Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

GAGAL JANTUNG

Oleh

KELOMPOK7

1. Aprillia Erni Wati


2. Denda Rizky Fibriyanti
3. Erlin Rosyida Istirohati
4. Rizky Putri Nilamsari
5. Wawan Islami

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini tanpa suatu
halangan dan rintangan yang cukup berarti. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan Penyakit Gagal Jantung.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya terhadap
pembuatan makalah ini.
Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.Bahkan penyusun berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penyusun menyadari walaupun telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun makalah
ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, segala tegur
sapa sangat penyusun harapkan demi perbaikan tugas ini.Semoga dengan adanya makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Mataram, 06 November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ......................................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................................... 3
C. TUJUAN ..................................................................................................................................... 3
D. METODE PENELITIAN.................................................................................................................. 3
BAB II .................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 4
A. DEFINISI ........................................................................................................................................ 4
B. EPIDEMIOLOGI ............................................................................................................................. 5
C. ETIOLOGI....................................................................................................................................... 5
D. PATOFISIOLOGI ............................................................................................................................. 8
E. KLASIFIKASI .................................................................................................................................. 9
F. MANIFESTASI KLINIS .................................................................................................................. 10
 Gagal jantung kiri : ..................................................................................................................... 10
G. KOMPLIKASI ................................................................................................................................ 11
H. PEMERIKSAAN FISIK .................................................................................................................... 11
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG .................................................................................. 12
J. PENATALAKSANAAN................................................................................................................... 13
K. PENCEGAHAN ............................................................................................................................. 14
L. PROGNOSIS GAGAL JANTUNG ..................................................................................................... 14
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ................................................................................................. 16
BANTUAN HIDUP DASAR PADA KELOMPOK REMAJA .......................................................................... 16
LEAFLET ............................................................................................................................................. 25
BAB III ................................................................................................................................................. 26
PENUTUP ............................................................................................................................................ 27
A. KESIMPULAN ........................................................................................................................ 27
Daftar Pustaka........................................................................................................................................... 29

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang terletak dalam
Mediastinum di antara kedua paru-paru.Jantung memiliki fungsi utama sebagai pemompa darah.
Jantung merupakan salah satu organ yang tidak pernah beristirahat Dalam keadaan fisiologis,
pembentukan rangsang irama denyut jantung berawal dari nodus sinoatrial (nodus SA) dan
menyebar ke serat otot lainnya sehingga menimbulkan kontraksi jantung. Jika rangsang irama ini
mengalami gangguan dalam pembentukannya dan penghantarannya, maka dapat terjadi
gangguan pada kinerja jantung.

Gangguan pada sistem kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan utama yang dialami
masyarakat pada umumnya.Hal ini dikarenakan, jantung mempunyai suatu sistem pembentukan
rangsang tersendiri.Pada zaman modern ini.Angka kejadian penyakit jantung semakin
meningkat. Baik di Negara maju maupun berkembang, penyebab yang sering ditemukan adalah
gaya hidup misalnya, diet yang salah, stress, kondisi lingkungan yang buruk, kurang olahraga,
kurang istirahat dan lain-lain. Diet yang salah, seperti terlalu banyak mengkonsumsi junk food
yang notabene banyak mengandung kolesterol jahat, yang berujung pada kegagalan jantung.
Apalagi ditambah dengan lingkungan yang memiliki tingkat stressor tinggi, kurang olahraga, dan
istirahat, maka resiko untuk terkena penyakit jantung akan semakin tinggi.

Berbagai macam penyakit jantung seperti penyakit jantung koroner, infark miokard akut,
hipertensi yang semuanya berujung pada gagal jantung. Hal ini sangat membahayakan bagi
kehidupan seseorang, sehingga untuk mencegah komplikasi lebih lanjut harus segera mendapat
perawatan medis di rumah sakit.

Untuk memberikan perawatan medis yang tepat dan efektif, khususnya bagi tenaga
keperawatan, harus memahami konsep asuhan keperawatan pada gangguan

1
kardiovaskuler.Apalagi dalam keadaan kedaruratan yang membutuhkan keahlian dalam
memberikan pertolongan pada pasien.

Gagal Jantung (Heart Failure) adalah suatu keadaan yang serius, dimana jumlah darah yang
dipompa oleh jantung setiap menitnya (cardiac output, curah jantung) tidak mampu memenuhi
kebutuhan normal tubuh akan oksigen dan zat-zat makanan.Kadang orang salah mengartikan
gagal jantung sebagai berhentinya jantung. Sebenarnya istilah gagal jantung menunjukkan
berkurangnya kemampuan jantung untuk mempertahankan beban kerjanya.

