Anda di halaman 1dari 13

Rheumatoid Arthritis

DINI PARAMITA DEFRIN : 12101001068

Radiologi

Preceptor
Dr. H. Dede Setiapriagung,Sp.Rad.MH.Kes
BAB I

Kasus :

Seorang wanita berusia berusia 53 tahun datang dengan keluhan nyeri pada kedua tangan,
semakin hari semakin terasa sakit, meskipun sudah dilakukan pengobatan tapi nyeri yang
dirasakan tidak berkurang sehingga menggangu aktivitas (keterbatasan gerak)

Pemeriksaan :

Peningkatan Rheumatoid factor


Penurunan fungsi ginjal (peningkatan serum kreatinin dan penurunan GFR)

Gambaran Radiologi x-ray :

Interpretasi :

Pada bilateral tangan secara simetris menunjukkan kerusakan space pada proximal joint yang
parah dengan periarticular osteopenia dan ulnar subluxasi dari proximal phalanges yang pertama
dank e-2 pada respective metacarpal
Diagnosa :

Rheumatoid Arthritis

Differensial Diagnosa :

Rheumatoid arthritis
Psoriatic arthritis
Amyloidosis
Polyarteritis nodosa
Viral arthritis (rubella, hepatitis B, parvovirus)
Whipple disease
Scleroderma
Paraneoplastic syndrome
Multicentric reticulohistiocytosis
Osteoarthritis (erosive)
BAB II
ANATOMI MANUS

2.1 Anatomi Manus


Manus (tangan) terdiri dari 27 tulang yang berkelompok berdasarkan lokasi dan fungsi,
meliputi kelompok carpus, metacarpus, dan phalanges.

2.1.1. Carpus
Karpus mulai dari pergelangan tangan yang terdiri dari 8 tulang karpal yang terdiri dari
2 transverse row yang masing-masing terdiri dari 4 tulang. Proximal row terdiri dari scaphoid,
lunate dan pisiform, penamaan dari sisi ibu jari kearah medial. Pisiform berhubungan dengan
tendon (sesamoid bone), bagian distal terdiri dari trapezium, trapezoid, capitatem dan hamate.
Trapezium dikenal dengan multangular besar dan multangular kecil. Scaphoid berhubungan
dengan lunate, ujung sendi (ujung distal) berhubungan dengan radius.

2.1.2. Metacarpus
5 metacarpal membentuk susunan tangan, masing-masing individu pada bagian proximal
terdiri dari body, sedangkan bagian distal terdiri dari kepala.
2.1.3. Phalanx
Jari-jari tangan yang terdiri dari 14 phalanx, 1 buah phalanx dikelan dengan individual
finger bone, 3 kotak phalanx berkontribusi berdasarkan ukuran untuk membentuk bagian
proximal, medial, distal. Ibu jari dikenal denga phollex (devoid dari tulang tengah)

2.2. Pengambilan gambar x-ray pada Manus

Umumnya proyeksi manus dibuat dengan proyeksi PA bukan AP

Posisi Obyek
Telapak tangan menempel di atas kaset dengan jari-jari tangan lurus

Sinar
CP tegak lurus kaset
CR caput metacarpophalangeal Joint III

Faktor Eksposi
Tanpa grid dengan 42 kV dan 6,3 mAs

Kriteria
Tampak os carpals, os metacarpals dan phalanges dalam posisi PA kecuali thumb pada posisi
oblik dan wrist joint
MANUS LATERAL

Untuk proyeksi lateral dapat dibuat dengan jari-jari ekstension (lateral) tepi ulnaris / radialis
menempel film, fleksion dan FAN lateral

Posisi Obyek
Telapak tangan dan wrist join pada posisi true lateral di atas kaset dengan :

Sinar
CP tegak lurus kaset
CR caput metacarpophalangeal Joint II / pertengahan obyek
Faktor Eksposi
Tanpa grid dengan 52 kV dan 6,3 mAs

Kriteria

Lateral ekstension, (tepi ulnaris menempel film, tampak phalanges, metacarpals dan distal radius
serta ulna saling superposisi kecuali thumb pada posisi PA dan mengalami magnifikasi)/(tepi
radialis menempel film, tampak phalanges, metacarpals dan distal radius serta ulna saling
superposisi kecuali thumb pada posisi PA)

Lateral fleksion; tampak phalanges, metacarpals dan distal radius serta ulna saling superposisi
kecuali thumb pada posisi PA dan magnifikasi, Digits pada posisi fleksion

FAN lateral, Phalanges tergambar masing-masing kecuali bagian proximal serta radius dan ulna
saling superposisi.

