Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN

Oleh :
1. Lia Harpita Sari (PO7120520004)
2. Nopita Hariani (PO7120520005)
3. Vandia Prawita (PO7120520006)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


PRODI DIII KEPERAWATAN LAHAT
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata΄ala, karena berkat rahmat -Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul pemberian Terapi Oksigen. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah keperawatan kritis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah
ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi seluruh masyarakat khususnya mahasiswa
poltekkes kemenkes palembang prodi DIII Keperawatan Lahat dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Lahat, Oktober 2022

Penulis
i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................................................ ii

BAB I – PENDAHULUAN

Latar Belakang.......................................................................................................................1

Tujuan Penulisan....................................................................................................................1

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

Definisi...................................................................................................................................2

Tujuan....................................................................................................................................2

Indikasi...................................................................................................................................3

Kontraindikasi........................................................................................................................6

Teknik Pemberian Oksigen....................................................................................................7

Resiko Terapi Oksigen...........................................................................................................15

Menentukan Dosis pemberian Oksigen .................................................................................16

Monitoring Terapi Oksigen....................................................................................................17

BAB III – PENUTUP

Kesimpulan............................................................................................................................19

Daftar Pustaka........................................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Sering kali pada saat pasien mengeluh sesak napas, maka secara otomatis yang terpikir
adalah pemberian oksigen. Tanpa memandang ”sebetulnya” perlu atau tidaknya tindakan
tersebut dilakukan. Jikapun perlu metoda apa yang diperlukan dan berapa banyak kadar
yang harus diberikan. Oksigen (O2) merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital
dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap
kali bernapas. Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem
respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologis.

Pemberian oksigen pada pasien perlu mendapat perhatian khusus karena pada pemberian
yang tidak tepat dapat menimbulkan efek yang tidak diharapkan seperti depresi
pernapasan atau keracunan O2. Cara yang tepat pemberian oksigen adalah didasarkan
pada hasil pemeriksaan analisa gas darah (AGD) melalui penghitungan dengan
menggunakan rumus. Melalui penghitungan ini dapat ditentukan banyaknya/konsentrasi
oksigen yang diberikan serta dapat memilih alat yang dipakai dalam pemberian oksigen.
Artikel ini akan membahas mengenai terapi oksigen secara praktis.

I.2 TUJUAN PENULISAN

Tujuan Umum

Untuk Mengetahui dan memahami dasar-dasar Terapi Oksigen

Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang :

• Definisi Terapi Oksigen


• Indikasi dan kontraindikasi terapi oksigen
• Teknik Pemberian Oksigen
• Menentukan Dosis Pemberian Oksigen
• Komplikasi dalam Terapi Oksigen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui saluran
pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. (Standar Pelayanan Keperawatan di
ICU, Dep.Kes. RI, 2005)
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari yang
ditemukan dalam atmosfir lingkungan. Pada ketinggian air laut konsentrasi oksigen dalam
ruangan adalah 21 %, (Brunner & Suddarth,2001)
Sejalan dengan hal tersebut diatas menurut Titin, 2007, Terapi oksigen adalah suatu tindakan
untuk meningkatkan tekanan parsial oksigen pada inspirasi, yang dapat dilakukan dengan cara:
a. Meningkatkan kadar oksigen inspirasi / FiO2 (Orthobarik )
b. Meningkatkan tekanan oksigen (Hiperbarik)

II.2 Tujuan/ kegunaan


a. Meningkatkan konsentrasi O2 pada darah arteri sehingga masuk ke jaringan untuk
memfasilitasi metabolisme aerob
b. Mempertahankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90 % untuk :
- Mencegah dan mengatasi hipoksemia / hipoksia serta mmempertahankan oksigenasi
jaringan yang adekuat.
- Menurunkan kerja nafas dan miokard.
- Menilai fungsi pertukaran gas
Alat Aliran (L/menit) Fi O2 (fraksi oksigen inspirasi)
1 0,24
2 0,28
3 0,32
4 0,36
Kanula nasal
5 0,40
6 0,44

