Anda di halaman 1dari 5

TEKS OBSERVASI TENTANG ALAT KESEHATAN

NAMA : NI NYOMAN AYU SARASWATI DEWI


NO : 26
KELAS : X K2

SMK KESEHATAN PGRI DENPASAR


TAHUN AJARAN 2022/2023
TEKS OBSERVASI TENTANG ALAT KESEHATAN

Alat Tekanan Darah Alat Pengukur Suhu Tubuh

Vital sign terdiri dari tekanan darah, pulsus, laju respirasi, dan suhu tubuh. Terdapat
dua keuntungan dari pengukuran vital sign selama pemeriksaan awal. Pertama, penentuan
nilai dasar normal dapat memastikan perbandingan standar saat kegawatdaruratan terjadi
selama perawatan. Jika kegawatdaruratan terjadi, pengetahuan pasien tentang nilai normal
penting untuk menentukan keparahan masalah. contoh, jika pasien hilang kesadaran secara
tidak terduga dan tekanan darahnya 90/50 mmHg, perhatiaannya akan berbeda pada pasien
yang memiliki tekanan darah normalnya 115/65 mmHg dibanding dengan pasien dengan
hipertensi yang memiliki tekanan darah normalnya 180/110 mmHg. Contoh kedua, pasien
yang berada pada keadaan shock mungkin akan baik-baik saja.
Manfaat kedua adalah untuk mengidentifikasi abnormalitas baik yang sudah
terdiagnosis maupun yang belum terdiagnosis. contoh, pasien dengan hipertensi parah yang
tidak terkontrol yang tidak teridentifikasi dan tidak mendapat manajemen yang baik akan
sangat berbahaya. Tujuan dari pemeriksaan ini hanya untuk mendeteksi buat untuk
mendiagnosis. Jika terdapat temuan abnormalitas yang signifikan, pasien harus dirujuk ke
dokter untuk evaluasi lebih lanjut
1. Tekanan darah.
Tujuan dari pemeriksaan tekanan darah adalah untuk menentukan adanya normotensi,
hipertensi atau hipotensi.
Tekanan darah diukur dengan pemeriksaan indirek pada ekstremitas atas dengan
maset tekanan darah dan stetoskop. Maset harus memiliki lebar yang tepat untuk
mendapatkan pengukuran yang akurat. Idealnya, kantong dalam manset harus mencakup 80%
dari keliling lengan, dengan pusat kantong diatas arteri brakialis. Standar lebar manset untuk
rata-rata lengan dewasa yaitu 12-14 cm. manset yang terlalu kecil memberikan hasil lebih
tinggi,sedangkan manset yang terlalu besar menghasilkan nilai yang lebih kecil dari nilai
yang sebenarnya. Manset yang lebih sempit tersedia untuk digunakan pada anak-anak, dan
manset yang lebih lebar atay manset paha digunakan untuk pasien obesitas atau pasien
dengan tubuh yang besar. Untuk alternatif pasien obesitas, manset ukuran standar dapat
diletakkan pada lengan bawah dibawah fossa antecubital, dan arteri radialis dapat
dipalpasisehingga hanya hanya nilai sistolik rata-rata yang dapat terukur. Instrumen yang
mengukur tekanan darah pada pergelangan tangan atau jari mulai populer, namun,
penggunaannya kurang disarankan karena potensi ketidakakuratannya. Stetoskop harus yang
memiliki standar yang baik. Bell end (cup) lebih digunakan untuk auskultasi pada arteri
brakialis; namun, penggunaan diafragma (datar) lebih sering digunakan dan dapat diterima.
Metode auskultasi pada pengukuran tekanan darah yang direkomendasikan American Heart
Association adalah sebagai berikut:
 pasien harus didudukan dengan nyaman dengan tidak menyilangkan kaki. Kemudian
manset segera dipasangkan pada lokasi arteri brakialis. Manset diletakkan ketat pada
lengan atas dengan lengan baju yang sudah disingkap, dengan batas bawah kira-kira
satu inchi diatas fossa antecubital. Manset standar memiliki tanda panah yang
didesain menunjukkan titik tengah manset, yang berpusat diatas arteri brakialis yang
sebelumnya telah dipalpasi (pada aspek medial pada tendon bisep).
 Selanjutnya, saat pulsus radialis dipalpasi, manset dikembangkan hingga pulsus radial
menghilang; dikembangkan hingga ditambahkan 20-30 mmHg (tekanan sistolik
palpatoir).
 Stetoskop diletakkan diatas arteri brakialis yang sebelumnya telah dipalpasi yang
membelok pada siku dalam fossa antecubital (tidak menyentuh manset), dan
seharusnya tidak ada suara yang terdengar.
 Katup tekanan perlahan dilepaskan, jarum menurun 2-3 mmHg perdetik. Seiring
jarum menurun, titik yang dicatat yaitu suara denyut pertama (suara Korotkoff) yang
terdengar. Pada titik ini dicatat sebagai tekanan sistolik.
 Selanjutnya jarum masih berlanjut turun, suara denyut menjadi lebih kencang,
sehingga berkurang hingga detak yang terdengar melemah untuk beberapa saat dan
menghilang seketika. Indeks tekanan diastolik yang paling tepat saat suara hilang
sempurna. Kadang, suara redaman dapat terdengar berlanjut jauh dibawah tekanan
diastolik sesungguhnya. Jika hal ini terjadi, suara meredam pertama digunakan
sebagai tekanan diastolic.
 Pada pasien usia lanjut dengan tekanan pulsus yang lebar, bunyi Korotkoff mungkin
tidak dapat terdengar antara tekanan sistolik dan diastolic, dan mungkin muncul
kembali jika pengempisan manset dilanjutkan. Fenomena ini disebut auscultatory
gap.
Pada dewasa normal sehat, tekanan sistolik normal berkisar 90-140 mmHg dan
umumnya meningkat seiring usia. Nilai normal tekanan diastole berkisar 60-90 mmHg.
Tekanan pulsus bervariasi diantara tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi pada orang
dewasa ditandai dengan tekanan darah sama atau lebih besar dari 140/100 mmHg. Sangat
dianjurkan untuk mengukur tekanan darah dua kali selama perawatan, diberi jeda beberapa
menit, dan pengukuran akhir diambil dari rata-rata dua pengukuran.

