Anda di halaman 1dari 29

Clinical Science Session

PEDIATRIC ASSESMENT TRIANGLE

Disusun Oleh:

Aliya Rahmadewi – 1415001


Nadia Pramudani – 1415070
Vania Lystia – 1415077
Andre Gunawan Halim – 1415089

Pembimbing:
dr. Desman Situmorang, Sp.A

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT IMMANUEL
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kehendakNya,
penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul Pediatric Assessment Triangle.
Referat ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam Kepaniteraan Ilmu Penyakit
Anak. Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis serta waktu yang
tersedia untuk menyusun referat ini sangat terbatas, penulis sadar masih
banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan bahasa maupun sistematika
penulisannya. Untuk itu kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada dr. Desman Situmorang, Sp.A selaku pembimbing Kepaniteraan Ilmu
Penyakit Anak di RS Immanuel Bandung, yang telah memberikan masukan yang
berguna dalam proses penyusunan referat ini. Tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih kepada rekan-rekan yang juga turut membantu dalam upaya
penyelesaian referat ini.
Akhir kata penulis berharap kiranya referat ini dapat menjadi masukan
yang berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain
yang terkait dengan masalah kesehatan pada umumnya, dan khususnya mengenai
Pediatric Assessment Triangle.

Bandung, Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL. ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
2.1 Pediatric Assesment Triangle (PAT) ............................................................... 3
2.1.1 Appearance.................................................................................................... 4
2.1.2 Breathing ....................................................................................................... 5
2.1.3 Circulation .................................................................................................... 5
2.2 Primary Assessment ......................................................................................... 6
2.2.1 Airway ........................................................................................................... 6
2.2.1.1 Penilaian Airway ........................................................................................ 6
2.2.1.2 Manajemen Airway .................................................................................... 6
2.2.1.2.1 Manajemen anak yang tersedak .............................................................. 6
2.2.1.2.2 Mengatur posisi untuk memperbaiki jalan napas .................................... 7
2.2.2 Breathing ..................................................................................................... 10
2.2.3 Circulation .................................................................................................. 13
2.2.3.1 Pemeriksaan Denyut Nadi ........................................................................ 13
2.2.3.2 Waktu Pengisian Kapiler .......................................................................... 15
2.2.4 Disability ..................................................................................................... 20
2.2.5 Exposure ...................................................................................................... 22
BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 The Pediatric Assessment Triangle .................................................. 3


Gambar 2.2 Manajemen pada Bayi yang Tersedak .......................................... 7
Gambar 2.3 Manajemen pada Anak yang Tersedak ......................................... 7
Gambar 2.4 Posisi Chin Lift pada Bayi dan Anak ............................................. 8
Gambar 2.5 Posisi Jaw Thrust .............................................................................. 8
Gambar 2.6 Stabilisasi Leher pada Trauma ...................................................... 9
Gambar 2.7 Posisi Log roll ................................................................................. 10
Gambar 2.8 Teknik Look, Listen, Feel .............................................................. 10
Gambar 2.9 Ventilasi dengan Bag dan.............................................................. 12
Gambar 2.10 Pemasangan Oropharyngeal airway ........................................... 12
Gambar 2.11 Pemasangan Oropharyngeal airway “concave side up” ............ 13
Gambar 2.12 Pemeriksaan Denyut a. Brachialis.............................................. 14
Gambar 2.13 Pengukuran Waktu Pengisian Kapiler ...................................... 16
Gambar 2.14 Algoritme Bantuan Hidup Dasar pada Anak ........................... 19

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penilaian dengan metoda ‘Ticles’ (TICLS) ........................................ 4


Tabel 2.2 Karakteristik Work of Breathing......................................................... 5
Tabel 2.3 Frekuensi pernapasan normal sesuai usia ....................................... 11
Tabel 2.4 Denyut Nadi Normal pada Pediatri .................................................. 14
Tabel 2.5 Skala AVPU ........................................................................................ 20
Tabel 2.6 Pediatric Glasgow Coma Scale ........................................................... 21

