Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS
“PADA KASUS PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)”

Disusun Oleh:
Kelompok 1/7B
1. Robbi Atus Solehah 1130017026
2. Candra Aryati Dewi 1130017061
3. Luluk Atun Muzayyanah 1130017064
4. Riski Amelia 1130017065
5. Lailatul Masrurah 1130017079

Fasilitator:
Priyo Mukti PW, S. Kep., M. Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.   
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
 Akhir kata kami berharap semoga makalah Keperawatan KritisPada Kasus
Penyakit Jantung Koroner (PJK) dapat bermanfaat dan berguna dan dapat
memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Surabaya, 01 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian penyakit jantung koroner (PJK).........................................................5
2.2 Penyebab penyakit jantung koroner (PJK)...........................................................5
2.3 Manifestasi Klinis penyakit jantung koroner (PJK).............................................6
2.4 Patofisiologis penyakit jantung koroner (PJK)....................................................7
2.5 Klasifikasi penyakit jantung koroner (PJK).........................................................9
2.6 Komplikasi penyakit jantung koroner (PJK)........................................................10
2.7Pemeriksaan Diagnostik penyakit jantung koroner (PJK)....................................10
2.8Penatalaksanaan penyakit jantung koroner (PJK).................................................12
2.9Pencegahanpenyakit jantung koroner (PJK).........................................................14
2.10 Asuhan Keperawatan Teori Denganpenyakit jantung koroner (PJK)................14

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................20
3.2 Saran.....................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................21

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery
Disease (CAD) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika arteri yang
mensuplai darah untuk dinding jantung mengalami pengerasan dan penyempitan
(Lyndon, 2014). Arteri yang mensuplai miokardium mengalami gangguan,
sehingga jantung tidak mampu untuk memompa sejumlah darah secara efektif
untuk memenuhi perfusi darah ke organ vital dan jaringan perifer secara adekuat.
Pada saat oksigenisasi dan perfusi mengalami gangguan, pasien akan terancam
kematian. Kedua jenis penyakit jantung koroner tersebut melibatkan arteri yang
bertugas mensuplai darah, oksigen dan nutrisi ke otot jantung. Saat aliran yang
melewati arteri koronaria tertutup sebagian atau keseluruhan oleh plak, bisa
terjadi iskemia atau infark pada otot jantung (Ignatavicius& Workman, 2010).
Penyakit jantung koroner merupakan pembunuh nomor satu di dunia. Tahun
2010 penyakit jantung koroner mengakibatkan kematian pada pria sebanyak 13,1
%, di prediksi tahun 2020 menjadi 14,3 % dan 14,9% pada tahun 2030. Untuk
wanita kematian akibat penyakit jantung koroner pada tahun 2010 mencapai
13,6%, dan diprediksi pada tahun 2020 mencapai jadi 13,9 % dan 14,1% pada
tahun 2030 (Rilantono, 2012). Penyakit jantung koroner merupakan penyebab
kematian utama di Amerika Serikat, Negara Eropa, Jepang dan Singapura (Rao,
2011).
Diantara penyakit kardiovaskuler, penyakit jantung koroner merupakan
penyebab utama kematian, kecacatan, penderitaan dan kerugian materi, serta
menyebabkan keterbatasan fisik dan sosial yang memerlukan penataan kehidupan
pasen, komplikasi – komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit jantung koroner
tidak hanya masalah bagi pasien tapi juga pada keluarga. Jika pasien bertahan
dalam serangan pertama, masalah berikutnya kemungkinan peningkatan serangan
akan lebih besar lagi. Oleh karena itu perlu dilakukan pencegahan agar tidak

1
terjadi serangan berulang dan terjadi komplikasi, proses penyembuhan bisa lebih
cepat lagi dan meningkatkan kualitas hidup, pencegahan dilakukan dalam bentuk
pencegahan sekunder (Vandanjani, 2013)
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian daripenyakit jantung koroner (PJK)?
2. Apa penyebab dari penyakit jantung koroner (PJK)?
3. Apa sajamanifestasi klinis daripenyakit jantung koroner (PJK)?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit jantung koroner (PJK)?
5. Bagaimana klasifikasi dari penyakit jantung koroner (PJK)?
6. Apa saja komplikasi dari penyakit jantung koroner (PJK)?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari penyakit jantung koroner (PJK)?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit jantung koroner (PJK)?
9. Bagaimana pencegahan dari penyakit jantung koroner (PJK)?
10. Bagaimana asuhan keperawatan teori dengan penyakit jantung koroner (PJK)?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian penyakit jantung koroner (PJK)
2. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab penyakit jantung koroner (PJK)
3. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis penyakit jantung koroner
(PJK)
4. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi penyakit jantung koroner
(PJK)
5. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi penyakit jantung koroner (PJK)
6. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi penyakit jantung koroner (PJK)
7. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan diagnostik penyakit jantung
koroner (PJK)
8. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan penyakit jantung koroner
(PJK)
9. Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahanpenyakit jantung koroner (PJK)

