Anda di halaman 1dari 18

Laporan kasus

ULKUS NEUROTROFIK PEDIS DEXTRA


PADA PENDERITA LEPRA (RFT) YANG DITERAPI
DENGAN KRIM ASAM HIALURONAT

Yudha Permana
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
FK UNDIP/RSUP Dr. Kariadi Semarang

PENDAHULUAN
Penyakit lepra (morbus hansen) adalah penyakit yang memberi stigma
sangat besar pada masyarakat, sehingga pasien tidak hanya menderita karena
penyakitnya saja, tetapi juga cenderung akan dijauhi dan dikucilkan oleh
masyarakat.1 Pada kebanyakan orang yang terinfeksi bersifat asimtomatik, namun
pada sebagian kecil memperlihatkan gejala-gejala dan mempunyai kecenderungan
menjadi cacat, khususnya pada tangan dan kaki.1,2
Ulkus neurotrofik adalah ulkus yang sering terjadi pada penderita lepra
diakibatkan karena tekanan atau trauma pada kulit yang anestetik. Hal ini terjadi
karena kerusakan saraf yang menyebabkan neuropati perifer dan berakibat
hilangnya rasa nyeri (anestesi). Tekanan atau trauma berulang-ulang pada daerah
tersebut akan menyebabkan kerusakan jaringan. Prinsip dari ulkus ini adalah dasar
kelainan yang anestetik sehingga penderita tidak menyadari adanya trauma dan
tidak merasakan nyeri. Selain sering terjadi pada penderita lepra, ulkus ini juga
dapat mengenai penderita diabetes melitus. Sinonim ulkus neurotrofik yaitu ulkus
anestetik, ulkus trofikum, ulkus perforans, dan mal perforans.3
Ulkus plantaris merupakan suatu komplikasi yang sering dari kaki yang
anestetik, terjadi pada sekitar 10 % dari pasien lepra.4 Bentuk ulkus bulat, tidak
nyeri, berisi jaringan nekrotik, biasanya kering (anhidrotik), kulit di sekeliling
ulkus hiperkeratotik (kalus). Pada dasar ulkus biasanya tidak terdapat jaringan
granulasi dan tanda-tanda penyembuhan lainnya. Tulang dibawahnya beresiko
terjadi osteomielitis.5
Diagnosis ulkus neurotrofik tidak sulit, didasarkan atas gambaran klinik
dan anamnesis. Tetapi penting untuk mengetahui penyakit yang mendasarinya.

1
Pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk menentukan penyebab ulkus.4
Upaya pengobatan pada ulkus neurotrofik adalah menghilangkan tekanan atau
trauma, mengatasi infeksi, dan mengobati penyakit atau kelainan yang
mendasari.6,7 Dapat pula diberikan pengobatan topikal seperti pada ulkus yang
lain. Penyembuhan ulkus neurotrofik biasanya lambat dan tidak memuaskan. 1,3
Prinsip penatalaksanaan ulkus pada penderita lepra adalah imobilisasi, perawatan
luka dan tindakan bedah.5
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk lebih memahami
diagnosis dan penatalaksanaan ulkus neurotrofik pada penderita lepra dan untuk
melihat keberhasilan pengobatan menggunakan krim Asam hialuronat.

KASUS
Seorang laki-laki, 56 tahun, bangsa Indonesia, suku Jawa, alamat di
Semarang, menjalani rawat inap di bangsal Mawar Rumah Sakit Tugurejo
Semarang sejak tanggal 23 November 2013 (No. CM : 23.16.69) dengan keluhan
utama timbul borok di kaki kanan dari pergelangan kaki sampai telapak kaki.

AUTOANAMNESIS
Kurang lebih tiga tahun yang lalu, penderita didiagnosis lepra dan
memulai pengobatan di Rumah Sakit Tugurejo menggunakan obat paket gratis
selama satu tahun dan dinyatakan selesai dari pengobatan lepra. Penderita sudah
lama mengeluhkan kaki kanannya yang mati rasa dan mengetahui dirinya
mengidap lepra sejak memulai pengobatan tersebut. Keluhan kaki kanan yang
mati rasa bertahan hingga saat ini.
Kurang lebih tiga minggu yang lalu penderita merendam kaki kanannya
yang mati rasa tersebut ke dalam air panas dalam baskom. Penderita melakukan
itu karena terpengaruh ajakan orang lain dengan maksud memulihkan keluhan
mati rasanya. Setelah merendam kakinya, penderita menutup kakinya dengan kaos
kaki. Penderita yang tidak merasakan apa-apa pada kaki kanannya, tidak
menyadari kakinya menjadi rusak setelah esok harinya melepas kaos kaki, muncul
lepuh-lepuh seperti luka bakar. Penderita mendatangi perawat dan diberikan obat

