Oleh :
1. Lia Harpita Sari (PO7120520004)
2. Nopita Hariani (PO7120520005)
3. Vandia Prawita (PO7120520006)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata΄ala, karena berkat rahmat -Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul pemberian Terapi Oksigen. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah keperawatan kritis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah
ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi seluruh masyarakat khususnya mahasiswa
poltekkes kemenkes palembang prodi DIII Keperawatan Lahat dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I – PENDAHULUAN
Latar Belakang.......................................................................................................................1
Tujuan Penulisan....................................................................................................................1
Definisi...................................................................................................................................2
Tujuan....................................................................................................................................2
Indikasi...................................................................................................................................3
Kontraindikasi........................................................................................................................6
Kesimpulan............................................................................................................................19
Daftar Pustaka........................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
Sering kali pada saat pasien mengeluh sesak napas, maka secara otomatis yang terpikir
adalah pemberian oksigen. Tanpa memandang ”sebetulnya” perlu atau tidaknya tindakan
tersebut dilakukan. Jikapun perlu metoda apa yang diperlukan dan berapa banyak kadar
yang harus diberikan. Oksigen (O2) merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital
dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap
kali bernapas. Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem
respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologis.
Pemberian oksigen pada pasien perlu mendapat perhatian khusus karena pada pemberian
yang tidak tepat dapat menimbulkan efek yang tidak diharapkan seperti depresi
pernapasan atau keracunan O2. Cara yang tepat pemberian oksigen adalah didasarkan
pada hasil pemeriksaan analisa gas darah (AGD) melalui penghitungan dengan
menggunakan rumus. Melalui penghitungan ini dapat ditentukan banyaknya/konsentrasi
oksigen yang diberikan serta dapat memilih alat yang dipakai dalam pemberian oksigen.
Artikel ini akan membahas mengenai terapi oksigen secara praktis.
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
6 0,60
7 0,70
Masker dengan
8 0,80
kantong reservoir
9 ≥0,80
10 ≥0,80
II.3 Indikasi
A. Pasien hipoksia
Hipoksia hipoksik merupakan masalah pada individu normal pada daerah ketinggian serta
merupakan penyulit pada pneumonia dan berbagai penyakit sistim pernafasan lainnya.
Gejala dan tanda hipoksia hipoksik:
1. Pengaruh penurunan tekanan barometer
Penurunan PCO2 darah arteri yang terjadi akan menimbulkan alkalosis respiratorik.
2. Gejala hipoksia saat bernafas oksigen
Di ketinggian 19.200 m, tekanan barometer adalah 47 mmHg, dan pada atau lebih
rendah dari tekanan ini cairan tubuh akan mendidih pada suhu tubuh. Setiap orang
yang terpajan pada tekanan yang rendah akan lebih dahulu meninggal saat hipoksia,
sebelum gelembung uap air panas dari dalam tubuh menimbulkankematian.
3. Gejala hipoksia saat bernafas udara biasa
Gejala mental seperti irritabilitas, muncul pada ketinggian sekitar 3700 m. Pada
ketinggian 5500 m, gejala hipoksia berat, dan diatas 6100 m, umumnya seseorang
hilang kesadaran.
4. Efek lambat akibat ketinggian
Keadaan ini ditandai dengan sakit kepala, iritabilias, insomnia, sesak nafas, serta mual
dan muntah. 5. Aklimatisasi
Respon awal pernafasan terhadap ketinggian relatif ringan, karena alkalosis cenderung
melawanefek perangsangan oleh hipoksia. Timbulnya asidosis laktat dalam otak akan
menyebabkan penurunan pH LCSdan meningkatkan respon terhadap hipoksia.
• Penyakit yang menyebabkan Hipoksia Hipoksik
Penyakit penyebabnya secara kasar dibagi atas penyakit dengan kegagalan organ
pertukaran gas, penyakit seperti kelainan jantung kongenital dengan sebagian besar darah
dipindah dari sirkulasi vena kesisi arterial, serta penyakit dengan kegagalan pompa
pernafasan. Kegagalan paru terjadi bila keadan seperti fibrosis pulmonal menyebabkan
blok alveoli – kapiler atau terjadi ketidak seimbangan ventilasi – perfusi. Kegagalan
pompa dapat disebabkan oleh kelelahan otot-otot pernafasan pada keadaan dengan
peningkatan beban kerja pernafasan atau oleh berbagai gangguan mekanik seperti
pneumothoraks atau obstruksi bronkhial yang membatasi ventilasi. Kegagalan dapat pula
disebabkan oleh abnormalitas pada mekanisme persarafan yang mengendalikan ventilasi,
seperti depresi neuron respirasi di medula oblongata oleh morfin dan obat-obat lain.
• Hipoksia Anemik
Sewaktu istirahat,hipoksia akibat anemia tidaklah berat, karena terdapat peningkatan
kadar 2,3-DPG didalam sel darah merah,kecuali apabila defisiensi hemoglobin sangat
besar. Meskipun demikian, penderita anemia mungkin mengalami kesulitan cukup besar
sewaktu melakukan latihan fisik karena adanya keterbatasan kemampuan meningkatkan
pengangkutan O2 kejaringan aktif.
• Hipoksia Stagnan
Hipoksia akibat sirkulasi lambat merupakan masalah bagi organ seperti ginjal dan
jantung saat terjadi syok. Hati dan mungkin jaringan otak mengalami kerusakan akibat
hipoksia stagnan pada gagal jantung kongestif. Pada keadaan normal, aliran darah ke
paru-paru sangat besar, dan dibutuhkan hipotensi jangka waktu lama untuk menimbulkan
kerusakan yang berarti. Namun, syok paru dapat terjadi pada kolaps sirkulasi
berkepanjangan,terutama didaerah paru yang letaknya lebih tinggi dari jantung.
• Hipoksia Histotoksik
Hipoksia yang disebabkan oleh hambatan proses oksidasi jaringan paling sering
diakibatkan oleh keracunan sianida. Sianida menghambat sitokrom oksidasi serta
mungkin beberapa enzim lainnya.
Hipoksemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah
arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah nilai normal (nilai normal PaO285-100
mmHg), SaO2 95%.
Keadaan hipoksemia menyebabkan beberapa perubahan fisiologi yang bertujuan untuk
mempertahankan supaya oksigenasi ke jaringan memadai. Bila tekanan oksigen arteriol (PaO 2)
dibawah 55 mmHg.kendali nafas akan meningkat, sehingga tekanan oksigen arteriol (PaO 2) yang
meningkat dan sebaliknyatekanan karbondioksida arteri (PaCO2).
- Pasien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk
mengatasi gangguan O2 melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.
- Beberapa trauma
Terapi ini diberikan dengan orang yang mempunyai gejala :
- Sianosis - Keracunan
- Hipovolemi - Asidosis
- Perdarahan - Selama dan sesudah pembedahan
- Anemia berat - Klien dengan keadaan tidak
sadar
Kriteria pemberian terapi oksigen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara dibawah ini.
1. Pemberian oksigen secara berkesinambungan (terus menerus), Diberikan apabila hasil
analisis gas darah pada saat istirahat, didapat nilai:
• PaO2 antara 56-59 mmHg atau saturasi 89% disertai kor pulmonale, polisitemia
(hematokrit >56%).
2. Pasien dengan keadaan klinik tidak stabil yang mendapat terapi oksigen perlu dievaluasi gas
darah (AGD) serta terapi untuk menentukan perlu tidaknya terapi oksigen jangka panjang.
• Pasien dengan keterbatasan jalan nafas yang berat dengan keluhan utama dispneu,
• Pasien yang menerskan merokok, karena kemungkinan prognosis yang buruk dan
dapat meningkatkan risiko kebakaran
4. Efisien,
• Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 44%,
tehnik memasukan kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, nyeri saat
kateter melewati nasofaring, dan mukosa nasal akan mengalami trauma.
• Kerugian :Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai
oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena kedalaman
kanul hanya 1/1.5 cm, tidak dapat diberikan pada pasien dengan obstruksi nasal.
Kecepatan aliran lebih dari 4 liter/menit jarang digunakan.
• Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat
menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah. Menyekap, tidak memungkinkan
untuk makan dan batuk.Bisa terjadi aspirasi bila pasien mntah. Perlu pengikat wajah,
dan apabila terlalu ketat menekan kulit dapat menyebabkan rasa pobia ruang tertutup.
Rebreathing mask
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 35 – 60% dengan aliran 6 –
15 liter/mnt , serta dapat meningkatkan nilai PaCO2. Udara ekspirasi sebagian tercampur
dengan udara inspirasi, sesuai dengan aliran O2, kantong akan terisi saat ekspirasi dan
hampir menguncup waktu inspirasi. Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong
dengan cara menutup lubang antara kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong
reservoir. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat
untuk mencegah iritasi kulit. FiO2 estimation :
• Keuntungan :Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak
mengeringkan selaput lendir.
• Kerugian : Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, kantong oksigen
bisa terlipat atau terputar atau mengempes, apabila ini terjadi dan aliran yang rendah
dapat menyebabkan pasien akan menghirup sejumlah besar karbondioksida. Pasien
tidak memungkinkan makan minum atau batuk dan menyekap, bisa terjadi aspirasi
bila pasien muntah, serta perlu segel pengikat.
E. Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing
Non rebreathing mask
Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen yang tinggi mencapai 90 % dengan
aliran 6 – 15 liter/mnt. Pada prinsipnya udara inspirasi tidak bercampur dengan udara
ekspirasi, udara ekspirasi dikeluarkan langsung ke atmosfer melalui satu atau lebih katup,
sehingga dalam kantong konsentrasi oksigen menjadi tinggi. Sebelum dipasang ke pasien isi
O2 ke dalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong dengan sungkup minimal
2/3 bagian kantong reservoir. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup
dan tali pengikat untuk mencegah iritasi kulit. Kantong tidak akan pernah kempes dengan
total. Perawat harus menjaga agar semua diafragma karet harus pada tempatnya dan tanpa
tongkat.
• Keuntungan : Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 90%, tidak mengeringkan
selaput lendir.
• Kerugian : Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah. Kantong oksigen bisa
terlipat atau terputar, menyekap, perlu segel pengikat, dan tidak memungkinkan makan,
minum atau batuk, bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah terutama pada pasien tidak sadar
dan anak-anak.
Merupakan metode yang paling akurat dan dapat diandalkan untuk konsentrasi yang tepat
melalui cara non invasif. Masker dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan aliran
udara ruangan bercampur dengan aliran oksigen yang telah ditetapkan. Masker venturi
menerapkan prinsip entrainmen udara (menjebak udara seperti vakum), yang memberikan
aliran udara yang tinggi dengan pengayaan oksigen terkontrol.
Keuntungan: Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan / tepat sesuai dengan petunjuk pada
ala : FiO2 tidak dipengaruhi oleh pola ventilasi, serta dapat diukur dengan O2 analiser,
Temperatur dan kelembaban gas dapat dikontrol, Tidak terjadi penumpukan CO2.
Kerugian : Harus diikat dengan kencang untuk mencegah oksigen mengalir kedalam mata.
• Tidak memungkinkan makan atau batuk, masker harus dilepaskan bila pasien makan,
minum, atau minum obat.
• Bila humidifikasi ditambahkan gunakan udara tekan sehingga tidak
mengganggukonsentrasi O2.
• Keuntungan : Lebih nyaman untuk anak, dapat digunakan sebagai alternatif pemberian
aerosol, dapat memberikan kelembaban yang tinggi.
• Kerusakan pada paru : Tergantung konsentrasi oksigen yang diberikan , Tergantung pada
lama pemberian
• Fibro plasia retrolental : Kebutaan pada bayi prematur yang mendapat terapi oksigen
• Atelectesia
• Tanda klinis
- Kerja nafas : RR, otot nafas tambahan, nafas cuping hidung, sianosis
• Pulse Oxymetri
Transtrakeal kateter
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Oksigen (O ) merupakan salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses
metabolismeuntuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal
elemen ini di peroleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas.
Penyampaian O ke jaringantubuh ditentukan oleh interaksi system respirasi, kardiovaskuler dan
keadaan hematologis Adanya kekurangan O ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam
proses lanjut dapatmenyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan. Klien
dalam situasi demikian mengharapkan kompetensi perawat dalaam mengenal keadaan
hipoksemia dengan segera untuk mengatasi masalah. tujuan utama pemberian O adalah
(1) untuk mengatasi keadaan Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah,
1. Astowo. Pudjo. 2005. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi. FKUI. Jakarta.
2. Ikawati, Z. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pernapasan. PDF. Rohsiswatmo, R.
2010. Terapi Oksigen Pada Neonatus. Divisi Perinatologi Ilmu Kesehatan Anak FKUI
5. Potter & Perry. 2002. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Volume 2. Edisi 4. EGC. Jakarta.