Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

“Katarak”

Dosen pembimbing:

Ns. Ali Akbar,M. Kep

Disusun Oleh :

Jabalul rahamn (821181007)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROPESI NERS

STIKES YARSI PONTIANAK

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “medical bedah III “dengan
baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini amungkin ada hambatan,
namun berkat bantuan serta dukungan dari teman-teman dan bimbingan dari dosen
pembimbing. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dengan
adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak, atas bantuan serta dukungan dan doa nya,
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat mengetahui tentang profesi keperawatan. Kami mohon maaf
apabila makalah ini mempunyai banyak kekurangan, karena keterbatasan penulis yang
masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang
sifatnya membangun, sangat diharapkan oleh kami dalam pembuatan makalah
selanjutnya. Semoga makalah sederhana ini bermanfaat bagi pembaca maupun kami.

Pontianak, 9, Oktober, 2020

Penyusun

i
Daftar Isi

BAB I...........................................................................................................................................1
Pendahuluan.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan............................................................................................................2
C. Metode Penulisan...........................................................................................................2
D. Sistematika penulisan.....................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................3
Tinjauan pustaka.......................................................................................................................3
A. Konsep dasar keperaatan..............................................................................................3
B. Klasifikasi........................................................................................................................4
C. Etiologi............................................................................................................................5
D. Factor resiko...................................................................................................................6
E. Patofisiologi.....................................................................................................................7
F. Pathway...........................................................................................................................8
G. Manifestasi klinis..........................................................................................................10
H. Pemeriksaan dianostik.................................................................................................10
I. Penatalaksanaan medis................................................................................................11
J. Asuhan keperawatan....................................................................................................13
BAB III......................................................................................................................................25
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)............................................................................25
BAB IV......................................................................................................................................30
EVIDENCE BASE PRACTICE..............................................................................................30
BAB V.......................................................................................................................................32
PENUTUP.................................................................................................................................32
A. Kesimpulan...................................................................................................................32
B. Saran.............................................................................................................................32
Daftar Pustaka......................................................................................................................33

ii
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan
pengli- hatan. Penyakit katarak disebabkan oleh lensa mata buram dan tidak
elastis. Hal ini terjadi akibat terjadi pengapuran pada lensa mata sehingga daya
penglihatan mata berku- rang. Proses alami metabolisme, yaitu radikal bebas
juga dapat menyebabkan kerusakan lensa mata (Yasmen, 2017:22)
Menurut data dari World Health Organization (2004) diseluruh dunia
sebagian besar katarak terjadi akibat dari proses penuaan dan merupakan
penyebab utama angka kebutaan yaitu 47,8%. Di negara-negara berkembang
katarak masih menjadi tantangan utama dalam menghadapi jumlah kebutaan
selain akibat proses penuaan lain seperti penyakit glaukoma yang juga
mengakibatkan angka kebutaan 12,3% di dunia. Menurut James (2006),
sebagian besar katarak timbul pada usia lanjut akibat pajanan kumulatif terhadap
pengaruh lingkungan dan pengaruh lainnya seperti merokok, radiasi ultraviolet,
dan peningkatan kadar gula darah. Sejumlah kecil berhubungan dengan penyakit
mata atau penyakit sistemik spesifik dan juga memiliki mekanisme
fisikokimiawi yang Digital Repository Universitas Jember 2 jelas dan beberapa
diantaranya bersifat kongenital dan dapat diturunkan. (Ilyas, 2010).
Berdasarkan data menurut WHO (dalam Kementrian Kesehatan RI,
2014), terdapat 285 juta penduduk di dunia mengalami gangguan penglihatan,
39 juta diantaranya menderita kebutaan, 246 juta mengalami penurunan
ketajaman penglihatan. Prevalensi kebutaan di Indonesia mencapai 2,2% dari
jumlah penduduk yang ada di Indonesia dan lebih dari separuhnya disebabkan
oleh katarak (Kementrian Kesehatan RI, 2014).
1. Tujuan Utama
Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang penyakit katarak, Asuhan
Keperawatan katarak dan Evidance Base Practice katarak
2. Tujuan Khusus

1
a. Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang Konsep Dasar Penyakit katarak
b. Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan katarak
c. Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang Evidance Base Practice katarak
B. Tujuan Penulisan
Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas dan agar tidak terjadi
pembahasan yang meluas atau menyimpang,maka perlu kiranya dibuat suatu
batasan masalah. Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam
penulisan makalah ini, yaitu hanya pada lingkup seputar kelainan sistem saraf
(katarak). Ruang lingkup yang dibahas dalam makalah ini mengenai:
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang Konsep dasar penyakit
katarak
2. Untuk mengatahui dan memahami tentang Asuhan Keperawatan katarak
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang Evidance Base Practice
katarak
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, kelompok menggunakan metode deskriptif
yaitu dengan penjabaran masalah-masalah yang ada dengan menggunakan studi
keperpusakaan yang ada di perpustakaan, jurnal edisi online maupun edisi cetak,
dan artikel ilmiah yang bersumber dari internet.
D. Sistematika penulisan
Dalam makalah ini dipergunakan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang Latar belakang, Tujuan umum dan tujuan khusus,
Ruang lingkup, Metode penulisan, serta Sistematika penulisan yang digunakan.