v
BAB I
PENDAHULUAN

Kegawatdaruratan pada anak dan bayi merupakan hal yang sulit ditangani.
Anak – anak yang membutuhkan penatalaksanaan gawat darurat biasanya merasa
takut sehingga tidak dapat menjawab pertanyaan. Pemeriksaan fisik juga sulit
dilakukan pada anak yang mengalami trauma. Adanya variasi umur dan fisiologi
menyebabkan diperlukannya pedekatan dan tata laksana yang berbeda.1
Pediatric Assesment Triangle dikembangkan menjadi alat untuk membakukan
penilaian awal bayi dan anak-anak untuk semua tingkat penyedia layanan
kesehatan. Pediatric Assesment Triangle digunakan untuk penilaian awal secara
cepat, sehingga hanya dibutuhkan kemampuan visual dan auditori untuk menilai,
tidak membutuhkan alat dan hanya membutuhkan hitungan detik untuk
melakukannya. Hal ini memungkinkan dokter untuk menentukan tingkat
keparahan kondisi anak, urgensi intervensi, mengenali kategori umum
patofisiologi, dan secara formal menjelaskan kesan umum anak kepada tim
pelayanan medis lainnya.1
Pada anak, asesmen gawat darurat meliputi tiga langkah. Pertama adalah
observasi secara umum. Kedua adalah primary assesment dengan “ABCDE”.
Ketiga adalah secondary anatomical assesment. Secondary assesment juga
disebut sebagai asesmen tambahan sehingga tidak dibahas lebih jauh. Untuk
melakukan tatalaksana awal ada dua langkah yang perlu didahulukan yaitu
observasi umum dan primary assesment.1
Asesmen gawat darurat dimulai dari observasi secara umum. Pada tahap ini
perlu diperhatikan apakah anak sakit atau tidak sakit. Lakukan observasi dengan
tiga komponen Pediatric Assesment Triangle yaitu appearance, work of breathing
dan circulation to the skin. Secara keseluruhan karakteristik ini akan
memperlihatkan fungsi kardiopulmonal, serebral dan metabolik pasien.1,2
Masing-masing komponen Pediatric Assesment Triangle dievaluasi secara
terpisah menggunakan pemeriksaan fisik. Pediatric Assesment Triangle tidak
digunakan untuk menentukan diagnosis pasti. Pediatric Assesment Triangle
digunakan untuk mengetahui derajat keparahan gangguan fungsi fisiologis dan
bagaimana penatalaksanaan awalnya. Menggabungkan tiga komponen Pediatric
Assesment Triangle, dapat memperlihatkan keadaan pasien secara umum yang
dapat menunjukan apakah anak “sakit” atau “tidak sakit”. Selain itu, Pediatric
Assesment Triangle juga membantu menentukan kelainan fisiologis yang
mendasari kondisi pasien saat itu (gangguan respirasi, perfusi, metabolik atau
sistem saraf pusat). Oleh karena itu, Pediatric Assesment Triangle
menggambarkan tingkat kegawatan, bagaimana mengatasinya serta apa yang
dibutuhkan termasuk pemberian oksigen, ventilasi, akses intravena dan resusitasi
cairan.2

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pediatric Assesment Triangle

Kegawatdaruratan pada anak dan bayi merupakan hal yang sulit ditangani,
karena perbedaan usia menyebabkan adanya variasi nilai normal dan fisiologis
anak sehingga memerlukan pendekatan dan tatalaksana yang berbeda. Pediatric
Assesment Triangle dikembangkan menjadi alat untuk membakukan penilaian
awal bayi dan anak-anak secara cepat untuk menentukan tingkat keparahan
kondisi anak, urgensi intervensi, mengenali kategori umum patofisiologi, dan
secara formal menjelaskan kesan umum anak kepada tim pelayanan medis
lainnya.1
Asesmen gawat darurat dimulai dari observasi secara umum. Pada tahap ini
perlu diperhatikan apakah anak sakit atau tidak sakit. Lakukan observasi dengan
tiga komponen Pediatric Assesment Triangle yaitu: Appearance, work of
breathing dan circulation. Secara keseluruhan karakteristik ini akan
memperlihatkan fungsi kardiopulmonal, serebral dan metabolik pasien.1

Gambar 2. 1The Pediatric Assessment Triangle


Sumber: Pediatric Resuscitation Technique (2016)

3
2.1.1 Appearance
Penampilan anak seringkali merupakan cerminan kecukupan ventilasi dan
oksigenasi otak. Namun demikian beberapa keadaan lain dapat pula
mempengaruhi penampilan anak seperti hipoglikemi, keracunan, infeksi otak,
perdarahan atau edema otak atau juga penyakit kronik pada susunan saraf pusat.
Penampilan anak dapat dinilai dengan berbagai skala. Metoda ‘ticles’ meliputi
penilaian tonus (T= tone), interaktivitas (I= interactiveness), konsolabilitas (C=
consolability), cara melihat (L= look/gaze) dan berbicara atau menangis (S=
speech/cry).1

Tabel 2. 1 Penilaian dengan metoda ‘Ticles’ (TICLS)


