KEPERAWATAN KRITIS
“PADA KASUS PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)”
Disusun Oleh:
Kelompok 1/7B
1. Robbi Atus Solehah 1130017026
2. Candra Aryati Dewi 1130017061
3. Luluk Atun Muzayyanah 1130017064
4. Riski Amelia 1130017065
5. Lailatul Masrurah 1130017079
Fasilitator:
Priyo Mukti PW, S. Kep., M. Kep
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Keperawatan KritisPada Kasus
Penyakit Jantung Koroner (PJK) dapat bermanfaat dan berguna dan dapat
memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian penyakit jantung koroner (PJK).........................................................5
2.2 Penyebab penyakit jantung koroner (PJK)...........................................................5
2.3 Manifestasi Klinis penyakit jantung koroner (PJK).............................................6
2.4 Patofisiologis penyakit jantung koroner (PJK)....................................................7
2.5 Klasifikasi penyakit jantung koroner (PJK).........................................................9
2.6 Komplikasi penyakit jantung koroner (PJK)........................................................10
2.7Pemeriksaan Diagnostik penyakit jantung koroner (PJK)....................................10
2.8Penatalaksanaan penyakit jantung koroner (PJK).................................................12
2.9Pencegahanpenyakit jantung koroner (PJK).........................................................14
2.10 Asuhan Keperawatan Teori Denganpenyakit jantung koroner (PJK)................14
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................20
3.2 Saran.....................................................................................................................20
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
terjadi serangan berulang dan terjadi komplikasi, proses penyembuhan bisa lebih
cepat lagi dan meningkatkan kualitas hidup, pencegahan dilakukan dalam bentuk
pencegahan sekunder (Vandanjani, 2013)
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian daripenyakit jantung koroner (PJK)?
2. Apa penyebab dari penyakit jantung koroner (PJK)?
3. Apa sajamanifestasi klinis daripenyakit jantung koroner (PJK)?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit jantung koroner (PJK)?
5. Bagaimana klasifikasi dari penyakit jantung koroner (PJK)?
6. Apa saja komplikasi dari penyakit jantung koroner (PJK)?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari penyakit jantung koroner (PJK)?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit jantung koroner (PJK)?
9. Bagaimana pencegahan dari penyakit jantung koroner (PJK)?
10. Bagaimana asuhan keperawatan teori dengan penyakit jantung koroner (PJK)?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian penyakit jantung koroner (PJK)
2. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab penyakit jantung koroner (PJK)
3. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis penyakit jantung koroner
(PJK)
4. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi penyakit jantung koroner
(PJK)
5. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi penyakit jantung koroner (PJK)
6. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi penyakit jantung koroner (PJK)
7. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan diagnostik penyakit jantung
koroner (PJK)
8. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan penyakit jantung koroner
(PJK)
9. Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahanpenyakit jantung koroner (PJK)
2
10. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan teori dengan penyakit
jantung koroner (PJK)
Tujuan Umum
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian penyakit
jantung koroner (PJK)
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penyebab penyakit jantung
koroner (PJK)
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan manifestasi klinis penyakit
jantung koroner (PJK)
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi penyakit
jantung koroner (PJK)
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi penyakit jantung
koroner (PJK)
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan komplikasi penyakit
jantung koroner (PJK)
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan diagnostik
penyakit jantung koroner (PJK)
8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penatalaksanaan penyakit
jantung koroner (PJK)
9. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pencegahanpenyakit
jantung koroner (PJK)
10. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan teori
dengan penyakit jantung koroner (PJK)
1.4 Manfaat Penulisan
a. Bagi Penulis
Penulis membaca terlebih dahulu keperpustakaan yang ada relavansinya
dengan topik yang hendak dibahas dan dapat terlatih menggabungkan hasil
bacaan dari berbagai sumber, mengambil intinya dan mengembangkan
ketingkatan pemikiran yang lebih matang.
b. Bagi Pembaca
3
Pembaca dapat mengetahui dan memahami keperawatan kritis tentang
penyakit jantung koroner (PJK)
c. Bagi Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Mahasiswa dapat mengetahui tentang model pelayanan keperawatan kritis.
Serta menguasai tentang kajian sumber dari perpustakaan.
4
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh
penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot
jantung dan merupakan kelainan mikroardium yang disebabkan oleh insufisiensi
aliran darah koroner. Penyebab paling utama PJK adalah dislipidemia.