2
oles (lupa namanya). Semakin hari kaki kanannya menjadi tidak lebih baik, kulit
kakinya mengelupas dan mengeluarkan nanah serta darah.
Kurang lebih dua minggu yang lalu penderita datang ke Poli Kusta Rumah
Sakit Tugurejo Semarang karena keadaan kakinya dan disarankan mondok.
Penderita dirawat di bangsal Mawar. Penderita mendapat perawatan intensif
terhadap luka borok kakinya menggunakan larutan kompres, serbuk tabur, obat
oles dan ganti balut setiap harinya. Selain itu dimasukkan pula obat suntik lewat
infus dan beberapa obat tablet yang minum. Penderita merasakan perbaikan luka
boroknya walaupun lambat.
Atas instruksi dokter penanggung jawab, sejak tanggal 8 Desember 2013
penderita mendapatkan perawatan luka dengan jenis obat krim (Bionect cream)
yang dioleskan di luka borok kakinya kemudian dibalut setiap harinya dan dilihat
perkembangan harian dengan obat tersebut.
Penderita seorang pengangguran, sudah menikah. Istri bekerja sebagai
buruh cuci. Biaya ditanggung Jamkesmas Nasional. Kesan sosial ekonomi kurang.

PEMERIKSAAN FISIK ( Tgl. 8 Desember 2013)


Status generalis :
Keadaan umum : baik, kesadaran kompos mentis
Tanda vital : tekanan darah : 120/80 mmHg, frekuensi nadi : 88 x/menit,
frekuensi nafas : 20 x/mnt, suhu : 36,8 0C
Kepala : mesocephal, fasies leonina (-)
Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), madarosis (-)
Telinga : megalobuli (-), nodul (-)
Hidung : Sadle nose (-), epistaksis (-)
Leher : pembesaran n. aurikularis magnus (-), pembesaran kelenjar (-)
Dada : jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : supel, hepar dan lien tidak teraba, peristaltik normal
Genitalia : dalam batas normal
Ekstremitas atas : pembesaran n. Medianus dekstra dan sinistra (-), pembesaran
n. Ulnaris dekstra dan sinistra (-), claw hand (-), drop hand (-)

3
Eks. bawah : pembesaran n. Peroneus komunis dekstra dan sinistra (-),
pembesaran n. Tibialis posterior dekstra dan sinistra (-),
Claw foot (-), drop foot (-),
Lainnya lihat status dermatologis
Fungsi saraf tepi : - n. fasialis : lagoftalmos (-)
- n. ulnaris : paresis/paralisis (-), hipestesi/anestesi (-)
- n. medianus : paresis/paralisis (-), hipestesi/anestesi (-)
- n. tibialis posterior : anestesi (terhadap sensasi raba, nyeri
dan suhu) pada telapak kaki kanan, jari-jari kaki kanan,
punggung kaki kanan
- n. peroneus komunis : paresis/paralisis (-)

Status dermatologis ekstremitas bawah (kaki kanan) :


Lokasi : punggung dan pergelangan kaki kanan, jari-jari kaki kanan, telapak kaki
kanan
UKK : ekskoriasi, ulkus (luas, meliputi daerah mulai pergelangan kaki sampai
sebagian telapak kaki, dasar kotor terdapat jaringan nekrotik, sebagian
kering, sebagian eksudatif, tepi ulkus pada telapak kaki tidak teratur),
kalus pada telapak kaki
Distribusi : lokalisata, unilateral (Lihat gambar 1)

Gambar 1

ekskoriasi,bercak darah,ulkus,eksudatif jaringan nekrotik, eksudatif

4
eksudatif, pengelupasan kalus di bagian yang bersih, tepi tidak teratur

Gambar 1. Ulkus yang telah diobati topikal dengan kompres NaCl 0,9%, Enbatic powder, dan
salep levertran satu kali sehari selama 2 minggu