Karakteristik Hal yang dinilai
Tone Apakah anak bergerak aktif atau menolak pemeriksaan dengan
kuat? Apakah tonus ototnya baik atau lumpuh?
Interactiveness Bagaimana kesadarannya? Apakah suara mempengaruhinya?
Apakah ia mau bermain dengan mainan atau alat pemeriksaan?
Apakah anak tidak bersemangat saat berinteraksi dengan orang
tua/ pengasuh?
Consolabillity Apakah ia dapat ditenangkan orang tua atau pengasuh atau
pemeriksa? Apakah anak menangis terus atau tampak agitasi
sekalipun dilakukan pendekatan yang lembut?
Look/Gaze Apakah ia dapat memfokuskan penglihatan? Apakah
pandangannya kosong?
Speech/Cry Apakah anak berbicara atau menangis dengan kuat? Apakah
suaranya lemah?
Sumber: The Pediatric Assessment Triangle A Novel Approach for the Rapid Evaluation of
Children (2010)

4
2.1.2 Breathing
Untuk menilai breathing karakteristik yang diperhatikan adalah suara napas,
posisi, retraksi, dan cuping hidung.

Tabel 2. 2 Karakteristik Work of Breathing

Karakteristik Kelainan
Suara napas abnormal Mendengkur, sayu, suara serak, grunting, wheezing
Posisi abnormal Sniffing position, tripoding, postur cenderung duduk
Retraksi Supraklavikula, interkosta, substernal, headbobbing
(bayi)
Cuping hidung Pernapasan cuping hidung saat inspirasi
Sumber: American Academy of Pediatrics (2006)

2.1.3 Circulation
Komponen ketiga dalam Pediatric Assesment Triangle adalah Sirkulasi.
Penanggulangan sirkulasi dapat dilakukan dengan menilai apakah terdapat
kegawatan seperti tanda-tanda:
1. Pallor : Warna putih atau pucat pada kulit atau membran mukosa
2. Mottling : Bercak berwarna kepucatan pada kulit akibat vasokonstriksi
3. Cyanosis : Perubahan warna kulit menjadi kebiruan di kulit atau membran
mukosa.1

5
2.2 Primary Assessment

Setelah dilakukan penilaian awal menggunakan PAT, diperlukan penilaian


lebih lanjut yaitu primary assessment dengan pendekatan ABCDE yaitu Airway,
Breathing, Circulation, Disability dan Exposure.

2.2.1 Airway

2.2.1.1 Penilaian Airway


Perrhatikan apakah ada obstruksi jalan napas. Lidah dapat menyebabkan
obstruksi faring dan menghalangi jalan napas. Selain itu, benda asing juga dapat
menghalangi jalan napas. Sindrom Croup juga dapat menjadi penyebab
tersumbatnya jalan napas.6

2.2.1.2 Manajemen Airway

2.2.1.2.1 Manajemen anak yang tersedak


Ada dua teknik manajemen bayi tersedak. Teknik yang pertama adalah Back
Slap. Bayi digendong membelakangi penolong dengan posisi terbalik, yaitu posisi
kepala lebih rendah dari posisi badan. Kemudian tepuk punggung bayi sebanyak
lima tepukan dengan menggunakan bagian “tumit” tangan. Jika masih terdapat
obstruksi jalan napas, lakukan teknik Chest Thrust . Teknik ini dilakukan dengan
menggendong bayi menghadap ke penolong dengan posisi kepala lebih rendah
dari badan. Gunakan dua jari untuk memberikan penekanan pada dada bayi
sebanyak lima kali. Posisikan salah satu jari setinggi areola mammae dan satu jari
di atasnya. Jika masih terdapat obstruksi jalan napas periksa mulut bayi apakah
masih terdapat benda asing yang menyumbat jalan napas.6
Teknik manajemen anak yang tersedak hampir sama dengan bayi. Pertama
dilakukan Back Slap. Apabila obstruksi jalan napas masih ada, maka lakukan
Heimlich Manouver. Penolong berdiri dibelakang anak, kemudian tempatkan
lengan disekeliling perut anak. Posisikan lengan dibawah sternum membentuk

6
kepalan dengan satu tangan, tangan yang lain menggenggam kepalan lalu tarik ke
arah abdomen.6

Gambar 2. 2 Manajemen pada Bayi yang Tersedak


Sumber: Emergency Triage Assessment and Treatment (ETAT) (2005)

Gambar 2. 3 Manajemen pada Anak yang Tersedak


Sumber: Emergency Triage Assessment and Treatment (ETAT) (2005)

7
2.2.1.2.2 Mengatur posisi untuk memperbaiki jalan napas
Sebelum mengatur posisi untuk memperbaiki jalan napas, periksalah apakah
ada tanda trauma leher dan kepala. Pada bayi dan anak tanpa tanda trauma
dilakukan chin lift. Jika didapatkan adanya kecurigaan trauma, lakukan jaw
thrust.6
Untuk memeriksa adanya trauma pada kepala atau leher:6
 Tanyakan apakah anak mengalami trauma pada kepala dan leher atau terjatuh
 Lihat adanya luka memar atau tanda – tanda trauma lain pada kepala dan leher
 Stabilisasi leher jika ada suspek trauma.