Dislipidemia merupakan faktor resiko yang utama penyakit jantung. Perubahan
gaya hidup masyarakat erat hubungannya dengan peningkatan kadar lipid
(Irmalita, 2015).
Aterosklerosis adalah proses penyakit yang dimulai sejak awal kehidupan dan
perkembangannya tanpa gejala yang menyebabkan penyempitan arteri koronaria
dengan atau tanpa penyulit. Pengerasan dinding pembuluh darah atau
aterosklerosis terjadi ketika adanya penumpukan lemak yang terdiri dari
lipoprotein atau zat yang didapatkan dari protein dan lemak, kolesterol, dan sisa
sel limbah lainnya di dalam dinding arteri bagian dalam. Prosesnya menyebar
dengan serabut otot dan lapisan endotel dinding arteri kecil dan arteriol
mengalami penebalan. Hal ini akan menyebabkan penyumbatan pada arteri yang
membuat otot jantung sulit berkontraksi karena pasokan oksigen berkurang dan
bahkan dapat menyebabkan pembusukan pada otot jantung atau nekrosis
(Smeltzer, 2014).
5
penebalan. Mengeras dan menyempitnya pembuluh darah oleh pengendapan
kolesterol, kalsium, dan lemak berwarna kuning dikenal sebagai aterosklerosis
(atherosclerosis) atau pengapuran. Tahap-tahap terjadinya aterosklerosis dimulai
dengan deposit lemak dalam dinding arteri yang normal. Bila deposit ini berlanjut
akan mengakibatkan deposit yang semakin banyak, sehingga dapat
mengakibatkan penutupan atau tersumbatnya saluran pembuluh darah. Adapun
faktor-faktor terjadinya aterosklerosis adalah hiperlipidemia, hipertensi, merokok,
diabetes mellitus, kegemukan dan kurang aktifitas fisi (Irmalita, 2015).
6
ditandai dengan nyeri dada seperti pada angina pectoris, namun lebih berat
dan berlangsung lebih lama sampai beberapa jam. Tidak seperti angina
pectoris yang dicetuskan oleh latihan dan dapat hilang dengan pemakaian obat
nitrat di bawah lidah, pada infark miokard biasanya terjadi tanpa dicetuskan
oleh latihan dan tidak hilang dengan pemakaian nitrat. Biasanya disertai
komplikasi seperti : gangguan irama jantung, renjatan jantung (syok
kardiogenik), gagal jantung kiri, bahkan kematian mendadak (sudden death)
(Sudoyo, et all, 2011). d. Sindrom koroner akut yaitu spektrum klinis yang
terjadi mulai dari angina pektoris tidak stabil sampai terjadi infark miokard
akut. e. Mudah lelah Jika jantung tidak efektif memompa darah maka aliran
darah ke otot selama melakukan aktivitas akan berkurang sehingga
menyebabkan penderita merasa elah dan lemah. f. Pusing dan pingsan
Penurunan aliran darah karena denyut jantung atau irama jantung yang
abnormal atau karena kemampuan memompa darah sangat buruk, bisa
menyebabkan pusing dan pingsan. Emosi atau nyeri kuat yang mengaktifkan
sistem saraf juga bisa menyebabkan pingsan. Namun, tidak semua pingsan
merupakan gejala penyakit jantung. Jadi harus diperhatikan pula gejala-gejala
lain yang menyertainya (Suiraoka, 2012).
7
pembuluh darah arteri menyempit dan mengeras, sehingga jantung kekurangan
pasokan darah yang kaya oksigen. Akibatnya fungsi jantung terganggu dan harus
bekerja sangat keras. Penyakit ini sering juga disebut dengan istilah
artherosklerosis (Suiraoka, 2012). Aterosklerosis merupakan komponen penting
yang berperan dalam proses pengapuran atau penimbunan elemen-elemen
kolesterol. Salah satu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa kolesterol dalam batas
normal juga sangat penting bagi tubuh. Masalahnya akan berbeda ketika asupan
kolesterol berlebihan. Asupan lemak yang adekuat yang berhubungan dengan
keadaan patologi yaitu Penyakit Jantung Koroner erat hubungannya dengan
peningkatan kadar profil lipid (Suiraoka, 2012).
