Pendahuluan
Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisi elektrolit
di dalamnya tetap stabil adalah penting bagi homeostatis. Beberapa masalah klinis timbul
akibat adanya abnormalitas dalam hal tersebut. Untuk bertahan, kita harus menjaga
volume dan komposisi cairan tubuh, baik ekstraseluler (CES) maupun cairan intraseluler
(CIS) dalam batas normal. Gangguan cairan dan elektrolit dapat membawa penderita
dalam kegawatan yang kalau tidak dikelolam secara cepat dan tepat dapat menimbulkan
kematian. Hal tersebut terlihat misalnya pada diare, peritonitis, ileus obstruktif, terbakar,
atau pada pendarahan yangbanyak.
Jumlah asupan air dan elektrolit melalui makan dan minum akan dikeluarkan
dalam jumlah relatif sama. Ketika terjadi gangguan homeostasis dimana jumlah yang
masuk dan keluar tidak seimbang, harus segera diberikan terapi untuk mengembalikan
keseimbangan tersebut.
1
TBW pada orang dewasa berkisar antara 45-75% dari berat badan. Kisaran ini
tergantung pada tiap individu yang memiliki jumlah jaringan adipose yang
berbeda, yang mana jaringan ini hanya mengandung sedikitair.
TBW pada wanita lebih kecil dibanding dengan laki-laki dewasa pada umur yang
sama, karena struktur tubuh wanita dewasa yang umumnya lebih banyak
mengandung jaringanlemak.
TBW pada neonatus lebih tinggi yaitu sekitar 70-80% beratbadan
Untuk beberapa alasan, obesitas serta peningkatan usia akan menurunjkan jumlah
kandungan total airtubuh
TBW dibagi dalam 2 komponen utama yaitu cairan intraseluler (CIS) dan cairan
ekstra seluler (CES) seperti terlihat pada gambar
Body
100%
Water 60 Tissue
%(100) 40 %
Cairan intra seluler merupakan 40% dari TBW. Pada seorang laki- laki dewasa
dengan berat 70 kg berjumlah sekitar 27 liter. Sekitar 2 liter berada dalam sel darah
merah yang berada di dalam intravaskuler. Komposisi CIS dan kandungan airnya
bervariasi menurut fungsi jaringan yang ada. Misalnya, jaringan lemak memiliki jumlah
air yang lebih sedikit dibanding jaringan tubuhlainnya.
Komposisi dari CIS bervariasi menurut fungsi suatu sel. Namun terdapat
perbedaan umum antara CIS dan cairan interstitial. CIS mempunyai kadar Na +, Cl- dan
HCO3- yang lebih rendah dibanding CES dan mengandung lebih banyak ion K+ dan fosfat
serta protein yang merupakan komponen utama intra seluler.
2
Komposisi CIS ini dipertahankan oleh membran plasma sel dalam keadaan stabil
namun tetap ada pertukaran. Transpor membran terjadi melalui mekanisme pasif seperti
osmosis dan difusi, yang mana tidak membutuhkan energi sebagaimana transport aktif.
Sekitar sepertiga dari TBW merupakan cairan ekstraseluler (CES), yaitu seluruh
cairan di luar sel. Dua kompartemen terbesar dari mairan ekstrasluler adalah cairan
interstisiel, yang merupakan tiga perempat cairan ekstraseluler, dan plasma, yaitu
seperempat cairan ekstraseluler. Plasma adalah bagian darah nonselular dan terus
menerus berhubungan dengan cairan interstisiel melalui celah-celah membran kapiler.
Celah ini bersifat sangat permeabel terhadap hampir semua zat terlarut dalam cairan
ekstraseluler, kecuali protein. Karenanya, cairan ekstraseluler terus bercampur, sehingga
plasma dan interstisiel mempunyai komposisi yang sama kecuali untuk protein, yang
konsentrasinya lebih tinggi padaplasma.
Cairan transeluler merupakan cairan yang disekresikan dalam tubuh terpisah dari
plasma oleh lapisan epithelial serta peranannya tidak terlalu berarti dalam keseimbangan
cairan tubuh, akan tetapi pada beberapa keadaan dimana terjadi pengeluaran jumlah
cairan transeluler secara berlebihan maka akan tetap mempengaruhi keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh. Cairan yang termasuk cairan transseluler yaitu :Cairan serebrospinal,
cairan dalam kelenjar limfe, cairan intra okular, cairan gastrointestinal dan empedu,
cairan pleura, peritoneal, danperikardial.
