan poatologis, pulsus meningkat dapat ditemukan pada kasus
demam, keracunan, anemia. Sedangkan frekuensi pulsus yang menurun dapat terjadi
pada kasus penurunan aktivitas jantung (Widiyono, 2001). Frekuensi normal pulsus
anjing besar 65-90 denyut/menit, sedangkan pulsus anjing kecil 90-120 denyut/menit.

Kualitas pulsus sangat bergantung pada amplitude tekanan gelombang pulsus.


Variasi kualitas pulsus bisa bervariasi akibat adanya perubahan pengisisan diastollik,
menyebabkan volume darah yang dipompa jantung berbeda. Kulitas pulsus yang
abnormal kemungkinan berkaitan dengan penyakit struktur jantung, fungsi jantung,
atau pembuluh darah tidak normal. Suatu pulsus dikatakan normal jika pulsus,
amplitudo dan kekuatannya berurutan secara teratur. Pada pulsus normal arteri akan
terasa terisi penuh dengan darah, dinding arteri membesar sehingga menimbulkan
tekanan yang bisa dirasakan oleh jari pemeriksa. Apabila pulsus tidak teraba, hal yang
mungkin terjadi adalah hewan yang tidak bisa dikendalikan, hewan yang mengalami
tremor otot seluruh badan, obesitas serta factor lainnya.
II. MATERI DAN METODE

2.1 Materi

a. Anjing
b. Stopwatch
c. Tissue
d. Stetoskop

2.2 Metode

a. Meletakkan ujung jari di arteri femoralis yang terletak sekitaran paha


belakang bagian dalam.
b. Dengan lembut, jari menekan hingga denyut nadi/arteri terasa.
c. Jika arteri berukuran agak besar maka gunakan 2-3 jari. Arteri yang berukuran
kecil diraba dengan ujung jari, pergunakan jari manis atau jari tengah.
d. Menghitung jumlah denyutan selama 30 detik dan 1 menit. Penghitungan satu
menit berguna untuk mengecek irama pulsus
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan pulsus yang penulis lakukan diperoleh pulsus
anjing adalah 84 denyut/menit. Anjing yang penulis gunakan memiliki berat 9,2 kg dan
tergolong anjing besar. Dengan demikian hasil pulsus tersebut menunjukan pulsus
anjing normal. Anjing besar dikatakan memiliki pulsus normal dengan kisaran 60-90
denyut/menit, sedangkan anjing kecil 90-120 denyut/menit. Pulsus anjing besar lebih
banyak dari anjing kecil karena anjing yang bertubuh kecil metabolisme tubuhnya
semakin tinggi. Normalnya, pulsus akan meningkat saat inspirasi dan menurun saat
ekspirasi, dan variasi pulsus ini disebut sebagai sinus arrhythmia. Pulsus meningkat
dapat terjadi secara fisiologis saat bekerja, gerak dan terkejut akibat adanya
simpatikotoni. Pada keadaan patologis, pulsus meningkat dapat ditemukan pada kasus
demam, keracunan, anemia serta penyakit jantung. Sedangkan frekuensi pulsus yang
menurun dapat terjadi pada kasus penurunan aktivitas jantung (Widiyono,2001).

Gambar 1. Pengukuran Pulsus Anjing


Irama pulsus dari anjing yang penulis gunakan menunjukkan irama yang teratur.
Regular intermittent terjadi apabila pulsus yang hilang dan timbul secara teratur. Pulsus
ini muncul pada hewan normal. Sedangkan Irreguler intermittent terjadi apabila pulsus
yang hilang timbul secara tidak teratur. Kemunculan pulsus ini tanpa pola.
Kualitas pulsus atau amplitudo dari anjing yang penulis periksa menunjukkan
amplitudo yang kuat. Pada keadaan fisiologis pulsus bersifat kuat. Pulsus yang lemah
dapat terjadi akibat kelemahan jantung dan volume darah yang menurun. Kekuatan
pulsus yang meningkat dapat disebabkan oleh hipertrofi jantung sebelah kiri dan
peningkatan resistensi perifer (seperti pada kasus penyakit ginjal).
Penulis juga melakukan pemeriksaan terhadap denyut jantung dan
membandingkannya dengan denyut nadi. Diperoleh hasil denyut jantung 76
denyut/menit, sedangkan denyut nadi 88 denyut/menit. Dalam keadaan normal,
frekuensi denyut nadi sama dengan denyut jantung. Pada kejadian tertentu dapat terjadi
pulsus deficit yaitu rata-rata pulsus yang lebih sedikit dibandingkan dengan rata-rata
pulsus di jantung dan mengindikasikan terjadinya dysrhythmia (Murtiati, 2005). Pada
penghitungan penulis, diperoleh hasil denyut nadi lebih banyak daripada denyut
jantung. Hal tersebut bertolak belakang dengan teori pulsus deficit dan teori mengenai
terjadinya denyut nadi. Gelombang nadi tidak mungkin lebih dari gelombang jantung
karena gelombang jantung merupakan sebab terjadinya gelombang nadi.

Gambar 2. Membandingkan Frekuensi Denyut Jantung dan Denyut Nadi


IV. SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Berdasrkan pemeriksaan pulsus anjing diperoleh hasil 84 denyut/menit, dengan
irama yang teratur serta amplitudo yang kuat. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
pulsus anjing yang penulis periksa adalah normal. Pada pemeriksaan denyut jantung
dan denyut nadi diperoleh hasil jumlah denyut jantung 76 denyut/menit dan denyut
nadi 88 denyut/menit. Normalnya denyut nadi dan denyut jantung adalah sama,

4.2 Saran
Berdasarkan praktikum ini, saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai
berikut:
1. Diperlukan konsentrasi tinggi untuk dapat menghitung pulpus secara akurat,
jangan sampai kehilanggan fokus pada saat penghitungan.
2. Untuk hasil penghitungan yang akurat, gunakan tangan terpeka anda baik itu
tangan kiri maupun kanan.
3. Handle anjing sebaik mungkin saat pemeriksaan, jangan biarkan anjing dalam
kondisi tegang maupun takut karena akan berpengaruh terhadap hasil
pemeriksaan.
DAFTAR PUSTAKA

Murtiati, Tri. 2005. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: UNJ

Silverthorn, Dee unglaub. 2014 Fisiologi Manusia. Jarkarta: EGC

Widiyono. 2001. Diktat kuliah diagnosa klinik. Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Widodo, setio. Dkk. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bandung: IPB Press

Anda mungkin juga menyukai