Gambar 2. 4 Posisi Chin Lift pada Bayi dan Anak


Sumber: Emergency Triage Assessment and Treatment (ETAT) (2005)

Gambar 2. 5 Posisi Jaw Thrust


Sumber: Emergency Triage Assessment and Treatment
(ETAT) (2005)

8
Jika ada kecurigaan trauma pada leher, lakukan stabilisasi pada leher dengan
cara:6
 Stabilkan posisi leher dan biarkan posisi anak berbaring terlentang.
 Rekatkan kepala pada sisi dari papan
 Tahan kepala dengan menggunakan IV fluid bag untuk mencegah leher
bergerak.
 Pasang strap diatas dahi dan dagu

Gambar 2. 6 Stabilisasi Leher pada Trauma


Sumber: Emergency Triage Assessment and Treatment
(ETAT) (2005)

Jika anak muntah, posisikan anak menyamping. Jaga agar kepala tetap sejajar
tubuh. Lakukan posisi Log roll, yaitu satu orang bertanggungjawab terhadap
posisi kepala dan leher, tempatkan jari jari pada sudut mandibular, dengan telapak
tangan pada telinga dan daerah parietal, jaga agar posisi kepala tetap sejajar
tubuh.6

9
Gambar 2. 7 Posisi Log roll
Sumber: Emergency Triage Assessment and Treatment (ETAT) (2005)

2.2.2 Breathing
Perhatikan apakah anak bernapas atau tidak. Periksa apakah anak bernapas
dengan teknik look, listen, feel.6
 Look
Anak aktif, berbicara atau menangis menandakan bahwa anak bernafas. Jika tidak
ada tanda – tanda tersebut, lihat apakah dada mengembang.
 Listen
Dengarkan apakah ada suara napas dan perhatikan apakah normal atau ada suara
napas tambahan.
 Feel
Rasakan hembusan napas dari hidung atau mulut

Gambar 2. 8 Teknik Look, Listen, Feel


Sumber: Emergency Triage Assessment and
Treatment (ETAT) (2005)

10
Jika tidak ada tanda bernapas dari ketiga teknik tersebut maka mulailah ventilasi
dengan bag dan mask.6
Setelah menentukan apakah anak bernapas atau tidak, lihatlah ada atau
tidaknya sianosis sentral. Sianosis sentral menunjukan kurangnya oksigen dalam
darah. Sianosis sentral dapat dilihat pada mulut dan lidah. Sianosis tidak nampak
pada anak dengan anemia.6
Perhatikan apakah terdapat Respiratory Distress pada anak. Tanda –tanda
adanya distress pernapasan yang berat yaitu:6
 Napas cepat
 Tarikan dinding dada bagian bawah yang berat
 Penggunaan otot bantu napas
 Gerakan kepala mengangguk
 Kesulitan memberi makanan akibat terganggunya pernapasan

Tabel 2. 3 Frekuensi pernapasan normal sesuai usia

Usia Frekuensi pernapasan (pernapasan/menit)


< 1 th 30 – 60
1– 3 th 24 – 40
4 – 5 th 22 – 34
6 -12 th 18 – 30
13 – 20 th 12 - 20

Sumber: Emergency Services for Children program, HRSA, USDHHS in


cooperation with NHTSA (2015)

Manajemen masalah pada Breathing:6


a. Ventilasi dengan Bag dan Mask
Jika setelah manajemen airway anak tetap tidak bernapas maka lakukan
ventilasi dengan Bag dan Mask. Sebelum melakukan ventilasi, periksa dulu
apakah bag dan sungkup tidak bocor. Pastikan ukuran sungkup cocok dengan bayi
atau anak.

11
Gambar 2. 9 Ventilasi dengan Bag dan
Mask
Sumber: Emergency Triage Assessment and
Treatment (ETAT) (2005)

b. Pemasangan Oropharyngeal (guedel) Airway


Oropharyngeal airway digunakan pada pasien yang tidak sadar. Tujuannya
adalah untuk membuka jalan napas. Pada bayi oropharyngeal airway dipasang
dengaan posisi convex side up yaitu sisi konveks menghadap ke arah kepala,
sedangkan pada anak oropharyngeal airway dipasang dengaan posisi convcave
side up yaitu sisi konkaf menghadap ke arah kepala .

