Anda di halaman 1dari 23

Asuhan Keperawatan Palliative pada Pasien

Penyakit Jantung Koroner

Dosen fasilitator : Edy Siswantoro.,S.Kep.Ns.,M.M.,M.Kep

Disusun oleh
Kelompok Sgd 3 :
Dwi Ari Herdiansyah (0120011)
Elsa Dwi Cahya Ningrum (0120016)
NURHOLIS (0120027)
Putri Delta Maulidiyah (0120030)
Syarifatul Faiqo (0120032)
Velsya Venotya (0120036)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2022-2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah Swt serta shalawat dan salam kami
sampaikan hanya bagi tokoh dan teladan kita Nabi Muhammad SAW. Diantara sekain banyak
nikamt Allah SWT. Yang membawa kita dari kegelapan ke dimensi terang yang memberi
hikmah dan yang paling bermanfaat bagi seluruh umat manusia,sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat waktu. Adapun maksud dari pembuatan makalah
ini kami membahas mengenai asuhan keperawatan pada pasien penyakit jantung koroner

Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal yang benar
datangnya dari Tuhan, meski begitu tentu tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi
perbaikan pada tugas selanjutnya. Harap kami semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi
kami dan bagi pembaca lain pada umumnya.

Mojokerto, 22 september 2022

Penulis
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................
1. Latar belakang.........................................................................................................................
2. Rumusan Masalah...................................................................................................................
3. Tujuan ....................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAAN .........................................................................................................
A. Jantung Koroner....................................................................................................................
1.Pengertiaan Jantung Koroner.....................................................................................................
2. Klasifikai Jantung Koroner.......................................................................................................
3.Etiologi jantung Koroner...........................................................................................................
4. Pathofisiologi Jantung Koroner................................................................................................
5.Pathway Jantung Koroner .........................................................................................................
6.Penatalaksanaan jantung koroner...............................................................................................
B. Definisi Perawatan Paliatif pada Pasien Gagal Jantung
7. Perawatan Paliatif pada Pasien Gagal Jantung (Home Based Exercise Training (HBET)....

8.Peran Perawat paliatif pada pasien Gagal Jantung...................................................................

9. Langka-langka pelayanan paliatif............................................................................................

C. Asuhan Keperawatan Jantung Koroner..............................................................................


A.Pengkajian..............................................................................................................................
B. Diagnosa................................................................................................................................
C.Intervensi................................................................................................................................
D. Evaluasi.................................................................................................................................
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................
A. Kesimpulan .........................................................................................................................
B. Saran.....................................................................................................................................
C. Daftar Pusaka ...................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pelayanan Paliatif adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien dengan penyakit yang
secara medis tidak dapat disembuhkan dan dalam kondisi terminal. Dalam
perkembangannya, pelayanan holistik ini berevolusi juga menjadi dukungan pelayanan pada
berbagai kondisi penyakit kronis progresif maupun degeneratif termasuk beberapa penyakit
kardiovaskular didalamnya. Gagal jantung kronis tahap lanjut (advanced heart failure) dan
penyakit jantung koroner dengan nyeri dada menetap yang tidak dapat dilakukan tindakan
definitif serta sindroma eisen menger merupakan beberapa contoh kondisi kardiovaskular
yang relevan bagi integrasi pelayanan paliatif.
Pelayanan Paliatif Kardiovaskular dapat diberikan pada pasien dengan penyakit
kardiovaskular kronis progresif pada semua tahapan penyakit, mulai saat didiagnosis hingga
akhir hayat. Pelayanan Paliatif Kardiovaskular diberikan dan diintegrasikan bersamaan
dengan pengobatan/tatalaksana medis definitif melalui dukungan dan intervensi terhadap
aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual yang bertujuan untuk meminimalkan keluhan dan
mengoptimalkan kualitas hidup (quality of life) pasien dan keluarga.
Pelayanan Paliatif Kardiovaskular merupakan pelayanan terpadu yang diberikan oleh tim
multidisiplin dari berbagai Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yang terdiri dari dokter
spesialis, dokter umum, perawat, terapis, psikolog, ahli gizi dan nutrisi, apoteker, serta
rohaniawan secara terintegrasi yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien dan
keluarga, bukan hanya memandang prognosis penyakit semata sehingga akan lebih baik bila
pasien mendapatkan pelayanan dari tim paliatif kardiovaskular sejak awal perjalanan
penyakit agar dapat diidentifikasi sedini mungkin dan dilakukan intervensi dan supervisi
terhadap penderitaan akibat nyeri dan keluhan fisik lain serta dapat diberikan dukungan
psikososial dan spiritual bagi pasien beserta keluarga.
Rumus Masalah

