PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Denyut nadi merupakan manifestasi dari kemampuan jantung, untuk
mengetahui kerja jantung dan dapat dilihat dari denyut nadi. Denyut nadi adalah
suatu gelombang yang teraba pada arteri apabila darah di pompa keluar jantung.
Denyut ini mudah diraba tepat dimana ada arteri melintas (Goleman et al., 2019).
Oksigen yang dihirup akan masuk ke paru-paru untuk pertukaran gas
oksigen dan karbondioksida pada alveolus dan kapiler. Darah melewati sirkulasi
paru akan mengikat oksigen dan melepaskan karbon dioksida. Darah yang kaya
akan oksigen akan disalurkan ke seluruh jaringan tubuh (Han and goleman, daniel;
boyatzis, Richard; Mckee, 2019).
Adapun pulse oximeter untuk mengukur denyut jantung (Heart Rate) atau
saturasi oksigen (SpO2) secara bersamaan. Namun masih banyak pasien yang
awam dengan pembacaan nilai hasil pengukuran yang ditampilkan pada display
alat tersebut atau berapa kisaran hasil pengukuran yang baik untuk suatu hasil
pengukuran Kesehatan pasien. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis bertujuan
untuk merancang alat ukur denyut jantung (Heart Rate) dan saturasi oksigen (SpO2) yang
efektif, efisien, portabel dengan menambahkan parameter keterangan “Normal” atau
“Abnormal” pada display sehingga pasien dapat mengetahui hasil pengukuran HR
dan SpO2 tergolong baik atau tidak
2. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari denyut nadi?
2. Apa tujuan pengukuran denyut nadi?
3. Bagaimana faktor yang mempengaruhi denyut nadi?
4. Bagaimana cara mengetahui letak denyut nadi?
5. Bagaimana hasil pemeriksaan normal denyut nadi?
3. Tujuan
1. Menjelaskan tentang Apa pengertian dari denyut nadi
2. Menjelaskan tentang Apa tujuan pengukuran denyut nadi
3. Menjelaskan tentang Bagaimana faktor yang mempengaruhi denyut nadi
4. Menjelaskan tentang Bagaimana cara mengetahui letak denyut nadi
5. Menjelaskan tentang Bagaimana hasil pemeriksaan normal denyut nadi
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3. Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi
1. Usia
Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan oksigen
selama pertumbuhan. Pada masa remaja, denyut jantung menetap dan iramanya
terratur. Pada orang dewasa efek fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem
kardiovaskuler. Pada usia yang lebih tua lagi dari usia dewasa penentuan nadi
kurang dapat dipercaya. Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia
antara bayi sampai dengan usia dewasa, denyut nadi paling tinggi ada pada bayi
kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan pertambahan usia.
2. Jenis Kelamin
Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum, sub maksimum pada
wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda dengan kerja 50%
maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per menit, pada wanita 138
denyut per menit. Pada kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai 154
denyut per menit dan pada wanita 164 denyut per menit.
3. Keadaan Kesehatan
Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau frekuensi jantung
secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru sembuh dari sakit frekuensi
jantungnya cenderung meningkat.
4. Riwayat Kesehatan
Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau hipotensi akan
mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita anemia (kurang
darah) akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga mengakibatkan
peningkatan denyut nadi.
5. Intensitas dan Lama Kerja
Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut nadi, lama
kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan kapasitas optimal
manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi sehingga tidak melampaui batas
maksimal. Apabila melakukan pekerjaan yang berat dan waktu yang lama akan
mengakibatkan denyut nadi bertambah sangat cepat dibandingkan dengan
melakukan pekerjaan yang ringan dan dalam waktu singkat.
3
6. Sikap Kerja
Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan darah. Posisi berdiri
mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar dibandingkan dengan posisi kerja
duduk. Sehingga pada posisi berdiri denyut nadi lebih cepat dari pada saat
mekakukan pekerjaan dengan posisi duduk.
7. Ukuran Tubuh
Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh seseorang.
Semakin berat atau gemuk maka denyut nadi akan lebih cepat.
8. Kondisi Psikis
Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung. Kemarahan dan
kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi seseorang. Ketakutan,
kecemasan, dan kesedihan juga dapat memperlambat frekuensi nadi seseorang.
4
- Umur 6 - 10 tahun : 95 kali per menit
- Umur 10 - 14 tahun : 85 kali per menit
- Umur 14 - 18 tahun : 82 kali per menit
- Umur di atas 18 tahun : 60 - 100 kali per menit
- Usia Lanjut : 60 -70 kali per menit
Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut bradicardi.
Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi
5
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung seseorang.
Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi
adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur
dengan ujung-ujung jari, sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila
pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi
dalam tubuh. Denyut jantung yang optimal untuk setiap individu berbeda-beda
tergantung pada kapan waktu mengukur detak jantung tersebut (saat istirahat atau
setelah berolahraga). Variasi dalam detak jantung sesuai dengan jumlah oksigen
yang diperlukan oleh tubuh saat itu. Denyut jantung seseorang juga dipengaruhi
oleh usia dan aktivitasnya. Nilai normal denyut nadi berbeda-beda berdasarkan
usia manusia.
2. Saran
Kita sebagai tenaga Kesehatan dalam melakukan tindakan pengukuran denyut
nadi kepada pasien harus lebih memperhatikan letak denyut nadi.
6
REFERENSI
Smeltzer. Suzanne C.(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 8. Volume 3. Jakarta : EGC.
Corwin, E.J (2008). Handbook of Pathophysiology, 3rd Edition. Lippincott Williams &
Wilkins
Smeltzer C.S & Bare Brenda.(2003). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical
Nursing. 10th Edition. Philadelphia: Lippincott
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit
(B. U. Pendit, H. Hartanto, P. Wulansari & D. A. Mahani, Trans. 6 ed.). Jakarta: EGC.