2. Nadi/Pulsus
Prosedur standar untuk memeriksa pulsus adalah
 Palpasi arteri karotis pada tepi trakea atau arteri radial pada sisi ibu jari lengan. .
Penggunakaan arteri karotis untuk pengukuran pulsus memiliki beberapa keuntungan.
Pertama, arteri karotis cukup familiar karena umumnya dokter gigi mendapatkan
pelatihan resusitasi jantung paru (RJP). Kedua, arteri ini cukup menggambarkan
karena merupakan arteri utama yang mensuplai otak; terlebih pada situasi
kegawatdaruratan, arteri ini dapat dipalpasi ketika arteri perifer lainnya tidak dapat
dipalpasi. Terakhir, arteri ini letaknya mudah ditemukan dan mudah dipalpasi karena
ukurannya. Untuk pemeriksaan terbaik sebaiknya dilakukan selama satu menit penuh
untuk mendeteksi adanya ritme irregular.
 Meraba dengan tiga jari tangan (digiti Ii, ii, iv manus) tepat di atas arteri radialis.
Digiti II dan IV digunakan untuk fiksasi dan digiti II untuk deteksi denyutan. Setelah
denyut nadi teraba jari-jari dipertahankan pada posisinya kemudian dilakukan
pengukuran frekuensi dan irama nadi.
Pulsus harus dipalpasi selama 1 menit sehingga ritme abnormal dapat terdeteksi.
Sebagai alternative, dapat dipalpasi selama 30 detik dan dikalikan 2. Untuk denyut teratur
hitung frekuensi nadi selama 15 detik dikalikan 4 (atau Alecs count hitung cepat selama  6
detik dikalikan 10).
Rata-rata pulsus orang dewasa normal adalah 60-80 kali permenit. Jika pulsus lebih dari 100
kali permenit disebut takikardia, sedangkan juka pulsus kurang dari 60 kali permenit disebut
bradikardia. Nilai pulsus abnormal dapat menjadi tanda dari kelainan kardiovaskulat namun
dapat dipengaruhi oleh latihan fisik, keadaan pasien, kecemasan, obat, atau demam. Pulsus
normal merupakan serial dari ritme detak jantung yang terjadi pada interval yang regular.
Ketika detak terjadi pada interval yang ireguler, pulsus disebut ireguler, disritmia atau
aritmia.

3. Pernafasan
Tujuan : untuk menilai frekuensi pernafasan
Teknik : Operator berdiri di belakang dan tanpa sepengetahuan pasien kemudian dilakukan
observasi sangkar dada. dihitung jumlah gerakan sangkar dada (siklus fase inspirasi dan
ekspirasi) dalam 1 menit.
Intepretasi : kecepatan respirasi normal
 Bayi adalah 24-30 siklus per menit
 Anak-anak adalah 20-24 siklus per menit
 Remaja dan dewasa muda adalah 12-18 siklus per menit
 Dewasa adalah 8-12 siklus per menit

4. Suhu Tubuh
Tujuan : untuk menentukan suhu tubuh penderita
Teknik : menggunakan berbagai alat tera suhu tubuh , disesuaikan alat tera yang digunakan
Intepretasi :
 suhu tubuh orang dewasa normal 36,1 C sampai dengan 37,5 C
 sub febris 37,5 C sampai dengan 38,5 C
 Febris di atas 38,5 C

Anda mungkin juga menyukai