2
10. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan teori dengan penyakit
jantung koroner (PJK)
Tujuan Umum
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian penyakit
jantung koroner (PJK)
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penyebab penyakit jantung
koroner (PJK)
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan manifestasi klinis penyakit
jantung koroner (PJK)
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi penyakit
jantung koroner (PJK)
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi penyakit jantung
koroner (PJK)
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan komplikasi penyakit
jantung koroner (PJK)
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan diagnostik
penyakit jantung koroner (PJK)
8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penatalaksanaan penyakit
jantung koroner (PJK)
9. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pencegahanpenyakit
jantung koroner (PJK)
10. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan teori
dengan penyakit jantung koroner (PJK)
1.4 Manfaat Penulisan
a. Bagi Penulis
Penulis membaca terlebih dahulu keperpustakaan yang ada relavansinya
dengan topik yang hendak dibahas dan dapat terlatih menggabungkan hasil
bacaan dari berbagai sumber, mengambil intinya dan mengembangkan
ketingkatan pemikiran yang lebih matang.
b. Bagi Pembaca

3
Pembaca dapat mengetahui dan memahami keperawatan kritis tentang
penyakit jantung koroner (PJK)
c. Bagi Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Mahasiswa dapat mengetahui tentang model pelayanan keperawatan kritis.
Serta menguasai tentang kajian sumber dari perpustakaan.

4
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh
penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot
jantung dan merupakan kelainan mikroardium yang disebabkan oleh insufisiensi
aliran darah koroner. Penyebab paling utama PJK adalah dislipidemia.
Dislipidemia merupakan faktor resiko yang utama penyakit jantung. Perubahan
gaya hidup masyarakat erat hubungannya dengan peningkatan kadar lipid
(Irmalita, 2015).
Aterosklerosis adalah proses penyakit yang dimulai sejak awal kehidupan dan
perkembangannya tanpa gejala yang menyebabkan penyempitan arteri koronaria
dengan atau tanpa penyulit. Pengerasan dinding pembuluh darah atau
aterosklerosis terjadi ketika adanya penumpukan lemak yang terdiri dari
lipoprotein atau zat yang didapatkan dari protein dan lemak, kolesterol, dan sisa
sel limbah lainnya di dalam dinding arteri bagian dalam. Prosesnya menyebar
dengan serabut otot dan lapisan endotel dinding arteri kecil dan arteriol
mengalami penebalan. Hal ini akan menyebabkan penyumbatan pada arteri yang
membuat otot jantung sulit berkontraksi karena pasokan oksigen berkurang dan
bahkan dapat menyebabkan pembusukan pada otot jantung atau nekrosis
(Smeltzer, 2014).

2.2 PenyebabPenyakit Jantung Koroner (PJK)

Salah satu penyebab penyakit jantung koroner adalah kebiasaan makan


makanan berlemak tinggi terutama lemak jenuh sehingga terbentuknya plak-plak
lemak yang disebut ateroma.Ateroma akan menyebabkan Aterosklerosis, yaitu
suatu keadaan arteri besar dan kecil yang ditandai oleh endapan lemak, trombosit,
makrofag dan leukosit di seluruh lapisan tunika intima dan akhirnya ke tunika
media. Pada aterosklerosis, lapisan intima dinding arteri banyak mengandung
kolesterol atau lemak lain yang megalami pengapuran, pengerasan, dan

5
penebalan. Mengeras dan menyempitnya pembuluh darah oleh pengendapan
kolesterol, kalsium, dan lemak berwarna kuning dikenal sebagai aterosklerosis
(atherosclerosis) atau pengapuran. Tahap-tahap terjadinya aterosklerosis dimulai
dengan deposit lemak dalam dinding arteri yang normal. Bila deposit ini berlanjut
akan mengakibatkan deposit yang semakin banyak, sehingga dapat
mengakibatkan penutupan atau tersumbatnya saluran pembuluh darah. Adapun
faktor-faktor terjadinya aterosklerosis adalah hiperlipidemia, hipertensi, merokok,
diabetes mellitus, kegemukan dan kurang aktifitas fisi (Irmalita, 2015).

2.3 Manifestasi KlinisPenyakit Jantung Koroner (PJK)

Berikut ini adalah gejala-gejala Penyakit Jantung Koroner :


a. Angina Pectoris yaitu rasa nyeri dada dan sesak napas yang disebabkan
gangguan suplai oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan otot jantung. Sakit
angina yang khas itu adalah sesak napas di tengah dada yang bisa menyebar
sampai leher dan rahang, pundak kiri atau kanan, lengan, dan bahkan sampai
punggung. Keadaan ini terutama terjadi pada saat latihan fisik atau adanya
stres. Angina merupakan sebuah tanda (simptom) bahwa terdapat
penyempitan urat nadi koroner yang mengakibatkan suplai darah tidak cukup
ke otot jantung pada waktu terjadi upaya ekstra. Tetapi tidak semua nyeri
selalu disebabkan oleh angina, mungkin oleh penyakit yang disebut cardiac
neurosis.
b. Angina Pectoris tidak stabil yaitu bila nyeri timbul untuk pertama kali, sakit
dada yang tiba-tiba terasa pada waktu istirahat atau terjadi lebih berat secara
mendadak atau bila angina pectoris sudah ada sebelumnya namun menjadi
lebih berat. Biasanya dicetuskan oleh faktor yang lebih ringan dibanding
sebelumnya. Keadaan ini harus diwaspadai karena bisa berlanjut menjadi
berat, bahkan menjadi infark miokard.
c. Bentuk lain Angina (Infark Miokard) yaitu kerusakan otot jantung akibat
blokade arteri koroner yang terjadi secara total dan mendadak. Biasanya
terjadi akibat ruptur plak aterosklerosis di dalam arteri koroner. Secara klinis

6
ditandai dengan nyeri dada seperti pada angina pectoris, namun lebih berat
dan berlangsung lebih lama sampai beberapa jam. Tidak seperti angina
pectoris yang dicetuskan oleh latihan dan dapat hilang dengan pemakaian obat
nitrat di bawah lidah, pada infark miokard biasanya terjadi tanpa dicetuskan
oleh latihan dan tidak hilang dengan pemakaian nitrat. Biasanya disertai
komplikasi seperti : gangguan irama jantung, renjatan jantung (syok
kardiogenik), gagal jantung kiri, bahkan kematian mendadak (sudden death)
(Sudoyo, et all, 2011). d. Sindrom koroner akut yaitu spektrum klinis yang
terjadi mulai dari angina pektoris tidak stabil sampai terjadi infark miokard
akut. e. Mudah lelah Jika jantung tidak efektif memompa darah maka aliran
darah ke otot selama melakukan aktivitas akan berkurang sehingga
menyebabkan penderita merasa elah dan lemah. f. Pusing dan pingsan
Penurunan aliran darah karena denyut jantung atau irama jantung yang
abnormal atau karena kemampuan memompa darah sangat buruk, bisa
menyebabkan pusing dan pingsan. Emosi atau nyeri kuat yang mengaktifkan
sistem saraf juga bisa menyebabkan pingsan. Namun, tidak semua pingsan
merupakan gejala penyakit jantung. Jadi harus diperhatikan pula gejala-gejala
lain yang menyertainya (Suiraoka, 2012).

2.4 Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Secara sederhana, jantung dapat diumpamakan seperti kantong yang


berbentuk kerucut (kebulat-bulatan) yang terpotong bagian atasnya. Ukuran
jantung kira-kira sebesar kepalan tangan kanan yang terletak dalam rongga dada
bagian kiri agak ke tengah, tepatnya di atas sekat diagfragma yang memisahkan
rongga dada dengan rongga perut (Irmalita, 2015).

