Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


“ DENYUT NADI “

DOSEN PENGAMPU : SUHRAWARDI, SKM, M.P.H


DISUSUN OLEH :
DEWI RAHMAH PUTRI ( P07124121020 )
EKA FITRIANI ( P07124121024 )
INTAN MU’ALIFIYANI STAWABI ( P07124121034 )
KHAIRUNNIDA ( P07124121041 )
MARIA IZZATI HASANAH ( P07124121045 )
MUTIA MAULIDA ( P07124121048 )
NATARI VICTORIA ( P07124121052 )
NOORBAITI ( P07124121057 )
RATU DILLA AZ ZAHRA ( P07124121063 )
VADIA RIZKA AMALIA ( P07124121090 )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANJARMASIN


TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarbaru, 10 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I  PENDAHULUAN .................................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG ..................................................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH..............................................................................................
1.3 TUJUNA........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................
2.1 DENYUT NADI ……………………………………………….
2.2 PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PEMERIKSAAN DENYUT NADI DAN
PENILAIAN DALAM PENGKAJIAN DENYUT NADI............................................
2.2.1 PENILAIAN………………………………………………………………………
2.2.2 FREKUENSI…………………………………………………………………………
2.2.3 IRAMA……………………………………………………………………………..
2.2.4 MACAM /CIRI DENYUTAN…………………………………………………
2.2.5 ISI NADI…………………………………………………………………………..
2.2.6 KONFIGURASI NADI……………………………………………………………..
2.2.7 KUALITAS PEMBULUH DARAH…………………………………………………
2.2.8 KEADAAAN DIDING ARTERI…………………………………………………….
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi Denyut Nadi........................................
2.4 Pengaturan Denyut Nadi ……………………..
2.5 Efek Akut Latihan Terhadap Frekuensi Denyut Nadi …………………
2.6 Efek Kronis Latihan Terhadap Frekuensi Denyut Nadi…………………………..

BAB III PENUTUP.............................................................................................................


3.1 KESIMPULAN.............................................................................................................
3.2 SARAN..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Denyut nadi adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah di pompa keluar
jantung. Denyut ini mudah diraba di suatu tempat dimana ada arteri melintas (Sandi, 2016).
Darah yang didorong ke arah aorta sistol tidak hanya bergerak maju dalam pembuluh darah, tapi
juga menimbulkan gelombang bertekanan yang berjalan sepanjang arteri (Kasenda, Marunduh &
Wungouw, 2014). Gelombang yang bertekanan meregang di dinding arteri sepanjang
perjalanannya dan regangan itu dapat diraba sebagai denyut nadi. Pada jantung manusia normal,
tiap-tiap denyut berasal dari nodus SA (irama sinus normal). Semakin besar metabolisme dalam
suatu organ, maka makin besar aliran darahnya. Hal ini menyebabkan kompensasi jantung
dengan mempercepat denyutnya dan memperbesar banyaknya aliran darah yang dipompakan
dari jantung ke seluruh tubuh (Herru & Priatna, 2015). Siklus jantung terdiri dari sistole sebagai
periode kontraksi dan diastole sebagai periode istirahat. Jantung merupakan salah satu organ
tubuh yang dianalogikan sebagai pompa berdenyut. Darah memasuki arteri secara terputusputus
sehingga di dalam arteri terdapat tekanan (Guyton, 1997 dalam Mei, 2010). Gelombang tekanan
sepanjang arteri dan gerakan darah ke depan terjadi karena selama sistole darah masuk ke dalam
arteri. Gelombang tekanan mendorong dinding arteri dan teraba sebagai nadi. Gelombang arteri
dapat berjalan lebih cepat disebabkan oleh meningkatnya usia sehingga arteri menjadi lebih kaku
(Ganong, 1999 dalam Mei, 2010).