HASIL PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIK


- BTA cuping telinga kanan (-)
- BTA cuping telinga kiri (-)

DIAGNOSIS BANDING
1. Ulkus neurotrofik pedis dextra e.c trauma panas pada penderita lepra (RFT)
2. Ulkus neurotrofik diabetikum pedis dextra e.c trauma panas

DIAGNOSIS SEMENTARA
Ulkus neurotrofik pedis dextra e.c trauma panas pada penderita lepra (RFT)

PENATALAKSANAAN
Rawat inap
Pemeriksaan laboratorium darah rutin, fungsi hati, fungsi ginjal, gula darah
sewaktu, elektrolit, dan albumin
Terapi :
Sistemik (melanjutkan terapi sebelumnya) :
- Tirah baring dan diet TKTP
- Infus Ringer laktat 20 tetes permenit
- Injeksi Ceftazidim 2gr intravena per-12 jam
- Zink 20 mg tablet per-24 jam
- Vitamin B complek tablet per-12 jam

5
- Vitamin C tablet per-24 jam
Topikal :
- Memulai terapi krim asam hialuronat (krim Bionect)
- Perawatan ulkus sekali sehari : ulkus dibersihkan dan kompres dengan
NaCL 0,9 % melekat selama 15 menit, buang jaringan nekrotik,
mengoleskan krim bionect ditambah enbatic powder, tutup dengan balut
steril
- Istirahatkan kaki

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM


Darah rutin : Hemoglobin 11,9 gr%, lekosit 18.7x103/l, trombosit 325.000/l,
Hematrokit 35,1%, eritrosit 4.36x106/l, MCV 87.80 fL, MCH 27.18 pg, MCHC
20.80 g/dl, RDW 19%

Hitung jenis lekosit : eosinofil absolut 0.06x103/l, basofil absolut 0.05x103/l,


netrofil absolut 8.50x103/l, limfosit absolut 1.54x103/l, monosit absolut
0.75x103/l, eosinofil 0.60%, basofil 0.50%, netrofil 78.60%, limfosit 14.50%,
monosit 7.00%

Kimia darah : Gula darah sewaktu 94 mg/dl, SGOT 25 U/L, SGPT 25 U/L,
ureum 20/l, kreatinin 0,69/l, albumin 4,4 gr%, kalium 3,8 mmol/L, natrium
141 mmol/L, klorida 108 mmol/L

DIAGNOSIS KERJA
Ulkus neurotrofik pedis dextra e.c trauma panas pada penderita lepra (RFT)

6
PENGAMATAN SELANJUTNYA HARI KE-5 (Tgl. 13 Desember 2013)

Keluhan : luka borok pada kaki kanan mulai mengering


Status dermatologis ekstremitas bawah (kaki kanan) :
Lokasi : punggung dan pergelangan kaki kanan, jari-jari kaki kanan, telapak kaki
kanan
UKK : ekskoriasi, ulkus (meliputi daerah mulai pergelangan kaki sampai
sebagian telapak kaki, dasar kotor terdapat jaringan nekrotik, sebagian
kering, sebagian eksudatif, tepi ulkus pada telapak kaki tidak teratur),
kalus pada telapak kaki
Distribusi : lokalisata, unilateral (Lihat gambar 2)

Gambar 2

bercak darah dan pus berkurang tampak kering

pus berkurang penipisan kalus

Gambar 2. Ulkus yang telah diobati topikal dengan krim Bionect dan Enbatic powder setelah di
kompres dengan NaCl 0,9% selama 5 hari (dibandingkan dengan sebelum terapi)

DIAGNOSIS KERJA
Ulkus neurotrofik pedis dextra e.c trauma panas pada penderita lepra (RFT) dalam
perbaikan

7
PENATALAKSANAAN
Rawat inap
Terapi :
Sistemik (melanjutkan terapi sebelumnya) :
- Tirah baring dan diet TKTP
- Infus Ringer laktat 20 tetes/menit
- Injeksi Ceftazidim 2gr intravena per-12 jam
- Zink 20 mg tablet per-24 jam
- Vitamin B complek tablet per-12 jam
- Vitamin C tablet per-24 jam
Topikal :
- Melanjutkan terapi krim asam hialuronat (krim Bionect)
- Perawatan ulkus sekali sehari : ulkus dibersihkan dan kompres dengan
NaCL 0,9 % melekat selama 15 menit, buang jaringan nekrotik,
mengoleskan krim bionect ditambah enbatic powder, tutup dengan balut
steril
- Istirahatkan kaki