Komponen cairan ekstraseluler terbagi menjadi seperti pada tabel berikut:
Komponen CES pada seorang laki-laki dewasa ( BB 70 Kg)
Cairan Berat Badan (%) Volume (%)
Cairan interstitial 15 10,5
Plasma 5 3,5
Cairan transeluler 1 0,7
Total CES 21 14,7
Berikut ini merupakan bagan perpindahan cairan nterstisiel dan plasma menurut hukum
Starling:
3
Arterialend Venousend
πp = 28 πp = 28
πi = 3
πi = 3
Pc = 15
mmHg
Pc =35
mmHg
Total
4
Kebutuhan Air dan Elektrolit
Bayi dan anak:(7)
Pada bayi dan anak sesuai dengan perhitungan di bawah ini :
Beratbadan Kebutuhan air perhari
Sampai 10kg 100 ml/kgBB
11-20kg 1000 ml + 50ml/kgBB
( untuk tiap kg diatas 10 kg)
>20 kg 1500 ml + 20ml/kgBB
( untuk tiap kg diatas 20 kg)
Kebutuhan kalium 2,5 mEq/kgBB/hari
Kebutuhan natrium 2-4 mEq/kgBB/hari
Orang dewasa:(2)
Pada orang dewasa kebutuhannya yaitu :
Kebutuhan air sebanyak 30 -50ml/kgBB/hari
Kebutuhan kalium 1-2mEq/kgBB/hari
Kebutuhan natrium 2-3mEq/kgBB/hari
5
Proses Pergerakan Cairan Tubuh
Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh melibatkan
mekanisme transport pasif dan aktif. Mekanisme transport pasif tidak membutuhkan
energi sedangkan mekanisme transport aktif membutuhkan energi. Difusi dan osmosis
adalah mekanisme transport pasif. Sedangkan mekanisme transport aktif berhubungan
dengan pompa Na-K yang memerlukan ATP.
Air melintasi membran sel dengan mudah, tetapi zat-zat lain sulit atau diperlukan
proses khusus supaya dapat melintasinya, karena itu komposisi elektrolit di dalam dan di
luar sel berbeda. Cairan intraselular banyak mengandung ion K, ion Mg dan ion fosfat,
sedangkan ekstraselular banyak mengandung ion Na dan ion Cl.
6
Tekanan osmotik suatu larutan dinyatakan dengan osmol atau miliosmol/liter.
Tekanan osmotik suatu larutan ditentukan oleh banyaknya partikel yang larut dam suatu
larutan. Dengan kata lain, makin banyak partikel yang larut maka makin tinggi tekanan
osmotik yang ditimbulkannya. Jadi, tekanan osmotik ditentukan oleh banyaknya pertikel
yang larut bukan tergantung pada besar molekul yang terlarut. Perbedaan komposisi ion
antara cairan intraseluler dan ekstraseluler dipertahankan oleh dinding yang bersifat
semipermeabel.
Kandungan air dalam tiap organ tidak seragam seperti terlihat pada tabel 3.
Tabel 3. Kandungan air dalam tiap organ1
Jaringan Presentasi Air
Otak 84
Ginjal 83
Otot Lurik 76
Kulit 72
Hati 68
Tulang 22
Lemak 10
7
Pada keadaan akut, kehilangan cairan yang cepat akan menimbulkan tanda gangguan
pada susunan saraf pusat dan jantung. Pada kehilangan cairan yang lambat, lebih
dapat ditoleransi sampai defisit volume cairan ekstraseluler yangberat.
Dehidrasi
Dehidrasi sering dikategorikan sesuai dengan kadar konsentrasi serum dari natrium
menjadi isonatremik (130-150 mEq/L), hiponatremik (<139 mEq/L) atau
hipernatremik (.150 mEq/L). Dehidrasi isonatremik merupakan yang paling sering
terjadi (80%), sedangkan dehidrasi hipernatremik atau hiponatremik sekitar 5-10%
dari kasus.
Dehidrasi isotonis (isonatremik) terjadi ketika kehilangan cairan hampir sama dengan
konsentrasi natrium terhadap darah. Kehilangan cairan dan natrium besarnya relatif
sama dalam kompartemen intravascular maupun kompartemen ekstravaskular.3
Dehidrasi hipotonis (hiponatremik) terjadi ketika kehilangan cairan dengan
kandungan natrium lebih banyak dari darah (kehilangan cairan hipertonis).
