1. DEFENISI
Syok adalah kondisi kehilangan volume darah sirkulasi efektif. Kemudian diikuti perfusi jaringan dan
organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan metobolik selular. Pada beberapa situasi
kedaruratan adalah bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan syok. Seseorang dengan cedera harus
dikaji segera untuk menentukan adanya syok. Penyebab syok harus ditentukan ( hipovolemik,
kardiogenik, neurogenik, atau septik syok). Hipovolemia adalah penyebab syok paling umum.
PATOSIOLOGI
Syok dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebab, perfusi jaringan yang tidak adekuat:
Syok hipovolemik: perfusi jaringan yang tidak adekuat akibat volume sirkulasi yang tidak adekuat.
Syok kardiogenik: perfusi jaringan yang tidak adekuat akibat kegagalan pompa jantung.
Syok distributive: perfusi jaringa yang tidak adekuat yang dihasilkan dari distribusi yang tidak normal
pada darah.
Syok obstruktif: perfusi jaringan yang tidak adekuat akibat obstruksi aliran darah.
Serangkaian proses fisiologis dan proses penurunan kondisi klinis secara drastic yang sama terjadi pada
semua jenis syok. Ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh akan oksigen dan supply oksigen ke
seluruh jaringan akan mengakibatakan gangguan metabolisme, pada tingkat sel. Serangkaian proses
fisiologis yang fatal mengakibatkan terjadinya kondisi sebagai berikut:
Akumulasi racun (toxin) dan produk pembuangan sel yang berdampak pada injury, inflamasi, dan
kematian sel.
Metabolism anaerobic yang menyebabkan produksi asam laktat dan produksi hanya 8 molekul
adenosine trifosfat (ATP) (pada kondisi sebaliknya, dengan metabolisme aerobic diproduksi 30
molekul ATP).
Thrombosis mikrovaskular dan penurunan dari factor pembeku (clotting factors).
Hasil akhirnya adalah kegagalan pada multiple organ dan kematian yang tidak dapat dihindari tiba-tiba
pada pasien.
TAHAPAN SYOK
Perkembangan fisiologis syok dapat dikategorikan menjadi tiga tahap: Terkompensasi atau
Compensated, Tidak terkompensasi/Uncompensated (progresif), dan irrevesable atau syok yang sulit
dipulihkan (sulit diatasi atau refractory).
Syok Terkompensasi (Compensated Shock)
pada tahap terkompensasi, presentasi klinis dari syok mencerminkan respons system saraf simpatik
terhadap penurunan perfusi jaringan. Mekanisme kompensasi biasanya cukup efektif dan dokter/klinisi
mungkin tidak mengenali perkembangan syok. Tabel 20-1 menggambarkan respons fisiologis yang
terlihat selama syok terkompensasi.
Syok Tidak Terkompensasi (Uncompesated Shock)
Ketika mekanisme kompensasi tidak lagi mampu mempertahankan perfusi jaringan adekuat, kondisi
klinis pasien mulai memburuk. Tanda dan gejala menunjukkan kegagalan mekanisme kompensasi dan
pergeseran kondisi syok ketahap lanjut. Perubahan ini dijelaskan pada tabel 20-2.
Syok Sulit Dipulihkan (Irreversible Shock)
Syok irreversible, atau refractory (sukar dipulihkan) adalah fase syok yang menunjukkan perubahan syok
ketahap lanjut di mana terjadi kematian sel, jaringan, dan kematian organ. Pasien dengan syok
irreversible mengalami disfungsi multiple organ, tidak responsive bahkan terhadap treatment yang
agresif, dan dampaknya kematian yang tidak terhindarkan.
JENIS SYOK
Syok hipovolemik
Syok hipovolomik mengacu pada suatu kondisi dimana darah, plasma, atau kehilangan cairan
menyebabkan penurunan volume sirkulasi darah dan cardiac output. Hal ini menyebabkan kegagalan
multiorgan karena perfusi jaringan yang tidak adekuat.