Gambar 2. 10 Pemasangan Oropharyngeal airway


“convex side up”
Sumber: Emergency Triage Assessment and Treatment (ETAT)
(2005)

12
Gambar 2. 11 Pemasangan Oropharyngeal airway “concave side up”
Sumber: Emergency Triage Assessment and Treatment (ETAT) (2005)

c. Pemberian Oksigen
Oksigen yang diberikan sebanyak 0,5–1 liter/menit pada bayi dan 1-2
liter/menit pada anak – anak. Pemberian oksigen dapat diberikan melalui nasal
kanul atau nasal kateter.

2.2.3 Circulation
Kegawatan sirkulasi dapat dinilai dengan menghitung denyut nadi, denyut
jantung, warna kulit, dan waktu pengisian kapiler. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk memantau apakah tubuh dapat menyuplai darah yang tinggi oksigen dan
nutrisi ke jaringan. Tanda-tanda klinis juga dapat digunakan untuk menilai
keaadaan perfusi jaringan dalam tubuh penderita, misalkan pada pasien dengan
penurunan status mental atau penurunan volume urin yang keluar dapat digunakan
untuk menilai perfusi jaringan di otak dan ginjal.3,6

2.2.3.1 Pemeriksaan Denyut Nadi


Denyut a.radialis (denyut yang dirasakan pada pergelangan tangan sejajar
dengan ibu jari) pada keadaan normal harus teraba. Denyut radial yang normal
harus teraba kuat dan tidak cepat, pulsasi harus adekuat. Apabila tidak ditemukan
kelainan pada denyut tersebut, penanganan lebih lanjut tidak diperlukan. Apabila
denyut radial tidak ditemukan, maka pemeriksaan denyut nadi dapat dilakukan di
bagian denyut nadi sentral (denyut yang dirasakan dekat jantung). Pada pasien

13
bayi (kurang dari 1 tahun), tempat terbaik untuk menilai denyut nadi adalah di
lengan atas bagian tengah atau denyut a. brachialis. Apabila pasien dalam
keadaan berbaring, dapat dilihat pada denyut a. femoralis di lipat paha. Pada
pasien anak yang lebih tua, pemeriksaan denyut nadi dapat dilakukan pada a.
carotis di bagian leher dengan denyut yang normalnya kuat. Jika denyut nadi
sentral lemah dan cepat, pasien perlu penanganan untuk syok.

Tabel 2. 4 Denyut Nadi Normal pada Pediatri


Umur Denyut nadi (kali/menit) Denyut nadi saat tidur
<28 hari 100 -205 90-160
28 hari - 1 tahun 100-190 90-160
1-2 tahun 98-140 80-120
3-5 tahun 80-120 65-100
6-11 tahun 75-118 58-90
12-15 tahun 60-100 50-90
Sumber: Pediatric Vital Signs Reference Chart (2016)

Gambar 2.12 Pemeriksaan Denyut a. Brachialis


Sumber: Emergency Triage Assessment and Treatment
(ETAT) (2005)

14
2.2.3.2 Waktu Pengisian Kapiler
Waktu pengisian kapiler (Capillary Refill Time) adalah tes sederhana untuk
menilai seberapa cepat darah kembali ke kulit setelah kulit tersebut diberikan
tekanan. Tekanan yang diberikan biasanya dilakukan pada bagian berwarna merah
muda pada kuku, ibu jari tangan, atau kaki. Waktu pengisian kapiler adalah waktu
yang diperlukan setelah tekanan dilepas hingga bagian tersebut kembali berwarna
merah muda. Waktu yang diperlukan untuk kulit berubah warna kembali menjadi
merah muda harus dibawah 3 detik. Apabila waktu yang diperlukan diatas 3 detik,
maka pasien dapat dipertimbangkan mengalami syok. Waktu pengisian kapiler
menjadi lama pada pasien syok karena tubuh mencoba untuk mencukupi
kebutuhan organ vital dan mengurangi darah yang menuju organ kurang penting
seperti kulit (vasokonstriksi perifer). Pembuluh darah akan terbuka perlahan
karena tekanan di pembuluh darah menurun. Tanda ini dapat bias apabila keadaan
ruangan sedang dingin. Temperatur ruangan yang dingin dapat menyebabkan
vasokonstriksi perifer sehingga waktu pengisian kapiler menjadi lama.2
Cara pemeriksaan tes waktu pengisian kapiler yaitu pertama, pegang ibu jari
tangan atau ibu jari kaki pasien dan perhatikan apakah warna jari tersebut
berwarna merah muda atau tidak. Kedua, berikan tekanan minimal pada badan
kuku (nail bed) selama 3 detik hingga kulit tampak putih atau kepucatan. Ketiga,
hitung waktu pengisian kapiler saat setelah tekanan dilepaskan sampai warna
kuku kembali total menjadi warna merah muda. Cara tersebut dapat dilihat pada
Gambar 2.14. Jika waktu pengisian kapiler lebih lama dari 3 detik, pasien
mungkin memiliki masalah sirkulasi dengan syok. Untuk memastikan apakah
pasien tersebut mengalami syok atau tidak, periksakan denyut nadi pasien.2