BAB II Pembahasan
Bab ini berisi tentang Konsep Dasar Penyakit Stroke dan Asuhan Keperawatan
katarak.
BAB III EBP
Bab ini berisi tentang Evidance Base Practice katarak
BAB IV Penutup

2
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari aplikasi sistem pakar
yang telah dibuat serta untuk pengembangan yang lebih lanjut.

3
BAB II
Tinjauan pustaka
A. Konsep dasar keperaatan
Katarak
1. Definisi
Dalam bahasa Indonesia Katarak disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun. katarak adalah kekeruhan lensa
yang mengarah kepada penurunan ketajaman visual dan atau cacat
fungsional yang dirasakan oleh pasien (dini, 2020:50)
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan
gangguan pengli- hatan. Penyakit katarak disebabkan oleh lensa mata
buram dan tidak elastis. Hal ini terjadi akibat terjadi pengapuran pada
lensa mata sehingga daya penglihatan mata berku- rang Proses alami
metabolisme, yaitu radikal bebas juga dapat menyebabkan kerusakan
lensa mata. Apabila tidak dinetralisir oleh antioksidan, oksidasi yang
terlalu lama ber- peluang merusak lipid, protein, dan kompo- nen lensa
mata lainnya. Akibatnya, lensa semakin keruh (buram) yang semula
transparan (winda, 2013:22)
Katarak adalah suatu opasifikasi dari lensa yang normalnya
transparan seperti kristal, jernih. Kondisi ini biasanya sebagai akibat dari
penuaan namun dapat saja terjadi saat lahir. Katarak juga dapat berkaitan
dengan trauma tumpul atau penetrasi, penggunaan kortikosteroid jangka
panjang. penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, hipoparatiroidisme,
pemajanan terhadap radiasi, pemajanan terhadap cahaya yang terang atau
cahaya matahari yang lama (cahaya ultraviolet), atau kelainan mata
lainnya (yasmin, 2000: 319)
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan
kaburnya penglihatan. Pada mata sehat, lensa mata yang jernih berfungsi
meneruskan cahaya ke dalam mata sehingga mata dapat memfokuskan
objek dari jarak yang berbeda-beda. Sebaliknya, pada penderita katarak,

4
lensa mata yang keruh menyebabkan jalannya cahaya berkurang atau
terhambat. Akibatnya, lensa mata tidak dapat memfokuskan cahaya yang
masuk (zaenal, 2007: 84)
katarak adalah karena adanya kekeruhan kornea setelah ope- rasi
katarak. Dalam istilah kedokteran, hal itu disebut "bullous keratopathy".
Meskipun hal ini menyebabkan kebutaan, tetapi bisa diatasi dengan
operasi trans- plantasi kornea agar penglihatan bisa pulih kembali
( johan, 2017:50)
B. Klasifikasi
Menurut penelitian Ilyas, katarak dapat diklasifikasikan ke dalam golongan
sebagai berikut:
a. Katarak perkembangannya (developmental) dan degenerative.
b. Katarak congenital, juvenile dan senile.
c. Katarak komplikata.
d. Katarak traumatic.
Penyebab terjadinya kekeruhan lensa dapat di golongkan sebagai berikut:
a. primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolism.
b. Sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa.
c. Komplikasi penyakit.
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat dibagi dalam golongan berikut:
a. Katarak congenital yaitu katarak yang terlihat pada usia dibawah 1
tahun.
b. Juvenile yaitu katarak yang terlihat pada usia 1 tahun dan dibawah
usia 40 tahun.
c. Katarak persenil yaitu katarak sesudah usia 30-40 tahun.
d. Katarak senile yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari
40 tahun. (Ilyas,2014)
Menurut ANDRE, 2018: terjadinya katarak dapat diklasifikasikan
menjadi:
1. Katarak Developmental

5
Terjadinya katarak karena proses pertumbuhan misalnya: katarak
congenital, katarak juvenile.
2. Katarak degeneratif
Terjadinya katarak karena proses degenerasi misal katarak senile.
3. Katarak komplikata
Terjadinya katarak karena komplikasi dari suatu penyakit mata
atau sistemik
4. Katarak traumatik
Terjadinya katarak karena suatu trauma langsung atau tidak
langsung, bisa disertai dislokasi ke anterior (depan) atau posterior
(belakang) dari lensa.
Menurut usia penderita katarak dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Katarak Kongenital
Katarak yang dijumpai sejak lahir atau usia <1 tahun
b. Katarak Juvenil
Katarak yang terlihat pada usia anak-anak
c. Katarak Presenilel
Katarak yang terjadi pada usia 30 - 40 tahun
d. Katarak Senile
Katarak yang di mulai usia 40 tahun ( Irwan, 2018: 78)
C. Etiologi
Katarak dapat disebabkan oleh bermacam- macam faktor seperti
kelainan bawaan sejak lahir, penyakit, trauma, efek samping obat, dan
radiasi sinar matahari. Tetapi, umumnya penyebab terbesar adalah proses
ketuaan/ faktor usia. Berdasarkan faktor resiko penyebabnya. Katarak
dapat di golongkan ke dalam beberapa tipe, yaitu sebagai berikut:

1) Katarak kongenital

6
Adalah katarak yang ditemukan pada anak - anak. Biasanya dalah
katarak yang di temukan pada bayi ketika waktu lahir yang disebabkan
oleh virus rubella pada ibu yang hamil muda.
2) Katarak komplikata
Adalah katarak yang disebabkan oleh beberapa jenis infeksi dan
penyakit tertentu seperti diabetes mellitus, hipertensi, glaucoma,
lepasnya retina atau ablasi retina dan penyakit umum tertentu lainnya.
3) Katarak trauma
Adalah katarak yang diakibatkan oleh cedera mata seperti:
pukulan keras, luka tembus, luka menyayat, panas tinggi atau bahan
kimia dapat mengakibatkan kerusakan pada lensa. Katarak trauma dapat
terjadi pada semua usia.
4) Katarak senilis
Adalah katarak yang disebabkan oleh proses ketuaan/ faktor usia
sehingga lensa mata menjadi keras dan keruh. Katarak seilis merupakan
tipe katarak yang paling banyak ditemukan. Biasanya ditemukan pada
golongan usia diatas 40 tahun ketas (ilyas,2014).
Terdapat dua bentuk katarak senilis yaitu:
1. Tipe kortikal: proses kekaburan mulai pada bagian superficial dari
konteks lensa mata.
2. Tipe nuclear: proses kekaburan mulai pada bagian nucleus (inti)
lensa mata.
D. Factor resiko
Pada banyak kasus, penyebab katarak tidak diketahui. Penyakit
katarak biasanya menimpa orang lanjut usia, tetapi bisa juga menimpa
orang muda dan bisa bersifat menurun (andre, 2006:22)
Faktor-faktor risiko katarak meliputi usia yang lebih tua,
merokok, gaya hidup tidak sehat, konsumsi alkohol, paparan sinar
matahari, pendidikan rendah, diabetes melitus, dan inhalasi
kortikosteroid dosis tinggi dan sistemik. Pembentukan katarak biasanya
pada kedua mata dan pasien datang dengan keluhan kesulitan

7
mengemudi malam hari, sulit.membaca rambu-rambu lalu lintas, sulit
membaca tulisan yang kecil. Hal ini seringkali menambah mata
minusnya. Katarak harus diduga pada setiap pasien yang mengeluh
penurunan progresif dari penglihatan yang tidak disertai dengan rasa
nyeri. Sebagian besar kasus katarak terjadi pada pasien berusia diatas 60
tahun atau individu yang lebih muda yang memiliki faktor- faktor risiko.
Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan mata yang menyeluruh;.
pemeriksaan fundus dengan dilatasi harus dilakukan untuk
menyingkirkan kelainan lain yang dapat menurunkan penglihatan
( Monday, 2016: 94)
E. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan, berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan
refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada
zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan
bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan menjadi coklat warna
kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior
dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsui posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela (
dini, 2020: 8-9).
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan
yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik,
seperti diabetes. Namun kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses
penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik
ketika seseorang memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat
kongenital dan harus díidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa
dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen.
Faktor yang paiing sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan

8
asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama ( dini,
2020: 10).

F. Pathway

9
10
G. Manifestasi klinis
.(Andre, 2006,) Katarak berkembang secara perlahan dan tidak
menimbulkan nyeri. Biasanya, penyakit ini muncul secara bertahap
dengan gangguan sebagai berikut.
a. Kesulitan melihat pada malam hari.
b. Melihat lingkaran di sekeliling cahaya. atau cahaya terasa
menyilaukan mata.
c. Penurunan ketajaman penglihatan, bahkan pada siang hari
sekalipun.
d. Sering berganti kaca mata.
e. Penglihatan ganda pada salah satu mata.
Manifestasi klinis meliputi gelisah, gundah, terus
bergerak, merasa haus, kulit dingin-basah-pucat, nadi
meningkat, suhu turun, pernafasan cepat dan dalam, bibir dan
konjungtiva pucat dan pasien melemah.
H. Pemeriksaan dianostik
Hasil pemeriksaan diagnostik struktur dan fungsi mata digunakan
untuk mendukung diagnosis cedera, penyakit, atau masalah penglihatan
tertentu; untuk memberi infor- masi untuk mengidentifikasi atau
memodifikasi medikasi atau alat bantu yang tepat yang digunakan untuk
mengatasi masalah atau penyakit tersebut; dan untuk membantu perawat
memantau respons pasien terhadap terapi dan intervensi asuhan
keperawatan. Pemeriksaan diagnostik pada mata, terutama untuk
pemeriksaan penglihatan, paling sering dilakukan di klinik. Pemeriksaan
diagnostik untuk mengkaji struktur dan fungsi mata diuraikan dalam
tabel Pemeriksaan Diagnostik. Informasi lebih lanjut disertakan dalam
diskusi cedera atau penyakit khusu.
Tanpa memerhatikan jenis pemeriksaan diagnostik, perawat
bertanggung jawab menjelaskan prosedur tersebut dan semua persiapan
khusus yang dibutuhkan, mengkaji semua penggunaan obat yang dapat
memengaruhi hasil pemeriksaan, mendukung pasien selama pemeriksaan

11
jika perlu, memastikan lembar persetujuan ditandatangani (jika perlu),
dan memantau hasil pemeriksaan. Perawat juga bertanggung jawab
terhadap asuhan pascaprosedur dan penyuluhan pasien untuk perawatan
diri di rumah (Karen, 2017: 1939)
I. Penatalaksanaan medis
Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat
progresivitas atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih tetap
dengan pembedahan (Vaughan Dg & Arif, Masjoer).
a. Penatalaksanaan Non-Bedah :
1) Terapi penyebab katarak
Pengontrolan diabetes meltus, menghentikan konsumsi obat-
obatan yang bersifat katarak togenik seperti kortikosteroid,
fenotiasin, dan miotik kuat, menghindari radiasi (inframerah atau
sinar-X) dapat memperlambat atau mencegah terjadinya proses
kataraktogenesis.
2) Memperlambat progresivitas
Beberapa preparat yang mengandung kalsium dan kalium
digunakan pada katarak stadium dini untuk memperlambat
progresivitasnya, namun sampai sekarang mekanisme kerjanya
belum jelas. Selain itu juga disebutkan peran vitamin E dan spirin
dalam memperlambat proses kataraktogenesis.
3) Penilaian terhadap perkembangan visus pada katarak insipien dan
Imatur:
a) Refraksi yaitu dapat berubah sangat cepat sehingga harus
sering dikoreki.
b) Pengaturan pencahayaan yaitu pasien dengan kekeruhan di
bagian perifer lensa (area pupil masih jernih) dapat
diintruksikan menggunakan pencahayaan yang 17 terang.
Berbeda dengan kekeruhan pada bagian sentral lensa, cahaya
remang yang ditempatkan disamping dan sedikit di belakang
kepala pasien akan memberikan hasil terbaik.

12
c) Penggunaan kacamata gelap yaitu pada pasien dengan
kekeruhan lensa dibagian sentral, hal ini akan memberikan
hasil yang baik dan nyaman beraktifitas di luar ruangan.
d) Midriatil yaitu pupil akan memberikan efek positif pada
lataral aksial dengan kekeruhan yang sedikit. Midriatil
seperti fenilefrin 5% atau tropikamid 1% dapat memberikan
penglihatan yang jelas.
b. Katarak dapat dilakukan tindakan pembedahan :
1) Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)
Merupakan tekhnik bedah yang digunakan sebelum adanya bedah
katarak ekstrakapsular. Seluruh lensa bersama dengan pembungkus atau
kapsulnya dikeluarkan. Diperlukan sayatan yang cukup luas dan jahitan
yang banyak (14-15mm). Prosedur tersebut relatif beresiko tinggi
disebabkan oleh insisi yang lebar dan tekanan pada badan vitreus.
Metode ini sekarang sudah ditinggalkan. Kerugian tindakan ini antara
lain, angka kejadian Cystoid macular edemA dan retinal detachment
setelah operasi lebih tinggi, insisi yang sangat lebar dan astigmatisma
yang tinggi. Resiko kehilangan vitreus selama operasi sangat besar.
2) Ekstra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Merupakan tekhnik operasi katarak dengan melakukan
pengangkatan nukleus lensa dan korteks melalui pembukaan kapsul
anterior yang lebar 9-10mm, dan meninggalkan kapsul posterior.
3) SmallIncisionCataractSurgery(SICS)
Pada tekhnik ini insisi dilakukan di sklera sekitar 5.5mm –
7.0mm. Keuntungan insisi pada sklera kedap air sehingga membuat katup
dan isi bola mata tidak prolaps keluar. Dan karena insisi yang dibuat
ukurannya lebih kecil dan lebih posterior, kurvatura kornea hanya sedikit
berubah.

13
4) Phacoemulsification
Merupakan salah satu tekhnik ekstraksi katarak ekstrakapsuler
yang berbeda dengan ekstraksi katarak ekstrakapsular standar (dengan
ekspresi dan pengangkatan nukleus yang lebar). Sedangkan
fakoemulsifikasi menggunakan insisi kecil, fragmentasi nukleus secara
ultrasonik dan aspirasi korteks lensa dengan menggunakan alat
fakoemulsifikasi. Secara teori operasi katarak dengan fakoemulsifikasi
mengalami perkembangan yang cepat dan telah mencapai taraf bedah
refraktif oleh karena mempunyai beberapa kelebihan yaitu rehabilitasi
visus yang cepat, komplikasi setelah operasi yang ringan, astigmatisma
akibat operasi yang minimal dan penyembuhan luka yang cepat.
(American Academy Of Ophthalmology 11 2011-2012)(Soekardi I,
Hutauruk JA 2004)(Timothy L.Jackson, Moorfields 2008)
J. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian

Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan


dasar utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama
kali masuk rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.
a. Biodat
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor
register.A
b. Riwayat kesehatan
   Keluhan utama

Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.


b.      Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk
menemukan masalah primer pasien, seperti: kesulitan membaca,
pandangan kabur, pandangan ganda, atau hilangnya daerah penglihatan
soliter. Perawat harus menemukan apakah masalahnya hanya mengenai
satu mata atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita
kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting. Apakah pasien

14
pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa yang
terakhir diderita pasien.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia
mengenakan kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami
kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada
keluhan dalam membaca atau menonton televisi?, bagaimana dengan
masalah membedakan warna atau masalah dengan penglihatan lateral
atau perifer?
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau
kakek-nenek.
2. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara
keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop (Smeltzer, 2002). Katarak terlihat tampak hitam terhadap
refleks fundus ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk.
Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci
dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia
biasanya terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak
terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan
lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan,
antara lain deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi
sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya
(James, 2005).
3.   Perubahan pola fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon)
adalah sebagai berikut :
a. Persepsi tehadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan,
adakah kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien
mempunyai riwayat alergi terhadap obat, makanan atau yang lainnya.
b.  Pola aktifitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau
perawatan diri, dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu

15
bantuan orang lain, 3= perlu bantuan orang lain dan alat, 4= tergantung/
tidak mampu. Skor dapat dinilai melalui : Aktifitas 0 1 2 3 4
c. Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti
insomnia atau masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun. 
d.  Pola nutrisi metabolik
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa
yang telah diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit
mengalami perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah,
adakah penurunan berat badan yang drastis dalam 3 bulan terakhir.
e. Pola eliminasi       
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau
kesulitan. Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk
BAB kaji bentuk, warna, bau dan frekuensi.
f. Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara,
mendengar, melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi.
Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.
g. Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya
seperti harga diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan
gambaran akan dirinya.
h. Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima
dan menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit
hingga setelah sakit.
i. Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir
dan adakah masalah saat menstruasi.
j. Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem
pendukung dalam menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan
keluarga selama pasien dirawat di rumah sakit.
2. Diagnosa Keperawatan

16
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b.d Gangguan
penerimaan sensori/status organ indera ditandai dengan menurunnya
ketajaman.
2.  Ansietas b.d Perubahan pada status kesehatan.
3.  Kurang pengetahuan b.d Kurang informasi tentang penyakit
4. Nyeri b.d Luka pasca operasi.
5. Resiko tinggi terhadap cidera b.d Keterbatasan penglihatan.
6. Risiko infeksi b.d Prosedur invansif ( operasi katarak )
7. Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik b.d
kurang pengetahuan, kurang sumber pendukung.
3. Keperawatan intervensi
No Diagnosa keperawatan NOC NIC
1. Gangguan persepsi sensori- Setelah dilakukan tindakan W NEUROLOGIK
perseptual keperawatan selama ..........x 24 MONITORING :
penglihatan b.d Gangguan jam, diharapakan gangguan 1. Monitor tingkat
penerimaan sensori/status persepsi sensori teratasi. neurologis
organ indera ditandai Kriteria hasil:  Sensori 2.  Monitor fungsi
dengan menurunnya function : vision neurologis klien
ketajaman.         Menunjukan tanda dan gejala 3. Monitor respon
persepsi dan sensori baik : neurologis
penglihatan baik. 4. Monitor reflek-reflek
        Mampu mengungkapkan fungsi meningeal
persepsi dan sensori dengan 5. Monitor fungsi sensori
tepat dan persepsi :
penglihatan, penciuman,
pendengaran,
pengecapan, rasa
6. Monitor tanda dan gejala
penurunan neurologis
klien
EYE CARE :
7. Kaji fungsi penglihatan
klien
8. Jaga kebersihan mata
9. Monitor penglihatan mata
10. Monitor tanda dan

17
gejala kelainan
penglihatan
11. Monitor fungsi
lapang pandang,
penglihatan, visus klien
MONITORING VITAL
SIGN :
12. Monitor TD, Suhu,
Nadi dan pernafasan
klien
13.  Catat adanya

fluktuasi TD
14. Monitor vital sign
saat pasien berbaring,
duduk atau berdiri
15. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
16. Monitor TD, Nadi,
RR sebelum dan setelah
aktivitas
17. Monitor kualitas
Nadi
18. Monitor frekuensi
dan irama pernafasan
19. Monitor suara paru
20. Monitor pola
pernafasan abnormal
21. Monitor suhu,
warna, dan kelembaban
kulit
22. Monitor sianosis
perifer
23. Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,

18
brakikardi, peningkatan
sistolik) 

2. Ansietas b.d Perubahan pada
  NOC NIC
status kesehatan · Anxiety self-control Anxiety Reduction
· Anxiety level (penurunan kecemasan)
· Coping 1. Gunakan pendekatan
Kriteria Hasil : yang menenangkan
- Klien mampu 2. Nyatakan dengan jelas
mengidentifikasi dan harapan terhadap pelaku
mengungkapkan gejala cemas. pasien
- Mengidentifikasi, 3. Jelaskan semua prosedur
mengungkapkan dan dan apa yang dirasakan
menunjukkan tehnik untuk selama prosedur
mengontol cemas. 4. Pahami prespektif pasien
- Vital sign dalam batas terhadap situasi stress
normal. 5. Temani pasien untuk
- Postur tubuh, ekspresi memberikan keamanan
wajah, bahasa tubuh dan tingkat dan mengurangi takut
aktivfitas menunjukkan 6. Dorong keluarga untuk
berkurangnya kecemasan. menemani anak
7. Lakukan back / neck rub
8. Dengarkan dengan
penuh perhatian
9. Identifikasi tingkat
kecemasan
10. Bantu pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan kecemasan
11. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
12. Instruksikan pasien

19
menggunakan teknik
relaksasi
13. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
3. Kurang pengetahuan b.d NOC NIC
Kurang informasi tentang · Knowledge : Disease Process Teaching : Disease Proses
penyakit · Knowledge : Health Hehavior 1. Berikan penilaian
tentang tingkat
Kriteria Hasil : pengetahuan pasien
- Pasien dan keluarga tentang proses penyakit
menyatakan pemahaman tentang yang spesifik
penyakit, kondisi, prognosis, 2. Jelaskan
dan program pengobatan patofisiologidari
- Pasien dan keluarga mampu penyakit dan bagaimana
melaksakan prosedur yang hal ini berhubungan
dijelaskan secara benar dengan anatomi dan
- Pasien dan keluarga mampu fisiologi, dengan cara
menjelaskan kembali apa yang yang tepat.
dijelaskan perawat/tim 3. Gambarkan tanda dan
kesehatan lainnya. gejala yang biasa muncul
pada penyakit, dengan
cara yang tepat
4. Identifikasi
kemungkinan penyebab,
dengan cara yang tepat
5. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
6. Hindari jaminan yang
kosong
7. Sediakan bagi keluarga
atau SO informasi
tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
8. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang

20
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi dimasa yang
akan datang dan ata
proses pengontrolan
penyakit
9. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
10. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
11. Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
local, dengan cara yang
tepat
12. Intruksikan pasien
mengenal tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
4. Nyeri b.d Luka pasca operasi. NOC : NIC :
· Pain Level, 1. Lakukan pengkajian
· pain control, nyeri secara
· comfort level komprehensif termasuk
Setelah dilakukan tinfakan lokasi, karakteristik,
keperawatan selama …. Pasien durasi, frekuensi,
tidak mengalami nyeri, dengan kualitas dan faktor
kriteria hasil: presipitasi
- Mampu mengontrol nyeri 2. Observasi reaksi
(tahu penyebab nyeri, mampu nonverbal dari
menggunakan tehnik ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk 3. Bantu pasien dan

21
mengurangi nyeri, mencari keluarga untuk mencari
bantuan) dan menemukan
- Melaporkan bahwa nyeri dukungan
berkurang dengan menggunakan 4. Kontrol lingkungan yang
manajemen nyeri dapat mempengaruhi
- Mampu mengenali nyeri nyeri seperti suhu
(skala, intensitas, frekuensi dan ruangan, pencahayaan
tanda nyeri) dan kebisingan
- Menyatakan rasa nyaman 5. Kurangi faktor
setelah nyeri berkurang presipitasi nyeri
- Tanda vital dalam 6. Kaji tipe dan sumber
rentang normal nyeri untuk menentukan
- Tidak mengalami intervensi
gangguan tidur 7. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi: napas
dala, relaksasi, distraksi,
kompres hangat/ dingin
8. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
9. Tingkatkan istirahat
10. Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
11. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
5. Risiko infeksi b.d Prosedur NOC NIC
invansif ( operasi katarak ) · Risk Kontrol Environment Management
(Manajemen lingkungan)
Kriteria Hasil : 1. Sediakan Iingkungan
- Klien terbebas dari yang aman untuk pasien

22
cedera 2. Identifikasi kebutuhan
- Klien mampu keamanan pasien, sesuai
menjelaskan cara/metode untuk dengan kondisi fisik dan
mencegah injury/cedera fungsi kognitif pasien
- Klien mampu dan riwayat penyakit
menjelaskan faktor resiko dari terdahulu pasien
lingkungan/perilaku personal 3. Menghindarkan
- Mampu memodifikasi lingkungan yang
gaya hidup untuk mencegah berbahaya (misalnya
injury memindahkan perabotan)
- Menggunakan fasilitas 4. Memasang side rail
kesehatan yang ada tempat tidur
- Mampu mengenali 5. Menyediakan tempat
perubahan status kesehatan tidur yang nyaman dan
bersih
6. Menempatkan saklar
lampu ditempat yang
mudah dijangkau pasien.
7. Membatasi pengunjung
8. Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien.
9. Mengontrol lingkungan
dari kebisingan
10. Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
11. Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan penyebab
penyakit.
6. Risiko infeksi b.d Prosedur NOC NIC
invansif ( operasi katarak ) · Immune Status Infection Control (Kontrol
· Knowledge : infeksi)
Infection control 1. Bersihkan lingkungan

23
· Risk control setelah dipakai pasien
lain
Kriteria Hasil: 2. Pertahankan teknik
- Klien bebas dari isolasi
tanda dan gejala infeksi 3. Batasi pengunjung bila
- Mendeskripsikan perlu
proses penularan 4. Instruksikan pada
penyakit, faktor yang pengunjung untuk
mempengaruhi penularan mencuci tangan saat
serta penatalaksanaannya berkunjung dan setelah
- Menunjukkan berkunjung
kemampuan untuk meninggalkan pasien
mencegah timbulnya 5. Gunakan sabun
infeksi animikrobia untuk cuci
- Jumlah leukosit tangan
dalam batas normal 6. Cuci tangan setiap
- Menunjukkan perilaku sebelum dan sesudah
hidup sehat tindakan keperawatan
7. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
8. Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat
9. Tingktkan intake nutrisi
10. Berikan terapi antibiotik
bila perlu
11. Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
12. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan local
13. Monitor kerentangan
terhadap infeksi
14. Batasi pengunjung
15. Pertahankan teknik

24
aspesis pada pasien yang
beresiko
16. Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
17. Dorong masukan cairan
18. Dorong istirahat
19. Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
20. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
21. Ajarkan cara
menghindari infeksi
22. Laporkan kecurigaan
infeksi
23. Laporkan kultur positif

25
BAB III
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Pokok Bahasan : KATARAK
Sasaran : Warga sui ambawang
Tanggal Pelaksanaan : 11-november-2020
Waktu : 1 x 30 menit
Pukul : 08.00 WIB
Tempat : Aula Kantor sui ambawang

1. Tujuan Instruksional Umum


Hasil yang diharapkan setelah dilakukan pendidikan kesehatan
yaitu warga sui ambawang RT 02 s/d RT 05 mengetahui dan mengerti
tentang katarak
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit,
warga Siantan Tengah RT 02 s/d RT 05, dapat menyebutkan:
a. Pengertian katarak
b. Pembagian katarak
c. Penyebab katarak
d. Tanda dan gejala katarak
e. Cara mencegah katarak
3. Materi Pengajaran
1. Pengertian katarak
2. Pembagian Stroke
3. Penyebab Stroke
4. Tanda dan gejala Stroke
5. Cara mencegah Stroke
4. Metode Pengajaran
1. Ceramah
2. Diskusi/ Tanya jawab

26
5. Kegiatan pendidikan kesehatan

No waktu Kegiatan pembukaan Kegiatan klien


1 5 mnt Pembukaan :  Menjawab
1. Memberi salam salam,
2. Menjelaskan tujuan pendidikan mendengarkan
kesehatan dan
3. Menyebutkan materi/pokok memperhatikan
bahasan yang akan disampaikan
4. Menggali pengetahuan/apresepsi
warga tentang Stroke
2 15 mnt Pelaksanaan :  Memperhatikan
Menjelaskan materi pendididikan dan merespon
kesehatan secara berurutan dan teratur.
Materi :  Memperhatikan
1. Pengertian katarak dan menyimak
2. Pembagian katarak materi
3. Penyebab katarak
4. Tanda dan gejala katarak
5. Cara mencegah katarak
Memberi kesempatan kepada klien untuk
bertanya
Menjawab pertanyaan klien dengan tepat
dan mudah dimengerti  Menanyakan
hal yang belum
jelas
Mendengar dan
memperhatikan
3 10 mnt Penutup :  Mendengar dan
1. Menyimpulkan materi yang memperhatikan
telah disampaikan  Merespon
2. Mengajukan pertanyan pada klien pertanyaan

27
tentang materi yang sedang  Memperhatikan
disampaikan dan menjawab
3. Menutup pertemuan dan mengucap salam
salam dan penutup

6. Media Pengajaran
a. LCD
b. Laptop (PPT)
c. Leaflet

7. Setting Tempat dan Waktu


a. Setting Tempat

Keterangan :
A B
A : Penyaji
C C
B : Pembawa Acara/ Moderator
C : Peserta
D
D : Observer

b. Waktu
Hari/Tanggal : rabu, 11 november, 2020
Waktu : 08.00 – 08.30 WIB
Lokasi : Aula Kantor sui ambawang

c. Evaluasi
Metode Evaluasi              : Tanya Jawab
Jenis Pertanyaan               : Lisan (Langsung)
Jumlah Soal                      : 5 soal
1) Pengertian katarak
2) Pembagian katarak

28
3) Penyebab katarak
4) Tanda dan gejala katarak
5) Cara mencegah katarak
Jenis soal : Menguraikan secara lisan
8. Materi SAP (KATARAK)
1. Pengertian

Dalam bahasa Indonesia Katarak disebut bular dimana penglihatan


seperti tertutup air terjun. katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah
kepada penurunan ketajaman visual dan atau cacat fungsional yang dirasakan
oleh pasien (dini, 2020:50)

2. Klasifikasi
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat dibagi dalam golongan berikut:
a. Katarak congenital yaitu katarak yang terlihat pada usia dibawah 1
tahun.
b. Juvenile yaitu katarak yang terlihat pada usia 1 tahun dan dibawah
usia 40 tahun.
c. Katarak persenil yaitu katarak sesudah usia 30-40 tahun.
d. Katarak senile yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari
40 tahun. (Ilyas,2014)
3. Tanda-tanda gejalah
Umumnya gejala katarak adalah mudah silau terutama saat
menerima cahaya dan pandangan buram. Jika kekeruhan pada lensa mata
menebal, secara visual kita bisa lihat di bagian bola mata yang hitam
tertutupi warna putih.
4. Faktor resiko
Faktor-faktor risiko katarak meliputi usia yang lebih tua,
merokok, gaya hidup tidak sehat, konsumsi alkohol, paparan sinar
matahari, pendidikan rendah, diabetes melitus, dan inhalasi
kortikosteroid dosis tinggi dan sistemik.
5. Cara mencegah resiko

29
Untuk mengurangi risiko terkena katarak, Anda bisa melakukan
beberapa hal berikut:
1. Lindungi mata dari sinar UVB dengan memakai kacamata hitam di luar
ruangan.
2. Lakukan pemeriksaan mata secara teratur.
3. Berhenti merokok.
4. Makan buah dan sayur yang mengandung antioksidan.
5. Menjaga berat badan yang sehat.

BAB IV
EVIDENCE BASE PRACTICE

30
Jumlah penderita katarak di dunia tahun 2013 sebesar 17 juta orang.
Prevalensi katarak di Indonesia tahun 2013 adalah 1,8 %, di Provinsi Lampung
prevalensi katarak adalah 1,5%. Penatalaksanaan yang sering dilakukan pada
katarak adalah dengan pembedahan. Di Indonesia, sekitar 80% dari pasien yang
akan menjalani pembedahan melaporkan mengalami kecemasan. Teknik
relaksasi yang biasanya digunakan adalah teknik relaksasi dengan imajinasi
terbimbing (guided imagery). Tindakan operasi katarak di Rumah Sakit Mata
Permana Sari meningkat jumlahnya dari tahun 2015 sebanyak 725 orang
menjadi 952 orang pada tahun 2016. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
pengaruh teknik relaksasi guide imagery dengan teknik relaksasi nafas dalam
terhadap tingkat kecemasan pasien preoperasi katarak. Rancangan penelitian ini
adalah pretest-postest with control group design, jenis penelitian kuantitatif.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien preoperasi katarak di RS.
Permana Sari Bandar Lampung, dengan sampel sebanyak 42 responden. Uji
hipotesis digunakan analisis uji T (Dependen Sample T-Test). Hasil penelitian
diperoleh ada pengaruh teknik relaksasi guide imagery dalam penurunan tingkat
kecemasan (pvalue =0,000). Saran bagi tenaga kesehatan untuk dapat
menerapkan teknik relaksasi guide imagery dalam asuhan keperawatan untuk
menurunkan tingkat kecemasan pasien pre operasi katarak ( budi, 2017: 239)

31
32
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan
pengli- hatan. Penyakit katarak disebabkan oleh lensa mata buram dan tidak
elastis. Hal ini terjadi akibat terjadi pengapuran pada lensa mata sehingga
daya penglihatan mata berku- rang. Proses alami metabolisme, yaitu radikal
bebas juga dapat menyebabkan kerusakan lensa mata (Yasmen, 2017:22)
Faktor-faktor risiko katarak meliputi usia yang lebih tua, merokok,
gaya hidup tidak sehat, konsumsi alkohol, paparan sinar matahari,
pendidikan rendah, diabetes melitus, dan inhalasi kortikosteroid dosis tinggi
dan sistemik. Pembentukan katarak biasanya pada kedua mata dan pasien
datang dengan keluhan kesulitan mengemudi malam hari, sulit.membaca
rambu-rambu lalu lintas, sulit membaca tulisan yang kecil. Hal ini seringkali
menambah mata minusnya. Katarak harus diduga pada setiap pasien yang
mengeluh penurunan progresif dari penglihatan yang tidak disertai dengan
rasa nyeri. Sebagian besar kasus katarak terjadi pada pasien berusia diatas
60 tahun atau individu yang lebih muda yang memiliki faktor- faktor risiko.
Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan mata yang menyeluruh;.
pemeriksaan fundus dengan dilatasi harus dilakukan untuk menyingkirkan
kelainan lain yang dapat menurunkan penglihatan ( Monday, 2016: 94)
B. Saran
Perawat harus meningkatkan kemampuan dalam pemberian asuhan
keperawatan terhadap penyakit katarak dengan meningkatkan pengetahuan
dan pelayanan terhadap pembedahan.
Rumah sakit harus meningkatkan sumber daya manusia atau perawat
dalam penanganan pasien dengan penyakit katarak dan pasien yang akan
menjalani pembedahan akan mengalami kecemasan, maka perawata harus
melakukan tahap relaksasi.

33
Daftar Pustaka
Johan A, hutaruk, 2017, Katarak 101 Jawaban Atas Pertanyaan Anda, PT
gramedia pustaka uatama, Jakarta.
Dini Qurrata Ayuni, 2020, Buku Ajar asuham keperawatan pada pasien post
operasi katarak, Pustaka galeri mandiri, Jakarta.
Deswati Furqonita, 2007, Seri ipa biologi 3, Perpustakaan nasional, Jakarta.
Andre, 2006, Buku ajar trapi mata, akunkturis, Jakarta.
Yasmin asih, 2017, Keperawatan medical bedah: buku saku dari bruner dan
sunddarth, Buku kedokteran, Jakarta.
Ilyas, erat, 2010, Ilmu penyakit mata, SUGENG SETO, Jakarta.
Kementrian kesehatan RI, 2014, pusat data dan informasi kementrian
kesehatan Ri, situasi gangguan pengalihatan dan kebutaan.
http:www.depkes.go.id.(diakes pada tanggal, 3, November, 2020).
Keren. M, 2017, Buku ajar keperawatan medical bedah, Jakarta, EGC
Budi antoro, 2017, pengaruh teknik relaksasi gide imagery terhadap tingkat
kecemasan pasiem preoprasi katarak, jurnal keperawatan, vol: XII, no:
2, issn 1207-0357

34

Anda mungkin juga menyukai