Kusta Merupakan penyakit infeksi yang kronik yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium leprae yang bersifat intraselular obligat.
Kusta mempengaruhi kulit dan saraf perifer, akibatnya neuropati dan konsekuensi jangka
panjang terkait, termasuk deformitas dan kecacatan.
MUKOSA
ORGAN LAIN
TRAKTUS
SARAF PERIFER KULIT (kecuali susunan
RESPIRATORIUS
saraf pusat).
BAGIAN ATAS
Epidemiologi
• Semua umur
• Kusta bukan penyakit keturunan.
• Frekuensi tertinggi pada kelompok umur 25-35 tahun.
• Indonesia penderita kusta < 14 tahun ± 13%
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan laporan resmi yang diterima dari 138 negara dari seluruh wilayah WHO, prevalensi kusta
yang tercatat secara global pada akhir tahun 2015 adalah 176.176 kasus (0,2 kasus per 10.000 orang).
Jumlah kasus baru yang dilaporkan pada tahun 2015 adalah 211 973 (2.9 kasus per 100 000 orang)
Iklim (cuaca panas dan lembab), diet, status gizi, status sosial ekonomi, genetik, berperan
dalam kejadian dan penyebaran penyakit
Etiologi
■ Mycobacterium leprae
■ Ukuran : 1-8 um, diameter 0,25-0,3
um
■ Berkelompok atau tersebar
■ Hidup dalam sel bersifat tahan asam
(BTA), gram positif, tahan alcohol
• Menular : kontak langsung (lesi
■ Tidak mudah diwarnai
mikroskopis + makroskopis, kontak lama
dan berulang), melalui pernapasan.
• Mampu bertahan 9 hari di luar tubuh.
• Masa inkubasi : 2-5 tahun
Patogenesis Kusta
• M. leprae Inoklusi kulit & droplet Makrofag (lapisan dermis) &
sel Schwann (jaringan saraf).
• Sel Schwann sel target gangguan imunitas kuman migrasi &
aktivasi reaksi tubuh (+) makrofag fagositosis sel epiteloid
inaktif sel Datia Langhans granuloma aktivitas regenerasi
saraf ↓ & kerusakan saraf progresif.
• Sebenarnya M. leprae mempunyai patogenesis dan daya invasi yang
rendah, sebab penderita yang mengandung kuman lebih banyak
belum tentu memberikan gejala yang lebih berat, bahkan dapat
sebaliknya.
• Oleh karena itu penyakit kusta dapat di sebut sebagai penyakit
imunologik.
PATOFISIOLOG
I
• Invades via specific laminin binding protein.
• Seseorang dinyatakan sebagai penderita kusta bila terdapat 1 dari tanda-tanda utama
diatas. Sebagian besar penderita dapat didiagnosis dengan pemeriksaan klinis. Apabila
hanya ditemukan cardinal sign, perlu dirujuk kepada ahli kusta. Jika masih ragu, orang
tersebut dianggap sebagai penderita yang dicuragai (suspek)
Tanda-tanda tersangka kusta
1. tanda- tanda pada kulit
a. Bercak kulit yang merah atau putih (paling sering) dan atau plakat
pada kulit, terutama di wajah dan telinga
b. Bercak kurang/mati rasa
c. Bercak yang tidak gatal
d. Kulit mengkilap/kering bersisik
e. Adanya kelainan kulit yang tidak berkeringat dan atau ndak
berambut
f. Lepuh tidak nyeri
2. Tanda-tanda pada saraf
a. Nyeri tekan dan atau spontan pada saraf
b. Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota gerak
c. Kelemahan anggota gerak dan atau wajah
d. Adanya cacat (deformitas)
e. Luka (ulkus) yang sulit sembuh
3. Lahir dan tinggal didaerah endemic kusta dan mempunyai kelainan
kulit yang tidak sembuh dengan pengobatan rutin, terutama bila
terdapat keterlibatan saraf tepi
Tanda tersebut merupakan tanda-tanda tersangka kusta dan belum dapat
digunakan sebagai dasar diagnosis penyakit kusta. Jika diagnosis kusta masih
belum dapat ditegakkan, Tindakan yang dapat dilakukan adalah :
• Pikirkan kemnungkinan peny kulit lain (panu, kurap, kudis,psoriasis, vitiligo)
• Pengambilan kerokan jaringan kulit
• Jika tidak ada petugas terlatih, tunggu 3-6 bulan dan periksa Kembali adanya
tanda utama. Jika ditemukan tanda utama, diagnosis dapat ditengakkan, jika
masih ragu, rujuk
Ingat ! Tanda utama tetap dapat ditemukan pada pasien sembuh atau release
from treatment (RFT). Perlu anamnesis yang teliti untuk menghindari
pengobatan ulang yang tidak perlu
Klasifikasi
Setelah seseotang didiagnosis menderita kusta, maka tahap selanjutnya yaitu menetapkan
tipe/klasifikasinya
1. Dasar klasifikasi
a. Manifestasi klinis, yaitu jumlah lesi kulit, jumlah saraf yang terganggu
b. Hasil pemeriksaan kerokan jaringan kulit BTA +/-
2. Tujuan
Klasifikasi penting untuk menentukan :
c. Jenis pengobatan
d. Lama pengobatan
e. Perencanaan logistic
3. Jenis klasifikasi
Terdapat beberapa klasifikasi kusta (klasifikasi Madrid, Ridley-Jopling, India, WHO). Penentuan klasifikasi
didasarkan pada tingkat kekebalan tubuh dan jumlah kuman
1982 ahli WHO mengklasifikasikan kusta untk memudahkan
pengobatan. Pasien dibagi menjadi 2 tipe yaitu tipe Pausibasilar (PB)
dan tipe Multibasilar (MB)
Diagnosis Banding
Kusta disebut dengan istilah the great imitator pada penyakit kulit.
Beberapa kelainan yang mirip dengan kusta antara lain :
1. Diagnosis Bercak Merah
2. Bercak Putih
3. Nodul
GAMBARAN KLINIS
CUTANEOUS LESIONS
CUTANEOUS LESIONS
CUTANEOUS LESIONS
CUTANEOUS LESIONS
CUTANEOUS LESIONS
Kusta Histoid
Gejala Kerusakan Saraf
N. ULNARIS
• Anestesia pada ujung jari
anterior kelingking dan jari
manis
• Clawing kelingking dan jari
manis
• Atrofi hipotenar dan otot
interoseus serta kedua otot
lubrikalis medial
Gejala Kerusakan Saraf
N. MEDIANUS
• Anestesia pada ujung jari
bagian anterior ibu jari,
telunjuk, dan jari tengah
• Tidak mampu aduksi ibu jari
• Clawing ibu jari, telunjuk, dan
jari tengah
• Ibu jari kontraktur
• Atrofi otot tenar dan kedua
otot lumbrikalis lateral
Gejala Kerusakan Saraf
N. RADIALIS
• Anestesia dorsum manus,
serta ujung proksimal jari
telunjuk
• Tangan gantung (wrist drop)
• Tidak mampu ekstensi jari-jari
atau pergelangan
Gejala Kerusakan Saraf
N. POPLITEA LATERALIS
• Anestesia tungkai bawah,
bagian lateral
• Kaki gantung (foot drop)
• Kelemahan otot peroneus
Gejala Kerusakan Saraf
N. TIBIALIS POSTERIOR
• Anestesia telapak kaki
• Claw toes
• Paralisis otot intrinsik kaki dan
kolaps arkus pedis
Gejala Kerusakan Saraf
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan setelah meminta izin (Inform consent) kepada
pasien, usahakan pada pemeriksaan ruang yang terang agar dapat melihat
kelainan kulit dengan seksama.
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Inspeksi dilakukan dari kepala sampai kaki. Perhatikan setiap makula, nodul, jaringan parut
dan penebalan kulit. Perhatikan apakah ada deformitas pada wajah, tangan dan kaki.
Palpasi
Palpasi dilakukan untuk memeriksa apakah ada penebalan saraf tepi atau tidak. Tempat-
tempat dimana sering terjadi penebalan saraf adalah pada nervus ulnaris di siku, nervus
medianus dan radialis superfisial di pergelangan tangan, nervus peroneus komunis di fossa
poplitea, dan nervus aurikularis di leher.
Gunakan sepotong kapas yang sudah dipilin pada ujungnya. Berikan penjelasan pada pasien
bila merasakan sentuhan maka pasien harus menunjuk bagian mana yang terasa. Pasien
ditutup matanya saat melakukan pemeriksaan. Lesi di kulit diperiksa secara bergantian
dengan kulit yang normal untuk mengetahui apakah ada anestesi atau hipestesia.
• SIMBOL KELAINAN KUSTA
Keterangan simbol
Bercak
Bercak kusta
kusta kemerahan
kemerahan // Ulkus
Ulkus
keputihan
keputihan
Mati
Mati rasa
rasa Infiltrat
Infiltrat yang
yang luas
luas
dan merata
dan merata
Bercak
Bercak putih/merah
putih/merah Tangan
Tangan lunglai
lunglai // kaki
kaki
yg
yg mati rasa
mati rasa berbatas
berbatas semper
semper
tidak
tidak jelas
jelas
Kontraktur
Kontraktur lemah
lemah
Bercak
Bercak putih/merah
putih/merah yg
yg
mati
mati rasa
rasa berbatas
berbatas tegas
tegas
Kontraktur
Kontraktur kaku
kaku
Benjolan
Benjolan
Mutilasi
Mutilasi // absorbsi
absorbsi
Alis
Alis mata
mata rontok
rontok //
madarosis
madarosis
Hidung
Hidung pelana
pelana
Ginekomasti
Ginekomasti
Lagoppthalmus
Lagoppthalmus Penebalan
Penebalan saraf
saraf
Makula
Hipopigmentasi +
5A :
• Anestesi
• Anhidrosis
• Akromia
• Alopesia
• Atrofi
TES SENSIBILITAS
FUNGSI NORMAL SARAF
Fungsi
Facialis Mempersarafi
kelopak mata agar
bisa menutup
Ulnaris Mempersarafi jari Rasa raba telapak
tangan ke 4 dan ke tangan : separuh jari ke
5 4 (jari manis) & ke 5
(jari kelingking)
Medianus Mempersarafi jari Rasa raba telapak
ibu jari, telunjuk tangan bagian ibu jari,
dan jari tengah jari ke 2, 3, dan Mempersarafi
separuh jari ke 4. kelenjar keringat,
Radialis Kekuatan
kelenjar minyak dan
pergelangan tangan
pembuluh darah
Peroneus Kekuatan
pergelangan Kaki
Tibialis Mempersarafi jari- Rasa raba telapak kaki
posterior jari kaki
LETAK SARAF TEPI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUSTA
N. Facialis
N. Auricularis magnus
N. Medianus
N. Radialis
N. Ulnaris
N. Peroneus Communis
N. Tibialis Posterior
Pemeriksaan Fungsi saraf facialis
Pemeriksaan raba Saraf Ulnaris
PEMERIKSAAN KEKUATAN JARI
KELINGKING DAN TES KONFRONTASI
Fagosit
SIS Lemah Makrofag tidak bs Sel Virchow Penyebarluasan
fagosit
- Pada lepra tipe tuberkuloid akan ditemukan tuberkel dan hanya ada sedikit
kuman
- Pada lepra tipe lepromatosa terdapat kelim sunyi sub-epidermal, dimana didapati
sel Virchow/sel lepra dan banyak kuman.
- Pada tipe borderline terdapat campuran dari tuberkel dan sel Virchow
3.Pemeriksaan Serologik
• Pemeriksaan serologik lepra didasarkan dari terbentuknya antibodi pada
tubuh penderita yang terinfeksi Mycobacterium leprae.
• Ab Spesifik - Mycobacterium lepraeadalah antibodi anti phenolic glycolipid-1
(PGL-1) dan antibodi antiprotein 16 kD dan 35kD.
• NonSpesifik - anti-lipoarabinomanan (LAM)
• Jenis pemeriksaan serologic
- Uji MLPA (Mycobacterium Leprae Particle Aglutination)
- Uji ELISA (Enzyme Linked Immuno-sorbent Assay)
- ML Dipstick Test (Mycobacterium Leprae Dipstick)
- ML Flow Test (Mycobacterium Leprae Flow Test)
Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel untuk kerokan kulit pada lepra adalah:
Klasifikasi Ridley-Jopling
• TT (Tuberkuloid): pasien memiliki sistem imun seluler yang baik, dengan pasien mengalami lesi kulit
tunggal atau jumlah lesi asimetris yang kecil.
• BT (Borderline Tuberkuloid): seperti TT, tetapi lesi lebih banyak dengan ukuran lebih kecil.
• BB (Borderline- Borderline): lesi antara TT dan LL dengan distribusi asimetris serta gangguan saraf
sedang.
• BL (Borderline Lepromatous): mirip dengan LL, tetapi dengan jumlah lebih banyak, tidak simetris dan
kehilangan sensasi di beberapa bagian kulit.
• LL (Lepromatous): bakteri bermultiplikasi dan menyebar melalui pembuluh darah karena tidak adanya
respon imun seluler terhadap bakteri. Lesi kulit multipel dan simetris, hipopigmentasi dan batas yang
kurang tegas. Pada tahap lanjut pasien mengalami facies leonine, madarosis, dan edema pada kaki.
Klasifikasi WHO
Klasifikasi TT dan BT dimasukkan ke dalam tipe Pausibasiler (PB) sedangkan
klasifikasi BB, BL, dan LL dimasukkan ke dalam tipe Multibasiler (MB) pada
klasifikasi WHO.
• Lampren (klofazimin)
• Berbentuk kapsul lunak berwarna coklat 50mg dan 100mg
• Bersifat bakteriostatik, bakterisidal lemah, dan anti inflamasi
• Pemberian oral, diminum sesusah makan untuk menghindari gangguan
gastrointestinal
Sediaan dan sifat obat
• Rifampisin
• Berbentuk kapsul 150mg, 300mg, 450mg dan 600mg
• Bersifat bakterisidal: 99% kuman kusta mati dalam satu kali pemberian
• Pemberian oral, diminum setengah jam sebelum makan agar penyerapan
lebih baik
• Vitamin (obat penunjang)
• Obat neurotropik : vitamin B1, B6, dan B12
Pasien dengan keadaan Khusus
1. Hamil dan menyusui: MDT aman untuk ibu hamil dan anaknya
Terbagi menjadi 2:
• Timbul terutama pada tipe lepromatosa dan dapat pula pada BL.
reversibel.
Pengobatan dengan Klofazimin (Lampren)
perubahan SIS.
• Seluruh lesi yang telah ada bertambah aktif atau timbul lesi baru dalam waktu
singkat