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana tata cara untuk menghitung denyut nadi?
b. Apa saja alat yang digunakan dalam pemeriksaan denyut nadi?
c. Setelah melakukan pemeriksaan denyut nadi apa saja penilaian yang harus
diinterpresentasikan perawat?
d. Perpindahan posisi apakah akan mengubah frekuensi jantung?
e. Apakah setiap usia memiliki frekuensi denyut nadi yang berbeda?
f. Saat sakit apakah denyut nadi juga akan melemah?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pengukuran denyut nadi adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui apakah berfungsi dengan baik atau tidak nya jantung seseorang, seta
mendeteksi adanya penyakit
b. Untuk mengetahui perubahan sistem tubuh dan frekuensi denyut nadi seseorang
c. Untuk mengetahui respons terhadap detak jantung, irama jantung, serta kekuatan jantung
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DENYUT NADI

Denyut nadi adalah ukuran untuk mengetahui berapa kali pembuluh darah arteri
mengembang dan berkontraksi dalam satu menit sebagai respons terhadap detak jantung. Jumlah
denyut nadi umumnya sama dengan detak jantung, sebab kontraksi jantung menyebabkan
peningkatan tekanan darah dan denyut nadi di arteri.
     Denyut  nadi merupakan aliran darah  yang menonjol dan dapat di raba .Selain itudenyut nadi
juga merupakan manifestasi dari status sirkulasi darah didalam pembuluh darah ateri.kondisi
status sirkulasi menjadi media bagi sel-sel untuk menerima nutrien dan membuang sampah dari
metabolisme. Supaya sel-sel berfungsi secara fisiologis, maka kondisi aliran darah yang kontinu
dengan volume yang sesuai didistribusikan darah ke sel-sel yang membutuhkan nutrien.
       Pengkajian terhadap denyut nadi memberi data tentang integritas sistem kardiovaskuler.
Perawat secara rutin mengkaji frekuensi, irama, kekuatan, dan kesetaraan dari setiap denyutan.
Denyut abnormal yang lambat cepat, atau tidak teratur dapat menandakan masalah dalam
pengaturan sirkulasi darah, keseimbangan cairan atau metabolisme. Distritmia jantung atau irama
abnormal dapat mengancam kemampuan jantung untuk berfungsi dengan baik. Kekuatan
denyutan menunjukkan volume darah yang dipompa dalam setiap kontraksi jantung.
Perbandingan denyut pada kedua sisi tubuh dapat menunjukka variasi seperti berhentinya aliran
darah lokal yang disebabkan bekuan darah.
            Dalam kondisi klinik,pengkajian nadi merupakan pengkajian yang paling sering di
lakukan perawat untuk melihat kondisi status sirkulasi klien dalam melakukan pemilihan area,
dalam melakukan pemeriksaan, penting untuk di ketahui perawat bahwa denyut nadi ateri akan
lebih mudah di periksa pada ateri yang besar karena berada lebih di permukaan tubuh dan posisi
anatomis dari ateri tersebut berada tepat di atas suatu tulang.
Untuk menghitung denyut jantung, Anda hanya membutuhkan kemampuan berhitung dan sebuah
stopwatch. Tapi, penting untuk memilih waktu kapan untuk menghitungnya. Anda akan
mendapatkan pembacaan yang paling akurat dari irama denyut jantung Anda begitu Anda
bangun pagi.

1.Tempatkan ujung telunjuk dan jari tengah tangan kanan di sisi telapak pergelangan tangan kiri
(atau sebaliknya), tepat di bawah pangkal jempol. Atau, tempatkan ujung telunjuk dan jari ketiga
di leher bagian rahang bawah Anda di salah satu sisi tenggorokan Anda. Jangan gunakan ibu jari
karena ibu jari memiliki denyut ringan yang dapat membingungkan Anda saat menghitung.
2 . Tekan lembut jari Anda sampai Anda merasakan denyut nadi di bawah jari Anda. Anda
mungkin perlu memindah-mindahkan jari ke sekitarnya sampai Anda benar-benar merasakan
denyut.
2 . Hitung denyut nadi Anda dalam 15 detik. Kalikan hasilnya dengan 4 untuk mendapat angka
denyut nadi istirahat anda per menit. Anda dapat menghitung denyut nadi Anda tiga kali,
kemudian mengambil rata-rata dari ketiganya untuk benar-benar yakin

2.2 PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PEMERIKSAAN DENYUT NADI


DAN PENILAIAN DALAM PENGKAJIAN DENYUT NADI
Adapun alat-alat yang di gunakan seorang perawat  dalam pemeriksaan denyut nadi diantaranya :
1.      Arloji(jam tangan)atau stop-wat
  penggunaan arloji dalam pemeriksaan denyut nadi untuk menghitung frekuensinya
permenit dan keteraturan irama,kecepatan denyut nadi.
2.      Buku catatan nadi dan pulpen
Berguna untuk mencatat hasil pemeriksaan denyut nadi.
2.2.1 PENILAIAN
Setelah melakukan pengkajian nadi perawat melakukan penilaian dari hasil pemeriksaan,
beberapa penilaiaan yang penting perawat interprestasikan pada pengkajian nadi meliputi :
frekuensi, irama , ciri denyutan ,isi nadi , dan keadaan pembuluh darah.

2.2.2 FREKUENSI
Penilaian frekuensi nadi secara fisiologis dapat menjadi perbandingan. Banyak perawat
lebih menyukai untuk membuat dasar pengukuran dari frekuensi nadi saat klien dalam posisi
duduk , berdiri, dan berbaring . perubahan posisi menyebabkan perubahan  frekuensi nadi karena
perubahan volume darah dan aktivitas simpatik. Secara temporer frekuensi jantung meningkat
saat seseorang berubah posisi dari berbaring ke duduk atau berdiri. Pada saat mengkaji nadi,
perpaduan dari faktor ini dapat menyebabkan perubahan yang signifikan. Jika perawat mendapati
frekuensi abnormal saat memanipulasi nadi.
Penilaian frekuensi denyut :
Bayi baru lahir ( bangun dari tidur ) 100 sampai 180 denyut / menit. Bayi 1 minggu -3 bulan
( bangun dari tidur ) 100 sampai 220 denyut/ menit. 3 bulan -2 tahun ( bangun dari tidur 80
sampai 150 denyut/nadi. Anak berumur 2-10 tahun ( bangun dari tidur ) 70 sampai 110
denyut/menit. Remaja berumur 10 tahun sampai dewasa, 21 tahun (  bangun tidur ) 60 sampai 90
denyut/nadi. Dewasa 21 dan lebih ( bangun dari tidur ) 69-100 denyut/ nadi.
Faktor penyebab bradikardia dan takikardia
Irama Bradikardia Takikardia
Regular Fisiologis ( atlit, selama Latihan fisik atau emosi
tidur, akibat tonus vagal ( contoh : ansietas )
yang meningkat
Obat-obatan ( penyekat beta, Obat-obat( sulbutamol dan
digoksin, amiodaron ). simpatomimetik lain,atropin
Miksedema (aktivitas Gagal jantung kongestif.
simpatis yang menurun
akibat sekunder defisiensi
hormon tiroid ).
Hiportemia Perikarditis konstriktif
Ikterus (hanya pada kasus- Flutter atrium dengan blok
kasus berat,akibat deposisi AV 2;1reguler.
bilirubin di dalam sistem
konduksi).
Tekanan intrakranial Takikardia sumpra ventrikel.
meningkat ( karena efek
pada sraf simpatis sentra ).
Blok AV total atau derajat Syok hipovolemik.
III
Infark miokar Takikardia ventrikel
Demam tifoid ( denyut nadi Demam.
relatif lambat dibandingkan
dengan tingginya suhu.
Bradikadia paraksismal : Sirkulasi hiperdinamik,
         Sinkop vasovagal; akibat :
         Hipoksia akut atau         Kehamilan ;
hiperkapnia          Tirotokssikosis;
         Hipertensi akut          Anemia
         Fistel arteriovenosa
( contoh : penyakit paget atau
gagal hepar )
         Beri-beri ( defisiensi
tiamin).
Ireguler Fibrilasi atrium dengan Fibrilasi atrium, akibat:
penyakit pada nodus AV         Iskemia miokardium
atau obat-obatan( contoh :         Penyakit katup mitral atau
digoksin). setiap penyebab pembesaran
atrium kiri”
         Tirotoksikosis
         Penyakit jantung
hipertensif
         Sindrom sick sinus;
         Emboli paru;
         Miokarditis demam,
hipoksia akut atau
hiperkapnia atau
( paroksismal)
Aritmia sinus ( nadi menjadi Lainnya : alkohol, post
lambat pada inspirasi) torakotomi, idiopatik.
Pulsus defisit ( fibrilasi Vlutter atrium dengan blok
atrium, bigeminus yang bervariasi.
ventrikuler

2.2.3 IRAMA
Irama nadi sama pentingnya dengan frekuensi nadi untuk dikaji. Ketidakteraturan minimal
pada nadi masih di anggap normal. Kecepatan nadi terutama pada orang muda meningkat selama
inspirasi dan melambat saat ekspirasi. Untuk pemeriksaan jantung awal atau bila irama tidak
teratur, maka frekuensi jantung harus di hitung dengan mengauskultasi denyut apikal selama 1
menit penuh sambil meraba denyut nadi.
1.      Normal tidak teratur misalnya aritmia sinus yang meningkat pada inspirasi dan menurun pada
ekspirasi
2.      Abnormal – gangguan hantaran jantung
· Pulsus bigemini = tiap 2 denyut jantung dipisahkan oleh waktu yang lama , karena satu diantara
tiap denyut jantung menghilang.
· Pulsus trigemini = tiap 3 denyut jantung dipisahkan oleh massa antara denyut nadi yang lama.
·  Pulsus ekstrasistolik = interval yang memanjang dapat di temukan juga jika terdapat satu denyut
tambahan yang timbul lebih dini dari pada denyut lain yang menyussulnya.
Setiap perbedaan antara kontraksi yang terdengar dan nadi yang teraba harus di catat. Gangguan
irama ( distritmia) sering mengakibatkan defisit nadi, suatu perbedaan antara frekuensi apeks
( frekuensi  jantung yang terdengar di apeks jantung ) dan frekuensi nadi. Defisit nadi biasanya
terjadi pada fibrilasi atrium, flutter atrium, kontraksi ventrikel prematur, dan berbagai derajat
blok jantung.

2.2.4 MACAM / CIRI DENYUTAN


                   Tiap denyut nadi dilukiskan sebagai suatu gelombang yang terdiri atas bagian yang
naik, puncak, dan turun. Menurut Talley ( 1995 ) terdapat beberapa jenis dari ciri denyutan yaitu
sebagai berikut .
1.      Pulsus anarkot, yakni denyut nadi yang lemah, mempunyai gelombang dengan puncak tumpul
dan rendah, contoh : klien stenosis aorta.
2.      Pulsus saler, yakni denyut nadi yang seolah-olah meloncat tinggi, meningkat tinggi , dan
menurun cepat sekali, contoh : pada insufisiensi aorta.
3.      Pulsus paradoks, yakni denyut nadi yang semakin lemah selama inspirasi bahkan menghilang
sama sekali pada bagian akhir inspirasi untuk timbul kembali pada ekspirasi, contoh : pada
perikarditis konstriktiva dan efusi perikard.
4.      Pulsus alternans, yakni nadi yang kuat dan lemah beganti-ganti, contoh : pada kerusakan otot
jantung.
2.2.5 ISI NADI
Pada setiap denyut nadi sejumlah darah melewati bagian tertentu dengan jumlah darah itu
dicerminkan oleh tinggi puncak gelombang nadi atau memberikan manifestasi pada isi nadi.
Menurut Talley (1995 ) terdapat beberapa jenis dari isi nadi sebagai berikut :
Pulsus maknus : denyut terasa mendorong jari yang melakukan palpasi , contohnya : pada
demam.  Pulsus parvus : denyut terasa lemah ( gelombang nadi yang kecil ), contoh : pada
peredarahan dan infrak miokard. Isi nadi mencerminkan tekanan nadi, yakni beda antara tekanan
sistolik dan diastolik.

2.2.6 KONFIGURASI NADI


Konfigurasi atau kontur nadi sering dapat memberikan informasi penting. Menurut Talley
( 1995) terdapat beberapa jenis dari konfigurasi nadi yaitu sebagai berikut :
1.      Pada stenosis katup aorta, di mana muara katub menyempit, di sertai penurunan jumlah darah
yang di semburkan ke aorta,maka tekanan nadi mengecil dan nadi terasa lemah.
2.      Pada insufisiensi aorta, dimana katub aorta tidak dapat menutup sempurna, membuat darah
mengalir balik atau bocor dari aorta keventrikel kiri sehinggga akan terjadi peningkatan
gelombang nadi yang mendadak dan menurun secara mendadak, ( nadi kolaps )
3.      Konfigurasi nadi paling baik di periksa dan palpasi pada arteri karotis dan bukan pada arteri
radialis distal, karena karakteristik dramatik gelombang nadi bisa kacau ketikanadi dihantarkan
kepembuluh yang lebih kecil.

2.2.7 KUALITAS PEMBULUH DARAH


       Kondisi dinding pembuluh drah juga harus diperhatikan karena dapat memengaruhi nadi,
terutama pada lansia. Begitu kecepatannya dan irama sudah ditentukan, maka kualitas pembuluh
darah harus di kaji dengan meraba sepanjang arteri radialis dan membandingkannya dengan
pembuluh darah.
       Untuk mengkaji peredaran darah parifer, rabalah dan evaluasilah semua denyut arteri.
Denyut arteri dapat diraba pada titik dimana arteri mendekati permukaan kulit dan mudah di
tekan ke tulang atau otot yang padat. Denyutan dapat di periksa di arteri temporalis, karotis,
brakialis, radialis, femoralis, poplitea, dorsalis pedis, dan tibialis prosterior. Pengkajian yang
dapat diterima mengenai denyutan arteri akstremitas bahwa sangat tergantung pada penentuan
lokasi arteri yang akurat dan palpasi yang hati hati pada daerah tersebut.
       Palpasi ringan sangat penting. Tekanan jari yang kuat dapat menghilangkan dengan mudah
denyut arteri dorsalis pedis dan tibialis posterior sehingga membingungkan pemeriksa pada
sekitar 10% populasi, denyut arteri dorsalis pedis tidak teraba pada keadaan demikian keduanya
memang tidak ada sama sekali dan hanya arteri  tibialis posterior saja yang memberi suplai darah
ke kaki.
2.2.8 KEADAAAN DIDING ARTERI
       Dengan palpasi keadaan dinding arteri dapat ditafsirkan. Karakteristik dinding arteri normal
– kenyal, tetapi dapat mengeras pada sklerosis.

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi Denyut Nadi


Banyak hal yang mempengaruhi frekuensi denyut nadi di antaranya adalah; jenis
kelamin, umur, posisi tubuh, dan aktivitas fisik. Frekuensi denyut nadi istirahat anak laki-
laki lebih rendah daripada anak perempuan seusianya. Pada umur 2-7 tahun anak laki-laki
memiliki rata-rata denyut nadi istirahat sebesar 97 denyut permenit, sedangkan anak
perempuan memiliki rata-rata 98 denyut permenit. Anak laki-laki pada umur 8-14 tahun,
mempunyai rata-rata frekuensi denyut nadi istirahat 76 denyut permenit sedangkan
anak perempuan sebanyak 94 denyut permenit. Rerata denyut nadi istirahat anak laki-laki pada
umur 21-28 tahun adalah 73 denyut permenit sedangkan anak perempuan sebesar 80 denyut
permenit. Orang laki-laki pada usia tua yaitu 70-77 tahun, mempunyai rata-rata frekuensi
denyut nadi istirahat 67 denyut permenit sedangkan perempuan 81 denyut permenit.
Pengaruh umur terhadap frekuensi denyut nadi istirahat dapat dilihat dari denyut
nadi istirahat pada bayi baru lahir yang berkisar sebesar 140 denyut permenit, pada tahun
pertama sebesar 120 denyut permenit, setelah tahun kedua sebanyak 110 denyut permenit,
pada umur lima tahun denyut nadi sebanyak 96-100 denyut permenit, pada umur 10
tahun denyut nadi sebanyak 80-90 denyut permenit, sedangkan orang dewasa memiliki
denyut nadi istirahat sebanyak 60-80 denyut permenit.
Frekuensi denyut nadi anak-anak lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa,
baik denyut nadi istirahat, denyut nadi latihan atau kerja maupun denyut nadi maksimal. Di
samping itu, kemampuan adaptasi terhadap penyesuaian peredaran darah perifer saat olahraga
lebih baik. Perbedaan ini menyebabkan kandungan O2 dalam darah arteri dan vena
meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa ekstraksi dari O2 di dalam jaringan tubuh pada
anak-anak lebih efisien dibandingkan dengan orang dewasa .
Frekuensi denyut nadi pada posisi tidur berbeda dibandingkan dengan posisi duduk
dan berbeda pula dengan posisi berdiri. Hasil penelitian yang telah dilakukan, terjadi
penurunan frekuensi dennyut nadi dari posisi berdiri ke posisi duduk sebesar 8,7 denyut
permenit dan terjadi peningkatan dari posisi duduk ke posisi berdiri sebesar 12,0 denyut
permenit. Dinyatakan bahwa, ketika terdapat beberapa gerakan pada saat berdiri atau saat
duduk, akan meningkatkan denyut nadi sebanyak 5-10 denyut permenit. Perubahan dari
duduk ke berdiri atau sebaliknya dari berdiri ke duduk disebabkan karena aktivitas dari
reflek sinus karotis .
2.4 Pengaturan Denyut Nadi
Denyut jantung dikontrol oleh sistem saraf pusat yang menerima umpan balik
dari reseptor sensorik yang berada pada dinding pembuluh darah. Peningkatan imfuls
saraf dari batang otak ke saraf simpatik menyebabkan terjadinya penurunan diameter
pembuluh darah ferifer, meningkatkan volume sekuncup dan meningkatkan frekuensi
denyut nadi, yang berperan sangat penting dalam hal peningkatan tekanan darah.
Peningkatan tekanan darah, menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas baroreseptor
dengan cara memberikan sinyal ke batang otak untuk segera mengurangi imfuls dari saraf
simpatis.
Saat latihan fisik, denyut nadi sebagian besar dikendalikan oleh keseimbangan
antara penghambatan oleh saraf vagus dan stimulasi dari saraf simpatis jantung. Dalam
keadaan istirahat, saraf simpatis pengaruhnya lebih dominan dibandingkan dengan saraf