PENGAMATAN SELANJUTNYA HARI KE-10 (Tgl. 18 Desember 2013)

Keluhan : tidak ada


Status dermatologis ekstremitas bawah (kaki kanan) :
Lokasi : punggung dan pergelangan kaki kanan, jari-jari kaki kanan, telapak kaki
kanan
UKK : erosi, ekskoriasi, ulkus (meliputi daerah mulai pergelangan kaki sampai
sebagian telapak kaki, dasar bersih, sebagian kering, sebagian eksudatif,
tepi ulkus pada telapak kaki tidak teratur), kalus pada telapak kaki
Distribusi : lokalisata, unilateral (Lihat gambar 3)
Gambar 3

8
ekskoriasi minimal erosi,tampak kering

ekskoriasi,eksudasi minimal penipisan kalus,ulkus menyembuh

Gambar 3. Ulkus yang telah diobati topikal dengan krim Bionect dan Enbatic powder setelah di
kompres dengan NaCl 0,9% selama 10 hari (dibandingkan dengan 5 hari pasca terapi)

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM


Darah rutin : Hemoglobin 12,0 gr%, lekosit 8.5x103/l, trombosit 300.000/l,
Hematrokit 32,1%, eritrosit 4.30x106/l
Kimia darah : Gula darah sewaktu 88 mg/dl, SGOT 18 U/L, SGPT 22 U/L

DIAGNOSIS KERJA
Ulkus neurotrofik pedis dextra e.c trauma panas pada penderita lepra (RFT) dalam
perbaikan

PENATALAKSANAAN
Rawat inap
Terapi :
Sistemik (melanjutkan terapi sebelumnya) :
- Tirah baring dan diet TKTP
- Melepas infus Ringer laktat
- Menghentikan injeksi Ceftazidim intravena

9
- Zink 20 mg tablet per-24 jam
- Vitamin B complek tablet per-12 jam
- Vitamin C tablet per-24 jam
Topikal :
- Merendam telapak kaki dengan air dingin selama 20 menit sehari sekali
sebelum perawatan ulkus
- Melanjutkan terapi krim asam hialuronat (krim Bionect)
- Perawatan ulkus sekali sehari : ulkus dibersihkan dan kompres dengan
NaCL 0,9 % melekat selama 15 menit, mengoleskan krim bionect ditambah
enbatic powder, tutup dengan balut steril
- Istirahatkan kaki

PENGAMATAN SELANJUTNYA HARI KE-15 (Tgl. 23 Desember 2013)

Keluhan : tidak ada


Status dermatologis ekstremitas bawah (kaki kanan) :
Lokasi : punggung dan pergelangan kaki kanan, jari-jari kaki kanan, telapak kaki
kanan
UKK : erosi, ekskoriasi, skuama
Distribusi : lokalisata, unilateral (Lihat gambar 4)

Gambar 4

erosi dan ekskoriasi minimal,kering,skuama kering,skuama,bersih

10
erosi minimal,kering,skuama,bersih penipisan kalus,ulkus menyembuh

Gambar 4. Penyembuhan ulkus : tampak erosi dan ekskoriasi minimal. Pengobatan topikal
dengan krim Bionect dan Enbatic powder setelah di kompres dengan NaCl 0,9%
selama 15 hari.

DIAGNOSIS KERJA
Ulkus neurotrofik pedis dextra e.c trauma panas pada penderita lepra (RFT) dalam
perbaikan

PENATALAKSANAAN
Rawat inap dilanjutkan rencana terapi rawat jalan 2 hari lagi
Terapi :
Sistemik (melanjutkan terapi sebelumnya) :
- Tirah baring dan diet TKTP
- Zink 20 mg tablet per-24 jam
- Vitamin B complek tablet per-12 jam
- Vitamin C tablet per-24 jam
Topikal :
- Menghentikan terapi krim asam hialuronat
- Perawatan erosi dan ekskoriasi dua kali perhari : dibersihkan dengan NaCL
0,9 % dan membubuhkan enbatic powder, tutup dengan balut steril
- Istirahatkan kaki