Jadi gagal jantung adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana cardiac output tidak
mencukupi kebutuhan metabolik tubuh) sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih
cukup tinggi, mekanisme yang mendasar tentang gagal jantung termasuk kerusakan sifat
kontraktilitas jantung yang berkurang dan vetrikel tidak mampu memompa keluar darah
sebanyak yang masuk selama diastole. Hal ini menyebabkan volume diastolic akhir ventrikel
secara progresif bertambah. Hal yang terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan jantung ini
adalah jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada sebagi organ.
Gagal jantung adalah merupakan suatu sindrom, bukan diagnosa penyakit. Sindrom gagal
jantung kongestif (Chronic Heart Failure/ CHF) juga mempunyai prevalensi yang cukup tinggi
pada lansia dengan prognosis yang buruk. Prevalensi CHF adalah tergantung umur/age-
dependent. Menurut penelitian, gagal jantung jarang pada usia di bawah 45 tahun, tapi menanjak
tajam pada usia 75 – 84 tahun.
Dengan semakin meningkatnya angka harapan hidup, akan didapati prevalensi dari CHF
yang meningkat juga. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya lansia yang mempunyai
hipertensi akan mungkin akan berakhir dengan CHF. Selain itu semakin membaiknya angka
keselamatan (survival) post-infark pada usia pertengahan, menyebabkan meningkatnya jumlah
lansia dengan resiko mengalami CHF.

Prevalensi gagal jantung pada keseluruhan populasi antara 2-30%. Angka prevalensi
meningkat tajam pada populasi usia 75 tahun sehingga prevalensi pada kelompok usia 70-80
tahun sekitar 10-20%.

Empat puluh persen yang datang ke rumah sakit dengan diagnosis gagal jantung, meninggal atau
mendapat perawatinapan kembali dalam waktu satu tahun pertama.

2
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pengertian Gagal Jantung?


2. Bagaimana epidemiologi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinik, pemeriksaan,
pengobatan penyakit Gagal Jantung?
3. Bagaimana pathway Gagal Jantung?
4. Bagaimana asuhan keperawatan Gagal Jantung?
5. Bagaimana Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Gagal Jantung?

C. TUJUAN

1. Mengetahui pengertian Gagal Jantung.


2. Mengetaui epidemiologi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinik, pemeriksaan,
pengobatan penyakit Gagal Jantung.
3. Mengetahui pathway Gagal Jantung.
4. Mengetahui asuhan keperawatan Gagal Jantung.
5. Mengetaui Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Gagal Jantung.

D. METODE PENELITIAN

Adapun metode penelitian yang kami gunakan dalam penyelesaian laporan ini adalah
media pustaka dan media internet.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Penyakit Gagal Jantung yang dalam istilah medisnya disebut dengan "Heart Failure atau
Cardiac Failure", merupakan suatu keadaan darurat medis dimana jumlah darah yang
dipompa oleh jantung seseorang setiap menitnya {curah jantung (cardiac output)} tidak
mampu memenuhi kebutuhan normal metabolisme tubuh.
Gagal jantung kongestif terjadi sewaktu kontraktilitas jantung berkurang dan vetrikel
tidak mampu memompa keluar darah sebanyak yang masuk selama diastole. Hal ini
menyebabkan volume diastolic akhir ventrikel secara progresif bertambah. (Elizabeth J.
Corwin)
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen. Mekanisme
yang mendasar tentang gagal jantung termasuk kerusakan sifat kontraktil dari jantung, yang
mengarah pada curah jantung kurang dari normal. Kondisi umum yang mendasari termasuk
aterosklerosis, hipertensi atrial, dan penyakit inflamasi atau degeneratif otot jantung.
Sejumlah faktor sistemik dapat menunjang perkembangan dan keparahan dari gagal jantung.
Peningkatan laju metabolic ( misalnya ;demam, koma, tiroktoksikosis), hipoksia dan anemia
membutuhkan suatu peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen.(Diane
C. Baughman dan Jo Ann C. Hockley, 2000).
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung
berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian
ventrikel kiri (Braundwald )
Jadi gagal jantung adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana cardiac output tidak
mencukupi kebutuhan metabolik tubuh) sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung
masih cukup tinggi, mekanisme yang mendasar tentang gagal jantung termasuk kerusakan
sifat kontraktilitas jantung yang berkurang dan vetrikel tidak mampu memompa keluar

4
darah sebanyak yang masuk selama diastole. Hal ini menyebabkan volume diastolic akhir
ventrikel secara progresif bertambah. Hal yang terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan
jantung ini adalah jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada sebagi organ.