Masker oksigen 5-6 0,40


|
6-7 7- 0,50
8 0,60

6 0,60
7 0,70
Masker dengan
8 0,80
kantong reservoir
9 ≥0,80
10 ≥0,80
II.3 Indikasi
A. Pasien hipoksia
Hipoksia hipoksik merupakan masalah pada individu normal pada daerah ketinggian serta
merupakan penyulit pada pneumonia dan berbagai penyakit sistim pernafasan lainnya.
Gejala dan tanda hipoksia hipoksik:
1. Pengaruh penurunan tekanan barometer
Penurunan PCO2 darah arteri yang terjadi akan menimbulkan alkalosis respiratorik.
2. Gejala hipoksia saat bernafas oksigen
Di ketinggian 19.200 m, tekanan barometer adalah 47 mmHg, dan pada atau lebih
rendah dari tekanan ini cairan tubuh akan mendidih pada suhu tubuh. Setiap orang
yang terpajan pada tekanan yang rendah akan lebih dahulu meninggal saat hipoksia,
sebelum gelembung uap air panas dari dalam tubuh menimbulkankematian.
3. Gejala hipoksia saat bernafas udara biasa
Gejala mental seperti irritabilitas, muncul pada ketinggian sekitar 3700 m. Pada
ketinggian 5500 m, gejala hipoksia berat, dan diatas 6100 m, umumnya seseorang
hilang kesadaran.
4. Efek lambat akibat ketinggian
Keadaan ini ditandai dengan sakit kepala, iritabilias, insomnia, sesak nafas, serta mual
dan muntah. 5. Aklimatisasi
Respon awal pernafasan terhadap ketinggian relatif ringan, karena alkalosis cenderung
melawanefek perangsangan oleh hipoksia. Timbulnya asidosis laktat dalam otak akan
menyebabkan penurunan pH LCSdan meningkatkan respon terhadap hipoksia.
• Penyakit yang menyebabkan Hipoksia Hipoksik
Penyakit penyebabnya secara kasar dibagi atas penyakit dengan kegagalan organ
pertukaran gas, penyakit seperti kelainan jantung kongenital dengan sebagian besar darah
dipindah dari sirkulasi vena kesisi arterial, serta penyakit dengan kegagalan pompa
pernafasan. Kegagalan paru terjadi bila keadan seperti fibrosis pulmonal menyebabkan
blok alveoli – kapiler atau terjadi ketidak seimbangan ventilasi – perfusi. Kegagalan
pompa dapat disebabkan oleh kelelahan otot-otot pernafasan pada keadaan dengan
peningkatan beban kerja pernafasan atau oleh berbagai gangguan mekanik seperti
pneumothoraks atau obstruksi bronkhial yang membatasi ventilasi. Kegagalan dapat pula
disebabkan oleh abnormalitas pada mekanisme persarafan yang mengendalikan ventilasi,
seperti depresi neuron respirasi di medula oblongata oleh morfin dan obat-obat lain.

• Hipoksia Anemik
Sewaktu istirahat,hipoksia akibat anemia tidaklah berat, karena terdapat peningkatan
kadar 2,3-DPG didalam sel darah merah,kecuali apabila defisiensi hemoglobin sangat
besar. Meskipun demikian, penderita anemia mungkin mengalami kesulitan cukup besar
sewaktu melakukan latihan fisik karena adanya keterbatasan kemampuan meningkatkan
pengangkutan O2 kejaringan aktif.

• Hipoksia Stagnan
Hipoksia akibat sirkulasi lambat merupakan masalah bagi organ seperti ginjal dan
jantung saat terjadi syok. Hati dan mungkin jaringan otak mengalami kerusakan akibat
hipoksia stagnan pada gagal jantung kongestif. Pada keadaan normal, aliran darah ke
paru-paru sangat besar, dan dibutuhkan hipotensi jangka waktu lama untuk menimbulkan
kerusakan yang berarti. Namun, syok paru dapat terjadi pada kolaps sirkulasi
berkepanjangan,terutama didaerah paru yang letaknya lebih tinggi dari jantung.