Jantung berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Agar dapat


menjalankan fungsinya dengan baik, asupan darah yang kaya oksigen harus
terpenuhi. Darah yang mengandung oksigen biasanya mengalir melalui pembuluh
darah arteri. Penyakit Jantung Koroner berawal dari penimbunan lemak pada
pembuluh darah arteri yang mensuplai darah ke jantung. Akibat dari proses ini

7
pembuluh darah arteri menyempit dan mengeras, sehingga jantung kekurangan
pasokan darah yang kaya oksigen. Akibatnya fungsi jantung terganggu dan harus
bekerja sangat keras. Penyakit ini sering juga disebut dengan istilah
artherosklerosis (Suiraoka, 2012). Aterosklerosis merupakan komponen penting
yang berperan dalam proses pengapuran atau penimbunan elemen-elemen
kolesterol. Salah satu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa kolesterol dalam batas
normal juga sangat penting bagi tubuh. Masalahnya akan berbeda ketika asupan
kolesterol berlebihan. Asupan lemak yang adekuat yang berhubungan dengan
keadaan patologi yaitu Penyakit Jantung Koroner erat hubungannya dengan
peningkatan kadar profil lipid (Suiraoka, 2012).

Gejala awal dari adanya Penyakit Jantung Koroner ialah nyeri di bagian dada
sebelah kiri yang dapat menjalar ke lengan kiri atau ke leher atau ke punggung.
Nyeri dada ini bersifat subjektif, ada yang merasa seperti ditekan benda berat,
panas seperti terbakar, sakit seperti tertusuk jarum, rasa tidak enak di dada dan
ada yang mengatakan seperti masuk angin. Lokasinya bisa juga terjadi di
pertengahan dada, di leher saja, punggung, dada kanan, dan bisa juga di ulu ati
seperti sakit maag (Irmalita, 2015). Bila penyempitan pada pembuluh arteri telah
mencapai 80-90%, dapat menimbulkan masalah yang lebih parah lagi yaitu
serangan jantung. Apabila aliran darah di dalam urat nadi koroner terhalang
secara total, bagian otot jantung itu mengalami kerusakan. Ini dikenal sebagai
“serangan jantung akut” atau acute myocardial infarction (AMI). AMI umumnya
disebabkan oleh penyumbatan arteri koroner secara tiba-tiba, yaitu karena
pecahnya plak lemak artherosclerosis pada arteri koroner. Plak lemak tersebut
menjadi titik-titik lemah dari arteri itu dan cenderung untuk pecah. Pada waktu
pecah di lokasi tersebut, gumpalan cepat terbentuk yang mengakibatkan
penghambatan (okulasi) arteri yang menyeluruh, serta memutuskan aliran darah
ke otot jantung. Berbagai penelitian menunjukan bahwa kalau darah dapat
dialirkan dengan cepat ke otot jantung yang bersangkutan bisa terjadi pemulihan
fungsi otot jantung tersebut. Data statistik menyebutkan bahwa sepertiga orang

8
yang mengalami penyakit jantung dapat meninggal. Sebagian besar meninggal
dalam dua jam pertama serangan jantung. Karena itu, penting sekali untuk
mengetahui gejala serangan jantung dan mencari pertolongan segera (Irmalita,
2015).

2.5 Klasifikasi Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Menurut, Putra S, dkk, klasifikasi dari penyakit jantung koroner adalah


sebagai berikut:

a. Angina pektoris stabil/stable Angina pectoris

Penyakit iskemik disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan


suplai oksigen miokard. Di tandai oleh rasa nyeri yang terjadi jika
kebutuhan oksigen miokardium melebihi suplainya. Iskemika miokard
dapat bersifat asimtomatis (iskemia sunyi/slient ischemia), terutama pada
pasien diabetes. Penyakit ini sindrom klinis episodik karena iskemia
miokard transien. Laki laki merupakan 70% dari pasien dengan Angina
Pectoris dan bahkan sebagian besar menyerang pada laki laki kurang lebih
50 tahun dan wanita 60 tahun.

b. Angina Pectoris tidak stabil/unstable angina pectoris

Sindrom klinis nyeri dada yang sebagian besar disebabkan oleh


disrupsi plak ateroskelrotik dan diikuti kaskade proses patologis yang
menurunkan aliran darah koroner, ditandai dengan peningkatan frekuensi,
intensitas atau lama nyeri, Angina timbul pada saat melakukan aktivitas
ringan atau istirahat, tanpa terbukti adanya nekrosis miokard. Terjadi saat
istirahat (dengan tenaga minimal) biasanya langsung >10 menit.

c. Angina Varian Prinzmetal

Arteri koroner bisa menjadi kejang, yang mengganggu aliran darah ke


otot jantung (iskemia). Ini terjadi pada orang tanpa penyakit arteri koroner
yang disignefisikan, namun dua pertiga dari orang dengan Angina Varian

9
mempunyai penyakit parah dalam paling sedikit satu pembuluh, dan
kekejangan terjadi pada tempat penyumbatan.

d. Infark Miokard / Myocardial infarction

Nekrosis Miokard akibat gangguan aliran darah arteri koronaria yang


bermakna, sebagai akibat oklusi arteri koronaria karena trombus atau
spasme hebat yang berlangsung lama.