B. EPIDEMIOLOGI

Insiden penyakit gagal jantung semakin meningkat sesuai dengan meningkatnya usia
harapan hidup, salah satunya gagal jantung kronis sebagai penyakit utama kematian di
negara industri dan negara-negara berkembang. Penyakit gagal jantung meningkat sesuai
dengan usia, berkisar kurang dari l % pada usia kurang dari 50 tahun hingga 5% pada usia
50-70 Tahun dan 10% pada usia 70 tahun ke atas. Penyakit gagal jantung sangatlah buruk
jika penyebab yang mendasarinya tidak segera ditangani, hampir 50% penderita gagal
jantung meninggal dalam kurun waktu 4 Tahun. 50% penderita stadium akhir meninggal
dalam kurun waktu 1 Tahun, di Indonesia prevalensi gagal jantung secara nasional belum
ada sebagai gambaran di Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta, pada tahun 2006
diruang rawat jalan dan inap didapat 3,23% kasus gagal jantung dari total 11,711 pasien,
sedangkan di Amerika pada tahun 1999 terdapat kenaikan kasus gagal jantung dari 577.000
pasien menjadi 871.000 pasien. Gagal jantung merupakan penyebab kematian
kardiovaskuler, dan kondisi seperti ini juga menurunkan kualitas hidup, karena itu
peburukan akut pada gagal jantung kronik harus di cegah secara dini, pada lansia
diperkirakan 10% pasien di atas 75 Tahun menderita gagal jantung, angka kematian pada
gagal jantung kronik mencapai 50% dalam 5 tahun setelah pertama kali penyakit itu
terdiagnosis, (Kompas, 9 juni 2007).

C. ETIOLOGI

Penyebab gagal jantung mencakup apapun yang menyebabkan peningkatan volume


plasma sampai derajat tertentu sehingga volume diastolic akhir meregangkan serat-serat
ventrikel melebihi panjang optimumnya.Penyebab tersering adalah cedera pada jantung itu
sendiri yang memulai siklus kegagalan dengan mengurangi kekuatan kontraksi jantung.

5
Akibat buruk dari menurunnya kontraktilitas, mulai terjadi akumulasi volume darah di
ventrikel Penyebab gagal jantung yang terdapat di jantung antara lain :
Terjadinya gagal jantung dapat disebabkan :
1. Disfungsi miokard (kegagalan miokardial)
2. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (systolic overload)
Beban sistolik yang berlebihan diluar kemampuan ventrikel (systolic overload)
menyebabkan hambatan pada pengosongan ventrikel sehingga menurunkan curah
ventrikel atau isi sekuncup.
3. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolic (diastolic overload)
Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel (diastolic overload) akan
menyebabkan volum dan tekanan pada akhir diastolic dalam ventrikel meninggi.
Prinsip Frank Starling ; curah jantung mula-mula akan meningkat sesuai dengan
besarnya regangan otot jantung, tetapi bila beban terus bertambah sampai melampaui
batas tertentu, maka curah jantung justru akan menurun kembali.
4. Peningkatan kebutuhan metabolic-peningkatan kebutuhan yang berlebihan (demand
overload)
Beban kebutuhan metabolic meningkat melebihi kemampuan daya kerja jantung di
mana jantung sudah bekerja maksimal, maka akan terjadi keadaan gagal jantung
walaupun curah jantung sudah cukup tinggi tetapi tidak mampu untuk memenuhi
kebutuhan sirkulasi tubuh.
5. Gangguan pengisian (hambatan input).
Hambatan pada pengisian ventrikel karena gangguan aliran masuk ke dalam ventrikel
atau pada aliran balik vena/venous return akan menyebabkan pengeluaran atau output
ventrikel berkurang dan curah jantung menurun.
6. Kelainan Otot Jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab
kelainan fungsi otot mencakup arterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan
penyakit otot degeneratif atau inflamasi.

6
7. Aterosklerosis Koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
8. Hipertensi Sistemik / Pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertropi
serabut otot jantung.
9. Peradangan dan Penyakit Miokardium
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
10. Penyakit jantung
Penyakit jantung lain seperti stenosis katup semilunar, temponade perikardium,
perikarditis konstruktif, stenosis katup AV.
11. Faktor sistemik
Faktor sistemik seperti hipoksia dan anemia yang memerlukan peningkatan curah
jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga
dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis dan abnormalitas elektrolit
juga dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
Semua situasi diatas dapat menyebabkan gagal jantung kiri atau kanan. Penyebab
yang spesifik untuk gagal jantung kanan antara lain:
a. Gagal jantung kiri
b. Hipertensi paru
c. PPOM
Terdapat 4 perubahan yang berpengaruh langsung pada kapasitas curah jantung
dalam menghadapi beban :
1) Menurunnya respons terhadap stimulasi beta adrenergik akibat bertambahnya
usia. Etiologi belum diketahui pasti. Akibatnya adalah denyut jantung
menurun dan kontraktilitas terbatas saat menghadapi beban.
2) Dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku pada usia lanjut karena
bertambahnya jaringan ikat kolagen pada tunika media dan adventisia arteri
sedang dan besar. Akibatnya tahanan pembuluh darah (impedance)

7
meningkat,yaitu afterload meningkat karena itu sering terjadi hipertensi sistolik
terisolasi.
3) Selain itu terjadi kekakuan pada jantung sehingga compliance jantung
berkurang. Beberapa faktor penyebabnya: jaringan ikat interstitial
meningkat, hipertrofi miosit kompensatoris karena banyak sel yang apoptosis
(mati) dan relaksasi miosit terlambat karena gangguan pembebasan ion non-
kalsium.
4) Metabolisme energi di mitokondria berubah pada usia lanjut.
Keempat faktor ini pada usia lanjut akan mengubah struktur, fungsi, fisiologi
bersama-sama menurunkan cadangan kardiovaskular dan meningkatkan
terjadinya gagal jantung pada usia lanjut.