Etiologi
Penyebab umum syok hipovolemik meliputi berikut ini:
Trauma tajam
Cedera organ padat internal dan perdarahan
Rupture aneurisma abdomen
Perdarahan gastrointestinal berat
Plasenta previa dan solusio plasenta
Rupture tuba falopi sekunder pada kehamilan ektopik
Pancreatitis akut
Asites
Luka bakar yang luas
Muntah-muntah hebat atau diare hebat
Tanda dan gejala
Pada syok hipovolemik, ukuran kompartemen vaskulin tetap tidak berubah sedangkan volume cairan
berkurang. Penurunan volume intravascular sebagai akibat penurunan darah vena (venous return) ke
jantung (preload) diikuti oleh penurunan stroke volume dan cardiac output. Rangkaian ini menunjukkan
penurunan perfusi jaringan dan gangguan metabolism sel. Gambar 20-1 mengilustrasikan alur terjadinya
syok hipovolemik.
Tubuh merespons terhadap perdarahan akut dengan mengaktifkan semua system fisiologis mayor.
Tingkat keparahan dari presentasi klinis dan intervensi yang diperlukan, sebgaian besar ditentukan oleh
jumlah cairan yang hilang atau bergeser dari ruang intravascular karena cedera. Kehilangan cairan dapat
diperkirakan dengan jenis injury. Tabel 20-3 berisi perkiraan kehilangan darah menurut lokasi injury.
Estimasi kehilangan volume dan penilaian tanda-tanda vital, produksi urine, dan status mental akan
membantu pemberi layanan kesehatan (perawat dan dokter) dalam menentukan tingkat keparahan
syok hipovolemik. Usia dan kondisi medis sebelumnya juga berperan dalam keparahan
Perdarahan atau penurunan volume cairan intravascular
Pelepasan ADH
Antigen re-exposure
Angioderma
Urtikaria
Kongesti paru
Penangkapan pernapasan
Gagal jantung
Syok Neurogenik
Syok neurogenik di klasifikasikan sebagai syok distributive karena terjadinya vasodilatasi hebat sebagai
akibat dari hilangnya output simpatik. Tanpa efek vasokonstriksi dari system saraf simpatik, terjadi
penurunan sistematik vascular resistensi (afterload), penurunan curah jantung, dan perfusi jaringan
yang tidak adekuat. Tanpa respons simpatik, tubuh tidak mampu mengkompensasi penurunan curah
jantung dengan peningkatan denyut jantung atau vasokontriksi perifer.
Etilogi
Penyebab umum syok neurogenik meliputi berikut ini:
Cedera medulla spinalis, khususnya yang melibatkan cervical vertebrae (tulang belakang leher)
atau vertebra toraks (tulang belakang toraks)
Anestesi spinal
Depresi pusat vasomotor dari trauma kepala
Tanda dan Gejala
Bradikardia
Hipotensi (tekanan darah sistolik < 90 mm Hg atau lebih rendah 30 mm Hg dari baseline)
Kulit dapat menjadi hangat, kering, dan memerah dengan nadi cepat.
Intervensi Terapeutik
Mengatasi ABC adalah prioritas pasien dengan cedera tulang belakang dan untuk mencegah
syok neurogenik tahap lanjut, juga untuk mencegah cedera sekunder pada saraf akibat
hipoperfusi dan hipoksia jaringan.
Resusitasi jaringan untuk meningkatkan volume intravascular.
Pemberian vasopressor untuk vasokonstriksi pembuluh darah dan meningkatkan BP.
Atropine bisa diperlukan untuk meningkatkan HR atau denyut jantung.
Penggunaan kortikosteroid dosis tinggi tidak dianjurkan.
Syok Obstruktif
Pada syok obstruktif, curah jantung dan sekaligus perfusi jaringan tidak adekuat karena adanya
resistensi untuk pengisian ventrikel. Obstruksi, umumnya karena factor eksternal jantung itu sendiri,
menghambat aliran balik vena selama waktu pengisian diastolic jantung. Jika obstruksi tersebut ekstrim,
fungsi sistolik juga dapat terganggu.