Gejala awal dari adanya Penyakit Jantung Koroner ialah nyeri di bagian dada
sebelah kiri yang dapat menjalar ke lengan kiri atau ke leher atau ke punggung.
Nyeri dada ini bersifat subjektif, ada yang merasa seperti ditekan benda berat,
panas seperti terbakar, sakit seperti tertusuk jarum, rasa tidak enak di dada dan
ada yang mengatakan seperti masuk angin. Lokasinya bisa juga terjadi di
pertengahan dada, di leher saja, punggung, dada kanan, dan bisa juga di ulu ati
seperti sakit maag (Irmalita, 2015). Bila penyempitan pada pembuluh arteri telah
mencapai 80-90%, dapat menimbulkan masalah yang lebih parah lagi yaitu
serangan jantung. Apabila aliran darah di dalam urat nadi koroner terhalang
secara total, bagian otot jantung itu mengalami kerusakan. Ini dikenal sebagai
“serangan jantung akut” atau acute myocardial infarction (AMI). AMI umumnya
disebabkan oleh penyumbatan arteri koroner secara tiba-tiba, yaitu karena
pecahnya plak lemak artherosclerosis pada arteri koroner. Plak lemak tersebut
menjadi titik-titik lemah dari arteri itu dan cenderung untuk pecah. Pada waktu
pecah di lokasi tersebut, gumpalan cepat terbentuk yang mengakibatkan
penghambatan (okulasi) arteri yang menyeluruh, serta memutuskan aliran darah
ke otot jantung. Berbagai penelitian menunjukan bahwa kalau darah dapat
dialirkan dengan cepat ke otot jantung yang bersangkutan bisa terjadi pemulihan
fungsi otot jantung tersebut. Data statistik menyebutkan bahwa sepertiga orang
8
yang mengalami penyakit jantung dapat meninggal. Sebagian besar meninggal
dalam dua jam pertama serangan jantung. Karena itu, penting sekali untuk
mengetahui gejala serangan jantung dan mencari pertolongan segera (Irmalita,
2015).
9
mempunyai penyakit parah dalam paling sedikit satu pembuluh, dan
kekejangan terjadi pada tempat penyumbatan.
10
b. Foto Rontgen
Dua tes pencitraan ini dapat dilakukan untuk melihat kondisi jantung
dengan lebih detail, yang tidak dapat terlihat pada pemeriksaan foto
Rontgen. Pemeriksaan ini juga bisa memperlihatkan bila ada penumpukan
kalsium di pembuluh darah, yang dapat memicu penyakit jantung coroner.
d. Ekokardiografi
f. Pemeriksaan radionuklir
11
dapat menunjukkan informasi yang lebih lengkap dengan
menampilkan gambar jantung pasien.
Bila gejala yang dialami pasien lebih sering muncul saat sedang
beraktivitas, dokter akan menyarankan uji tekanan. Tes ini bertujuan
mengukur kerja jantung pasien ketika beraktivitas.
a. Farmakologi
1) Analgetik yang diberikan biasanya golongan narkotik (morfin) diberikan
secara intravena dengan pengenceran dan diberikan secara pelan-pelan.
Dosisnya awal 2,0 – 2,5 mg dapat diulangi jika perlu. 22
2) Nitrat dengan efek vasodilatasi (terutama venodilatasi) akan menurunkan
venous return akan menurunkan preload yang berarti menurunkan oksigen
demam. Di samping itu nitrat juga mempunyai efek dilatasi pada arteri
koroner sehingga akan meningkatakan suplai oksigen. Nitrat dapat diberikan
dengan sediaan spray atau sublingual, kemudian dilanjutkan dengan peroral
atau intravena.
3)Aspirin sebagai antitrombotik sangat penting diberikan. Dianjurkan diberikan
sesegera mungkin (di ruang gawat darurat) karena terbukti menurunkan
angka kematian.
4) Rombolitik terapi, prinsip pengelolaan penderita infark miokard akut adalah
melakukan perbaikan aliran darah koroner secepat mungkin
(Revaskularisasi/Reperfusi). Hal ini didasari oleh proses patogenesanya,
dimana terjadi penyumbatan atau trombosis dari arteri koroner.
Revaskularisasi dapat dilakukan (pada umumnya) dengan obat-obat
trombolitik seperti streptokinase, r-TPA (recombinant tissue plasminogen
ativactor complex), Urokinase, ASPAC ( anisolated plasminogen
streptokinase activator), atau Scu-PA (single-chain urokinase-type
12
plasminogen activator). Pemberian trombolitik terapi sangat bermanfaat jika
diberikan pada jam pertama dari serangan infark. Terapi ini masih
bermanfaat jika diberikan 12 jam dari onset serangan infark.
5) Betablocker diberikan untuk mengurangi kontraktilitas jantung sehingga
akan menurunkan kebutuhan oksigen miokard. Di samping itu betaclocker
juga mempunyai efek anti aritmia. 23
b. Non-farmakologi
1) Merubah gaya hidup, memberhentikan kebiasaan merokok.
2) Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki
kolateral koroner sehingga PJK dapat dikurangi, olahraga bermanfaat karena:
a) Memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard
b)Menurunkan berat badan sehingga lemak lemak tubuh yang berlebih
berkurang bersama-sama dengan menurunnya LDL kolesterol
c) Menurunkan tekanan darah
d) Meningkatkan kesegaran jasmani
e)Diet merupakan langkah pertama dalam penanggulangan
hiperkolesterolemia. Tujuannya untuk menjaga pola makan gizi seimbang,
makan makanan yang dapat menurunkan kadar kolesterol dengan
menerapkan diet rendah lemak (Rahman, 2007).
f) Terapi diet pada PJK yang merupakan panduan dalam masalah kesehatan
kardiovaskuler yang telah diikuti secara luas adalah dari AHA dan NCEP.
Terapi diet ini secara khusus bertujuan untuk memperbaiki profil lemak
darah pada batas-batas normal. Terapi diet dasar atau tingkat 1 dapat
menurunkan ≥ 10% dari total kalori berasal dari asam lemak tidak jenuh
majemuk (poly-unsaturated faty acid). bila kadar total kolesterol darah
turun 10% atau lebih dan memenuhi batas yang ditargetkan, diet telah
dianggap berhasil dan perlu dipertahankan. Namun, apabila penurunan <
10%, diet dilanjutkan ke tingkat 2 selama 8-10 minggu, dan pada akhir 24
dilakukan tes darah. Bila hasilnya belum juga mencapai sasaran, mungkin
sekali tubuh tidak cukup responsif terhadap diet dan individu perlu
13
berkonsultasi dengan dokter mengenai kemungkian pemakaian obat
(Sudoyo, et all 2011 ; Rahman, 2007)
a. Berhenti merokok.
b. Mengurangi atau berhenti mengonsumsi alkohol.
c. Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang.
d. Mengurangi stress.
e. Menjaga berat badan ideal.
f. Berolahraga secara teratur
2.8.1 Pengkajian
A. Pengkajian
1. Keluhan utama : nyeri dada.
2. Riwayat penyakit sekarang
P: Nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang dengan istirahatdan
setelah diberikan nitrogliserin.
14
Q:Klien biasa ditanya dengan menggunakan rentang 0-5 dan klien akan
menillai seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan. Biasanya pada saat
angina skala nyeri berkisar antara 4-5 skala (0-5).
4. Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami keluarga serta
bila anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian juga
ditanyakan.
15
tertutup yang jawabannya “ya” atau “tidak”. Pertanyaan yang dapat
dijawab dengan gerak tubuh, yaitu mengangguk atau menggelengkan
kepala saja, sehingga tidak memerlukan energi yang besar.
6. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik klien terdiri atas keadaan umum dan B1-B6
a. Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum klien biasanya didapatkan kesadaran
baik atau compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat gangguan
yang melibatkan perfusi system saraf pusat.
b. B1 (Breathing)
Terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal, dan keluhan napas
seperti tercekik. Biasanya juga terdapatdispnea kardia. Sesak napas ini
terjadi akibat pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan
akhir diastolic dari ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena
pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat kegagalan peningkatan curah
darah ventrikel kiri pada waktu melakukan kegiatan fisik. Dyspnea
kardia dapat timbul pada waktu beristirahat bila keadaannya sudah
parah.
c. B2 (Bleeding)
Pemeriksaan B2 yang dialkukan dapat melalui teknik inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi.
16
d. B3 (Brain)
Kesadaran biasanya CM, tidak didapatkan sianosi perifer. Pengkajian
objektif klien berupa adanya wajah meringis, perubahan postu tubuh,
menangis, merintih, meregang, dan menggeliat.
e. B4 (Bladder)
Pengukuran volume keluaran urine berhubungan dengan asupan cairan.
f. B5 (Bowel)
Kaji pola makan klien apakah sebelumnya terdapat peningkatan konsumsi
garam dan lemak. Adanya nyeri akan memberikan respons mual dan
muntah.
g. B6 (Bone)
Hasil yang biasa terdapat pada pemeriksaan B6 adalah sebagai berikut.
Aktivitas, gejala : kelemahan, tidak dapat tidur, gerak statis, dan jadwal
olahraga tidak teratur.
7. Pemeriksaan diagnostic
a. Tes laboratorium seperti enzim jantung dan kimia darah
b. EKG
c. Echocardiogram
d. Kateterisasi jantung
e. CT angiogram koroner
f. Magnetic Resonance Angiogram
2.8.2 Diagnosa
17
kerentanan (vulnerability) baik pada individu, keluarga, kelompok atau
komunitas (NANDA, 2015-2017).
1. Nyeri Akut
2. Gangguan Pola Tidur
3. Intoleransi Ativitas
2.8.3 Intervensi
2.8.5 Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan
menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian,
perencanaan dan pelaksanaan. (Mubarak, dkk., 2011)
18
Menurut Craven dan Hirnle (2000) evaluasi didefinisikan sebagai
keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan
keperawatan yang telah ditetapkan dengan respon perilaku yang di tampilkan.
(Siti Nur, 2016)
19
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh
penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot
jantung dan merupakan kelainan mikroardium yang disebabkan oleh insufisiensi
aliran darah koroner. Penyebab paling utama PJK adalah dislipidemia.
Dislipidemia merupakan faktor resiko yang utama penyakit jantung. Perubahan
gaya hidup masyarakat erat hubungannya dengan peningkatan kadar lipid
(Irmalita, 2015).
Penanganan penyakit jantung koroner (PJK) umumnya melibatkan perubahan
pola hidup yang dapat dikombinasikan dengan obat-obatan atau prosedur medis.
Menjalani pola hidup sehat dapat meningkatkan kesehatan jantung. Contohnya
adalah: Berhenti merokok, Mengurangi atau berhenti mengonsumsi alkohol,
Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, Mengurangi stress, Menjaga berat
badan ideal, Berolahraga secara teratur.
Penyakit jantung koroner disebabkan karena terjadinya penumpukan plak
pada arteri koroner yang berlangsung lama, plak yang menempel pada arteri
koroner lambat laun akan menyebabkan ateroklerosis. Penatalaksanaan halini
dapat dilakukan dengan cara non operatif dan operatif meliputi penggunaan obat-
obatan dan perubahan gaya hidup sedangkan operatif dengan cara angioplasty dan
CABG. Obat – obatan yang biasa digunakan untuk managemen lipid antara lain
adalah golongan resin, kolestiramin, lovastatin dsb yang mempunyai efekk
samping yang berbeda – beda.
3.2 Saran
Untuk mencegah penyakit jantung koroner selain dengan diet rendah lemak jenuh,
mengurangi merokok, dan olah raga konsumsi omega-3 juga baik dalam
mencegah dan mengurangi insidensi mortalitas penyakit jantung koroner. Dalam
20
mengkomsumsi omega-3 juga perlu menyajikan co-faktor seperti vit B6, B3, C,
E, A dan mineral zinc dan magnesium. Dan disarankan untuk mengkonsumsi
omega-3 1 gr perminggu yang sama dengan memakan dua porsi ikan 2x/ minggu
akan dapat membantu mencegah pembentukan sumbatan arteri.
21
DAFTAR PUSTAKA
DiGiulio dkk. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jogyakarta: Rapha.
Ghani, L., Mihardja, L. K. and Delima, D. (2016). Faktor Risiko Dominan Penderita
Stroke diIndonesia. Buletin Penelitian Kesehatan. doi:
10.22435/bpk.v44i1.4949.49-58.
Hermawati, D. R., & Candra, H. A. (2014). Berkat Herbal Penyakit Jantung Koroner.
Jakarta: F Media.
Kemenkes RI. (2010). Rencana Operasional Promosi Kesehatan Dalam
Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Pusat Promosi Kesehatan RI:
Jakarta.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jogyakarta: Nuha
Medika.
Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2016). Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
22