Anda di halaman 1dari 58

B.

SYOK
PENDAHULUAN

Syok merupakan sindroma klinis akibat disfungsi system


kardiovaskuler yang menyebabkan ketidak mampuan
system sirkulasi untuk memenuhi kebutuhan oksigen sel
(metabolism seluler) sehingga suplai aliran darah
kejaringan inadekuat dan kebutuhan nutrient tidak
terpenuhi mengakibatkan hasil metabolism (TOXIC
METABOLITES) tidak dapat dikeluarkan.

Syok terjadi apabila respon fisiologis tubuh untuk


PATOFISIOLOGI
Definisi cardiac output adalah volume darah permenit yang dipompa oleh
jantung, dan ditentukan oleh setiap kontraksi jantung dan stroke volume.
Karena ada kehilangan darah yang akut pada fase awal maka terjadi
peningkatan detak jantung sebagai usaha untuk menjaga output jantung

, pelepasan katekolamin – katekolamin yang akan meningkatkan tahanan


pembunuh darah perifer kemudian menstimulasi saraf simpatis sehingga
resistensi vaskuler sistemik naik (SVR) dan tekanan arteri naik (arterial
pressure). Venokontriksi kemudian preload menjadi naik.

Pada fase lanjut maka mekanisme kompensasi – gagal sehingga terjaddi


penurunan curah jantung (COP), penurunan tekanan arteri dan mikro
sirkulasi – SLUDGIN (tersumbat).

Terjadi kerusakan atau disfungsi pada tingkat seluler sehingga sel dengan
perfusi dan oksigenasi tidak adekuat tidak mendapat substrat esensial yang
sangat diperlukan untuk metabolism aerobic normal dan produksi energy.
DASAR FISIOLOGIS SYOK
Adalah perkembangan dari hipoperfusi jaringan, tidaklah sepenting perluasan
hipotensi dan atau penurunan pengantaran oksigen.
Hipoperfusi jaringan akan mengarah pada hipoksia jaringan, metabolism anaerob
dan gangguan integritas seluler. Mekanisme kompensasi pada awalnya membantu
menjaga perfusi organ vital.

Mekanisme kompensasi itu antara lain adalah :


Respon neurohumoral
Meningkatkan rangsang simpatetik, dimana hal ini akan menaikkan kontraktilitas
myocardial dan vasokonstriksi peripheral, serta melepaskan hormone – hormone
stress seperti epinefrin, glucagon, aldosteron, kortisol, dan hormone antidiuretik.
Respon metabolic
Melepaskan hormon – hormone anti insulin yang akan merangsang resistensi
insulin, hiperglikemia dan lipolisis.

Pelepasan mediator inflamasi


Menyebabkan proteolisis otot, menghasilkan asam amino yang penting untuk
menyokong sintesis protein sebagai dasar pertahanan host (misalnya reaktan –
reaktan fase akut).
Klasifikasi perdarahan :
Variable Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4

Sistolik (mmHg) >110 >100 >90 < 90

Nadi (x/menit) <100 >100 >120 >140

Nafas 16 16-20 21-26 >26

Status mental Anxious agitated Confuse Lethargic

<750ml, 750-1500ml, 1500-2000ml, >2000ml,


Kehilangan darah
<15% 15%-30% 30%-40% >40%
TIPE – TIPE SYOK :
Syok hipovolemik
Disebabkan oleh kehilangan volume akut sebesar ≥ 20%-25% dari
volume dari darah yang beredar. Penyebab dari syok hipovolemik
termasuk hemoraghic dan penumpukan cairan dalam tubuh misalnya
pada obstruksi usus.

Syok hipovolemik dikenali dari penurunan tekanan darah (Blood


pressure / BP), penurunan CO (cardiac Output), penurunan tekanan vena
sentral dan penurunan tekanan arteri pulmonal.
Berikan resusitasi cairan secara agresif jika systolic blood pressure >
100mmHg, berikan
Gejala dan tanda : kristaloid untuk pertama kali dan pemberian
transfuse jika dibutuhkan
1. Ekstremitas dingin dandan jika ada torso trauma lakukan torakotomi.
pucat
2. Takikardi dan takipnu
3. Tekanan nadi turun
4. Vena leher kolaps
5. Capillary refill jelek
Syok kardiogenik
Disebabkan oleh kegagalan utama dari jantung untuk
menghasilkan CO (kardiak output) yang adekuat.

Ini bias dikarenakan kegagalan ventrikel kiri, ventrikel kanan atau


keduanya.
Penyebab umum tersering dari syok kardiogenik adalah infark
miocard dan komplikasi akutnya, distrikmia ventrikuler, miokarditis,
kontusio kardiak dan pembedahan aorta proksimal.