Sedangkan dehidrasi hipertonis (hipernatremik) terjadi ketika kehilangan cairan
dengan kandungan natrium lebih sedikit dari darah.3
Ditinjau dari segi banyaknya defisit cairan dan elektrolit yang hilang, maka dehidrasi
dapat dibagi atas :
1. Dehidrasi ringan (defisit4%BB)
2. Dehidrasi sedang (defisit8%BB)
3. Dehidrasi berat (defisit12%BB)
Tabel 4. Rumatan Cairan menurut rumus Hollyday-Segar3
Berat Badan Jumlah Cairan
< 10 kg 100 ml/kg/hari
11 – 20 kg 1000 ml + 50 ml/kg/hari untuk setiap kg
di atas 10 kg
> 20 kg 1500 ml + 20 ml/kg/hari untuk setiap kg
di atas 20 kg
Cara rehidrasi yaitu hitung cairan dan elektrolit total (rumatan + penggantian defisit)
untuk 24 jam pertama. Berikan separuhnya dalam 8 jam pertama dan selebihnya
dalam 16 jam berikutnya.
8
Kelebihan Volume
Kelebihan volume cairan ekstraselular merupakan suatu kondisi akibat iatrogenic
(pemberian cairan intravena seperti NaCl yang menyebabkan kelebihan air dan NaCl
ataupun pemberian cairan intravena glukosa yang menyebabkan kelebihan air)
ataupun dapat sekunder akibat insufisiensi renal (gangguan GFR), sirosis, ataupun
gagal jantung kongestif.
2. PerubahanKonsentrasi
Perubahan konsentrasi cairan tubuh dapat berupa hipernatremia atau hiponatremia
maupun hiperkalemia atau hipokalemia.
Rumus untuk menghitung defisit elektrolit :3,4
o Defisit natrium (mEq total) = (Na serum yang diinginkan – Na serum
sekarang) x 0,6 x BB(kg)
o Defisit Kalium (mEq total) = (K serum yang diinginkan [mEq/liter] – K serum
yang diukur) x 0,25 x BB(kg)
o Defisit Klorida (mEq total) = (Cl serum yang diinginkan [mEq/liter] – Cl
serum yang diukur) x 0,45 x BB(kg)
3. Perubahankomposisi
Perubahan komposisi itu dapat terjadi tersendiri tanpa mempengaruhi osmolaritas
cairan ekstraseluler. Sebagai contoh misalnya kenaikan konsentrasi K dalam darah
dari 4 mEq menjadi 8 mEq, tidak akan mempengaruhi osmolaritas cairan
ekstraseluler tetapi sudah cukup mengganggu otot jantung. Demikian pula halnya
dengan gangguan ion kalsium, dimana pada keadaan hipokalsemia kadar Ca kurang
dari 8 mEq, sudah akan timbul kelainan klinik tetapi belum banyak menimbulkan
perubahanosmolaritas.
9
Penyakit lain yang menyebabkan pemasukan dan pengeluaran tidak seimbang
( kehilangan cairan melalui muntah)
Dehidrasi
Dehidrasi merupakan keadaan dimana kurangnya terjadi kekurangan jumlah
cairan tubuh dari jumlah normal akibat kehilangan, aasupan yang tidak memadai atau
kombinasi keduanya. Menurut jenisnya dehidrasi dibagi atas;
Dehidrasihipotonik
Dehidrasihipertonik
Dehidrasiisotonik
Sedangkan menurut derajat beratnya dehidrasi yang didasarkan pada tanda interstitial
dan tanda intravaskuler yaitu ;
Dehidrasi ringan ( defisit 4% dari BB)
Dehidrasi sedang ( defisit 8% dariBB)
Dehidrasi berat ( defisit 12% dariBB)
Syok ( defisit dari 12% dariBB)
Defisit cairan interstitial dengan gejala sebagai berikut :
Turgor kulit yangjelek
Matacekung
Ubun-ubuncekung
Mukosa bibir dan korneakering
Defisist cairan intravaskuler dengan gejala sebagai berikut :
Hipotensi,takikardi
Vena-vena kolaps
Capillary refill timememanjang
Oliguri
Syok (renjatan)
Dehidrasi hipotonik ( hiponatremik )
Pada anak yang diare yang banyak minum air atau cairan hipotonik atau diberi
infus glukosa5%
Kadar natrium rendah ( <130mEq/L)
Osmolaritas serum < 275mOsm/L
Letargi, kadang- kadangkejang
10
Dehidrasi hipertonik
Biasa terjadi setelah intake cairan hipertonik ( natrium, laktosa ) selamadiare
Kehilangan air >> kehilangannatrium
Konsentrasi natrium > 150 mmol/ L
Osmolaritas serum meningkat > 295mOsm/L
Haus,irritable
Bila natrium serum mencapai 165 mmol/L dapat terjadi kejang
Berikut tabel yang menggambarkan tentang beberapa gangguanelektrolit.