PEMBAHASAN

11
Diagnosis ulkus neurotrofik pedis dextra e.c trauma panas pada penderita
lepra (RFT) ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Dari hasil anamnesis didapatkan kurang lebih tiga minggu yang lalu
penderita merendam kaki kanannya yang mati rasa ke dalam air panas dalam
baskom. Penderita melakukan itu karena terpengaruh ajakan orang lain dengan
maksud memulihkan keluhan mati rasanya. Setelah merendam kakinya, penderita
menutup kakinya degan kaos kaki. Penderita yang tidak merasakan apa-apa pada
kaki kanannya, tidak menyadari kakinya menjadi rusak setelah esok harinya
melepas kaos kaki, muncul lepuh-lepuh seperti luka bakar. Semakin hari kaki
kanannya menjadi tidak lebih baik, kulit kakinya mengelupas dan mengeluarkan
nanah serta darah. Sesuai dengan kepustakaan disebutkan bahwa ulkus yang
terjadi karena tekanan atau trauma pada kulit yang anestetik adalah ulkus
neurotrofik. Hal ini terjadi karena kerusakan saraf menyebabkan neuropati perifer
yang berakibat hilangnya rasa nyeri (anestesi). Tekanan atau trauma pada daerah
tersebut akan menyebabkan kerusakan jaringan. Ulkus neurotrofik pada tungkai
bawah dan kaki selain sering dijumpai pada penderita lepra juga terjadi pada
penderita diabetes melitus.1
Dari pemeriksaan dermatologis pada telapak kaki kanan, punggung dan
pergelangan kaki kanan, dan jari-jari kaki kanan didapatkan ujud kelainan kulit
berupa ekskoriasi, ulkus (meliputi daerah mulai pergelangan kaki sampai sebagian
telapak kaki, dasar kotor terdapat jaringan nekrotik, sebagian kering, sebagian
eksudatif, tepi ulkus pada telapak kaki tidak teratur), dan kalus pada telapak kaki.
Menurut kepustakaan untuk dapat mengerti prinsip pengelolaan luka pada pasien
lepra, maka kita harus mengetahui jenis serta patofisiologi terjadinya luka, yaitu: 6
1. Luka lepromatosa
Terdapat pada pasien lepra tipe lepromatosa (L) aktif, berupa nodus atau
infiltrat yang memecah. Luka ini mengeluarkan sekret yang banyak
mengandung basil lepra.
2. Luka stasis
Biasanya terdapat pada pasien lepra tipe lepromatosa (L) yang sudah tidak
aktif, tersering pada tungkai bawah. Terdapatnya fibrosis luas di bawah
kulit yang dapat menyebabkan bendungan aliran vena dan getah bening.

12
Keadaan ini menjadi kronis dan sulit diatasi. Bila telah timbul luka, untuk
penyembuhannya diperlukan perawatan yang intensif dan lama.
3. Luka plantar
Jenis luka ini paling banyak ditemukan pada pasien lepra. Dulu dikenal
sebagai luka trofik karena diduga disebabkan oleh gangguan faktor nutrisi.
Luka tersebut disebabkan oleh gangguan saraf berupa anestesi dan
kelumpuhan otot, disertai gangguan fungsi telapak kaki yang merupakan
bagian anggota badan yang menyangga berat badan. Keadaan ini secara
bersama-sama menyebabkan timbulnya luka. Luka bersifat kronis,
distribusi yang khas pada daerah telapak kaki.
4. Luka lain
Luka yang terjadi pada daerah kaki, tangan, atau bagian tubuh lain, akibat
anestesi atau kurang waspadanya pasien sehingga mudah terkena api
(rokok), benda-benda tajam/keras, dan lain sebagainya. Luka ini mudah
disembuhkan, bila pasien cepat berobat.
5. Luka keganasan
Sebagai akibat luka kronis yang tidak sembuh, bahkan sampai bertahun-
tahun, jaringan luka berubah menjadi keganasan, terutama karsinoma
epidermoid. Luka ditandai oleh timbulnya jaringan berdungkul-dungkul
mirip kembang kol, berbau busuk (khas), mudah berdarah disertai
timbulnya pembesaran kelenjar getah bening regional. Penanganannya
sama seperti pada kasus keganasan yang lain, yaitu tindakan amputasi
pada kasus dini.
Dari semua jenis luka pada pasien lepra, yang paling penting diperhatikan adalah
luka plantar, karena jenis luka ini paling banyak ditemukan. Bila pengelolaanya
tidak tepat, sering berlanjut menjadi cacat yang lebih berat.6
Etiopatogenesis terjadinya luka plantar meliputi adanya kerusakan saraf
(gangguan sensorik, gangguan motorik, gangguan otonom), gangguan arsitektur
kulit telapak kaki, deformitas kaki dan kerusakan arsitektur tulang. Adanya
kerusakan saraf pada daerah kaki menimbulkan gangguan sensibilitas berupa
anestesi (sensorik), kelumpuhan otot (motorik), dan kulit kering akibat hilangnya
fungsi kelenjar keringat dan kelenjar lemak kulit (otonom).6