Wujud fisiologis syok kardiogenik termasuk hipotensi, CO rendah


walaupun status volume adekuat, peningkatan PAP (pulmonary
arterial pressure) dan tekanan oklusi arteri pulmonal (pulmonal
artery oclusion pressure/PAOP) serta tanda – tanda klinis
hipoperfusi. [
Penatalaksanaan syok kardiogenik
harus hati – hati dalam pemberian
cairan terapi sesuai dengan penyebab
terjadinya syok kardiogenik misalnya
karena miokard infark, tamponade
jantung, dan disritmia kemudian
berikan obat inotropik, dopamine,
dobutamin, fenilefrin.
Syok distributive
Dikenali dari penurunan denyut vaskuler akibat vasodilatasi arterial, venous
pooling, redistribusi aliran darah.

Hal ini dapat dikarenakan oleh bacteria hidup dan produk mereka dalam
syok septic, mediator sindrom respon inflamasi sistemik, berbagai macam
bahan vasoaktif dalam syok anafilaktif, atau dikarenakan hilangnya denyut
vaskuler dalam syok neurogenik.

Syok distributive dikenali dari BP yang rendah dan CO yang tinggi.

Syok obstruktif
Dikaitkan dengan kesukaran mekanis pada arus balik vena dan atau aliran
arteri ke jantung. Penyebab – penyebabnya antara lain tension pneumotorax,
emboli pulmonal, pericardial tamponade, sindrom kompartemen abdominal
dan kadang – kadang ventilasi tekanan positif, positive end expiratory
pressure (PEEP) dan auto PEEP. Syok obstruktif dikenali dari penurunan BP
dan CO disertai kenaikan CVP.
Gejala dan tanda :
1.Takanan nadi ‘sempit’
2.Diaphoresis
3.Distensi vena jugularis
4.Ekstremitas dingin dan pucat
Syok vasogenik
Disebabkan oleh karena proses infeksi yang berlanjut.

Gejala dan tanda :


Flushing (warna kulit kemerahan)
Tekanan nadi ‘lebar’
Sepsis
Syok anfilaktik
Neurogenik

Penatalaksanaannya dengan pemberian cairan kristaloid


secara agresif harus dinilai keluaran urin. Keluaaran urin yang
ideal sebanyak > 3 cc/kgBB/jam, berikan antibiotic sedini
mungkin, lakukan insisi dan drainase absence, inotropik jika
perlu
Syok anafilaktik
Merupakan reaksi akut yang dimendiasi oleh immunoglobulin E (IgE)
sehingga menyebabkan lepasnya mediator dari sel mast dan basofil
ketika terjadi pemaparan kembali oleh antigen yang sebelumnya telah
tersensitisasi individu yang bersangkutan.

Penyebab umum anafilaktik termasuk antibiotic dan obat lain, agen


kontras radiografi serta latex.

Secara klinis, sindrom ini termasuk vasodilatasi dan hipotensi yang


disertai flushing, urtikaria, peningkatan permeabilitas kapiler, edema
jalan nafas dan bronkokonstriksi.

Penatalaksanaa syok anafilaktif dilakukan pemasaangan intubasi jika


perlu, berikan antihistamin atau histamine blok, kortikosteroid,
nebulizer albuterol, epinefrin sebesar 1 : 1000sc/im atau epinefrin 1 :
10.000 iv jika berat atau refrakter.
Langkah diagnostic
Dalam menilai syok yaitu dengan melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, mengidentifikasi jenis syok, kemudian
mengidentifikasi apa yang terjadi penyebab syok dan apakah
syok tersebut mengancam jiwa.

Penatalaksanaan awal dari syok diarahkan kepada pemulihan


perfusi seluler dan organ dengan darah yang dioksigenasi
dengan adekuat.

Kemudian lakukan penilaian ABC (airway-breathing-


circulating). Pemasangan intubasi jika diperlukan,
pemasangan IV line dan CVP yang merupakan prosedur
sederhana dan digunakan sebagai pedoman standart untuk
menilai kemampuan sisi kanan jantung menerima beban
cairan.
C. KERACUNAN
PENDAHULUAN
Keracunan adalah efek yang tidak diinginkan dari berbagai bahan kimia
terhadap organisme hidup. Efek yang timbul sangat bervariasi, muali
dari kematian yang sangat cepat sampai efek yang tidak diketahui
dalam beberapa bulan bahkan sampai beberapa tahun.

Efek yang tidak diinginkan bisa terjadi pada organ tertentu, bisa pada
suatu tipe sel di seluruh tubuh, bisa juga pada reaksi biokimia yang
spesifik dalam tubuh.
“All substance are poisons, there is none which is not posion. The right
dose differentiates the poison and remedy.” (Paracelcius, abad XV)

Keracunan Kronik
Mempunyai gejala yang tidak jelas seperti malaise/lemas, pucat dan
anemia. Perlu waktu lama untuk menegakkan diagnosa. Kadang tidak
terdiagnosa.
Keracunan Akut
Umumnya korban dalam keadaan gawat darurat. Setiap
petugas harus mampu memberikan pertolongan
cepat,tepat dan rasional.

Tindakan rasional yang harus dilakukan pada keracunan:


Tidak memberikan minuman susu pada pasien yang
menelan karbamat, organofosfat dan kamper. Ketiga bahan
bersifat lipolitik, mudah larut dalam susu, penyerapan
menjadi lebih cepat.
Tidak melakukan bantuan nafas dari mulut ke mulut pada
pasien yang memerlukan bantuan nafas.
Tidak melakukan tindakan rangsang muntah atau bilas
lambung pada pasien keracunan ecstasy karena pada saat
keracunan lambung sudah kosong.
BAHAN BERABAHAYA
Semua penyebab keracunan disebut bahan berbahaya:
• Pestisida (insektisida, rodentisida, fungisida), paling banyak
dilaporkan.
• Bahan kimia pertanian lainnya, contohnya pupuk urea, mempunyai
bentuk fisik serupa gula pasir.
• Bahan kimia industri. Apakah ada pabrik kimia di sekitar kita? Bila
terjadi kebocoran dan masyarakat sekitar terpapar. Harus tahu gejala
yang timbul, harus tahu tindakan pertama sebelum merujuk ke
rumah sakit. Mendekati area musibah harus searah angin, tidak boleh
melawan angin.
• Bahan kimia rumah tangga. Bahan kmia yang digunakan di rumah,
seperti detergen, pemutih pakaian, pembersihWC, antikarat, minyak
tanah, kamper,batu batere ukuran kancing, dll. Bila belanja bahan-
bahan di atas, lhat apakah bahan aktifnya dicantumkan? Apakah ada
petunjuk tindakan awal bila terpapar?
Keracunan obat (kelebihan dosis). Harus dibedakan dengan
efek samping obat, juga harus dibedakan dengan reaksi
anafilakasis.
Toksin alam
• Tumbuhan beracun :jamur,singkong,jengkol,gadung.
• Binatang berbisa: ular,kalajengking,ubur-ubur,bulu
babi,lebah,dll.
• Gas beracun gunung api: H2S,CO,CO2.
Makanan terkontaminasi bakteri yang mengeluarkan toksin;
C.botulinum, V.cholera, staphylococcus atau terkontaminasi
bahan kimia.
Bahan kimia untuk perang: gas sarin, dilarang oleh WHO tapi
ada orang yang sengaja menyimpan.
DEKONTAMINASI
Dekontaminasi adalah membuang kebanyakan
mikroorganisme patogen, atau mikroorganisme yang
menimbulkan penyakit dan material asing dari benda,
membuatnya aman untuk ditangani merupakan suatu proses
membuang atau menghancurkan zat pencemar atau zat
berbahaya lain guna mencegah mikroorganisme menjadi
infeksius.

Tujuan dekontaminasi adalah amencegah penyebaran infeksi


melalui peralatan pasien, membuang kotoran yang tampak
atau tidak tampak dengan alat desinfektan dan melindungi
petugas dan pasien dari infeksi. Sesuai dengan tujuan, secara
umum dekontaminasi dapat dilakukan dengan cara mencuci
peralatan di bawah air mengalir dengan menggunakan
detergen.
PERBEDAAN SIFAT KOROTIF DAN IRITATIF
Sifat korosif memiliki pH yang sangat rendah
(asam kuat), bentuk pelarut dalam bentuk cairan
dan konsentrasi dalam larutan semakin pekat.

Sifat iritatif memiliki pH yang tinggi (basa kuat),


bentuk pelarut dalam bentuk gas bersifat iritatif,
contoh formalin dan konsentrasi dalam larutan.
Semakin encer bersifat iritatif.

Penanganan: dengan pengenceran. Jangan


menteralkan asam dengan basa atau sebaliknya.
DEKONTAMINASI MATA
Lepas lensa kontak bila korban memakai lensa
kontak
Jangan memberikan salep mata karena salep
mata akan menutupi permukaan bola mata dan
menghalangi irigasi mata.
Cara sederhana:
1. Siapkan baskom lalu isi dengan air hangat
2. Celupkan muka korban ke dalam baskom
3. Mata dikedipkan, selama kurang lebih 15
menit.
Irigasi mata:
1. Posisi duduk dengan kepala tengadah atau
berbaring
2. Muka menoleh ke arah mata yang akan dilakukan
irigasi
3. Cairan limbah harus ditampung
4. Berikan lidocain tetes mata
5. Gunakan air hangat atau NaCl fisiologis
6. Biarkan mengalir tanpa tekanan, selama 15 menit
7. Gunakan retraktor/kelopak mata, lakukan swab
dengan kapas lidi
8. Bila mata masih pedih, kemerahan, atau ada ulkus
kornea konsulkan kepada spesialis mata
DEKONTAMINASI KULIT
1. Lepas pakaian korban, lepas arloji, perhiasan, sepatu
2. Gunakan air mengalir, hangat kuku, jangan yang panas untuk mencegah
agar ori tidak terbuka. Lamanya 15 menit
3. Bila bahan larut dalam lemak, gunakan air sabun atau isopropil alkohol
4. Bawah kuku dicuci dan disikat, rambut dicuci (keramas)
5. Bila terpapar organofosfat, boleh diberikan krim yang mengandung
vitamin E atau diberikan minyak jagung
6. Penolong harus menggunakan alat pelindung diri
 
TERPAPAR BAHAN KOROSIF
Gambaran klinis kulit atau daerah yang terkena bahan korosif berupa lesi
luka bakar, daerah dengan warna abu-abu atau kehitaman. Dikelilingi
jaringan yang oedem berwarna kemerahan dan terdapat perdarahan
maupun bulae.
DEKONTAMINASI BAHAN KOROSIF
1. Baju dicuci dulu baru dilepas
2. Pakaian melekat kulit jangan diangkat
3. Kulit penderita jangan disikat
Alat pelindung diri
1. Helm
2. Tutup muka kaca
3. Masker (SARS)
4. Jas hujan baju dan celana
5. Sarung tangan karet untuk pabrik
6. Sarung tangan ditutup lakban
7. Sepatu boot juga ditutup lakban
 
DEKONTAMINASI SALURAN NAFAS
8. Terpapar oleh asap, uap,aerosol,tepung,dll
9. Seceoatnya dikeluarkan dari daerah berbahaya
10. Tempatkan di daerah terbuka, ruangan yang banyak udara segar
11. Berikan udara lembab dengan nebulisasi
12. Bila perlu O2 berikan O2 lembab
13. Bila perlu bantuan nafas, berikan nafas buatan dengan
menggunakan valve msked bag
14. Jangan lakukan bantuan nafas dari mulut ke mulut
DEKONTAMINASI SALURAN CERNA

Pengenceran dalam Lambung:


1. Berikan susu, sangat baik karena susu mengandung protein
dan lemak yang akan melindungi mukosa usus, selain itu
karena susu juga mudah didapat.
2. Banyaknya, untuk dewasa 250cc, untuk anak-anak 100cc, bila
berlebihan akan merangsang pengosongan lambung

SUSU TIDAK BOLEH DIBERIKAN bila korban menelan organoposfat,


baygon atau kamper, karena bahan-bahan tersebut larut dalam
susu dan akan mempercepat penyerapan
Tidak boleh memberikan minum bila penderita tidak sadar, karena
dapat terjadi aspirasi (masuknya cairan ke dalam paru-paru).
Bila menelan pil dalam jumlah banyak, berikan air minum lalu
usahakan agar penderita bisa muntah / rangsang muntah.
BILAS LAMBUNG
Indikasi
Menelan bahan berbahaya dalam jumlah banyak
Bahan cepat diabsorbsi
Ada kontraindikasi rangsang muntah
Rangsang muntah tidak berhasil
Efektif dalam waktu 1 jam pertama, dapat dikerjakan dalam 12 jam
setelah menelan bahan berbahaya
Gunakan NGT no 36-40 F
Pemberian 250 cc (dewasa), 100 cc (anak), diulang-ulang sampai
jumlah mencapai 2-3 L
Penderita apatis dilakukan dengan posisi miring ke kiri
Pada penderita tidak sadar, lakukan intubasi terlebih dahulu
Dilakukan di rumah sakit oleh orang yang berpengalaman
Saat mencabut NGT harus dijepit dengan klem/pean. Cairan bilasan
lambung dalam NGT bila menetes dalam rongga mulut atau terasirasi
akan menyebabkan bronkhospasme
Kontraindikasi: bila menelan bahan korosif dan hidrokarbon.
PEMBERIAN ARANG AKTIF
Untuk mengurangi penyerapan bahan berbahaya dalam saluran
cerna
Untuk bahan berbahaya yang belum diketahui
Pemberian melalui NGT setelah bilas lambung
Dosis arang aktif 1 g/kgBB
Dicampur sorbitol 2 cc/kgBB, cara sorbitol dicampur bubuk arang
aktif
Pemberian dapat diulang tiap 2-4 jam, bila keracunan obat-obat
lepas lambat,obat sakit gula
Pemberian ulangan jangan dicampur sorbitol
Arang aktif dapat mnegakibatkan konstipasi, tidak boleh
diberikan pada penderita ileus obstruktif
Saat mencabutNGT harus dijepit dengan klem
Bila teraspirasi akan menibulkan bronkospasme
Arang aktif tidak menyerap alkohol, zat besi, lithium, asam
organik dan organoklorin
GASTROSKOPI
Bla korban menelan batere ukuran
kancing, pil KMnO4
Dilakukan oleh orang yang terlatih
Pengobatan spesifik dan antidotum
Keracunan Asam / Basa Kuat (Asam Klorida, Asam
Sulfat, Asam Cuka Pekat, Natrium Hidroksida, Kalium
Hidroksida).
Dapat mengenai kulit, mata atau ditelan.
Gejala: nyeri perut, muntah dan diare.
Tindakan :
Keracunan pada kulit dan mata :
1. irigasi dengan air mengalir
2. beri antibiotik dan antiinflamasi.
Keracunan ditelan / tertelan :
1. asam kuat dinetralisir dengan antasida
2. basa kuat dinetralisir dengan sari buah atau cuka
3. jangan bilas lambung atau tindakan emesis
4. beri antibiotik dan antiinflamasi.
Keracunan Alkohol / Minuman Keras.
Gejala : emosi labil, kulit memerah, muntah, depresi pernafasan, stupor
sampai koma.
Tindakan :
5. Bilas lambung dengan air
6. Beri kopi pahit
7. Infus glukosa : mencegah hipoglikemia.
Keracunan Arsenikum
Gejala : mulut kering, kulit merah, rasa tercekik,
sakit menelan, kolik usus, muntah, diare,
perdarahan, oliguri, syok.
Tindakan :
1. Bilas lambung dengan Natrium karbonat/sorbitol
2. Atasi syok dan gangguan elektrolit
3. Beri BAL (4-5 Kg/BB) setiap 4 jam selama 24 jam
pertama. Hari kedua sampai ketiga setiap 6 jam
(dosis sama). Hari keempat s/d ke sepuluh dosis
diturunkan.
Keracunan Tempe Bongkrek
Gejala : mengantuk, nyeri perut, berkeringat,
dyspneu, spasme otot, vertigo sampai koma.
Tindakan : terapi simptomatik.
Keracunan Makanan Kaleng (Botulisme)
Gejala : gangguan penglihatan, reflek pupil (-), disartri,
disfagi, kelemahan otot lurik, tidak ada gangguan
pencernaan dan kesadaran.
Tindakan :
1. Bilas lambung dengan norit
2. Beri ATS 10.000 unit.
3. Beri Fenobarbital 3 x 30-60 mg / oral.
Keracunan Ikan
Gejala : panas sekitar mulut, rasa tebal pada anggota badan,
mual, muntah, diare, nyeri perut, nyeri sendi, pruritus,
demam, paralisa otot pernafasan.
Tindakan : Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.
Keracunan Jamur
Gejala : air mata, ludah dan keringat berlebihan, mata miosis,
muntah, diare, nyeri perut, kejang, dehidrasi, syok sampai
koma.
Tindakan :
1. Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.
2. Injeksi Sulfas Atropin 1 mg / 1-2 jam
3. Infus Glukosa.
Keracunan Jengkol
Gejala : kolik ureter, hematuria, oliguria – anuria, muncul
gejala Uremia.
Tindakan :
1. Infus Natrium bikarbonat
2. Natrium bicarbonat tablet : 4 x 2 gr/hari
3. Keracunan Singkong
Gejala : Mual, nyeri kepala, mengantuk, hipotensi, takikardi,
dispneu, kejang, koma (cepat meninggal dalam waktu 1-15
menit).
Tindakan :
4. Beri 10 cc Na Nitrit 5 % iv dalam 3 menit
5. Beri 50 cc Na Thiosulfat 25 % iv dalam 10 menit.
Keracunan Marihuana / Ganja
- Gejala : halusinasi, mulut kering, mata midriasis
- Tindakan : simptomatik, biasanya sadar setelah
dalam 24 jam pertama

k. Keracunan Barbiturat
Gejala : mengantuk, hiporefleksi, bula, hipotensi,
delirium, depresi pernafasan, syok sampai koma.
Tindakan :
• Jangan lakukan emesis atau bilas lambung
• Bila sadar beri kopi pahit secukupnya
• Bila depresi pernafasan, beri amphetamin 4-10
mg intra muskular.
Keracunan Amfetamin
Gejala : mulut kering, hiperaktif, anoreksia, takikardi, aritmia,
psikosis, kegagalan pernafasan dan sirkulasi.
Tindakan :
• Bilas lambung
• Klorpromazin 0,5-1 mg/kg BB, dapat diulang tiap 30 menit
• Kurangi rangsangan luar (sinar, bunyi)

Keracunan Aminopirin (Antalgin)


Gejala : gelisah, kelainan kulit, laborat : agranolositosis
Tindakan :
• Beri antihistamin im/iv
• Beri epinefrin 1 %o 0,3 cc sub kutan.
Keracunan Digitalis (Digoxin)
Gejala : anoreksia, mual, diare, nadi lambat, aritmia dan
hipotensi
Tindakan :
• Propranolol
• KCl iv

Keracunan Insektisida Gol.Organofosfat (Diazinon,


Malathion)
Gejala : mual, muntah, nyeri perut, hipersalivasi, nyeri
kepala, mata miosis, kekacauan mental, bronchokonstriksi,
hipotensi, depresi pernafasan dan kejang.
Tindakan :
• Atropin 2 mg tiap 15 menit sampai pupil melebar
• Jangan diberi morfin dan aminophilin.
Keracunan Insektisida Gol.(Endrin, DDT)
Gejala : muntah, parestesi, tremor, kejang, edem
paru, vebrilasi sampai dengan kegagalan ventrikel,
koma
Tindakan :
• Jangan gunakan epinefrin
• Bilas lambung hati-hati
• Beri pencahar
• Beri Kalsium glukonat 10 % 10 cc iv pelan-pelan.
Keracunan Senyawa Hidrokarbon (Minyak Tanah,
Bensin)
Gejala :
• Inhalasi : nyeri kepala, mual, lemah, dispneu,
depresi pernafasan
Ditelan/tertelan : muntah, diare, sangat
berbahaya bila terjadi aspirasi (masuk paru).
Tindakan :
• Jangan lakukan emesis
• Bilas lambung hati-hati
• Beri pencahar
Depresi pernafasan : Kafein 200-500 mg im
Pengawasan : kemungkinan edem paru.
Keracunan Karbon Mono-oksida (CO)
Gejala : kulit dan mukosa tampak merah terang,
nyeri dan pusing kepala, dispneu, pupil
midriasis, kejang, depresi pernafasan sampai
koma.
Tindakan :
• Pasang O2 bertekanan
• Jangan gunakan stimulan
Pengawasan : kemungkinan edem otak
Keracunan Narkotika (Heroin, Morfin, Kodein)
Gejala : mual, muntah, pusing, kulit dingin, pupil
miosis, pernafasan dangkal sampai koma.
Tindakan :
• Jangan lakukan emesis
• Beri Nalokson 0,4 mg iv tiap 5 menit (atau
Nalorpin 0,1 mg/Kg BB.
• Obat terpilih Nalokson (dosis maximal 10 mg),
karena tidak mendepresi pernafasan,
memperbaiki kesadaran, hanya punya efek
samping emetik.
• Karenanya pada penderita koma tindakan
preventif untuk aspirasi harus disiapkan.
Keracunan Formalin
Gejala :
Inhalasi : iritasi mata, hidung dan saluran nafas,
spasme laring, gejala bronchitis dan pneumonia.
Kulit : iritasi, nekrosis, dermatitis.
Ditelan/tertelan : nyeri perut, mual, muntah,
hematemesis, hematuria, syok, koma, gagal
nafas.
Tindakan : bilas lambung dengan larutan
amonia 0,2 %, kemudian diberi minum norit /
air susu
Keracunan Pada Gas
PENDAHULUAN
Efek gas terhadap sistem respirasi tergantung
dari kelarutan gas dalam air. Ada 3 golongan
gas yaitu
1. Mudah larut dalam air. Gas iritan primer
2. Kelarutan sedang dalam air. Gas irirtan
sekunder
3. Sulit larut dalam air. Gas iritan tersier.
GAS IRITAN PRIMER
Gas yang mudah larut dalam air, sehingga udah menempel pada
mukosa yang basah dan pada kulit yang berkeringat.

Pada mata ditandai denganmata pedih dan lakrimasi. Pada saluran


nafas atas ditandai dengan hidung terasa pedih, hipersekresi,
bersin. Sedangkan pada mult, tenggorok, trakea ditandai dengan
batuk, hipersekresi tenggorok dan nyeri menelan.

pada saluran nafas bawah dapat terjadi bronkospasme yang


ditandai rasa tercekik, sulit bernafas, suara pernafasan stridor-
mengi, nafas cuping hidung, retraksi suprasternal, retraksi
interkostal dan retraksi epogastrium, terakhir pada paru-paru
terjadi oedema paru, ditandai dengan sesak nafas dan ronkhi
basah halus pada auskultasi.
Termasuk golongan iniamonia, H2S, formalin, klorin, gas air mata.
GAS IRITAN SEKUNDER
Kelarutan sedang di dalam air. Tidak memberikan
tanda awal seperti lakrimasi, hipersekresi hidung
dan tenggorok, bersin, batuk maupun nyeri
menelan.

Secara tiba-tiba terjadi bronkospasme. Penderita


merasa sesak, disertai stridor-mengi, pernafasan
cuping hidung, retraksi suprasternal, retraksi
interkostal dan epigastrium. Bila dibiarkan timbul
edema paru.
Yaitu: akrolein, bromin, iodin,fluorin.
GAS IRITAN SEKUNDER
Tidak mudah larut dalam air. Tidak memberikan
gejala awal seperti lakrimasi, bersin, batuk,
nyeri menelan maupun gejala bronkospasme.
Langsung terjadi edema paru pada 12-24 jam.
Ditandai dengan sesak nafas. Pada auskultasi
terdengar ronkhi basah halus.
Yaitu: nitrat oksida, nitrogen dioksida, fosgen,
ozon.
HIPOKSIA DAN ASFIKSIA
Hipoksia sederhana (simple asphyxia)
Kadar CO2 berlebihan dalam udara sehingga mendesak O2.
Kandungan O2 tipis sehingga menyebabkan hipoksia.

Hipoksia kimiawi (chemical asphyxia)


Terjadi bronkospasme akibat gas iritan primer,sekunder dan
akibat uap besi yang dialami tukang las. Keadaan metal
fumes fever ditandai batuk, demam dan sesak pada malam
hari.

Hipoksia biokimia (biochemical asphyxia)


Karboksi hemoglobin pada keracunan CO. Methemoglobin
pada keracunan nitrit.
Hipoksia jaringan (celluler asphyxia)
Enzim peroksidase di dalam sel mempunyai peran
penting dalam metabolisme aerob, diikat oleh zat
toksik. Contoh pada keracunan CO, sianida,nitrit,H2S.

Campuran beberapa keadaan di atas


Contoh H2S, bersifat sebagai gas iritan primer,
mempunyai efek seluler hipoksia dan menekan pusat
pernafasan. H2S tercium bila kaadar kurang dari 1 pp,
(1 g/m3 udara). Kadar di atas 150 ppm akan
menyebabkan kelumpuhan nervus olfaktorius.
PENGARUH TERHADAP SISTEM RESPIRASI
Hipoksia sederhana
Bronkospasme
Edema paru
Aspirasi pneumonia
Kelumpuhan otot nafas
Depresi pusat pernafasan
Gangguan transport O2
Hipoksia seluler
Hipoksia sederhana
Pada keadaan CO2 berlebih, mendesak O2. Dalam 1 jam
orang mengeluarkan 4L CO2. Bronkospasme pada keracunan
dapat disebabkan oleh gas iritan primer dan sekunder,
organofosfat dan karbamat, uap besi, aspirasi lambung,reaksi
alergi dan aspirasi arang aktif.