• Hipoksia Histotoksik
Hipoksia yang disebabkan oleh hambatan proses oksidasi jaringan paling sering
diakibatkan oleh keracunan sianida. Sianida menghambat sitokrom oksidasi serta
mungkin beberapa enzim lainnya.
Hipoksemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah
arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah nilai normal (nilai normal PaO285-100
mmHg), SaO2 95%.
Keadaan hipoksemia menyebabkan beberapa perubahan fisiologi yang bertujuan untuk
mempertahankan supaya oksigenasi ke jaringan memadai. Bila tekanan oksigen arteriol (PaO 2)
dibawah 55 mmHg.kendali nafas akan meningkat, sehingga tekanan oksigen arteriol (PaO 2) yang
meningkat dan sebaliknyatekanan karbondioksida arteri (PaCO2).
- Pasien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk
mengatasi gangguan O2 melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.
- Beberapa trauma
Terapi ini diberikan dengan orang yang mempunyai gejala :
- Sianosis - Keracunan
- Hipovolemi - Asidosis
- Perdarahan - Selama dan sesudah pembedahan
- Anemia berat - Klien dengan keadaan tidak
sadar
Kriteria pemberian terapi oksigen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara dibawah ini.
1. Pemberian oksigen secara berkesinambungan (terus menerus), Diberikan apabila hasil
analisis gas darah pada saat istirahat, didapat nilai:

• PaO2 kurang dari 55 mmHg atau saturasi kurang dari 88%.

• PaO2 antara 56-59 mmHg atau saturasi 89% disertai kor pulmonale, polisitemia
(hematokrit >56%).
2. Pasien dengan keadaan klinik tidak stabil yang mendapat terapi oksigen perlu dievaluasi gas
darah (AGD) serta terapi untuk menentukan perlu tidaknya terapi oksigen jangka panjang.

II.4 Kontra indikasi


Tidak ada kontra indikasi absolut :
a) Kanul nasal / Kateter binasal / nasal prong : jika ada obstruksi nasal.
b) Kateter nasofaringeal / kateter nasal : jika ada fraktur dasar tengkorak kepala, trauma
maksilofasial, dan obstruksi nasal.
c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing : pada pasien dengan PaCO2 tinggi, akan
lebih meningkatkan kadar PaCO2 nya lagi.
d) Suplemen oksigen tidak direkomendasikan pada :

• Pasien dengan keterbatasan jalan nafas yang berat dengan keluhan utama dispneu,

• Pasien yang menerskan merokok, karena kemungkinan prognosis yang buruk dan
dapat meningkatkan risiko kebakaran

• Pasien yang tidak menerima terapi oksigen

Syarat-syarat Pemberian Oksigen Meliputi :

1. Dapat mengontrol konsentrasi oksigen udara inspirasi, harus dapat di kontrol

2. Tahanan jalan nafas yang rendah,

3. Tidak terjadi penumpukan CO2,

4. Efisien,

5. Nyaman untuk pasien.

II.5 Teknik Pemberian Oksigen


Dapat dibagi menjadi 2 tehnik, yaitu :
1. Sistem Aliran Rendah
Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan, bekerja dengan
memberikan oksigen pada frekuensi aliran kurang dari volume inspirasi pasien, sisa volume
ditarik dari udara ruangan. Karena oksigen ini bercampur dengan udara ruangan, maka FiO2
aktual yang diberikan pada pasien tidak diketahui, menghasilkan FiO2 yang bervariasi
tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan volume tidal klien.
a. Kateter nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara kontinyu dengan
aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%. Prosedur pemasangan kateter ini
meliputi insersi kateter oksigen ke dalam hidung sampai nasofaring. Persentase oksigen
yang mencapai paru-paru beragam sesuai kedalaman dan frekuensi pernafasan, terutama
jika mukosa nasal membengkak.