D. PATOFISIOLOGI

Kelainan fungsi otot jantung disebabkan oleh aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan
penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi
miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis
(akibat penumpukan asam laktat). Infark Miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung. Hipertensi sistemik/ pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja
jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut
(hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan
meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan tidak jelas, hipertrofi otot jantung
tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhrinya terjadi gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokarium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena
kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri
paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan
edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan/ sinkron, maka kegagalan salah satu
ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.
Gagal jantung dapat dimulai dari sisi kiri atau kanan jantung. Sebagai contoh, hipertensi
sitemik yang kronis akan menyebabkan ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan melemah.

8
Hipertensi paru yang berlangsung lama akan menyebabkan ventrikel kanan mengalami
hipertofi dan melemah. Letak suatu infark miokardium akan menentukan sisi jantung yang
pertama kali terkena setelah terjadi serangan jantung.
Karena ventrikel kiri yang melemah akan menyebabkan darah kembali ke atrium, lalu ke
sirkulasi paru, ventrikel kanan dan atrium kanan, maka jelaslah bahwa gagal jantung kiri
akhirnya akan menyebabkan gagal jantung kanan. Pada kenyataanya, penyebab utama gagal
jantung kanan adalah gagal jantung kiri. Karena tidak dipompa secara optimum keluar dari
sisi kanan jantung, maka darah mulai terkumpul di sistem vena perifer. Hasil akhirnya
adalah semakin berkurangnya volume darah dalam sirkulasi dan menurunnya tekanan darah
serta perburukan siklus gagal jantung.

E. KLASIFIKASI

1. Menurut derajat sakitnya:


a. Derajat 1: Tanpa keluhan - Anda masih bisa melakukan aktivitas fisik sehari-hari
tanpa disertai kelelahan ataupun sesak napas
b. Derajat 2: Ringan - aktivitas fisik sedang menyebabkan kelelahan atau sesak napas,
tetapi jika aktivitas ini dihentikan maka keluhan pun hilang
c. Derajat 3: Sedang - aktivitas fisik ringan menyebabkan kelelahan atau sesak napas,
tetapi keluhan akan hilang jika aktivitas dihentikan
d. Derajat 4: Berat - tidak dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari, bahkan pada saat
istirahat pun keluhan tetap ada dan semakin berat jika melakukan aktivitas walaupun
aktivitas ringan.
2. Menurut lokasi terjadinya :
a. Gagal jantung kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu
memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru
menyebabkan cairan terdorong kejaringan paru. Manifestasi klinis yang terjadi
meliputi dispnea, batuk, mudah lelah, takikardi dengan bunyi jantung S3, kecemasan
kegelisahan anoreksia, keringat dingin, dan paroxysmal nocturnal dyspnea,ronki
basah paru dibagian basal.

9
b. Gagal jantung kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan perifer.
Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah
dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara
normal kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak meliputi : edema
akstremitas bawah yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat
badan, hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena leher, asites (penimbunan
cairan didalam rongga peritonium), anoreksia dan mual, dan lemah.

F. MANIFESTASI KLINIS

 Gagal jantung kiri :

Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu
memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
1. Dispnea
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran gas.
Dapat terjadi ortopnu. Beberapa pasien dapat mengalami ortopnu pada malam hari
yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND)
2. Batuk
3. Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi
normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga
terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia
yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk.
4. Kegelisahan dan kecemasan
Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan
pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.

10
 Gagal jantung kanan
1. Kongestif jaringan perifer dan viseral.
2. Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting, penambahan
berat badan,
3. Hepatomegali. Dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena di hepar.
4. Anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga
abdomen.
5. Nokturia
6. Kelemahan.

G. KOMPLIKASI

Komplikasi yang bisa terjadi ialah :


1. Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah.
2. Syok kardiogenik akibat disfungsi nyata dari jantung.
3. Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis.