Penatalaksanaan bronkospasme akibat gas iritan


Berikan O2 lembab
Nebulasi dengan 2,5 cc metaproterenol 5%
Bila tidak berhasil berikan aminofilin 5 mg/KgBB iv, 30 menit
Bronkosasme akibat organofosfat dan karbamat
Patomekanisme
Di dalam neuromuscular junction, impuls dari ujung saraf
diteruskan ke reseptor pada otot, oleh asetil kolin (Ach).
Selanjutnya Ach dipecah oleh enzim asetilkoline esterase
9AcheE). Pada keracunan organofosfat dan karbamat, AchE
diikat oleh prganofosfatnatau karbamat, pemecahan Ach
terhambat, Ach berlebih, impuls tidak berhenti.
Ada 3 efek akibat Ach yang berlebihan, yang mengakibatkan
Efek muskarinik pada susunan saraf otonom
Efek nikotinik pada otot lurik
Efek pada SSP
Gejala pada efek muskarinik, yaitu berkeringat, pin point pupil,
hipersalivasi, brokorea,bronkospasme,brakikardi,keram usus
atau diare, anuri.
Penatalaksanaan
Sulfas atropin 2 mg (1 mg – 5 mg) iv (dewasa), 0,05
mg/KgBB iv (anak). Diulang tiap 15 menit sampai
hipersalivasi dan brakikardi menghilang. Pin point
pupil tidak dipakai sebagai patokan.
Observasi selama 12 jam, bila timbul tanda kegawatan
pemberian sulfas atropin diulang kembali.
Pada keadaan sumbatan jalan nafas berat, sulfas
atropi diberikan tiap menit sampai
Gejala pada efek nikotinik yaitu ditandai brakikardi diikuti
takikardi, terjadi kelumpuhan otot lurik. Ancaman jiwa timbul
bila terjadi kelumpuhan otot nafas.
Terdapat pada organofosfat golongan sedang dan kuat.
Penatalaksanaan
Berikan Pralidoxime (protopam , 2-PAM), dosis 1-2 g (dewasa),
20-40 mg/KgBB iv dalam 5-10 menit, atau diberikan emlalui infus
dalam 100 cc NaCl atau anak-anak 1-2 cc cairan/KgBB dalam 15-
30 menit.
Bronkospasme akibat alergi
Ada riwayat mendapat pengobatan tertentu dan ada riwayaat
alergi. Biasanya didahului gejala prodromal, seperti gatal di
palatum, gatal pada bola mata, bersiin, telinga berdengung, dada
teraasa tertekan. Lalu timbul urtika, rhinitis, konjungtivitis, suara
serak, nyeri menelan, palpitasi,nyeri perut, mual. Selanjutnya
timbul bronkospasme atau syok anafilaktik.
Penatalaksanaan
Pertahankan jalan nafas
Epinefrin, dewasa 0,05-0,1 mg/kgBB iv, bolus . anak-
anak 0,1 mg/kgBB, maksimum 5 mg.
Aminofilin, dewasa 240 mg iv selama 10-20 menit.
Anak-anak 5-7 mg/KgBB. Pemberian diulang tiap 6
jam sampai gejala hilang.
Antihistamin, dewasa difenhidramin 25-50 mg iv,
anak-anak 1,25 mg/kgBB atau klorfeniranim 0,25
mg/KgBB
Kortikosteroid, dewasa hidrokortison 100 mg atau
deksa metason 8-20 mg iv. Anak-anak hidrokortison
100 mg atau metilprednisolon 20-40 mg iv.
ASPIRASI PNEUMONIA
Disebabkan oleh metan,
propan,nitrogen,hidrokarbon aliatik (gasolin, minyak
tanah,terpentin), hidrokarbon aromatik (toluen).
Penatalaksanaan dengan memberikan 02 lembab.
Pemberian antibiotika sesuai indikasi.

EDEMA PARU
Disebabkan oleh gas iritan tersier. Penatalaksanaan
dengan menggunakan ventilator PEEP, hindari
pemberian cairan berlebih.
KELUMPUHAN OTOT NAFAS
Disebabkan oleh organofosfat golongan kuat dan
sedang, bisa ular yang bersifat neurotoksik, toksin
botulismus, striknin.
Penatalaksanaan
Bantuan nafas dengan ventilator
Pada keracunan organofosfat berikan sulfas atropin
Kasus gigitan ular berikan antibisa ular.
DEPRESI PUSAT PERNAFASAN
Disebabkan oleh opiat, barbiturat,H2S, hipnotik sedatif,
siklik antidepressan, klonidin, obat-obat simpatolitik,
etanol dan metanol. Penatalaksanaan dengan ABC,
resusitasi,nafas buatan dengan ventilator.
Khusus keracunan opiat
Nilai apakah ada depresi pernafasan, respirasi < 12x/menit.
Bila respirasi > 12x/menit berikan Naloxone, mulai dengan
dosis 0,4 mg iv.
Bila belum sadar berikan lagi 2 mg iv tiap 2 menit sampai
jumalh 10 mg
Bila respirasi < 12x/menit naloxone dimulai degan dosis 2
mg. Dapat diulang tiap 2 menit sampai jumlah 10 mg.
5. Contoh Soal dan Penugasan
SKENARIO KASUS :
Pasien wanita umur 25 tahun dibawa ke UGD karena
badannya lemah, muka pucat, akral dingin, dan
muntah-muntah. Beberapa jam yang lalu, pasien
menghadiri sebuah pesta perkawinan dan
menyantap hidangan yang disediakan. Beberapa
tamu yang lain juga merasakan sakit perut dan
muntah-muntah sehingga dibawa ke rumah sakit.
Nadi pasien teraba sangat lemah dan pasien tidak
kooperatif ketika diajak bicara.
Sasaran belajar :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi,
patofisiologi, dan faktor resiko beberapa jenis
syok; hipovolemik, kardiogenik, anafilaksis, septik,
neurogenik, dan syok listrik.
2. Mampu menguraikan anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang, (tanda dan
gejala) ,diagnosis banding dan prognosis syok.
3. Mampu menjelaskan penatalaksanaan beberapa
jenis syok.
4. Mampu menjelaskan etiologi, mekanisme,
patofisiologi kasus skenario.

Anda mungkin juga menyukai