vagus. Apabila saraf otonom ke jantung diblokir, maka frekuensi denyut nadi istirahat
dari rata-rata 70 denyut permenit akan meningkat menjadi 100 denyut permenit.
Peningkatan frekuensi denyut nadi bersamaan dengan peningkatan aktivitas
saraf simpatis dan penurunan aktivitas saraf parasimpatis. Sebaliknya, penurunan frekuensi
denyut nadi bersamaan dengan peningkatan aktivitas saraf parasimpatis dan
penurunan aktivitas saraf simpatis. Aktivitas dari saraf ini dikendalikan oleh sistem
pengaturan yang terletak di batang otak yaitu pusat kendali jantung. Di samping saraf
simpatis dan parasimpatis, denyut nadi juga diatur oleh sistem hormonal yaitu
epinephrinedan norepinephrine. Epinephrine disekresikan oleh medulla adrenal ke dalam
darah pada rangsangan simpatis yang berfungsi mengatur irama jantung. Cara yang sama
juga dilakukan oleh hormon norepinephrine.
2.5 Efek Akut Latihan Terhadap Frekuensi Denyut Nadi
Telah diketahui bahwa frekuensi denyut nadi meningkat pada saat latihan
fisik. Peningkatan ini disebabkan karena meningkatnya kebutuhan darah yang mengangkut O2
ke bagian tubuh yang aktif, penumpukan CO2, peningkatan suhu tubuh, penumpukan
asam laktat, serta berkurangnya O25.
Apabila intensitas latihan ditingkatkan, maka akan diikuti dengan peningkatan
frekuensi denyut nadi dan sebaliknya penurunan intensitas latihan akan diikuti dengan penurunan
frekuensi denyut nadi. Penurunan frekuensi denyut nadi berlangsung secara linier sesuai
dengan Azas Conconi. Akan tetapi apabila intensitas latihan terus ditingkatkan, maka
hubungannya menjadi tidak linier.
Hubungan linier antara intensitas latihan dengan frekuensi denyut nadi akan
berlaku apabila latihan fisik melibatkan banyak otot besar. Dengan demikian maka
frekuensi denyut nadi dapat dipakai sebagai acuan untuk menentukan intensitas
latihan pada latihan fisik yang melibatkan otot-otot besar. Latihan fisik yang melibatkan
otot-otot besar adalah jalan kaki, jogging, berenang, berlari, bersepeda, dan lain-lain.
2.6 Efek Kronis Latihan Terhadap Frekuensi Denyut Nadi
Efek kronis dari latihan fisik terhadap denyut nadi dapat dilihat dari frekuensi
denyut nadi istirahat. Frekuensi denyut nadi istirahat atau juga disebut denyut nadi basal
adalah denyut nadi yang diukur pada pagi hari ketika belum beranjak dari tempat tidur.
Denyut nadi ini memberikan informasi tentang kondisi fisik dari seseorang. Di samping
dengan menggunakan frekuensi denyut nadi, kondisi fisik dapat juga diukur dengan waktu
pengembalian denyut nadi setelah latihan. Makin cepat denyut nadi ke dalam keadaan
istirahat, maka semakin baik kondisi fisik seseorang dan sebaliknya semakin lambat
denyut nadi pemulihan, maka kondisi fisik semakin menurun. Juga dinyatakan bahwa
denyut nadi istirahat menurun seiring dengan peningkatan periode latihan.
Latihan fisik yang dilakukan secara erobik dalam waktu lama dan
berkesinambungan akan menyebabkan peningkatan ukuran jantung yaitu terjadi
peningkatan ruang atrium dan ventrikel, terutama pada ventrikel kiri. Dinyatakan bahwa
aktivitas aerobik dengan pemulihan kurang dari satu kali perminggu, akan menyebabkan
penebalan otot jantung. Penebalan otot jantung karena latihan fisik berkesinambungan
selama lebih dari 40 menit dengan frekuensi lebih dari satu kali perminggu, disebabkan
karena peningkatan glikogen otot jantung.
Meningkatnya ruang ventrikel dan kekuatan kontraksi jantung akan
menyebabkan peningkatan terhadap volume sekuncup (stroke volume). Dengan meningkatnya
volume sekuncup, untuk memenuhi kebutuhan darah yang mengangkut O2 dan hasil
metabolisme lain berupa CO2 dan asam laktat maka tidak dibutuhkan pemompaan
jantung dengan frekuensi yang terlalu tinggi. Hal ini dinyatakan bahwa seseorang yang
berlatih secara aerobik secara berangsur-angsur terjadi peningkatan ruang ventrikel dan
penurunan denyut nadi istirahat. Penurunan frekuensi denyut nadi istirahat dapat
mencapai di bawah 60 denyut permenit dan bahkan dapat mencapai lebih rendah dari 40
denyut permenit.
Selain meningkatnya stroke volume dan curah jantung, olahraga aerobik juga
menyebabkan pertambahan pada pembuluh darah jantung. Peningkatan pembuluh
darah jantung berperan sangat penting apabila ada pembuluh darah yang tersumbat.
Caranya adalah pembuluh darah yang tersumbat fungsinya akan diganti atau diambil alih
oleh permbuluh darah yang baru.
Atlet mempunyai frekuensi denyut nadi istirahat lebih rendah dibandingkan
dengan bukan atlet. Frekuensi denyut nadi istirahat para atlet dapat mencapai di bawah 40
denyut permenit dan bukan atlet bisa mencapai 90 denyut permenit. Akan tetapi olahraga
berlebihan atau disebut dengan overtraining dapat juga berakibat terhadap peningkatan
frekuensi denyut nadi istirahat. Peningkatan ini disebabkan karena stress berlebihan yang
diberikan pada tubuh.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengkajian nadi merupakan pengkajian yang paling sering di lakukan perawat untuk
melihat kondisi status sirkulasi klien. Denyut nadi merupakan aliran darah yang menonjol dan
dapat diraba. selain itu denyut nadi juga merupakan manifestasi dari status sirkulasi darah
didalam pembuluh darah dalam arteri. Tiap denyut nadi dilukiskan sebagai suatu gelombang
yang terdiri atas bagian yang naik, puncak, dan turun. Dan pada setiap denyut nadi sejumlah
darah melewati bagian tertentu dengan jumlah darah itu dicerminkan oleh tinggi puncak
gelombang nadi atau memberikan manifestasi pada isi nadi
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi frekuensi denyut nadi istirahat yaitu
jenis kelamin, umur, posisi tubuh, dan aktivitas fisik. Peningkatan intensitas latihan akan
meningkatkan frekuensi denyut nadi, begitu juga sebaliknya akan terjadi penurunan apabila
intensitas latihan diturunkan. Efek ini merupakan efek akut dari latihan fisik terhadap
fekuensi denyut nadi. Efek kronis latihan terhadap frekuensi denyut nadi adalah denyut
nadi istirahat menurun apabila melakukan latihan fisik aerobik secara teratur dan
kerkesinambungan.

3.2 Saran
Berdasakan hasil penelitian disimpulkan bahwa denyut nadi bangun tidur akan tetap
tinggi dan cenderung lebih tinggi jika tidur tidak lebih dari 6 jam. Data ini didasarkan pada
kejadian ketika subyek penelitian di hari-hari tidak sedang melaksanakan aktivitas olahraga atau
latihan. Kaitan dengan hal ini jika orang pekerja berat, baik fisik ataupun psikologis apalagi
olahragawan, setidaknya tetap memerlukan istirahat lebih dari 6 jam untuk pemulihan.
Rekomendasi penelitian berikutnya adalah perlu dilihat asupan kebutuhan gizi, minimal gizi
makro serta kebiasaan minun kafein perlu dipertimbangkan.
DAFTAR PUSTAKA

 Sumber : I Nengah, S. 2016. Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Frekuensi Denyut Nadi.
Sport and Fitness Journal.Vol. 4. No.2: 1-6.
 : I Nengah, S. 2016. Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Frekuensi Denyut Nadi. Sport
and Fitness Journal.Vol. 4. No.2: 1-6.

Anda mungkin juga menyukai