H. PEMERIKSAAN FISIK

1. Auskultasi nadi apikal, biasanya terjadi takikardi (walaupun dalam keadaan berustirahat)
2. Bunyi jantung, S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama gallop
umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah ke atrium yang distensi. Murmur dapat
menunjukkan inkompetensi / stenosis katup.
3. Palpasi nadi perifer, nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan
pulsus alternan (denyut kuat lain dengan denyut lemah) mungkin ada.
4. Tekanan darah
5. Pemeriksaan kulit : kulit pucat (karena penurunan perfusi perifer sekunder) dan sianosis
(terjadi sebagai refraktori Gagal Jantung Kronis). Area yang sakit sering berwarna
biru/belang karena peningkatan kongesti vena

11
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG

Menurut Dongoes (2000) pemeriksaan penunjang yang dapat d ilakukan untuk


menegakkan diagnosa CHF yaitu:

1. Elektro kardiogram (EKG)


Hipertropi atrial atau ventrikule r, penyimpangan aksis, iskemia, disritmia, takikardi,
fibrilasi atrial.
2. Skan jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding .
3. Sonogram (ekocardiogram, ekokardiogram dopple)
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katup,
atau area penurunan kontraktili tas ventrikular.
4. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung
kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katup atau insufisiensi.
5. Rongent dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi atau
hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
6. Enzim hepar
Meningkat dalam gagal / kongesti hepar.
7. Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan / penurunan fungsi ginjal, terapi diuretik.
8. Oksimetri nadi
Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut menjadi
kronis.
9. Analisa gas darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini) atau hipoksemia
dengan peningkatan PCO2 (akhir).
10. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin
Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal.Kenaikan baik BUN dan
kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.

12
11. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai pre pencetus gagal
jantung.

J. PENATALAKSANAAN

1. Farmakologi
a. diuretik: untuk mengurangi penimbunan cairan dan pembengkakan
b. penghambat ace (ace inhibitors): untuk menurunkan tekanan darah dan mengurangi
beban kerja jantung
c. penyekat beta (beta blockers): untuk mengurangi denyut jantung dan menurunkan
tekanan darah agar beban jantung berkurang
d. digoksin: memperkuat denyut dan daya pompa jantung
e. terapi nitrat dan vasodilator koroner: menyebabkan vasodilatasi perifer dan penurunan
konsumsi oksigen miokard.
f. digitalis: memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan kekuatan kontraksi,
peningkatan efisiensi jantung. saat curah jantung meningkat, volume cairan lebih
besar dikirim ke ginjal untuk filtrasi dan ekskresi dan volume intravascular menurun.
g. Inotropik positif: Dobutamin adalah obat simpatomimetik dengan kerja beta 1
adrenergik. Efek beta 1 meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium (efek inotropik
positif) dan meningkatkan denyut jantung (efek kronotropik positif).
h. Sedati: Pemberian sedative untuk mengurangi kegelisahan bertujuan mengistirahatkan
dan memberi relaksasi pada klien.
2. Non Farmakologi
Penatalaksanaan gagal jantung kongestif dengan sasaran :
1. Untuk menurunkan kerja jantung.
2. Untuk meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miokard.
3. Untuk menurunkan retensi garam dan air.
a. Tirah baring
Tirah baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung
dan menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume intra vaskuler
melalui induksi diuresis berbaring.

13
b. Oksigen
Pemenuhan oksigen akan mengurangi demand miokard dan membantu memenuhi
kebutuhan oksigen tubuh.
c. Diet
Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung minimal. Selain itu
pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur, atau mengurangi
edema.
d. Revaskularisasi koroner
e. Transplantasi jantung
f. Kardoimioplasti

K. PENCEGAHAN

Kunci untuk mencegah gagal jantung adalah mengurangi faktor-faktor risiko Anda. Anda
dapat mengontrol atau menghilangkan banyak faktor-faktor risiko penyakit jantung -
tekanan darah tinggi dan penyakit arteri koroner, misalnya - dengan melakukan perubahan
gaya hidup bersama dengan bantuan obat apa pun yang diperlukan.
Perubahan gaya hidup dapat Anda buat untuk membantu mencegah gagal jantung meliputi:
1. Tidak merokok
2. Mengendalikan kondisi tertentu, seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan
diabetes
3. Tetap aktif secara fisik
4. Makan makanan yang sehat
5. Menjaga berat badan yang sehat
6. Mengurangi dan mengelola stress

L. PROGNOSIS GAGAL JANTUNG

Pada sebagian kecil pasien, gagal jantung yang berat terjadi pada hari/ minggu-minggu
pertama pasca lahir, misalnya sindrom hipoplasia jantung kiri, atresia aorta, koarktasio aorta
atau anomali total drainase vena pulmonalis dengan obstruksi. Terhadap mereka, terapi

14
medikmentosa saja sulit memberikan hasil, tindakan invasif diperlukan segera setelah pasien
stabil. Kegagalan untuk melakukan operasi pada golongan pasien ini hampir selalu akan
berakhir dengan kematian.
1. Pada gagal jantung akibat PJB yang kurang berat, pendekatan awal adalah dengan terapi
medis adekuat, bila ini terlihat menolong maka dapat diteruskan sambil menunggu saat
yang baik untuk koreksi bedah.
2. Pada pasien penyakit jantung rematik yang berat yang disertai gagal jantung, obat-obat
gagal jantung terus diberikan sementara pasien memperoleh profilaksis sekunder,
pengobatan dengan profilaksis sekunder mungkin dapat memperbaiki keadaan jantung.