• Keuntungan Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan


berbicara, dan membersihkan mulut, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai
sebagai kateter penghisap. Dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.

• Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 44%,
tehnik memasukan kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, nyeri saat
kateter melewati nasofaring, dan mukosa nasal akan mengalami trauma.

b. Kanul nasal / kanul binasal / nasal prong.


Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu dengan aliran
1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal yaitu 24 % - 44 %.
Persentase O2 pasti tergantung ventilasi per menit pasien. Pada pemberian oksigen
dengan nasal kanula jalan nafas harus paten, dapat digunakan pada pasien dengan
pernafasan mulut.
• Keuntungan :Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan
teratur, pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, murah, disposibel, klien
bebas makan, minum, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan terasa
nyaman. Dapat digunakan pada pasien dengan pernafasan mulut.

• Kerugian :Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai
oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena kedalaman
kanul hanya 1/1.5 cm, tidak dapat diberikan pada pasien dengan obstruksi nasal.
Kecepatan aliran lebih dari 4 liter/menit jarang digunakan.

C.. Sungkup Muka Sederhana


Digunakan untuk konsentrasi oksigen rendah sampai sedang. Merupakan alat pemberian
oksigen jangka pendek, kontinyu atau selang seling. Aliran 5 – 8 liter/mnt dengan konsentrasi
oksigen 40 – 60%. Masker ini kontra indikasi pada pasien dengan retensi karbondioksida
karena akan memperburuk retensi. Aliran O2 tidak boleh kurang dari 5 liter/menit untuk
mendorong CO2 keluar dari masker.
• Keuntungan : Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula
nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlubang
besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.

• Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat
menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah. Menyekap, tidak memungkinkan
untuk makan dan batuk.Bisa terjadi aspirasi bila pasien mntah. Perlu pengikat wajah,
dan apabila terlalu ketat menekan kulit dapat menyebabkan rasa pobia ruang tertutup.

D. Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing

Rebreathing mask

Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 35 – 60% dengan aliran 6 –
15 liter/mnt , serta dapat meningkatkan nilai PaCO2. Udara ekspirasi sebagian tercampur
dengan udara inspirasi, sesuai dengan aliran O2, kantong akan terisi saat ekspirasi dan
hampir menguncup waktu inspirasi. Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong
dengan cara menutup lubang antara kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong
reservoir. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat
untuk mencegah iritasi kulit. FiO2 estimation :

• Keuntungan :Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak
mengeringkan selaput lendir.
• Kerugian : Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, kantong oksigen
bisa terlipat atau terputar atau mengempes, apabila ini terjadi dan aliran yang rendah
dapat menyebabkan pasien akan menghirup sejumlah besar karbondioksida. Pasien
tidak memungkinkan makan minum atau batuk dan menyekap, bisa terjadi aspirasi
bila pasien muntah, serta perlu segel pengikat.
E. Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing
Non rebreathing mask
Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen yang tinggi mencapai 90 % dengan
aliran 6 – 15 liter/mnt. Pada prinsipnya udara inspirasi tidak bercampur dengan udara
ekspirasi, udara ekspirasi dikeluarkan langsung ke atmosfer melalui satu atau lebih katup,
sehingga dalam kantong konsentrasi oksigen menjadi tinggi. Sebelum dipasang ke pasien isi
O2 ke dalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong dengan sungkup minimal
2/3 bagian kantong reservoir. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup
dan tali pengikat untuk mencegah iritasi kulit. Kantong tidak akan pernah kempes dengan
total. Perawat harus menjaga agar semua diafragma karet harus pada tempatnya dan tanpa
tongkat.
• Keuntungan : Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 90%, tidak mengeringkan
selaput lendir.