Etiologi
Penyebab syok obstruktif meliputi berikut ini:
Tamponade pericardial
Tension pneumothorax
Embilo paru
Silahkan lihat bab yang relevan untuk informasi lebih lanjut tentang kondisi yang membahayakan.
Intervensi Terapeutik
Manajemen syok obtruktif berfokus pada mengatasi ABC, mengidentifikasi penyebab syok, dan
menghilangkan sumber obstruksi
Pericardial Temponade (lihat bab 37)
Pericardiocentesis segera
Intervensi bedah untuk perbaikan jantung
Tension Pneumothorax (lihat bab 37)
Pemasangan jarum (needle) thoracostomy segera
Pemasangan chest tube
Emboli Paru (lihat bab 18)
Antikoagulan intravena
Trombolitik pada situasi tertentu
HAL PENTING PADA RESUSITASI SYOK
Terlepas dari jenis syok, tujuan manajemen adalah untuk mengembalikan perfusi jaringan tidak adekuat.
Keberhasilan resusitasi pasien syok diantaranya adalah:
MAP lebih besar dari 60 sampai 70 mm Hg.
CVP 8 sampai 12 mm Hg.
Output urine dari 0,5 mL/kg per jam atau 30 sampai 60 mL per jam.
Normalisasi tingkat laktat serum.
SvO2 65% sampai 75%
Tekanan darah sistolik lebih besar dari 90 mm Hg.
TABEL 20-1 RESPONS FISIOLOGIS SELAMA SYOK TERKOMSENSASI
FISIOLOGIS RESPONS
Sistem saraf simpatis (SNS)
Baroreceptors mengaktifkan SNS yang dipicu oleh Peningkatan denyut jantung
penurunan tekanan Peningkatan kontraksi jantung
Pelepasan epinephrinedan norepinephrine Peningkatan tekanan darah
Vasokontriksi meredistribusi darah ke jantung dan otak
System Renin-Angiotensin-Aldosterone
Aliran darah menurun ke ginjal akan mengaktifkan sekresi Penurunan output urine
angiotensi I Peningkatan tonus pembuluh darah dan
Angiotensi I diubah menjadi angiotensi II di paru-paru volume darah
Angiotensi II mengakibatkan vasokontriksi dan pelepasan Tekanan darah meningkat
aldosteron dari adrenal Peningkatan darah kembali ke jantung
Aldosteron meningkatan natrium dan air reabsorbsi di Peningkatan curah jantung
tubulus
FISIOLOGIS RESPONS
Perubahan pemeabilitas kapiler
Kebocoran cairan dan protein dari ruang Edema
vascular ke dalam ruang interstitial Penurunan volume intravascular yang menyebabkan
penurunan tekanan darah dan perfusi jaringan
Insufficiency respiratory
Edema intersisial paru Peningkatan laju pernafasan atau takipnea
Ventilasi dan perfusi Ronki seluruh bidang paru-paru
Dyspnea
Cardiac depression
Penurunan aliran balik vena ke jantung Tekanan darah menurun
Penurunan curah jantung dan iskemi organ vital Peningkatan denyut jantung
Penurunan denyut perifer
Distrimia jantung
Hipoperfusi jaringan
Vaskontriksi menyebabkan iskemia dari organ Penurunan output urine
non-vital, ginjal, usus, dan kulit Peningkatan serum laktat
SvO2<65%
Peningkatan deficit basah
Kulit dingn, kualitas denyut perifer berkurang, kapiler
refill berkurang
Respons neurogenik
Aliran darah ke otak berkurang Perubahan status mental
Penatalaksanaan Kedaruratan.
1. Pastikan jalan nafas pasien dan nafas dan sirkulasi dipertahankan. Beri bantuan ventilator
tambahan sesuai kebutuhan.