15
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BANTUAN HIDUP DASAR PADA KELOMPOK REMAJA

Pokok Bahasan : Bantuan Hidup Dasar


Sub Pokok Bahasan : Bantuan Hidup Dasar bagi Penolong Awam
Penyuluh : Mahasiswa
Hari/Tanggal : Selasa, 7 November 2023
Waktu : 18.00 wita
Tempat : Salah satu rumah warga
Sasaran : Remaja

A. Latar Belakang
Penyakit jantung koroner masih menjadi kasus penyakit yang paling banyak terjadi di
Indonesia. (Sentana, A. D., Zulkifli, Mawaddah, 2022). Penyakit jantung coroner ini jika tidak
mendapatkan pertolongan yang tepat akan beresiko mengalami henti jantung atau cardiac
arrest, Kejadian cardiac arrest terjadi secara tiba-tiba dan tidak dapat diprediksikan kapan akan
terjadi, kejadiannya sangat cepat ketika tanda dan gejalanya muncul.(AHA,2015). Kejadian
henti jantung yang ada diluar rumah sakit atau biasa disebut out of hospital cardiac arrest
(OHCA) merupakan yang paling sering terjadi dan menjadi fokus permasalahan di dunia, oleh
karena itu Setiap orang harus mampu melakukan pertolongan pertama, karena sebagian besar
orang pada akhirnya akan berada dalam situasi yang memerlukan pertolongan pertama untuk
orang lain atau diri mereka sendiri. (Ngurah and Putra, 2019)
Permasalahan yang terjadi saat ini adalah kepedulian masyarakat yang berada disekitar
korban dalam memberikan pertolongan masih tergolong rendah.Keberadaan jumlah
masyarakat yang memberikan pertolongan masih bervariasi dengan tingkat terendah yaitu 1 %
dan tertinggi yaitu sekitar 44 %.Sasson et al, (2013) dalam (Sentana, A. D., Zulkifli,
Mawaddah, 2022).
Berdasarkan data di Amerika Serikat pada tahun 2020, kematian akibat serangan jantung
mendadak adalah 436.852 jiwa terjadi diluar rumah sakit. Pada tahun 2021, sebagian besar
kasus Henti Jantung di Luar Rumah Sakit (OHCA) pada orang dewasa terjadi di rumah atau
tempat tinggal (73,4%), tempat umum (16,3%) dan panti jompo (10,3%). (Tsao et al., 2022)

16
Data World Health Organization (WHO) tahun 2018 menyebutkan bahwa serangan
jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di negara maju dan berkembang dengan
menyumbang 60 % dari seluruh kematian, terjadi baik di luar rumah sakit maupun di dalam
rumah sakit (Sumartini, Salsabila and Purnamawati, 2021). Jumlah korban henti jantung diluar
Rumah Sakit (OHCA) atau Out of Hospital Cardiac Arrest yang diselamatkan orang dengan
tindakan RJP (Resusitasi Jantung Paru) mencapai 40.1%. hal ini dikarenakan kejadian henti
jantung diluar RS mencapai 80%, dan ditempat lain 20%.
Di Indonesia kejadian henti jantung yang terjadi diluar rumah sakit menurut Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI,2016) yaitu sekitar 300.000 – 350.000
insiden setiap tahunnya mengalami peningkatan. Data Riskesdas, 2018 Menunjukkan
prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia, provinsi NTB masuk
dalam urutan ke-18 dengan angka kejadian 19.247 jiwa, sedangkan dikabupaten Lombok Barat
berdasarkan data DIKES Lobar (Dinas Kesehatan Lombok Barat) prevalensi berbasis
puskesmas usia yang mengalami penyakit jantung tahun 2017 pada usia 20-70 tahun keatas
yaitu sebanyak 56 kasus di Kabupaten Lombok Barat.

B. Tujuan Umum
Setelah Mengikuti Kegiatan penyuluhan diharapkan Para Remaja Dusun Penangke dapat
mengetahui tentang pentingnya bantuan hidup dasar.
C. Tujuan Khusus
Setelah Mengikuti kegiatan penyuluhan Para Remaja Dusun Penangke dapat menjelaskan
kembali :
1. Pengertian Bantuan Hidup Dasar
2. Tujuan Bantuan Hidup Dasar
3. Indikasi Bantuan Hidup Dasar
4. Cara Melakukan Bantuan Hidup Dasar / RJP
5. Syarat – Syarat Bantuan Hidup Dasar/ RJP