Ion dan batas CES Terganggu ( mEq/L) Gejala-gejala Penyebab
normal ( mEq/L)
Natrium ( 136- 142) Hipernatremia ( >150) Haus, kulit kering Dehidrasi, kehilangan
dan mengkerut, cairan hipotonik
penurunan tekanan
dan volume darah,
bahkan kolaps
sirkulasi
Hiponatremia (<130) Gangguan fungsi Infuse atau ingesti solusi
SSP (intoksikasi air hipotonik dalam jumlah
konfusi, halusinasi, besar
kejang, koma,
kematian pada
beberapa kasus
Kalium ( 3,8-5,0) Hiperkalemia ( >8) Aritmia jantung Gagal ginjal,
berat penggunaaan diuretic,
asidosis kronik
Hipokalemia ( <2) Kelemahan dan Diit rendah kalium.
paralysis otot Ddiuretik dan
hipersekresi aldosteron
Kalsium ( 4,5-5,3) Hiperkalsemia ( >11) Konfusi, nyeri otot, Hiperparatiroid, kanker,
aritmia jantung, batu toksisitas vit. D.
ginjal, kalsifikasi suplemenkalsium
pada jaringan lunak dengan dosisyang
11
sangat berlebihan
Hipokalsemia (<4) Spasme otot, Diit yang jelek, kurang
kejang, kram usus, vitamin D, gagal ginjal,
denyut jantung yang hipoparatiroid,
lemah, aritmia hipomagnesemia
jantung, osteoporosi
Terapi Cairan
Penatalaksanaan terapi cairan meliputi dua bagian dasar yaitu ;
Resusitasicairan
Ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan tubuh, sehingga seringkali
dapat menyebabkan syok. Terapi ini ditujukan pula untuk ekspansicepat dari
cairan intravaskuler dan memperbaiki perfusi jaringan.
Terapirumatan
Bertujuan untuk memelihara keseimbangan cairan tub uh dan nutrisi yang
diperlukan oleh tubuh
Hal ini digambarkan dalam diagram berikut:
Terapi cairan
Resusitas Rumatan
12
Caitran pengganti ( replacement)
o Sekuestrasi ( cairan third space)
o Pengganti darah yanghilang
o Pengganti cairan yang hilang melalui fistel, maag slang dan drainase
Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang dapat dilakukan penghitunganuntuk
menghitung berapa besarnya cairan yang hilang tersebut :
Refraktometer
Defisit cairan : BD plasma – 1,025 x BB x 4 ml
Ket. BD plasma = 0,001
Dari serumNa+
Air yang hilang : 0,6 Berat Badan x BB (Plasma Natrium – 1 )
Ket. Plasma Na = 140
Dari Hct
Defisit plasma (ml) = vol.darah normal – (vol.darah normal x nilai Hct awal )
Hct terukur
Sementara kehilangan darah dapat diperkirakan besarnya melalui beberapa
kriteria klinis seperti pada tabel di bawah ini;
Klas I Klas II Klas III Klas IV
Kehilangan darah Sampai 750 750-1500 1500-2000 >2000
( ml)
Kehilangan darah Sampai 15% 15-30% 30-40% >40%
( %EBV)
Denyut nadi <100 >100 >120 >140
Tek. Darah Normal Normal Menurun Menurun
(mmHg)
Tek. Nadi Normal atau Menurun Menurun Menurun
(mmHg) meningkat
Frek. Napas 14-20 20-3- 30-35 >35
Produksi urin >30 20-30 5-15 Tidak ada
(ml/jam)
SSP / status Gelisah ringan Gelisah sedang Gelisah dan Bingung dan
13
mental bingung letargi
Cairan pengganti Kristaloid Kristaloid Kristaloid dan Kristaloid dan
( rumus 3 :1) darah darah
PENGERTIAN
14
SOP RESUSITASI CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan kesiapan pasien
Tahap Kerja
1. Atur posisi pasien
2. Cari dan gunakan pembuluh darah vena paling besar yang bisa
didapatkan
3. Kolaborasikan pemberian cairan kristaloid dan koloid dengan dokter,
sesuai prosedur
4. Berikan cairan intravena, sesuai prosedur
5. Ambil sample darah untuk cross- matching untuk transfuse darah,
sesuai prosedur
6. Berikan produk darah, sesuai advis
7. Pantau respon hemodinamik
8. Pantau status oksigenisasi
9. Pantau tanda kelebihan cairan
10. Pantau tanda keluaran cairan tubuh ( seperti urin, selang lambung,
drainase dan chest lube)
11. Monitor BUN, serum kreatinin, total protein, dan kadar albumin
12. Pantau adanya tanda edema paru
Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi Tindakan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan di tempat semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar keperawatan
Unit Terkait 1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Inap
3. Intensive Care Unit
4. Kamar Operasi
15