A. Bagaimana konsep jantung korener ?


1. Apa itu jantung korener ?
2. Bagaiamana klasifikasi jantung korener ?
3. Bagiamana etiologi jantung korener ?
4. Bagaimana patofisiologi jantung korener ?
5. Bagaiamana pathway jantung korener ?
6. Bagaimana penatalaksanan jantung koroner ?
7. Apa pegertian perawatan paliatif pada pasien gagal jantung ?
8. Bagaimana Perawatan Paliatif pada Pasien Gagal Jantung?
9. Bagimana Peran Perawat paliatif pada pasien Gagal Jantung?
10. Bagaiman Langka-langka pelayanan paliatif?

B Bagaimana konsep asuhan keperawatan jantung korener

A.Bagaimana pengkajian jantung korener?

B. Bagimana diagnosa jantung korener ?

C. Bagaimana intervensi jantung korener ?

D.Bagiamana evaluasi jantung korener ?

C. Tujuan
A. Tujuan umum
Mengetahui tentang konsep jantung kronik dan asuhan keperawatan jantung korener
B. Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu memahami tentang konsep jantung korener
2. Mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan jantung korener
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jantung koroner
1.Pengertian
PJK (asterosklerosis coroner, penyakit nadi koroner, penyakit jantung iskemia)
adalah penyakit jantung yang disebabkan penyempitan arteri koroner, mulai dari terjadinya
arterisklerorsis (kekakuan arteri) maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak atau flak
(plague) pada dinding arteri koroner, baik disertai gejala klinis ataupun tanpa gejala
(Kabo, 2008)
Menurut organisasi kesehtan dunia (WHO), Penyakit Jantung Koroner adalah
ketidak sanggupan jantung akut atau kronis yang timbul karena kekurangan suplai darah
pada myocardium sehubungan dengan proses penyakit pada sistem nadi koroner.
PJK adalah penyempitan atau tersumbatnya pembuluh darah arteri jantung yang
disebut pembuluh darah koroner. Sebagaimana halnya organ tubuh lain, jantung pun
memerlukan zat makanan dan oksigen agar dapat memompa darah keseluruh tubuh,
jantung akan bekerja baik jika terdapat keseimbangan antara pasokan darah kejantung
akan berkurang, sehingga terjadi ketidak seimbangan antara kebutuhan dan pasokan dan
peneluaran, sehingga terjadi ketidak seimbangan antara kebutuhan dan pasokan zat
makanan dan oksigen, makin besar persentase penyempitan pembuluh koroner makin
berkurang aliran darah ke jantung (UPT – Balai Informasi Teknologi Lipid Pangan & Kesehatan,
2009).
2.klasifikasi
Menurut Nazmah (2012) dalam Muhammad Supri D (2019) klasifikasi penyakit
jantung koroner ada 4 yaitu sebagai berikut:
1. Angina Pectoris atau Stable Angina Angina pectoris atau Stable Angina merupakan
jenis penyakit jantung yang paling ringan yang disebabkan karena adanya
ketidakseimbangan suplai darah dengan kebutuhan otot jantung yang sifatnya hanya
sementara. Penyebab dari gangguan suplai darh tersebut karena terjadinya penyempitan
pembuluh darah koroner yang dikarenakan terjadinya proses arthersklerosis pada
pembuluh koroner, sehingga terjadi hambatan pada aliran darah tetapi tidak total.
2. Angina Tidak Stabil atau Unstable Angina Definisi dari angina tidak stabil kurang
lebih sama dengan angina pectoris hanya saja yang membedakan yaitu derajat sakitnya
lebih berat, waktu kemunculan angina tidak stabil bisa kapan saja dan intensitas keluhan
yang lebih lama.
3. Prinzmetal Angina Prinzmetal Angina merupakan gangguan yang terjadi karena
adanya sumbatan secara komplit disebabkan karena adanya spasm pada pembuluh
darah koroner.Jika dalam waktu 20 menit tidak segera ditangani maka dapat
menyebabkan injury pada sel – sel otot jantung.
4. Infark Miokard Akut Infark miokard akut di bagi menjadi 2 yaitu:
a. ST Segmen Elevasi Myocardial Infraction (STEMI) ST Segmen Elevasi Myocardial
Infraction (STEMI) disebabkan karena adanya sumbatan total pada pembuluh darah
koroner yang dapat menyebabkan injury pada sel sel otot jantung bahkan sampai
mengenai lapisan oto jantung bagian luar. Tanda dari STEMI yaiu adanya kenaikan
enzim pada jantung (CKMB atau Troponin).
b. Non ST Segmen Elevasi Myocardial Infraction (NSTEMI) Pada Non ST Segmen
Elevasi Myocardial Infraction (NSTEMI) sudah terjadi injury ada sel sel otot jantung.
NSTEMI terjadi pada saat angina pectoris atau angina tidak stabi tidak dideteksi secara
dini maupun tidak ditangani dengan tepat. Keluhan yan dialami kurang lebih sama
dengan angina tidak stabil.
3. Etiologi
Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh
penyempitan atau penyumbatan arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Penyakit
jantung koroner adalah ketidak seimbangan antara demand dan supplay atau kebutuhan
dan penyediaan oksigen otot jantung dimana terjadi kebutuhan yang meningkat atau
penyediaan yang menurun, atau bahkan gabungan diantara keduanya itu, penyebabnya
adalah berbagai faktor. Denyut jantung yang meningkat, kekuatan berkontraksi yang
meningkat, tegangan ventrikel yang meningkat, merupakan beberapa faktor yang dapat
meningkatkan kebutuhan dari otot-otot jantung. Sedangkan faktor yang mengganggu
penyediaan oksigen antara lain, tekanan darah koroner meningkat, yang salah satunya
disebabkan oleh artherosklerosis yang mempersempit saluran sehingga meningkatkan
tekanan, kemudian gangguan pada otot regulasi jantung dan lain sebagainya.
Manifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia
mycocard akut, gagal jantung disritmia atau gangguan irama jantung dan mati
mendadak.
Asterosklerosis adalah penyakit yang paling sering menyerang susunan pembuluh
darah. Aterosklerosis mula – mula ditandai oleh deposit lemak pada tunika intima arteri.
Selanjutnya dapat terjadi kalsifikasi, fibrosis, thrombosis dan pendarahan, semuanya itu
membantu terbentuknya suatu plak ateroslerosis yang kompleks, atau aretoma.
Akhirnya, tunika media mulai mengalami degenerasi. Nekrosis pada sel otot polos yang
terisi lemak juga terjadi. Proses 11 patologi ini secara progresif menyumbat lumen
pembuluh darah dan melemahkan dinding arteri (Price. S & Wilson.L, 2006)
4.Pathofisiologi
Pada keadaan normalnya terdapat keseimbangan antara aliran darah arteri
koronaria dengan kebutuhan miokardium.pada bagian arteri terdapat dua bagian arteri
koroner yang utama yaitu arteri koroner kiri dan arteri koroner kanan yang sama sama
berfungsi untuk menyuplai darah, oksigen dan nutrisi ke miokardium. Aliran darah
yang melewati arteri koroner diatur oleh tekanan dari aorta. Penyebab tmbulnya
penyakit jantung koroner yaitu adalah aterosklerosis dimana terjadinya pembentukan
atheroma (plak) yang dapat mengganggu aliran darah pada arteri koroner. Penyebab
timbulnya aterosklerosis ada berbagai macam yaitu mulai dari usia, jenis kelamin,
terdapat faktor genetic dari keluarga, kebiasaan merokok, hipertensi, diabetes,
kurangnya aktivitas dan diet yang kurang baik. Aterosklerosis disebabkan oleh
metabolisme lemak yang abnormal, cidera atau inflamasi sel endotel yang melapisi
arteri.Pada aliran darah, lemak diangkut dengan menempel pada protein yang disebt
apoprotein (LeMone, Priscilla, 2019).
Gejala yang timbul dapat menyebabkan penderita penyakit jantung koroner
mengalami kecemasan, dimana kecemasan ini dapat memungkinkan timbulnya masalah
yang berat terhadap jantung.Tanda dan gejala ansietas yaitu gelisah, sulit bernafas,
tekanan darah meningkat, denyut nadi cepat, syok, mual bahkan muntah dan lain
sebagainya. Cemas (ansietas) dapat merangsang hipotalamus untuk bekerja secara
langsung dari sistem otonom, dari stimulasi cemas dapat meningkatkan kerja dari
sistem saraf simpatis yang merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang fungsinya
untuk meningkatkan frekuensi denyut jantung dan meningkatan resistensi vascular
dalam tubuh.Kondisi ini mempunyai pengaruh dalam meningkatkan beban kerja
jantung, sehingga kebutuhan oksigen pada jantung juga ikut meningkat (Monhan, F. D.,
Sands, Neightbors, M., Marek, & Green, 2007 dalam Nuraeni, Aan, Ristina Mirwati,
2017).
5.Pathway
Arterisklerosis trombosis
kontruksi arteri koronaria

Aliran darah kejantung menurun

02 dan nutrisi menurun

Jaringan miocard

Nerose lebih dari 30


menit

Supply dan kebutuhan 02 kejantung tidak

Supply 02 ke milocard menurun

Metabolisme an Seluler
aerob hipoksia

Kerusakan Tumbunan asam


pertukaran gas Nyeri Integritas membran
Laktat meningkat sel berubah

Cemas
Fatique
Intoleransi aktivitas Kontraktilitas Penurunan curah
turun jantung

Cop turun Kegagalan


pompa jantung
6.Penatalaksanaan
Penanggulangan nyeri harus dilakukan sedini mungkin agar dapat mencegah
aktivitas saraf simpatis, karena pada aktivitas saraf simpatik ini dapat menyebbkan
takardi, vasokonstriksi dan peningkatan tekanan darah dimana kejadian ini dapat
memperberat kerja dari jantung dan dapat memperluas kerusakan pada
miokardium.tujuan dari penatalaksanaan sendiri yaitu untuk menurunkan kebutuhan
oksigen jantung untuk meningkatkan suplai oksigen
1). Intervensi pada serangan akut
a. Penanganan nyeri
1) Morphin sulfat
2) Nitrat
3) Penghambat beta (beta blocker) (Majid, Abdul, 2019).
b. Membatasi ukuran infark pada miokardium Caranya dengan meningkatkan
supali darah dan oksigen ke jaringan miokardium.
1) Antikoagulan, berfungsi untuk mencegah bekuan darah yang dapat menyumbat
sirkulasi.
2) Trombolitik, ini sering disebut juga sebagia penghancur bekuan darah, menyerang
dan melarutkan bekuan darah
3) Antilipemik, dapat disebut juga dengan hipolipemik atau antilipemik bermerek yang
berfungsi untuk menurunkan konsentrasi lipid pada darah.
4) Vasodilator perifer, bertujuan untuk meningkatkan dilatasi pembuluh darah yang
menyempit karena vasospasme
c. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen dapat diberikan saat nyeri timbul. Oksigen yang dihirup akan
meningkatkan saturasi darah. Terapi oksigen dilakukan hingga klien mampu bernafas
dengan mudah.
d. Membatasi aktivitas fisik
Istirahat adalah merupakan cara yang efektif untuk membetasi aktivitas fisik.
Pembatasan aktivitas fisik dapat mempercepat penghentian dari nyeri (Majid, Abdul,
2019).
2). Intervensi jangka panjang

a. Pemberian diuretic, biasanya menggunakan derivate chlorodiatiazide 50 mg di setiap


pagi

b. Pemberian nitrates, secara sublingual sangat efektif sebagai upaya preventif serangan
angina. Klien akan dianjurkan untuk meminum obat sesuai dengan anjuran dari dokter.

c. Pemberian penghambat beta untuk mencegah serangan angina

d. Antilipemik
B. Definisi Perawatan Paliatif pada Pasien Gagal Jantung
Perawatan paliatif adalah perawatan yang diberikan kepada pasien dengan
penyakit yang secara medis tidak dapat disembuhkan dan dalam kondisi terminal.
Perawatan ini dilakukan pada berbagai kondisi penyakit kronis progresif maupun
degeneratif termasuk beberapa penyakit kardiovaskuler didalamnya. Contohnya seperti
gagal jantung kronis tehap lanjut (advanced heart faiture).
Perawatan paliatif kardiovaskuler dapat diberikan dapat diberikan pada pasien
dengan penyakit kardiovaskuler kronis progresif pada semua tahapan penyakit, mulai saat
di diagnosis hingga akhir hayat. Perawatan paliatif kardiovaskular diberikan dan
diintegrasikan bersamaan dengan pengobatan/tatalaksana medis definitif melalui
dukungan dan intervensi terhadap aspek fisi, psikologis, sosial, dan spiritual yang
bertujuan untuk meminimalkan keluhan dan mengoptimalkan kualitas hidup (quality of
life) pasien dan keluarga.
Pada tahap awal perjalanan penyakit , perawatan paliatif kardiovaskular diberikan
dengan tujuan untuk meringankan keluhan fisik, memberikan dukungan psikososial dan
spiritual, serta memberikan pemahaman yang menyeluruh terkait diagnosis penyakit,
perjalanan penyakit, dan prognosis penyakit sehingga pasien dan keluarga benar-benar
mengerti tentang penyakitnya,Pada tahap lanjut dari perjalanan penyakit, tim paliatif
kardiovaskular akan membantu pasien dan keluarga dalam mengambil keputusan pada
tahap lanjut perjalanan penyakitnya melalui upaya pengambilan keputusan bersama
(shared decision-making) dengan tim medis yang merawat pasien serta membantu dalam
menentukan target/tujuan perawat (goals of care) yang diinginkan oleh pasien sehingga
kualitas hidup pasien dan keluarga diupayakan tidak terlalu terdampak pada tahap
terminal ini
7. Perawatan Paliatif pada Pasien Gagal Jantung (Home Based Exercise
Training (HBET)
Pasien gagal jantung biasanya berpikiran bahwa melakukan aktivitas termasuk
latihan fisik akan menyebabkan pasien dengan gagal jantung sesak dan timbul
kelelahan,sehingga mereka lebih memilih untuk bed rest pada fase pemulihan. Oleh
karena itu,pasien perlu untuk diajarkan melakukan aktivitas secara bertahap dengan
tujuan toleransi aktivitas dapat meningkat pula. Kondisi yang menyebabkan
ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari akan mengganggu rutinitas pasien.
Akibatnya,pasien kehilangan kemampuan fungsional. Pada pasien gagal
jantung,kapasitas fungsional sangat berkaitan erat dengan dengan kualitas hidup
pasien. Kapisitas fungsional dapat ditingkatkan,salah satunya dengan melakukan
latihan fisik. Latihan ini meliputi : tipe,intensitas,durasi,dan frekuensi tertentu sesuai
dengan kondisi pasien. Aktivitas latihan fisik pada pasien dengan gagal jantung
bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas fisik tubuh,memberi penyuluhan kepada
pasien dan keluarga dalam mencegah perburukan dan membantu pasien untuk dapat
kembali beraktivitas fisik seperti sebelum mengalami gangguan jantung.
(Suharsono,2013)

Home-based exercise training (HBET) dapat menjadi salah satu pilihan latihan
fisik dan alternative solusi rendahnya partisipasi pasien mengikuti latihan fisik. Pasien
yang stabil dan dirawat dengan baik dapat memulai program home based exercise
training setelah mengikuti tes latihan dasar dengan bimbingan dan intruksi. Tindak
lanjut yang sering dilakukan dapat membantu menilai manfaat program latihan di
rumah,menentukan masalah yang tidak terduga,dan akan memungkinkan pasien untuk
maju ke tingkat pengerahan yang lebih tinggi jika tingkat kerja yang lebih rendah dapat
ditoleransi dengan baik. Intervensi yang dilakukan berupa home based exercise training
berupa jalan kaki selama 30 menit,3 kali dalam seminggu selama 4 minggu dengan
intensitas 40-60% heart rate reserve,dan peningkatan kapasitas fungsional dilakukan
dengan Six Minute Walk Test (uharono,2013).
8. Peran Perawat paliatif pada pasien Gagal Jantung
Perawat sebagai pemberi perawatan paliatif memiliki peranan penting Perawat
bertanggung jawab untuk mengenali gejala-gejala pasien mengambil tindakan, memebrikan
obat-obatan menyediakan langkah-langkah lain untuk mengurangi gejala, dan berkolaborasi
dengan profesi lain untuk mengoptimalkan kenyamanan pasien dan keluarga (ANA ,2016)

Sedangkan menurut kementrian Kesehatan RI, peran perawat dalam melakukan


perawatan paliatif adalah penatalaksanaan nyeri, penatalaksanaan keluhan fisik, melakukan
asuhan keperawatan, memberikan dukungan psikologis, sosial , kultural dan spiritual serta
memberikan dukungan persiapan dan selama masa dukacita ( Kemenkes RI,2007)\

9. Langka-langka pelayanan paliatif


Langkah-langkah dalam Program Paliatif :

1. Melakukan penilaian aspek fisik, psikologis, sosial dan kultural, dan spiritual.

2. Menentukan pengertian dan harapan pasien dan keluarga.

3. Menentukan tujuan perawatan pasien.

4. Memberikan informasi dan edukasi perawatan pasien.

5. Melakukan tata laksana gejala, dukungan psikologis, sosial dan kultural, dan spiritual.

6. Memberikan tindakan sesuai wasiat atau keputusan keluarga bila wasiat belum dibuat,
misalnya: penghentian atau tidak memberikan pengobatan yang memperpanjang proses
menuju kematian (resusitasi, ventilator, cairan, dan lain-lain).

7. Membantu pasien dalam membuat Advanced Care Planning (wasiat atau keingingan
terakhir).

8. Pelayanan terhadap pasien dengan stadium terminal.

10.Tata Laksana Paliatif pada jantung koroner


1.Penurunan fungsional (fisik dan mental) secara progresif hingga selalu bergantung kepada sekitarnya.

2.Gejala jantung koroner berat dengan kualitas hidup yang buruk meski sudah diberi terapi
farmakologis maupun nonfarmakologis optimal.

3.Pasien masih bahkan makin sering masuk ke unit gawat darurat rumah sakit atau makin sering
mengalami dekompensasi jantung koroner walaupun terapi sudah optimal.

4.Kontraindikasi transplantasi jantung


5.Komorbid, kerentanan, dan kondisi klinis pasien tidak memungkinkan untuk bertahan hidup hingga 1
tahun ke depan.

6.Pasien sudah mengalami cardiac cachexia

7.Telah terjadi kegagalan organ multipel ireversibel

Tata laksana paliatif berfokus pada meminimalisir gejala, meningkatkan kualitas hidup hingga akhir
hidup pasien, dukungan psikologis bagi keluarga pasien, dan diskusi mengenai rencana tempat akhir
hidup maupun resusitasi, termasuk pelepasan alat bantu. Tata laksana paliatif dilakukan dengan
dukungan inotropik jangka panjang dan pereda nyeri seperti opioid atau benzodiazepin
C.Asuhan Keperawatan Jantung Koroner

A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas pasien : terdiri dari nama (inisial)
1. Usia/ tanggal lahir : memang semua usia dapat terkena penyakit jantung koroner,
namun usia pun penting jita jetahui, karena semakin lansia umur seseorang, semakin
beresiko.
2. Jenis Kelamin : pengkajian pada jenis kelamin
3. Alamat suku/ bangsa : penying kita ketahui, karena alamat juga mendukung untuk
dijadikan data
4. Status pernikahan : disini perlu kita ketahui, apakah pasangan klien memiliki riwayat
penyakit
5. Agama/ keyakinan : disini perlu kita ketahui, karena masih banyak masyarakat yang
menganut kepercayaan-kepercayaan.
6. Pekerjaan/sumber penghasilan : karena berpengaruh juga terhadap pola hidup.
7. Diagnosa medik : setelah mendapatkan pemeriksaan maka diagnosa mediknya jantung
koroner
8. No RM, tanggal masuk : penting juga kita ketahui , supaya perawat tidak salah pasien,
dan tanggal masuk juga berperan untuk mendapatkan data apakah sudah ada perubahan
atau semakin parah
b. Identitas penanggung jawab : meliputi nama , usia, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan
dengan klien.

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang didapat biasanya berfariasi mulai dari nyeri pada bagian dada,
sesak, pusing, cemas, gelisah sampai penurunan kesadaran.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


Kaji aktivitas dan strees, keluhan nyeri dada, penurunan kesadaran, batuk kering yang
berkepanjangan, perubahan kelemahan fisik.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu


Kaji Riwayat adanya penyakit jantung koroner, hipertensi.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Kaji riwayat penyakit keluarga terkait penyakit jantung koroner, riwayat hipertensi,
DM, kaji mengenai pemakaian obat-obatan.

a. Inspeksi
- Kulit dan membran mukosa : catat warna, turgor, tekstur, dan pengeluaran keringat.
Edema, indikasi retensi penumpukan cairan
- Mulut : catat jika ada bau mulut, kebersihan mulut
- Thorak : catat kesimetrisan retraksi dada
- Abdomen : catata ukuran, kesimetrisan, adanya masa pembengkakan
- Genetalia-anus : catat pembengkakan pembulu darah, hernia, hemoroid

b. Palpasi
- Thorak : teraba denyut jantung
- Abdomen : memeriksa ada pembesaran hepar, nyeri tekan

c. Perkusi
- Thorak : catat bunyi paru kanan kiri, catat suara redup (pekak) pada aderah jantung
- Abdomen : suara tympani perut

d. Auskultasi
- Thorak : catat jika ada suara tambahan ( ronkhi, wheezing), catat jika ada suara
tambahan dari jantung
- Abdomen :peristaltik usus

3. Analisa data

No Symtom Etiologi Promblame


Ds: klien mengeluh nyeri Supply 02 ke milocard menurun Nyeri akut
dibagian dada sesak
Metabolisme an aerob

Tumbunan asam
Laktat meningkat

Nyeri

Ds : klien mengalami Supply 02 ke milocard menurun Ansietas


cemas, gelisah sampai
penurunan kesadaran. Metabolisme an aerob

Tumbunan asam
Laktat meningkat

Nyeri
Cemas

B. Diagnosa

1. Nyeri akut b.d ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen akibat penurunan suplai darah ke
miokardium dan peningkatana produksi asam laktat

2. Ansietas b.d rasa takut akan kematian, ancaman kesehatan dan perubahan kesehatan

3. intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan suplai nutrisi dan kebutuhan oksigen

C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Nyeri akut b.d Selama dilakukan tindakan 1. menajemen nyeri
keperawatan selama 1 jam Observasi
ketidakseimbangan suplai
maka diharapkan kriteria -identifikasi
darah dan oksigen akibat hasil : lokasi ,karakteristik,durasi,fre
-Keluhan nyeri menurun kuensi, kualitas,intensitas
penurunan suplai darah ke
-pola nafas membaik nyeri
miokardium dan -identifikasi skala nyeri
-identifikasi respon nyeri non
peningkatana produksi
verbal
asam laktat -identifikasi faktor yang
memberat dan memperingan
nyeri
-identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
-identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
-identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
-monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
-monitor efek samping
penggunaan analgetik

Teraupetik
-berikan teknik nonformalogis
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. Tens ,
hipnosis,akupresur, terapi
musik , biofeedblack,terapi
pijat , areomaterapi , teknik
imijinasi terbimbing ,
kompres hangat /
dingin ,terapi bermain )
-fasilitas istirahat dan tidur
Edukasi
-jelaskan penyebab , periode
dan pemicu nyeri
-jelaskan strategi meredakan
nyeri
-anjurkan monitor nyeri
secara mandiri

2 Ansietas b.d rasa takut akan Selama dilakukan tindakan 1.monitor tanda-tanda
kematian, ancaman keperawatan selama 1 jam ansietas
kesehatan dan perubahan maka diharapkan kriteria 2.ciptakan suasana terapeutik
kesehatan hasil : untuk menumbuhkan
-verbilisasi khawatir akibat
kepercayaan
kondisi yang dihadapi 3. pahami situasi yang
menurun membuat ansietas
-perilaku gelisah menurun 4.anjurkan mengungkapkan
-perilaku pusing menurun persaan dan persepsi
-Frekuensi nafas menurun 5.anjurkan keluarga untuk
-frekuensi nadi menurun selalu disamping dan
-pola tidur membaik mendukung pasien
6. ajarlan teknik relasasi
3. Selama dilakukan tindakan Observasi
intoleransi aktivitas b.d keperawatan selama 1 jam -Identifikasi deficit tingkat
ketidak seimbangan suplai maka diharapkan kriteria aktivitas
hasil : -Identifikasi kemampuan
nutrisi dan kebutuhan -kemudahan dalam berpartisipasi dalam aktivitas
oksigen melakukan aktivitas tertentu
sehari-hari membaik -Identifikasi sumber daya
-tekanan darah membaik untuk aktivitas yang
-frekuensi nafas membaik diinginkan
-dispnea saat aktivitas -Identifikasi strategi
membaik meningkatkan partisipasi
Dispnea setelah aktivitas dalam aktivitas
membaik Terapeutik
-aritmia setelah aktivitas -Fasilitasi focus pada
kemampuan, bukan deficit
yang dialami
-Sepakati komitmen untuk
meningkatkan frekuensi
danrentang aktivitas
-Fasilitasi memilih aktivitas
dan tetapkan tujuan aktivitas
yang konsisten sesuai
kemampuan fisik, psikologis,
dan social

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatuskesehatan
yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan, dimana
perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan (Potter & Perry 1997, dalam Haryanto, 2007).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994,
dalam Potter & Perry, 2011).
Implementasi keperawatan adalah kegiatan mengkoordinasikan aktivitas pasien,
keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk mengawasi dan mencatat respon pasien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Nettina, 2002). Jadi, implemetasi
keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku perawat yang berkoordinasi dengan
pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk membantu masalah kesehatan
pasien yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan
cara mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan yang telah dilakukan.

E. Evaluasi Keperawatan
Pengertian evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon
pasien setelah dilakukan intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan
yang telah diberikan (Deswani, 2009).
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara
optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Jenis- jenis Evaluasi dalam asuhan keperawatan antara lain : Evaluasi formatif
(proses), dan Evaluasi Sumatif (hasil).
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
Evaluasi bisa dilakukan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon
klien terhadap tindakan keperawatan sehingga perawat dapat mengambil keputusan :
pertama, mengakhiri tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/487/2/BAB%20II.pdf
http://repository.stikestulungagung.ac.id/217/
https://www.academia.edu/45053131/
ASUHAN_KEPERAWATAN_PENYAKIT_JANTUNG_KORONER

Anda mungkin juga menyukai