MANUS OBLIK

Untuk proyeksi oblik biasanya dibuat oblik PA

Posisi Obyek

Telapak tangan dari posisi lateral kemudian di rotasikan (endosorotasi) dengan ujung-ujung jari
menempel kaset sehingga tampak seperti memegang / dapat juga menggunakan spon.

Sinar
CP tegak lurus kaset
CR caput metacarpophalangeal Joint III /V

Faktor Eksposi
Tanpa grid dengan 42 kV dan 8 mAs

Kriteria

Gambaran manus pada posisi oblik kecuali thumb pada posisi lateral

Pada CP metacarpophalangeal joint V os metacarpals I-V minimal overlap daripada pada CP


pada metacarpophalangeal joint III.

Radius dan ulna saling overlap / superposisi


MANUS OBLIK BALL CATCHER

Untuk proyeksi oblik Ball catcher dibuat pada kasus arthritis Rheumatoid

Posisi Obyek

Kedua tangan diletakkan di atas kaset, dari posisi lateral eksorotasikan tangan sehingga
membentuk sudut 45 kemudian tangan di eksorotasikan sedikit sehingga setengah supinasi dan
posisikan jari-jari seperti sedang memegang bola. Posisikan ibu jari abduksi untuk menghindari
superposisi dengan jari-jari.

Sinar
CP tegak lurus kaset
CR pada pertengahan antara kedua tangan

Faktor Eksposi
Tanpa grid dengan 42 kV dan 10 mAs / low kV
Kriteria

tampak soft tissue kedua tangan masuk dalam film dengan metacarpophalangeal joint II-V bebas
saling superposisi kecuali thums sedikit superposisi dengan carpal II
BAB III
PATOLOGI

3.1. Rheumatoid Artheritis


3.1.1. Definisi
Penyakit autoimun yang menyebabkan inflamasi kronis pada sendi. RA juga menyebabkan
inflamasi pada jaringan disekitar sendi (organ pada tubuh). Autoimun disease adalah penyakit
yang terjadi pada jaringan tubuh yang berikatan pada sistem imun.

3.1.2. Etiologi
Unknown (dicurigai dikarenakan Bakteri,Virus, Jamur)

3.1.3. Insidensi
o Terjadi pada 1.3 juta penduduk di US
o Wanita : Pria = 3 :1
o Biasanya terjadi pada usia 40 tahun dan sebelum 60 tahun
o Beberapa keluarga biasanya disebabkan oleh faktor genetik

3.1.4. Manifestasi Klinis


 Pada bagian sendi : nyeri, bengkak, kaku dan kemerahan.
 Inflamasi bisa terjadi di jaringan sekitar sendi : tendon, ligament, dan otot
 Beberapa diantaranya dapat menyebabkan destruksi dari tulang rawan, tulang dan
ligament (deformitas sendi)
 Gejala pada saat RA aktiv : lemas, penurunan energy, kekurangan nafsu makan, demam,
nyeri pada otot dan sendi(pada pagi terutama pada saat inaktiv), kekakuan
 Batas pada jaringan dari sendi (synovium) menjadi inflamasi, menyebabkan peningkatan
jumlah cairan synovial, synovium menebal dengan inflamasi (synovitis)
3.1.5. Keluhan akibat inflamasi Sistemik
 Sjogren’s syndrome : inflamasi pada kelenjar mata dan mulut sehingga menyebabkan
mulut kering
 Pleuritis : inflamasi rheumatoid pada batasan paru dapat menyebabkan nyeri dada dan
pernapasan dalam, pendek dan batuk. Jaringan paru menjadi inflamasi, membentuk scare,
kadang membentuk nodul (rheumatoid nodule)
 Pericarditis : inflamasi pada jaringan (pericardium) disekeliling hantung
 Anemia : penurunan sel darah merah dan sel darah putih
 Pembesaran spleen : karena penurunan WBC (Felty’s syndrome)
 Carpal Tunnel Syndrome : syaraf pada pergelangan tangan terjepit
 Vasculitis : inflamasi pada pembuluh darah sehingga menyebabkan gangguan suplai
darah ke jaringan (necrosis)
3.1.6. Patofisiologi
RA menyebabkan inflamasi pada jaringan disekitar sendi.
Adanya antigen yang menyerupai sel tubuh menyebabkan antibodi menyerang bagian tubuh
tersebut