13
Anestesi pada daerah telapak kaki dapat menyebabkan timbulnya luka
pada telapak kaki. Terdapat beberapa mekanisme yang menyebabkan timbulnya
luka ini, yaitu : 6
1. Tekanan berat badan : bila berdiri lama, kulit telapak kaki akan mendapat
tekanan berat badan, sehingga aliran darah ke daerah tersebut terganggu.
Pada orang normal keadaan tersebut menimbulkan perasaan tidak nyaman
dan akan timbul usaha untuk menggerakkan atau memindahkan tekanan
berat badan, sehingga kulit telapak kaki kembali mendapatkan aliran
darah, akan tetapi pada kulit yang anestesi, keadaan tersebut tidak
dirasakan. Bila berlangsung lama akan mengakibatkan sianosis yang
menetap dan menimbulkan lepuh yang selanjutnya menimbulkan luka.
2. Tekanan yang lama : tekanan ini dapat timbul akibat memakai sepatu yang
sempit
3. Tekanan berulang : bila kulit mendapatkan benturan ringan yang berulang,
terutama pada daerah kulit telapak kaki yang biasanya tidak langsung
menerima beban berat badan, dapat menimbulkan keadaan hiperemi,
lepuh, dan bahkan luka.
4. Tekanan tinggi : pada kulit yang mendapatkan tekanan tinggi, misalnya
paku, duri, atau batu tajam, akan timbul luka pada daerah tersebut.
5. Tekanan saat berjalan : pada saat berjalan akan terjadi mekanisme yang
melibatkan bagian-bagian kaki menerima berat badan, yaitu heel strike,
stance, push off dan swing. Bila pada bagian kaki tersebut terdapat
kelainan disertai anestesi akan memudahkan timbulnya luka.
6. Tekanan shearing : tekanan dengan gaya horizontal sehingga kulit telapak
kaki bergesekan dengan tulang di bawahnya. Adanya anestesi dan kelainan
jaringan kulit, misalnya jaringan parut, akan memudahkan timbulnya luka.
Berbagai keadaan di atas merupakan mekanisme terbanyak yang menyebabkan
timbulnya luka pada telapak kaki, dan keadaan ini bertambah buruk bila tidak
diperhatikan oleh pasien. Karena tidak merasakan nyeri, maka telapak kaki yang
sudah luka tersebut tidak diistirahatkan, bahkan mendapat trauma lebih lanjut
sehingga lukanya bertambah parah dan menimbulkan komplikasi.6