D. Sasaran
Remaja

17
E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Demonstrasi

F. Media
1. LCD
2. Laptop
3. Powerpoint
4. Video

G. Kegiatan Pembelajaran
No Waktu KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1. 2 Menit Pembukaan: 1. Menjawab Salam
1. Memberi Salam 2. Mendengarkan dan
2. Menyebutkan Materi bantuan memperhatikan
hidup dasar
2. 30 Menit Pelaksanaan : Menyimak dan memperhatikan
1. Menjelaskan Materi penyuluhan
secara berurutan dan teratur
2. Mendemonstrasikan Cara
melakukan BHD
3. 10 Menit Evaluasi: Menjawab Pertanyaan
Meminta Audiens menjelaskan kembali
mengenai :
1. Pengertian Bantuan Hidup
Dasar
2. Tujuan Bantuan Hidup Dasar
3. Indikasi Bantuan Hidup Dasar
4. Cara Melakukan Bantuan Hidup
Dasar / RJP

18
5. Syarat – Syarat Bantuan Hidup
Dasar/ RJP
Memberikan Pujian atas keberhasilan
dalam menjelaskan pertanyaan dan
memperbaiki kesalahan, serta
menyimpulkan.
4. 3 Menit Penutup : Menjawab Salam
Mengucapkan Terimakasih dan
mengucapkan salam

H. Evaluasi
A. Remaja mampu menjawab pertanyaan yang diajukan mahasiswa
B. Remaja mampu mempraktekkan kembali apa yang telah diajarkan mahasiswa
 Pembagian Tugas :
Moderator : Rizky Putri Nilamsari
Penyaji :
1. Aprillia Erni Wati
2. Denda Rizky Fibriyanti
3. Erlin Rosyida Istirohati
4. Rizky Putri Nilamsari
5. Wawan Islami

19
MATERI PENYULUHAN BANTUAN HIDUP DASAR

1. Konsep BHD (Bantuan Hidup Dasar)

a. Definisi Bantuan Hidup Dasar


Bantuan hidup dasar (BHD) adalah upaya pertolongan pertama yang dilakukan
pada korban henti jantung atau henti nafas untuk mempertahankan kehidupannya.
Tindakan ini dapat dilakukan tanpa menggunakan peralatan ataupun alat bantu
apapun (Akbar, B. K., & Hariastuti and & Wicaksana, 2022).
Bantuan hidup dasar (BHD) adalah pemberian pertolongan segera kepada
korban dengan penilaian dini terdapat gangguan tersumbatnya jalan nafas, tidak
ditemukan adanya nafas dan atau tidak ada nadi. (Santoso, Teguh, M.Kep., 2019)

b. Tujuan Bantuan Hidup Dasar


Tujuan dilakukannya bantuan hidup dasar adalah untuk menyelamatkan nyawa
dan meminimalisir kerusakan organ serta kecacatan pada penderita / korban.
(Santoso, Teguh, M.Kep., 2019).
c. Indikasi Bantuan Hidup Dasar
1) Henti Napas : Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan
aliran udara pernapasan dari korban/pasien.
2) Henti Jantung : pernapasan yang terganggu (tersengal- sengal) merupakan
tanda awal akan terjadinya henti jantung. (Santoso, Teguh, M.Kep., 2019).

d. Langkah-langkah Bantuan hidup dasar (BHD)

Gambar 2.1 Langkah-langkah melakukan BHD dengan Hands Only CPR


(Akbar, B. K., & Hariastuti and & Wicaksana, 2022).

20
Langkah-langkah dalam melakukan bantuan hidup dasar bagi awam
diluar rumah sakit adalah hands only CPR , sebagai berikut: (Akbar, B.
K., & Hariastuti and & Wicaksana, 2022)

1) Pastikan korban, orang disekitar dan diri aman. Jika tempat belum
aman, maka pindahkan ke tempat aman terlebih dahuhlu.
Memastikan lingkungan aman dengan memperhatikan beberapa
hal :
a) Apakah keadaan aman (lalu lintas, jalur listrik, cuaca ekstrem,

emosiberlebih dari orang awam disekitar)


b) Apakah terdapat ancaman bahaya (jangan memindahkan
korban bila tidakada kondisi berbahaya seperti api dan atau gas
beracun)
c) Apakah penyebab cedera (terjatuh dari tangga, tabrakan)

d) Berapa jumlah korban

Gambar 2.2 Mengenali kondisi lingkungan korban (Akbar, B. K.,


&Hariastuti and & Wicaksana, 2022)

2) Periksa kesadaran korban dengan menepuk bahu atau


menggoyangkan bahu korban sambil mengatakan “bapak/ibu,
apakah bisa mendengar suara saya?”. Bersamaan dengan itu,
penolong juga perlu memeriksa pernafasan korban, jika korban
tidak sadarkan diri dan bernafas secara abnormal (terengah-
21
engah), penolong harus mengasumsikan korban mengalami henti
jantung.

Gambar 2.3 Memeriksa kesadaran korban (Akbar, B. K., & Hariastuti and &
Wicaksana, 2022).

3) Setelah melakukan pemeriksaan kesadaran, apabila korban sadar :


a) Biarkan korban dalam posisi yang aman dan tidak dalam bahaya
b) Mencoba mencari tahu apa yang terjadi dan minta bantuan bila

diperlukan
c) Periksa kembali korban secara teratur

4) Bila korban tidak sadar, tidak bernapas, atau bernapas tidak normal
(terengah-engah):
a) Telpon ambulance atau bantuan medis terdekat. Saat
menelepon, anda harus siap untuk memberikan informasi
seperti : lokasi kejadian, apa yang terjadi, jumlah korban dan
kondisinya, dan pertolongan apa yang sudah diberikan.

Gambar 2.4 Panggil ambulance/bantuan medis terdekat (Akbar, B. K., &


Hariastuti and & Wicaksana, 2022)

22
5) Lakukan pengecekan nadi pada leher (nadi karotis) dengan menggunakan 2
jari

Gambar 2.5 Melakukan pengecekan nadi karotis (Akbar, B. K.,


&Hariastuti and & Wicaksana, 2022)

6) Jika setelah dilakukan pengecekan nadi, tidak teraba nadi maka


lakukan kompresi dada / penekanan pada dada korban (hands only
cpr), dengan frekuensi 100-120 x / menit dilakukan dengan cepat
sampai penolong tiba / bantuan medis tiba.
7) Perhatikan beberapa syarat melakukan hands only CPR :
a) Kedalaman kompresi minimal 5 cm dan tidak boleh lebih dari 6 cm.
b) Beri kesempatan dada mengembang penuh dengan sendirinya.

Gambar 2.6 Posisi kompresi dada (Akbar, B. K., & Hariastuti


and &Wicaksana, 2022).

8) Setelah melakukan kompresi dada, periksa kembali nadi karotis


korban. Jika nadi sudah teraba berikan posisi pemulihan pada
korban dengan cara :
a) Meletakkan tangan kanan korban keatas
b) Tekuk kaki kiri korban

c) Kemudian, tarik korban sehingga korban miring kearah


kanan denganlengan dibawah kepala korban.

23
24
LEAFLET

25
Dokumentasi

26
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Gagal jantung merupakan gagal serambi kiri dan kanan jantung mengakibatkan
ketidakmampuan untuk memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan
dan menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sitemik.Penyebab dari gagal jantung adalah
disritmia, malfungsi katup, abnormalitas otot jantung, ruptur miokard. Dari beberpa penyebab
diatas akan menyebabkan beban kerja janung meningkat lalu otomatis akan menyebabkan
terjadinya gangguan dalam tubuh, seperti gagal popa jantung kanan dan kiri dan akan
menimbulkan masalah-masalah keperawatan. Manifestasi klinis pada gagal jantung terdapat dua
bagian yang pertama pada gagal pompa jantung kiri (Dispnu, batuk, kegelisahan dan kecemasan,
mudah lelah), yang kedua gagal pompa jantung kanan (Kongestif jaringan perifer dan visceral,
edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting, penambahan berat badan,
hepatomegali. Dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran
vena di hepar, anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam
rongga abdomen, nokturia, kelemahan). Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
gagal jantung seperti Elektro kardiogram (EKG), skan jantung, Sonogram (ekocardiogram,
ekokardiogram dopple), kateterisasi jantung, enzim hepar, rongent dada, elektrolit, oksimetri
nadi, analisa gas darah (AGD), blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin, pemeriksaan tiroid.
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan seperti terapi farmakolgi antara lain
- Glikosida jantung.
- Terapi diuretik.
- Terapi vasodilator
- Diet.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah Serangan jantung dan stroke, masalah katup
jantung, kerusakan hati, kerusakan atau kegagalan ginjal. Kemungkinan besar diagnosa yang
muncul adalah:

- Penurunan curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan kontraktilitas


miokardia, perubahan frekuensi, irama, perubahan structural (kelainan katup)

27
- Intoleran aktvitas berhubungn dengan ketidak seimbangan suplai oksigen, kelemahan
umum.
- Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penigkatan produksi ADH, resistensi
natrium dan air.
- Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya cairan antara kapiler
dan alveolus.
- Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume paru, hepatomegali,
splenomigali.
- Integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan perfusi jaringan.
- Kurang pengetahuan, mengenai kondisi, program pengobatan berhubungan dengan
kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi
jatung/penyakit/gagal.

28
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Mdikal Bedah, edisi 8, 1997, EGC, Jakarta.

Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan Keperawatan , 2000, EGC, Jakarta.

Nursalam. M.Nurs, Managemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek Keperawatan


Profesional, 2002, Salemba Medika, Jakarta

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21382/4/Chapter%20II.pdf

http://kepacitan.files.wordpress.com/2011/06/askep-gagal-jantung.pdf

http://gagal-jantung.blogspot.com/2012/08/patofisiologi-gagal-jantung.html

Wajan juni udjianti,keperwatan kardiovaskuler

29

Anda mungkin juga menyukai