Menyebabkan terjadinya inflamasi pada target organ

Sehingga menyebabkan sel imun dipanggil ke target organ (lymposit ; mengaktivkan dan
membawa messenger kimia : cytokine : TNF, IL_1,IL-6)

Jika terjadi pada tangan (rheumatoid arthritis)

3.1.7. Diagnosa
 Anamnesa : terdapat inflamasi dan deformitas pada sendi, pada permukaan kulit terdapat
rheumatoid nodule. Daerah penyebaran : sendi-sendi kecil pada tangan, pergelangan
tangan,kaki, lutut.
 Pemeriksaan Darah : RF, citrulin antibodi, ANA (antinuclear antibody), Asam Urat,
Fungsi Ginjal, LED,C-reactive protein
 Radiologi : x-ray (pembengkakan pada jaringan lunak, erosi typical dari rheumatoid
arthritis pada sendi)
3.1.8. Klasifikasi
American College of Rheumatology mengklasifikan RA berdasarkan gambaran x-ray :
 Stage I : tidak ada kerusakan, terdapat penipisan tulang
 Stage II : terdapat penipisan tulang disekeliling sendi dengan atau tanpa kerusakan
tulang, kerusakan pada tulang rawan, mobilitas sendi terbatas, tidak ada deformitas sendi,
atropi otot, dan terdapat jaringan lunak yang abnormal disekitar sendi.
 Stage III : terdapat kerusakan tulang rawan dan tulang dan penipisan tulang disekitar
sendi, deformitas sendi tanpa kekakuan yang permanen, terdapat perluasan atropi otot,
abnormal jaringan lunak disekitar sendi.
 Stage IV : terdapat kerusakan tulang rawan dan tulang dan terdapat osteoporosis disekitar
sendi, deformitas sendi dengan fiksasi permanen pada sendi, perluasan pada atropi otot,
abnormal jaringan lunak disekitar sendi.
Klasifikasi berdasarkan Rheumatologi berdasarkan status fungsional :
 Klas I : secara lengkap dapat melakukan aktivitas sehari-hari
 Klas II : mampu melakukan aktivitas sehari-hari namun terdapat keterbatasan (olahraga)
 Klas III : mampu melakukan aktivitas pribadi tapi memiliki keterbatasan dari melakukan
pekerjaan dan aktivitas
 Klas IV : keterbatasan melakukan aktivitas, kerja, dan aktivitas lainnya.
3.1.9. Manajemen
Tujuan dari pengobatan : mengurangi inflamasi sendi dan nyeri, memaksimalkan fungsi
sendi, dan mencegah destruksi sendi dan deformitas
Dilakukan kombinasi terapi, istirahat, latihan kekuatan sendi, perlindungan sendi, edukasi pada
keluarga (pasien)
2 kelas pengobatan :
- 1st line : aspirin dan corticosteroid : untuk mengurangi nyeri dan inflamasi
- 2nd line ; methotrexate, hydroxycloroquine (plaquenil) : mengatur perbaikan penyakit dan
mencegah destruksi sendi yang memburuk.
Operasi (total joint replacement)
Meminimalisasi tingkat stres

Anda mungkin juga menyukai