15
Gambar 2.13 Pengukuran Waktu Pengisian Kapiler
Sumber: Emergency Triage Assessment and Treatment
(ETAT) (2005)

Apabila penderita tampak memiliki gangguan sirkulasi, keaadaan yang dapat


dipertimbangkan terjadi pada pasien adalah keadaan syok.
Syok adalah keadaan darurat yang diakibatkan karena kurangnya perfusi
menuju jaringan sehingga penghantaran oksigen dan nutrien tidak dapat
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Definisi syok tidak harus bergantung
pada pengukuran tekanan darah. Syok dapat muncul dalam keadaan tekanan darah
sistolik yang tinggi, rendah, ataupun normal. Pada anak, sebagian besar syok
ditandai dengan penurunan cardiac output, namun dalam beberapa tipe syok
(misalkan sepsis atau anafilaksis), cardiac output bisa tinggi. Syok pada
umumnya dapat dikategorikan bedasarkan patomekanismenya, antara lain.8
1. Syok hipovolemia : volume darah atau kapasitas pengangkutan oksigen
yang tidak adekuat
2. Syok distributif : gangguan distribusi aliran darah dalam tubuh
3. Syok kardiogenik : gangguan kontraktilitas jantung
4. Syok obstruktif : obstruksi aliran darah

16
Apabila tangan anak terasa dingin, waktu pengisian kapiler lebih dari 3 detik,
dan denyut nadi terasa cepat dan lemah, maka anak tersebut sedang mengalami
syok. Penatalaksananaan syok membutuhkan kerja sama dan koordinasi bersama.
Hal pertama sebelum memulai penanganan syok adalah menentukan apakah anak
tersebut sedang mengalami malnutrisi berat. Pada anak yang mengalami
malnutrisi berat, beberapa organ vital anak melemah; jantung dapat berdetak
sangat lemah dan dapat terjadi kegagalan jantung apabila diberikan terapi cairan
dalam jumlah yang besar. Selain itu, pemberian cairan yang terlalu banyak dapat
menyebabkan akumulasi cairan di paru. Keadaan malnutrisi berat pada anak
dapat berupa marasmus dan kwashiorkor. Pada anak dengan marasmus,
perhatikan lengan, kaki, dan batang tubuh anak. Kita dapat melihat bahwa anak
tampak sangat kurus dan kita juga dapat melihat tulang dan kulit secara jelas.
Kulit anak tampak terlalu besar untuk ukuran anak karena kurangnya jaringan
lemak pada anak marasmus. Selain itu, kepala anak akan tampak lebih besar dari
normalnya karena tubuh anak yang mengecil sehingga proporsi kepala yang
terlihat lebih besar. Selain marasmus, keadaan malnutrisi berat juga muncul dalam
keadaan kwashiorkor. Tanda utama yang dapat diperiksakan pada anak
kwashiorkor adalah edema pada tungkai. Untuk dapat memeriksakan edema
tungkai, kita dapat lakukan penekanan pada kaki secara lembut beberapa detik.
Setelah beberapa detik, angkat jari yang menekan dan perhatikan apakah tampak
ada bekas tekanan yang tidak kembali secara cepat atau tidak. Apabila kita sudah
dapat memastikan bahwa anak tidak sedang mengalami malnutrisi berat, tindakan
yang harus dilakukan secara bersamaan antara lain:3
1. Apabila anak tampak ada tanda perdarahan, berikan penekanan pada daerah
perdarahan untuk menghentikan perdarahan
2. Berikan oksigen
3. Berikan kehangatan kepada anak
4. Tentukan lokasi penusukan jalur intravena
5. Buat akses intravena
6. Ambil sampel darah untuk tes laboratorium darurat
7. Mulai resusitasi cairan untuk keadaan syok