• Kerugian : Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah. Kantong oksigen bisa
terlipat atau terputar, menyekap, perlu segel pengikat, dan tidak memungkinkan makan,
minum atau batuk, bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah terutama pada pasien tidak sadar
dan anak-anak.

2. Sistem Aliran Tinggi


Memberikan aliran dengan frekuensi cukup tinggi untuk memberikan 2 atau 3 kali
volume inspirasi pasien. Alat ini cocok untuk pasien dengan pola nafas pendek dan pasien
dengan PPOK yang mengalami hipoksia karena ventilator.

a. Sungkup muka dengan venturi / Masker Venturi (High flow low


concentration).

Merupakan metode yang paling akurat dan dapat diandalkan untuk konsentrasi yang tepat
melalui cara non invasif. Masker dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan aliran
udara ruangan bercampur dengan aliran oksigen yang telah ditetapkan. Masker venturi
menerapkan prinsip entrainmen udara (menjebak udara seperti vakum), yang memberikan
aliran udara yang tinggi dengan pengayaan oksigen terkontrol.
Keuntungan: Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan / tepat sesuai dengan petunjuk pada
ala : FiO2 tidak dipengaruhi oleh pola ventilasi, serta dapat diukur dengan O2 analiser,
Temperatur dan kelembaban gas dapat dikontrol, Tidak terjadi penumpukan CO2.
Kerugian : Harus diikat dengan kencang untuk mencegah oksigen mengalir kedalam mata.

• Tidak memungkinkan makan atau batuk, masker harus dilepaskan bila pasien makan,
minum, atau minum obat.
• Bila humidifikasi ditambahkan gunakan udara tekan sehingga tidak
mengganggukonsentrasi O2.

b.Selang T / T piece / Briggs adaptor


Oksigen dialirkan ke humidifier, aliran harus cukup tinggi untuk menutup ventilasi pasien per
menit. Dengan Oksigen T- piece memungkinkan pelembaban untuk selang ETT ( Endo Trakeal
Tube ) atau trakeostomi.Tidak akan menimbulkan kondensasi dalam selang. Pada pemakaiannya,
kabut harus terlihat pada ekshalasi akhir. Flow rate yang direkomendasikan adalah 10 liter/menit
dengan nebuliser set untuk menjaga inspired oxygen concentration (FiO2)

C. Sungkup terbuka / Face tent


Sama dengan selang T, digunakan untuk memberikan pelembaban pada pasien di ruang
pemulihan atau setelah ekstubasi. Bila pasien merasakan masker terlalu menyekap, maka masker
wajah harus ditambahkan. Konsentrasi 40% dengan aliran 10-15 L/mnt (Hudak & Gallo,1997),
8-12 liter/menit : 28%-100%.

• Keuntungan : Lebih nyaman untuk anak, dapat digunakan sebagai alternatif pemberian
aerosol, dapat memberikan kelembaban yang tinggi.

• Kerugian :Posisi face tent sulit dipertahankan, FiO2 sulit dikontrol.

D. Collar trakeostomi Keuntungan


:

• Sama dengan selang T, Memberikan pelembaban untuk pasien dengan trakeostomi.


• Gelang – gelang adaptor mencegah bunyi gemuruh selang trakeostomi.
• Bagian depan memungkinkan penghisapan tanpa melepas masker.
• Kondensasi dalam collar dapat dialirkan ke dalam selang pasien.
Kerugian :
• Sekresi dan lapisan kulit sekitar stoma dapat menyebabkan iritasi dan infeksi.
Keamanan
II.6 Resiko Terapi Oksigen
Salah satu resiko terapi oksigen adalah keracunan oksigen. Hal ini dapat terjadi bila oksigen
diberikan dengan fraksi lebih dari 50% terus-menerus selama 1-2 hari. Kerusakan jaringan paru
terjadi akibat terbentuknya metabolik oksigen yang merangsang sel PMN dan H 2O2 melepaskan
enzim proteolotikdan enzim lisosom yang dapat merusak alveoli. Sedangkan resiko yang lain
seperti retensi gas karbondioksida dan atelektasis.
Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja pada hewan, namun juga pada bakteri,
jamur, biakan sel hewam dan tanaman. Apabila O2 80-100% diberikan kepada manusia selama 8
jam atau lebih, saluran pernafasan akan teriritasi, menimbulkan distres substernal, kongesti
hidung, nyeri tenggorokan dan batuk. Pemajanan selama 24-48 jam mengakibatkan kerusakan
jaringan paru.
Sejumlah bayi dengan sindroma gawat nafas yang diterapi dengan O2, selanjutnya mengalami
gangguan menahun yang ditandai dengan kista dan pemadatan jaringan paru (displasia
bronkopulmonal).