2. Perbaiki volume darah sirkulasi dengan panggantian cairan dan darah cepat sesuai ketentuan
untuk mengoptimalkan preload jantung, memperbaiki hipotensi, dan mempertahankan perfusi
jaringan.
a. Kateter tekanan vena sentral dimasukkan di dalam atau di dekat atrium kanan untuk
bertindak sebagai penunjuk penggantian cairan. Pembacaan tekanan Vena Central Continu
(CVP) memberi petunjuk dan derajat perubahan dari pembacaan data dasar, kateter juga
sebagai alat untuk penggantian volume cairan darurat.
b. Jarum atau kateter IV diameter besar dimasukkan ke dalam vena perifer. Dua atau lebih
kateter mungkin perlu untuk penggantian cairan cepat dan pengembalian ketidakstabilan
hemodinamik; penekanan pada penggantian volume.
1. Buat jalur IV di kedua ekstremitas atas dan bawah jika dicurigai bahwa pembuluh utama
di dada atau abdomen telah terganggu.
2. Ambil darah untuk specimen: gas darah arteri, pemeriksaan kimia, golongan darah dan
pencocokan silang, dan hematokrit.
3. Mulai infuse IV dengan cepat sampai CVP meningkat pada tingkat yang memuaskan di atas
pengukuran dasar atau sampai terdapat perbaikan pada kondisi klinis pasien.
a. Infuse larutan ringer laktat digunakan pada awal penanganan karena cairan ini mendekati
komposisi elektrolit plasma, begitu juga dengan osmolalitasnya, sediakan waktu untuk
pemeriksaan golongan darah dan pencocokan silang, perbaiki sirkulasi, dan bertindak
sebagai tambahan terapi komponen darah.
b. Mulai transfusi terapi komponen darah sesuai program, khususnya saat kehilangan darah
telah parah atau ketika pasien terus mengalami hemoragi.
c. Control hemoragi; hemoragi menyertai status syok. Lakukan pemeriksaan hematokrit seri
bila dicurigai berlanjutnya perdarahan.
d. Pertahankan tekanan darah sistolik pada tingkat yang memuaskan dengan member cairan
dan darah sesuai ketentuan.
4. Pasang keteter urine tidak menetap; catat haluaran urine setiap 15-30 menit, volume urine
menunjukkan keadekuatan perfusi ginjal.
5. Lakukan pemeriksaan fisik cepat untuk menetukan penyebab syok.
6. Pertahankan surveilens keperawatan terus menerus terhadap pasien total – tekanan darah,
denyut jantung, pernafasan, suhu kulit, warna, CVP, EKG, hematokrit, Hb, gambaran koagulasi,
elektrolit, haluaran urine – untuk mengkaji respons pasien terhadap tindakan. Pertahankan
lembar alur tentang parameter ini; analisis kecenderungan menyatakan perbaikan atau
penyimpangan pasien.
7. Tinggikan kaki sedikit untuk memperbaiki sirkulasi serebral lebih baik dan mendorong aliran
darah vena kembali ke jantung (posisi ini kontraindikasi pada pasien dengan cedera kepala).
Hindarkan gerakan yang tidak perlu.
8. Berikan obat khusus yang telah diresepkan (mis, obat inoptropik seperti dopamine) untuk
menigkatkan kerja kardiovaskuler).
9. Dukung mekanisme defensive tubuh.
a. Tenangkan dan nyamankan pasien; sedasi mungkin perlu untuk menghilangkan rasa
khawatir.
b. Hilangkan nyeri dengan kewaspadaan penggunaan analgesic atau narkotik.
c. Pertahankan suhu tubuh.
1. Terlalu panas menimbulkan vasodilatasi, yang merupakan mekanisme kompensasi
tubuh dari vasokonstriksi dan meningkatnya kehilangan cairan karena perspirasi.
2. Pasien yang mengalami syok septic harus dijaga tetap dingin; demam tinggi
meningkatkan efek metabolic selular terhadap syok.