17
Pemberian resusitasi cairan pada anak dimulai dengan menggunakan cairan
ringer laktat sebesar 20 ml/kgBB atau dengan menggunakan NaCl secepat-
cepatnya. Resusitasi cairan dapat dilakukan sebanyak tiga kali dan harus selesai
dalam waktu maksimal 30 menit.Tanda apabila resusitasi cairan berhasil adalah
tangan terasa hangat, denyut nadi melambat, dan waktu pengisian kapiler kurang
dari 3 detik. Apabila dengan resusitasi cairan tersebut tidak berhasil, maka
pemberian cairan ditingkatkan menjadi 70ml/kgBB dan harus selesai dalam waktu
5 jam (anak dibawah 12 bulan) dan 2,5 jam (anak diatas 12 bulan hingga 5 tahun).
Setelah anak dapat minum secara oral, secepat mungkin berikan ORS 5
ml/kgBB/jam.3
Apabila melalui pemeriksaan didapatkan bahwa anak mengalami malnutrisi
berat, tindakan yang harus dilakukan adalah:
1. Tanyakan apakah anak dapat minum secara oral atau melalui nasogastric tube
(NGT)
2. Timbang berat badan anak
3. Buat jalur intravena dan ambil darah untuk dilakukan pemeriksaan
laboratorium darurat
Untuk resusitasi cairan, berikan cairan rehidrasi melalui jalur intravena
menggunakan cairan ringer laktat dan glukosa 5%, normal saline dan glukosa 5%,
atau Darrow’s solution dan glukosa 5% sebanyak 15 ml/kgBB. Pantau
pernapasan dan denyut nadi setiap 5-10 menit. Apabila tampak perbaikan, ulangi
pemberian cairan selama 1 jam dan ganti pemberian cairan dengan ReSoMal 10
ml/kgBB secara oral atau NGT selama maksimal 10 jam.3
Pengetahuan mengenai bantuan hidup dasar juga diperlukan apabila kita
menemukan anak yang datang dalam keadaan tanpa nadi. Algoritme bantuan
hidup dasar pada pasien anak, menurut American Heart Association (AHA),dapat
dilihat pada Gambar 2.15.

18
Gambar 2. 14 Algoritme Bantuan Hidup Dasar pada Anak
Sumber: Pembaruan Pedoman American Heart Association 2015 untuk CPR dan ECC
(2015)

19
2.2.4 Disability
Penilaian status neurologis dan cedera akibat trauma dengan menggunakan
skala AVPU dan Glasgow Coma Scale (GCS).5

Tabel 2. 5 Skala AVPU


A Alert
V responds to Voice
P responds to Pain
U Unresponsive

Sumber: Emergency Triage Assessment


and Treatment (ETAT) (2005)

Alert atau sadar penuh adalah suatu keadaan dimana adanya interaksi normal
sesuai tingkatan usia. Apabila anak tidak sadar penuh namun dapat bereaksi
terhadap rangsangan suara, disebut letargi. Apabila hanya bereaksi terhadap
rangsangan nyeri atau tidak bereaksi sama sekali, disebut koma sehingga skalanya
menjadi ‘P’ atau ‘U’.2
Glasgow Coma Scale (GCS) adalah sistem skoring yang digunakan untuk
menilai tingkat kesadaran. Pediatric Glasgow Coma Scale (PGCS) merupakan
sistem skoring modifikasi dari GCS yang digunakan untuk anak dibawah 2 tahun.
Skor didapatkan dengan cara menjumlahkan nilai dari E+M+V (eye opening score
+ verbal response score + motor response score).10 Hasil:
GCS 13-15 : cedera kepala ringan
GCS 9-12 : cedera kepala sedang
GCS 3-8 : cedera kepala berat

20
Tabel 2.6 Pediatric Glasgow Coma Scale
PEDIATRIC GLASGOW COMA SCALE (PGCS)
> 1 tahun < 1 tahun skor
Spontan Spontan 4
Membuka Perlu rangsang verbal Perlu rangsang 3
Mata verbal
Perlu rangsang nyeri Perlu rangsang nyeri 2
Tidak merespon Tidak merespon 1
Patuh Spontan 6
Melokalisasi nyeri Melokalisasi nyeri 5
Respon Melakukan fleksi Melakukan fleksi 4
Motorik Melakukan dekortikasi Melakukan 3
dekortikasi
Melakukan deserebrasi Melakukan 2
deserbrasi
Tidak merespon Tidak merespon 1