Hal yang harus dilaporkan dan didokumentasikan


1. Observasi dan catat terhadap penurunan kecemasan, peningkatan pengetahuan, penurunan
kelemahan, penurunan frekuensi nafas, perubahan warna kulit, peningkatan saturasi oksigen.
2. Monitor dan dokumentasikan hasil analisa gas darah dan pulse oksimetri untuk menilai
keefektifan terapi oksigen.
3. Monitor dan dokumentasikan kulit disekitar telinga, hidung , mukosa hidung terhadap iritasi.
4. Monitor dan dokumentasikan terjadinya efek samping / bahaya terapi oksigen yang lain.
5. Observasi dan catat posisi alat (kanula/masker, dll) yang tepat pada pasien .
6. Catat metode yang digunakan, berapa liter/ menit alirannya atau berapa FiO2 yang diberikan.
II.8 KOMPLIKASI

• Kerusakan pada paru : Tergantung konsentrasi oksigen yang diberikan , Tergantung pada
lama pemberian

• Efek neurologi : Kejang – kejang karena tekanan intrakranial meningkat

• Fibro plasia retrolental : Kebutaan pada bayi prematur yang mendapat terapi oksigen

II.9 TANDA DAN GEJALA KERACUNAN OKSIGEN

• Terjadi penurunan vital capacity (Vc)

• Paraesthesia, sakit sendi, mual dan muntah

• Atelectesia

• Perubahan mental dan gangguan penglihatan

II.10 MONITORING TERAPI OKSIGEN

• Tanda klinis

- Kerja nafas : RR, otot nafas tambahan, nafas cuping hidung, sianosis

- Kerja jantung : Nadi, tensi

• Pulse Oxymetri

• Analisa gas darah


• Analisa gas darah

Transtrakeal kateter

Bag Valve Mask


BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Oksigen (O ) merupakan salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses
metabolismeuntuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal
elemen ini di peroleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas.
Penyampaian O ke jaringantubuh ditentukan oleh interaksi system respirasi, kardiovaskuler dan
keadaan hematologis Adanya kekurangan O ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam
proses lanjut dapatmenyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan. Klien
dalam situasi demikian mengharapkan kompetensi perawat dalaam mengenal keadaan
hipoksemia dengan segera untuk mengatasi masalah. tujuan utama pemberian O adalah

(1) untuk mengatasi keadaan Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah,

(2) untuk menurunkan kerja nafas dan meurunkan kerja miokard


Daftar Pustaka

1. Astowo. Pudjo. 2005. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi. FKUI. Jakarta.
2. Ikawati, Z. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pernapasan. PDF. Rohsiswatmo, R.
2010. Terapi Oksigen Pada Neonatus. Divisi Perinatologi Ilmu Kesehatan Anak FKUI

RSCMk FKUI – RSCM. Jakarta.

3. Rogayah, R. 2009. The Principle Of Oxigen Therapy. Departemen Pulmonologi Dan


Respiratori FK UI. Jakarta.
4. Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi bahasa Indonesia, vol. 8.
EGC. Jakarta.

5. Potter & Perry. 2002. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Volume 2. Edisi 4. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai