Anda di halaman 1dari 46

Pembimbing :

dr.Meita Ardini Pratamasari, Sp.KK

Mini Teaching

I Gusti Ayu Dwi Pradnya Agustina - 19710005


0
DEFINISI
0
KLASIFIKASI &

1 4
GAMBARAN KLINIS

02
ETIOLOGI DIAGNOSIS

05
03
PATOGENESIS TERAPI

06 07 REAKSI KUSTA
2
01 DEFINISI
Morbus Hansen/Kusta/Lepra
Merupakan penyakit infeksi yang kronis, yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang
bersifat intraselular obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, kemudian dapat
menyerang kulit, lalu menyebar ke organ lain (mukosa mulut, sistem pernafasan atas,
sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang, dan testis), kecuali susunan saraf pusat.

(PERDOSKI, 2017)

3
02 ETIOLOGI

M. Leprae : bentuk batang Masa inkubasi sangat lama Dapat ditularkan dari
bersifat tahan asam, gram rata-rata 2-5 tahun penderita MB (multibasiler
positif dengan ukuran 3-8 dengan cara kontak
µm x 0,5 µm, biakan langsung melalui saluran
media artifisial (-) pernapasan dan kulit 4
03 PATOGENESIS

Cara masuk M. leprae masih


belum diketahui, tapi beberapa
penelitian telah memperlihatkan
bahwa penularan tersering
melalui luka lecet pada bagian
tubuh yang bersuhu dingin dan
mukosa nasal. Pengaruh M.
leprae terhadap seseorang
bergantung pada faktor
imunitas seseorang,
kemampuan hidup M. leprae
pada suhu tubuh rendah, waktu
regenerasi yang lama. Oleh
karena itu penyakit kusta dapat
disebut sebagai penyakit (SRI LINUWIH SW MENALDI, 2021)
imunologi
5
04 KLASIFIKASI

Zona spektrum kusta menurut macam


klasifikasi
KLASIFIKASI ZONA SPEKTRUM KUSTA
Ridley & TT BT BB BL LL
Jopling
Madrid Tuberkuloid Borderline Lepromatosa
WHO Pausibasilar (PB) Multibasilar (MB)
Puskesmas PB MB

6
Gejala Klinis
1. Kulit
- Makula Hipopigmentasi di wajah dan
telinga → paling sering
- Makula hipoestesi/anestesi
- Makula tidak gatal
- Kulit mengkilap/bersisik
- Kulit tidak berkeringat dan atau tidak
berambut
- Lepuh tidak nyeri
2. Saraf
- Nyeri tekan/spontan pada saraf
- Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri
- Kelemahan anggota gerak dan atau wajah
- Adanya cacat/deformitas
- Luka/ulkus yang sulit sembuh
3. Lahir dan tinggal di daerah endemik kusta
dan mempunyai kelainan kulit yang tidak
sembuh dengan pengobatan, ada keterlibatan
kelainan saraf tepi 7
8
Gambaran Klinis N. N.
Ulnaris Medianus
Kerusakan  Anestesia pada ujung jari
 Anestesia pada ujung jari
N.
anterior kelingking dan
anterior ibu jari, telunjuk, Radialis
sarafClaw Hand jari manis
 Claw hand dan jari tengah
 Anestesia dorsum
 Ibu jari tidak mampu manus, serta ujung
 Atrofi hipotenar dan otot aduksi dan kontraktur proksimal jari telunjuk Drop hand
interseus serta kedua  Claw hand  Drop hand
otot lumbrikasils medial  Atrofi otot tenar dan kedua  Tidak mampu ekstensi
otot lumbrikalis lateral jari dan pergelangan
tangan
N.
Poplitea
lateralis
Drop food
 Anestesia tungkai bawah, N.
bagian lateral dan Tibialis
dorsum pedis N.
posterior
 Drop foot facialis
 Kelemahan otot  Anestesia telapak kaki  Lagoftalmus
peroneus  Claw toes
 Cabang bukal,
 Paralisis otot intrinsic kaki
mandibular, dan servikal
dan kolaps arkus pedis
menyebabkan
kehilangan ekspresi
wajah dan
ketidakmampuan
 Anestesia kulit wajah, kornea dan konjungtiva
N. menutup bibir
mata 9
Trigeminus  Atrofi otot tenar dan kedua otot lumbrikalis
lateral
Gambaran Klinis
Organ  Rambut: alopesia,
lain madarosis
 Wajah : Facies Leonina
 Mata: iritis, gangguan visus

sampai kebutaan
 Hidung: epistaksis, hidung
 Lidah: ulkus, nodus pelana (saddle nose)
 Laring: suara parau
 Kelenjar limfe:
limfadenitis
 Ginjal: glomerulonephritis,
pielonefritis, nefritis interstitial
 Tulang dan sendi: absorbs,
mutilasi, artiritis
 Testis: ginekomastia,
epididymitis akut, orkitis, atrofi Saddle nose 10
Penebalan saraf tepi disertai dengan
gangguan fungsi saraf. Gangguan fungsi
C 04 Diagnosis saraf dapat berupa:

 Gangguan fx sensoris: mati rasa


A
R
Lesi kulit yang mati rasa  Gangguan fx motoric: parese atau
paralise Adanya bakteri tahan asama
(BTA) di dalam kerokan
D Dapat berbentuk bercak
keputihan (hipopigmentasi)
 Gangguan fx otonom: kulit kering jaringan kulit (BTA positif)
dan retak-retak
I atau kemerahan (eritema)
yang mati rasa

N
Lesi kulit mati Gangguan fungsi saraf BTA+
A rasa
L
Seseorang dinyatakan
sebagai penderita
S kusta
bilamana terdapat
I SATU dari tanda-tanda
utama diatas.
G 11
SUSPECT/TERSANGKA

Tanda-tanda pada kulit:


• Bercak/kelainan kulit merah atau putih di bagian
tubuh
• Kulit mengkilap
• Bercak tidak gatal
• Adanya bagian-bagian tubuh yang tidak
berkeringat
atau tidak berambut
• Lepuh tidak nyeri

Tanda-tanda pada saraf:


• Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada
anggota badan atau muka
• Gangguan gerak anggota badan atau bagian
muka
• Adanya deformitas
• Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh

12
ALUR
DIAGNOSIS

13
DIAGNOSIS

P M
Lesi kulit (macula  1-5 lesi
B  > 5lesi
B
papul yang meninggi,
datar,  Hipopigmentasi/eritema  Distribusi simetris
nodus)  Distribusi tidak simetris  Hilangnya sensasi
 Hilangnya sensasi jelas kurang jelas

Kerusakan saraf
(menyebabkan hilangnya Hanya satu cabang Banyak cabang
sensasi/ kelemahan saraf saraf
yang dipersarafi oleh
otot
yang terkena)
saraf
Bagan diagnosis klinis (WHO,
1995)

14
PB MB
Klinis Makula Asimetris Simetris
DIAGNOSIS Jumlah 1-5 >5
Distribusi Unilateral atau bilateral Bilateral Simetris
simetris
Permukaan Kering dan Kasar Halus, berkilat
Batas Tegas Kurang Tegas
Kehilangan rasa Selalu ada & jelas Biasanya tidak jelas, jika
ada, terjadi yang sudah
Anhidrosis
lanjut
Deformitas Proses terjadi lebih cepat Terjadi tahap lanjut
Ciri-ciri khas Facies Leonine, Madarosis,
Ginekomasti, Hidung
pelana
Penebalan saraf tepi Hanya 1 saraf Lebih dari 1 saraf
BTA - +
15
Morbus Hansen
Tipe Pausibasiler
(PB)

Regio Ekstremitas Inferior


tampak Makula Hipopigmentasi
berbatas jelas, berbentuk bulat
lonjong, anestesi positif

16
Morbus Hansen
Tipe Multibasiler
(MB)

Regio thorakalis posterior,


ekstremitas superior tampak
makula eritema berbatas jelas,
dengan diameter bervariasi 2-7
cm, jumlah >5, anestesi positif

17
ANAMNESIS
Kapan timbul bercak/keluhan 
DIAGNOSIS biasanya sudah lama
Riwayat kontak dengan pasien
biasanya ada keluarga/kerabat dekat
yg kusta
lahir dan tinggal dimana  biasanya
daerah endemic kusta
PEMERIKSAAN FISIK Riwayat pengobatan  relaps/ tidak
Pemeriksaan kulit
Pemeriksaan saraf tepi dan
fungsinya: motorik,
sensorik, otonom

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan
bakteriologis
2. Pemeriksaan histoPA
3. Imunologis

18
PEMERIKSAAN FISIK

PENEBALAN SARAF
Dengan palpasi pada saraf-
saraf perifer

SENSORIK
Dengan rangsangan raba,
nyeri, dan suhu

MOTORIK
Dengan memeriksa kekuatan
otot pasien

19
PEMERIKSAAN FISIK

Saraf Ulnaris
Adakah penebalan saraf?
Apakah saraf D/S Saraf Peroneus Communis
PALPA besar
sama

0
SI N yeri/tidak pada
? Saraf Tibialis Posterior
saraf?

Saraf Facialis

Saraf Ulnaris

1
Mata

FUNG Kekuatan Otot Saraf Medianus


Tangan
Fungsi Raba, Nyeri, Suhu

0
SI Saraf Radialis
Kaki
Saraf Tibialis Posterior

Saraf Peroneus Communis

2 20
PENEBALAN SARAF

1.Here you can describe the reason


to stop the treatment

2.Here you can describe the reason


to stop the treatment

3.Here you can describe the reason


to stop the treatment

4.Here you can describe the reason


to stop the treatment

21
PALPASI

N. Ulnaris N. Peroneus
Communis

N. Tibialis N. Supraorbita
Posterio N. Cervical,
r N. Auricularis
Magnus
22
SENSORIK

Nyeri
Rab Tajam-Tumpul
a

Suhu Lokasi
pemeriksaan

23
MOTORIK

N. Medianus N. Ulnaris

N. Peroneus Mat
Communis a

24
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

BAKTERIOLOGIS
Skin Smear (kerokan kulit)
diperoleh lewat irisan dan kerokan
kulit yang kemudian diberi
pewarnaan tahan asam untuk
melihat M. leprae.

25
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

RESULT
S

26
DIFFERENTIAL
DIAGNOSIS
Psoriasis
Bercak merah berbatas
tegas, dengan skuama
berlapis

Veruka Vulgaris Dermatitis Seboroik

Papule diatas dengan Lesi daerah berkeringat, sisik


permukaan kuning berminyak, gatal, baal (-)
kasar

Ptyriasis Alba Vitiligo

Makula bentuk bundar/oval Pigmen kulit hilang total, kulit


dg sisik, rasa raba amat putih
normal

27
Tujuan Pengobatan
1. Memutuskan mata
rantai penularan
2. Menyembuhkan
penyakit penderita
3. Mecegah terjadinya
06 TERAPI cacat atau
bertambahnya cacat

MDT
Multidrug Therapy adalah
kombinasi 2 atau lebih
obat antikusta, yang salah
satunya terdiri dari
Rifampicin sebagai
bakterisid kuat dengan
obat antikusta lainnya
yang bisa bersifat
bakteriostatik.

28
TERAPI TIPE PB
Jenis Obat <10 tahun 10-15 >15 tahun Keterangan
tahun
Rifampisin 300 450 650 Minum di
mg/bulan mg/bulan mg/bulan depan
petugas
Dapson 25 50 100 Minum di
mg/bulan mg/bulan mg/bulan depan
petugas
25 mg/hari 50 mg/hari 100 Minum
mg/hari dirumah

Lama Pengobatan : diberikan sebanyak 6 dosis


yang diselesaikan dalam 6-9 bulan
29
TERAPI TIPE MB
Jenis Obat <10 tahun 10-15 tahun >15 tahun Keterangan
Rifampisin 300 mg/bulan 450 mg/bulan 600 mg/bulan Minum didepan
petugas
Dapson 25 mg/bulan 50 mg/bulan 100 mg/bulan Minum didepan
petugas

25 mg/hari 50 mg/hari 100 mg/hari Minum dirumah

Klofazimin 100 mg/bulan 150 mg/bulan 300 mg/bulan Minum didepan


(Lampren) petugas

50 mg 2 kali 50 mg setiap 2 50 mg/hari Minum dirumah


seminggu hari

Lama Pengobatan : diberikan sebanyak 12 dosis yang diselesaikan 30


dalam 12-18 bulan
TERAPI

31
EFEK SAMPING

32
MDT dengan
Keadaan Khusus

Kehamilan dan Menyusui Tuberkulosis


Kusta sering eksaserbasi pada Bila pasien juga mengalami TB
masa kehamilan, oleh karena itu aktif, pengobatan harus ditujukan
MDT harus tetap diberikan. untuk kedua penyakit.
MDT berstándar aman dipakai
selama masa kehamilan dan  TB dengan kusta tipe PB
menyusui baik untuk ibu maupun Cukup ditambahkan Dapsone
janinnya. 100mg, karena Rifampicin sudah
Tidak diperlukan perubahan didapatkan melalui pengobatan TB.
dosis pada MDT. Lama pengobatan tetap sama
Efek samping yang sering terjadi dengan tipe PB non TB
adalah perubahan warna kulit TB dengan kusta tipe MB
pada bayi akibat Clofazimin. Pengobatan kusta cukup dengan
Dapsone dan Lamprene karena
Rifampicin didapatkan dari
HIV/AIDS pengobatan TB. Lama pengobatan
sesuai dengan pengobatan MB
Pengobatan HIV juga tetap pada
umumnya. Jika terapi TB sudah
berjalan selesai maka pengobatan kusta
bersamaan dengan terapi kusta. sesuai dengan blister MDT
Sama dengan manejemen pasien
kusta non HIV.

33
INDIKASI RAWAT INAP

Reaksi reversal Rencana Tindakan


atau ENL berat operatif

1 2 4
3
Efek samping obat Keadaan umum buruk
berat (ulkus, gangren), atau
terdapat keterlibatan
organ tubuh lain dan
sistemik
34
KIE
• Dapat disembuhkan dengan terapi MDT,
yang diminum setiap hari dalam jangka
waktu yang lama dan dosis yang
ditentukan.
• Efek samping MDT seperti urin merah,
bercak kulit gatal, berwarna kekuningan
dan perubahan warna kulit.
• Penjelasan tentang gejala dan reaksi
kusta
• Cacat baru dapat timbul saat atau
setelah pengobatan dan dapat diobati.
• Penyembuhan cacat yang sudah ada
sebelumnya tergantung pada lama
• cacat yangdiri
Perawatan diderita
harus secara teratur
harinya
tiap
• Menjaga hygiene dan imun tubuh agar
tetap baik

35
KIE saat RFT
 Beri selamat karena
telah menyelesaikan
pengobatan dan berarti
sudah sembuh sehingga
tidak memerlukan
MDT lagi
 Bercak kulit yang tersisa
memerlukan waktu
untuk menghilang dan
Sebagian menetap

 Mati rasa,
kelemahan otot
dan kerusakan
saraf akan menetap
 Lapor apabila ada
gejala reaksi kusta
yang timbul

36
PROGNOSIS


Dubia ad
Diagnosis dini
 Tanpa kerusakan saraf pada awal
diagnosis
 Pengobatan cepat dan adekuat
 Melaksanakan perawatan diri

bona
m 

Tanpa pengobatan
Komplikasi berhubungan dengan hilangnya

Dubia ad sensasi pada anggota gerak tubuh dan


jari- jari  pasien mengabaikan luka 
infeksi
 Kerusakan saraf dan komplikasinya 
cacat
menyebabkan kerusakan permanen

mala  Neuritis
Tidak dan reaksi
melakukan yang mungkin
perwatan diri

m
37
07
REAKSI
KUSTA
DEFINISI

Reaksi Kusta tipe 1 Reaksi Kusta tipe 2


(tipe reversal) (Eritema Nodusum
Leprosum)
• Tipe borderline terutama • LL dengan infiltrasi kulit
Merupakan interupsi BL dan BB • Reaksi timbul tahun
dengan episode akut pada • Reaksi dapat timbul sebelum, pertama MDT
perjalanan penyakit yang selama dan setelah • Usia muda
sangat kronik. Terdiri dari pengobatan (RFT) • Obat MDT kecuali
• Usia tua clofazimine
reaksi kusta tipe 1 (tipe • Lesi dan keterlibatan saraf • Index Bakteri >4+
reversal) dan reaksi kusta multiple • Dipengaruhi stress fisik
tipe 2 (eritema nodusum • Lesi pada wajah dan dekat dan mental
leprosum) mata, beresiko • Infeksi penyerta:
lagoftalmus Steptococcus, virus, parasite,
• Infeksi penyerta: Hepatitis filaria dan malaria
B atau C • Kebanyakan pada trimester 3
• Lain-lain seperti trauma,
operasi, imunisasi protektif,
tes Mantoux positif kuat,
minum kalium hidroksida 39
KRITERIA DIAGNOSTIK
Gejala/Tanda Reaksi tipe 1 Reaksi tipe 2

Tipe kusta PB dan MB Hanya pada MB

Waktu timbulnya Biasanya dalam 6 bulan pertama pengobatan biasanya setelah mendapatkan
pengobatan yang lama, >6bulan
Keadaan umum Umumnya baik, demam ringan (subfebris) atau Ringan hingga berat disertai kelemahan
tanpa demam umum dan demam tinggi

Peradangan di kulit Bercak kulit lama menjadi meradang (merah), Timbul nodul kemerahan, lunak dan
bengkak, berkilat, hangat. Kadang hanya nyeri tekan. Biasanya pada lengan dan
pada Sebagian lesi. Dapat timbul bercak baru tungkai. Nodus dapat pecah (ulserasi)
Neuritis Sering terjadi, berupa nyeri tekan saraf dan atau Dapat terjadi
gangguan fungsi saraf
Silent neuritis (-)
Radang mata Dapat terjadi pada kusta tipe PB maupun MB Hanya pada kusta tipe MB

Edema ekstremitas (+) (-)


Peradangan pada organ lain Hampir tidak ada Terjadi pada mata, KGB, sendi, ginjal,
testis, dll. 40
REAKSI BERAT

Ditandai dengan adanya salah satu dari 3


gejala berikut:
1. Lagoftalmus baru terjadi dalam
3 bulan terakhir
2. Nyeri raba saraf tepi
3. Kekuatan otot yang berkurang dalam
6 bulan terakhir
4. Makula pecah atau nodul pecah
5. Makula aktif (meradang), diatas
lokasi saraf tepi
6. Gangguan pada organ lain

41
DIFFERENTIAL
DIAGNOSIS

REAKSI
REVERSAL 1. Relaps
2. Selulitis, urtikaria, erysipelas,
(tipe 1) dan insect bite

1. Eritema nodusum yang disebabkan TB, infeksi


Streptococcus dan obat
ERITEMA 2. Infeksi kulit karena Streptococcus
beta hemolyticus
NODUSUM 3.
4.
Alergi obat sistemik
Demam reumatik
LEPROSUM 5. Lain-lain spt: penyakit kulit bulosa (ENL
bulosa), pyoderma gangrenosum (ENL
(tipe 2) ulserasi),
keganasan (ENL kronis)

42
PENCEGAHAN
Tidak dapat dicegah, tapi Mengenali tanda dan gejala
dilakukan berbagai hal agar reaksi kusta secara dini,
tidak terjadi kecacatan KIE tanda dan gejala awal
sehingga dapat merujuk reaksi kusta dan neuritis
dengan: untuk diagnose dan
tatalaksana yang baik

KIE tentang keteraturan Pasien dengan resiko tinggi


minum obat dan reaksi kusta harus rutin
menyelesaikan sesuai kontrol, minimal sebulan
dengan waktu yang telah sekali
ditentukan

43
PENGOBATAN

Reaksi Reversal

- MDT harus segera dimulai


atau tetap dilanjutkan
- Neuritis → Prednisolon
mulai 40mg/hari

Reaksi ENL

- MDT diteruskan
- Prednisolon 40-60 mg
- Klofazimin 300 mg/hari

44
REFERENCES

● Linuwih, Sri, dkk. 2019. Ilmu Penyakit Kelamin.


Jakarta: FK UI.
● Widaty, Sandra, dkk. 2017. Panduan Praktik Klinis
Bagi
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Jakarta: PERDOSKI

● Daili, Emmy, dkk. 2003. KUSTA. Jakarta: KSMHI FK UI

● Adhyatma, dkk. 2007. Buku Pedoman Nasional


Pengendalian Penyakit Kusta. Jakarta: DEPKES RI
Dikjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan

45

Anda mungkin juga menyukai