2.6 Komplikasi Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Komplikasi penyakit jantung koroner adalah:

a. Gagal jantung kongestif


b. Syok kardigenik
c. Disfungsi otot papilaris
d. Defek septum ventrikel
e. Ruptura jantung
f. Aneurisme ventrikel
g. Tromboembolisme
h. Perikarditik
i. Sindrom dressler
j. Aritmia
(Wijaya & Putri, 2013, hal. 14)

2.7Pemeriksaan Diagnostik Penyakit Jantung Koroner (PJK)


a. Elektrokardiografi (EKG)

EKG bertujuan merekam aktivitas listrik jantung pasien. Melalui


EKG, dokter dapat mengetahui apakah pasien pernah atau sedang
mengalami serangan jantung. EKG juga dapat membantu dokter
mengetahui detak dan irama jantung pasien tergolong normal atau tidak.

10
b. Foto Rontgen

Foto Rontgen di bagian dada dapat dilakukan guna melihat kondisi


jantung, paru-paru, dan pembuluh darah. Melalui foto Rontgen dada,
dokter dapat mengetahui bila ukuran jantung membesar atau terdapat
gangguan pada paru-paru.

c. CT scan dan MRI scan

Dua tes pencitraan ini dapat dilakukan untuk melihat kondisi jantung
dengan lebih detail, yang tidak dapat terlihat pada pemeriksaan foto
Rontgen. Pemeriksaan ini juga bisa memperlihatkan bila ada penumpukan
kalsium di pembuluh darah, yang dapat memicu penyakit jantung coroner.

d. Ekokardiografi

Ekokardiografi adalah pemeriksaan dengan menggunakan


gelombang suara (seperti USG), untuk menampilkan gambaran
jantung pasien di monitor. Selama ekokardiografi dilakukan, dokter
dapat memeriksa, apakah semua bagian dinding jantung berfungsi baik
dalam memompa darah.

e. Pemeriksaan enzim jantung

Pemeriksaan enzim jantung dilakukan dengan mengambil sampel


darah pasien, untuk diperiksa di laboratorium. Melalui pemeriksaan
ini, dokter dapat mengetahui kadar troponin T dalam darah pasien.

f. Pemeriksaan radionuklir

Pemeriksaan radionuklir digunakan untuk membantu mengukur


aliran darah ke otot jantung, saat beristirahat dan saat beraktivitas. Tes
ini hampir sama seperti uji tekanan, yaitu dengan meminta pasien
berjalan di treadmill atau mengayuh sepeda statis. Bedanya, tes ini

11
dapat menunjukkan informasi yang lebih lengkap dengan
menampilkan gambar jantung pasien.

g. Uji tekanan (stress test)

Bila gejala yang dialami pasien lebih sering muncul saat sedang
beraktivitas, dokter akan menyarankan uji tekanan. Tes ini bertujuan
mengukur kerja jantung pasien ketika beraktivitas.

2.8PenatalaksanaanPenyakit Jantung Koroner (PJK)

a. Farmakologi
1) Analgetik yang diberikan biasanya golongan narkotik (morfin) diberikan
secara intravena dengan pengenceran dan diberikan secara pelan-pelan.
Dosisnya awal 2,0 – 2,5 mg dapat diulangi jika perlu. 22
2) Nitrat dengan efek vasodilatasi (terutama venodilatasi) akan menurunkan
venous return akan menurunkan preload yang berarti menurunkan oksigen
demam. Di samping itu nitrat juga mempunyai efek dilatasi pada arteri
koroner sehingga akan meningkatakan suplai oksigen. Nitrat dapat diberikan
dengan sediaan spray atau sublingual, kemudian dilanjutkan dengan peroral
atau intravena.
3)Aspirin sebagai antitrombotik sangat penting diberikan. Dianjurkan diberikan
sesegera mungkin (di ruang gawat darurat) karena terbukti menurunkan
angka kematian.
4) Rombolitik terapi, prinsip pengelolaan penderita infark miokard akut adalah
melakukan perbaikan aliran darah koroner secepat mungkin
(Revaskularisasi/Reperfusi). Hal ini didasari oleh proses patogenesanya,
dimana terjadi penyumbatan atau trombosis dari arteri koroner.
Revaskularisasi dapat dilakukan (pada umumnya) dengan obat-obat
trombolitik seperti streptokinase, r-TPA (recombinant tissue plasminogen
ativactor complex), Urokinase, ASPAC ( anisolated plasminogen
streptokinase activator), atau Scu-PA (single-chain urokinase-type

12
plasminogen activator). Pemberian trombolitik terapi sangat bermanfaat jika
diberikan pada jam pertama dari serangan infark. Terapi ini masih
bermanfaat jika diberikan 12 jam dari onset serangan infark.
5) Betablocker diberikan untuk mengurangi kontraktilitas jantung sehingga
akan menurunkan kebutuhan oksigen miokard. Di samping itu betaclocker
juga mempunyai efek anti aritmia. 23
b. Non-farmakologi
1) Merubah gaya hidup, memberhentikan kebiasaan merokok.
2) Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki
kolateral koroner sehingga PJK dapat dikurangi, olahraga bermanfaat karena:
a) Memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard
b)Menurunkan berat badan sehingga lemak lemak tubuh yang berlebih
berkurang bersama-sama dengan menurunnya LDL kolesterol
c) Menurunkan tekanan darah
d) Meningkatkan kesegaran jasmani
e)Diet merupakan langkah pertama dalam penanggulangan
hiperkolesterolemia. Tujuannya untuk menjaga pola makan gizi seimbang,
makan makanan yang dapat menurunkan kadar kolesterol dengan
menerapkan diet rendah lemak (Rahman, 2007).
f) Terapi diet pada PJK yang merupakan panduan dalam masalah kesehatan
kardiovaskuler yang telah diikuti secara luas adalah dari AHA dan NCEP.
Terapi diet ini secara khusus bertujuan untuk memperbaiki profil lemak
darah pada batas-batas normal. Terapi diet dasar atau tingkat 1 dapat
menurunkan ≥ 10% dari total kalori berasal dari asam lemak tidak jenuh
majemuk (poly-unsaturated faty acid). bila kadar total kolesterol darah
turun 10% atau lebih dan memenuhi batas yang ditargetkan, diet telah
dianggap berhasil dan perlu dipertahankan. Namun, apabila penurunan <
10%, diet dilanjutkan ke tingkat 2 selama 8-10 minggu, dan pada akhir 24
dilakukan tes darah. Bila hasilnya belum juga mencapai sasaran, mungkin
sekali tubuh tidak cukup responsif terhadap diet dan individu perlu

13
berkonsultasi dengan dokter mengenai kemungkian pemakaian obat
(Sudoyo, et all 2011 ; Rahman, 2007)

2.9 PencegahanPenyakit Jantung Koroner (PJK)

Penanganan penyakit jantung koroner (PJK) umumnya melibatkan perubahan


pola hidup yang dapat dikombinasikan dengan obat-obatan atau prosedur medis.
Menjalani pola hidup sehat dapat meningkatkan kesehatan jantung. Contohnya
adalah:

a. Berhenti merokok.
b. Mengurangi atau berhenti mengonsumsi alkohol.
c. Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang.
d. Mengurangi stress.
e. Menjaga berat badan ideal.
f. Berolahraga secara teratur

2.10 Asuhan Keperawatan Teori dengan Penyakit Jantung Koroner (PJK)

2.8.1 Pengkajian
A. Pengkajian
1. Keluhan utama : nyeri dada.
2. Riwayat penyakit sekarang
P: Nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang dengan istirahatdan
setelah diberikan nitrogliserin.

Q: Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien.

Sifat keluhan nyeri seperti tertekan

R: Lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri di atas periakrdium.


Penyebaran dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri serta
ketidakmampuan bahu dan tangan.

14
Q:Klien biasa ditanya dengan menggunakan rentang 0-5 dan klien akan
menillai seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan. Biasanya pada saat
angina skala nyeri berkisar antara 4-5 skala (0-5).

T: Sifat mula timbulnya, gejala timbul mendadak. Lama timbulnya(durasi)


nyeri dada dikeluhkan lebih dari 15 menit.

3. Riwayat penyakit dahulu


Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang mendukung dengan mengkaji
apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, darah tinggi, DM,
dan hyperlipidemia. Tanyakan mengenai obat antiangina nitrat dan
penghamabt beta serta obat-obat antihipertensi. Catat adanya efek samping
yang terjadi di masa lalu. Tanyakan juga mengenai alergi obat dan reaksi
alergi apa yang timbul. Seringkali klien tidak bias membedakan antara
reaksi alergi dengan efek samping obat.

4. Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami keluarga serta
bila anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian juga
ditanyakan.

5. Riwayat pekerjaan dan kebiasaan


Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungannya. Kebiassan
social di tanyakan dengan menanyakan kebiasaan dalam pola hidup,
misalnya minum alcohol atau obat tertentu. Kebiasaan merokok juga dikaji
dengan menanyakan tentang kebiasaan merokok sudah berapa lama, beapa
batang per hari, dan jensi rokok. Di samping pertanyaan-pertanyaan
tersebut di atas, maka data biografi juga merupakan data yang perlu
diketahui, yaitu : nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, suku, dan
agama yang dianut oleh klien. Dalam mengajukan pertanyaan kepada klien,
hendaknya diperhatikan kondisi klien. Bila klien dalam keadaan krirtis,
mka pertanyaan yang diajukan bukan pertanyaan terbuka, tetapi pertanyaan

15
tertutup yang jawabannya “ya” atau “tidak”. Pertanyaan yang dapat
dijawab dengan gerak tubuh, yaitu mengangguk atau menggelengkan
kepala saja, sehingga tidak memerlukan energi yang besar.

6. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik klien terdiri atas keadaan umum dan B1-B6

a. Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum klien biasanya didapatkan kesadaran
baik atau compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat gangguan
yang melibatkan perfusi system saraf pusat.

b. B1 (Breathing)
Terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal, dan keluhan napas
seperti tercekik. Biasanya juga terdapatdispnea kardia. Sesak napas ini
terjadi akibat pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan
akhir diastolic dari ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena
pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat kegagalan peningkatan curah
darah ventrikel kiri pada waktu melakukan kegiatan fisik. Dyspnea
kardia dapat timbul pada waktu beristirahat bila keadaannya sudah
parah.

c. B2 (Bleeding)
Pemeriksaan B2 yang dialkukan dapat melalui teknik inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi.

Inspeksi: Inspeksi adanya parut

Palpasi: Denyut nadi perifer melemah.

Auskultasi: Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume


sekuncup pada IMA.

Perkusi: Tidak ada pergeseran batas jantung.

16
d. B3 (Brain)
Kesadaran biasanya CM, tidak didapatkan sianosi perifer. Pengkajian
objektif klien berupa adanya wajah meringis, perubahan postu tubuh,
menangis, merintih, meregang, dan menggeliat.

e. B4 (Bladder)
Pengukuran volume keluaran urine berhubungan dengan asupan cairan.

f. B5 (Bowel)
Kaji pola makan klien apakah sebelumnya terdapat peningkatan konsumsi
garam dan lemak. Adanya nyeri akan memberikan respons mual dan
muntah.

g. B6 (Bone)
Hasil yang biasa terdapat pada pemeriksaan B6 adalah sebagai berikut.

Aktivitas, gejala : kelemahan, tidak dapat tidur, gerak statis, dan jadwal
olahraga tidak teratur.

Tanda : takikardi, dispnea pada saat istirahat/aktivitas, dan kesulitan


melakukan tugas perawatan diri.

7. Pemeriksaan diagnostic
a. Tes laboratorium seperti enzim jantung dan kimia darah
b. EKG
c. Echocardiogram
d. Kateterisasi jantung
e. CT angiogram koroner
f. Magnetic Resonance Angiogram
2.8.2 Diagnosa

Diagnosis keperawatan adalah “ Clinical Judgment” yang berfokus pada


responmanusia terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan atau

17
kerentanan (vulnerability) baik pada individu, keluarga, kelompok atau
komunitas (NANDA, 2015-2017).

Diagnosis yang muncul pada penyakit jantung koroner adalah:

1. Nyeri Akut
2. Gangguan Pola Tidur
3. Intoleransi Ativitas

2.8.3 Intervensi

Perencanaan keperawatan kritis adalah suatu proses penyusunan berbagai


intervensi keperawatan yang berguna untuk untuk mencegah, menurunkan atau
mengurangi masalah-masalah.(Siti Nur, 2016)
Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari klien, dan atau/atau tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat. Intervensi dilakukan untuk membantuk klien mencapai hasil yang
diharapkan (Deswani, 2009).
2.8.4 Implementasi

Implementasi keperawatan adalah kegiatan mengkoordinasikan aktivitas


pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk mengawasi dan mencatat
respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Nettina,
2002).

Tindakan keperawatan kritis adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai


tujuan yang telah ditetapkan.(Siti Nur, 2016)

2.8.5 Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan
menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian,
perencanaan dan pelaksanaan. (Mubarak, dkk., 2011)

18
Menurut Craven dan Hirnle (2000) evaluasi didefinisikan sebagai
keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan
keperawatan yang telah ditetapkan dengan respon perilaku yang di tampilkan.
(Siti Nur, 2016)

19
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh
penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot
jantung dan merupakan kelainan mikroardium yang disebabkan oleh insufisiensi
aliran darah koroner. Penyebab paling utama PJK adalah dislipidemia.
Dislipidemia merupakan faktor resiko yang utama penyakit jantung. Perubahan
gaya hidup masyarakat erat hubungannya dengan peningkatan kadar lipid
(Irmalita, 2015).
Penanganan penyakit jantung koroner (PJK) umumnya melibatkan perubahan
pola hidup yang dapat dikombinasikan dengan obat-obatan atau prosedur medis.
Menjalani pola hidup sehat dapat meningkatkan kesehatan jantung. Contohnya
adalah: Berhenti merokok, Mengurangi atau berhenti mengonsumsi alkohol,
Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, Mengurangi stress, Menjaga berat
badan ideal, Berolahraga secara teratur.
Penyakit jantung koroner disebabkan karena terjadinya penumpukan plak
pada arteri koroner yang berlangsung lama, plak yang menempel pada arteri
koroner lambat laun akan menyebabkan ateroklerosis. Penatalaksanaan halini
dapat dilakukan dengan cara non operatif dan operatif meliputi penggunaan obat-
obatan dan perubahan gaya hidup sedangkan operatif dengan cara angioplasty dan
CABG. Obat – obatan yang biasa digunakan untuk managemen lipid antara lain
adalah golongan resin, kolestiramin, lovastatin dsb yang mempunyai efekk
samping yang berbeda – beda.

3.2 Saran
Untuk mencegah penyakit jantung koroner selain dengan diet rendah lemak jenuh,
mengurangi merokok, dan olah raga konsumsi omega-3 juga baik dalam
mencegah dan mengurangi insidensi mortalitas penyakit jantung koroner. Dalam

20
mengkomsumsi omega-3 juga perlu menyajikan co-faktor seperti vit B6, B3, C,
E, A dan mineral zinc dan magnesium. Dan disarankan untuk mengkonsumsi
omega-3 1 gr perminggu yang sama dengan memakan dua porsi ikan 2x/ minggu
akan dapat membantu mencegah pembentukan sumbatan arteri.

21
DAFTAR PUSTAKA
DiGiulio dkk. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jogyakarta: Rapha.
Ghani, L., Mihardja, L. K. and Delima, D. (2016). Faktor Risiko Dominan Penderita
Stroke diIndonesia. Buletin Penelitian Kesehatan. doi:
10.22435/bpk.v44i1.4949.49-58.

Hermawati, D. R., & Candra, H. A. (2014). Berkat Herbal Penyakit Jantung Koroner.
Jakarta: F Media.
Kemenkes RI. (2010). Rencana Operasional Promosi Kesehatan Dalam
Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Pusat Promosi Kesehatan RI:
Jakarta.

Lapau, B. (2012). Metode Penilitian Kesehatan: Metode Imiah Penulisan Skripsi,


Tesis, Dan Dixertasi. Jakarta: Pustaka Obor Indonesia.
Manurung, N. (2016). Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Prabowo, E., & Pranata, A. E. (2017). Keperawatan Medikal Bedah Demham
Gamgguan Sistem Kardio Vaskuler. YOGYAKARTA: Nuha Medika.
Setiati, S. (2014). Ilmu Penyakit Dalam. jakarta: Interna.
Smeltzer, Susan C. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC

Stillwell, S. B. (2011). Pedoman Keperawatan Kritis. jakarta: EGC.


Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.
Wahyuni, A., Nurrachmah, E. and Gayatri, D. (2012). Kesiapan Pulang Pasien Penyakit
Jantung Koroner Melalui Penerapan. Jurnal Keperawatan Indonesia

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jogyakarta: Nuha
Medika.
Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2016). Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

22

Anda mungkin juga menyukai