> 5 tahun 2-5 tahun 0-23 bulan


Berorientasi Membuat Tersenyum 5
Respon kalimat
Verbal Disorientasi Kata-kata Menangis dan 4
dan yang terhibur sendiri
kebingungan tidak
tepat
Kata-kata Menangis Menangis dan 3
tidak tepat dan berteriak yang tidak
berteriak wajar secara
menetap menetap

21
Membuat Mengorok Mengorok, agitasi 2
suara yang dan gelisah
tidak dapat
dipahami
Tidak Tidak Tidak merespon 1
merespon merespon
TOTAL PEDIATRIC GLASGLOW COMA SCORE (3-15) :
Sumber: Performance of the Pediatric Glasgow Coma Scale (2005)

2.2.5 Exposure
Merupakan langkah akhir dari assessment awal pediatri.5 Penilaian dilakukan
dengan cara inspeksi pada seluruh tubuh anak agar tidak ada tanda-tanda
kegawatdaruratan/trauma yang terlewat. Penilaian harus dilakukan dengan cepat
untuk mencegah terjadinya hipotermi pada anak, dengan menggunakan warmer
ataupun selimut.3

22
BAB III
KESIMPULAN

 Penatalaksanaan pada kegawatdaruratan anak meliputi tiga langkah yaitu


observasi secara umum, primary assesment dengan “ABCDE”, dan secondary
anatomical assesment
 Kegawatdaruratan pada bayi dan anak membutuhkan penatalaksaanan awal
yang tepat dan cepat, maka dikembangkanlah sebuah alat yang dapat
digunakan untuk penilaian awal secara cepat dan tepat dalam hitungan detik
yaitu Pediatric Assesment Triangle (PAT).
 Appearance digunakan untuk menilai kecukupan oksigenasi. Dengan
menggunakan metoda ‘ticles’ meliputi: penilaian tonus, interaktivitas,
konsolabilitas, cara melihat, dan berbicara atau menangis. Penilaian Breathing,
dilakukan dengan menilai karakteristik yang diperhatikan adalah suara napas,
posisi, retraksi, dan cuping hidung. Pada penilaian Circulation, kita dapat
memperhatikan adanya tanda-tanda kegawatdaruratan seperti kulit yang pucat
ataupun sianosis.
 Penilaian lebih lanjut setelah PAT adalah primary assessment dengan
pendekatan ABCDE yaitu Airway, Breathing, Circulation, Disability dan
Exposure.
 Airway yaitu melakukan penatalaksanaan jika ada obstruksi jalan napas.
Breathing yaitu melakukan penilaian dan tatalaksana napas dengan
memastikan anak bernapas atau tidak dan memberikan bantuan oksigen jika
dibutuhkan. Circulation yaitu penilaian pada suplai darah yang tinggi oksigen
dan nutrisi untuk mencukupi sirkulasi darah.dan tatalaksana bila terdapat
gangguan pada sirkulasi darah tersebut. Disability yaitu melakukan penilaian
terhadap status neurologis dan cedera akibat adanya trauma. Exposure yaitu
melakukan penilaian yang cepat dan tepat dengan melakukan inspeksi apakah
ada tanda-tanda kegawatdaruratan atau trauma yang terlewat.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Dieckmann RA, Brownstein D, Gausche-hill M. The Pediatric


Assessment Triangle A Novel Approach for the Rapid Evaluation of
Children. 2010. hal 312–5.
2. Molyneux E. Emergency Triage Assessment and Treatment (ETAT).
World Health Organization. 2005.
3. Auerbach, Marc. Pediatric Resuscitation Technique. Medscape.
Dikunjungi: Oktober 16, 2018.
https://emedicine.medscape.com/article/1948389-technique#c2
4. American Academy of Pediatrics. Pediatric Education for Prehospital
Professionals: PEPP Textbook. 2nd ed. Sudbury, MA: Jones & Bartlett
Publishers; 2006.
5. Kliegman, Robert M. Nelson Textbook of Pediatrics. 20th. Canada:
Elsevier, 2016. Hal 145
6. Emergency Medical Services for Children. Pediatric Assessment.
HRSA. 2015
7. Novak, Chris. Pediatric Vital Signs Reference Chart. Pedscases. 2016.
8. Trevor, Duke. Pediatric Emergency Triage, assessment and treatment:
care of critically ill children. World Health Organization. 2016.
9. Hazinski, Mary et. al. Pembaruan Pedoman American Heart Association
2015 untuk CPR dan ECC. American Heart Association. 2015.
10. Holmes, J. F, et. al. & Kuppermann, N. Performance of the Pediatric
Glasgow Coma Scale. Retrieved from Academic Emergency Medicine:
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1197/j.aem.2005.04.019/pdf

24

Anda mungkin juga menyukai