14
Gangguan motorik mengakibatkan kelumpuhan otot, sehingga fungsi kaki
untuk berjalan terganggu, akibatnya bagian-bagian telapak kaki yang tidak
seharusnya menerima berat badan secara langsung atau beberapa bagian telapak
kaki akan menerima beban yang berlebihan.6
Gangguan saraf otonom menyebabkan hilangnya fungsi kelenjar keringat
dan kelenjar lemak kulit, akibatnya kulit menjadi kering dan mudah retak-retak
yang akan berlanjut menjadi luka.6
Gangguan arsitektur kulit telapak kaki, adanya deformitas kaki (drop foot,
claw toes) serta kerusakan arsitektur tulang juga dapat menyebabkan timbulnya
luka plantar.4
Diagnosis banding dengan ulkus diabetikum dapat disingkirkan meskipun
keduanya merupakan ulkus neurotrofik. Kepustakaan menyebutkan bahwa untuk
mengetahui ulkus diabetikum perlu dilakukan pemeriksaan penunjang gula darah.3
Pada penderita ini tidak terdapat keluhan yang sesuai untuk diabetes melitus dan
kadar gula darah dalam batas normal.
Pada kepustakaan dikatakan bahwa penatalaksanaan ulkus neurotrofik
ditujukan pada penyakit yang mendasari dan terhadap ulkusnya sendiri. 8
Penyembuhan ulkus jenis ini biasanya lambat dan sering tidak memuaskan.1
Prinsip penatalaksanaan ulkus meliputi imobilisasi, perawatan luka, mengatasi
infeksi, dan tindakan bedah.3,4 Penatalaksanaan pada penderita ini adalah rawat inap,
tirah baring, memberikan diet TKTP, imobilisasi kaki, memberikan terapi sistemik
yaitu : infus Ringer laktat 20 tetes permenit, Ceftazidim intravena 2gr/12 jam, tablet
zink 20mg/24 jam, tablet B Complek/12 jam, dan tablet Vit C/24 jam. Pengobatan
topikal dengan memberikan krim Bionect, Enbatic Powder, kompres NaCl 0,9%, dan
membuang jaringan nekrotik.
Rawat inap bertujuan untuk imobilisasi, dengan rawat inap penderita dapat
mengistirahatkan kaki yang luka. Pemasangan infus line untuk jalur pemberian obat-
obatan intravena seperti antibiotik guna mengatasi infeksi. Pada penderita ini juga
diberikan tablet zink. Dalam kepustakaan disebutkan bahwa penderita lepra
mempunyai tingkat zink dalam darah yang kurang dibandingkan dengan orang
normal. Hal ini dilaporkan oleh beberapa peneliti seperti Venkatesan dkk, Rao
dkk, dan Mathur dkk. Zink pada penderita lepra mempunyai efek menstabilkan

15
membran sel, makrofag dan sel mast yang berperan dalam sistem imunitas
tubuh.12 Perubahan pada metabolisme zink akan menyebabkan fungsi sel-sel
imunitas tersebut menjadi abnormal. Suplementasi zink diharapkan dapat
memperbaiki fungsi metabolisme zink sehingga meningkatkan respon imunitas
terhadap M. Leprae.
Pengobatan topikal dilakukan kompres NaCl 0,9% dengan tujuan terjadi
penguapan cairan kompres disusul oleh absorbsi eksudat atau pus, permukaan kulit
menjadi dingin, terjadi vasokonstriksi, dan eritema berkurang. 12 Krim Bionect
mengandung komponen sodium asam hialuronat. Asam hialuronat adalah
polisakarida alami yang menyusun jaringan dan berfungsi menstabilkan struktur
interseluler dan membentuk matriks untuk pengikatan serat kolagen dan elastis.
Asam hialuronat berperan pada proses perbaikan luka melalui mekanisme
stabilisasi matriks jaringan granulasi dan memberikan kelembaban lingkungan
yang baik sehingga menghindari abrasi dan friksi. Asam hialuronat yang hidrofilik
memberikan hidrasi lingkungan sel dan memfasilitasi migrasi sel dalam
13
pembentukan granulasi. Pemberian topikal asam hialuronat dengan sediaan krim
Bionect akan membantu mempercepat penyembuhan ulkus.
Prognosis pada penderita ini quo ad vitam ad bonam, quo ad sanam dubia
ad bonam, dan quo ad kosmetikam dubia ad malam.

RINGKASAN
Telah dilaporkan sebuah kasus ulkus neurotrofik pedis dextra e.c trauma
panas pada penderita lepra (RFT) laki-laki berusia 56 tahun dengan keluhan utama
borok pada kaki kanan meliputi daerah pergelangan dan punggung kaki serta jari-
jari kaki kanan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan laboratorium.
Penatalaksanaan pada penderita ini adalah rawat inap, tirah baring,
memberikan diet TKTP, imobilisasi kaki, memberikan terapi sistemik yaitu : infus
Ringer laktat 20 tetes permenit, Ceftazidim intravena 2gr/12 jam, tablet zink 20mg/24
jam, tablet B Complek/12 jam, dan tablet Vit C/24 jam. Pengobatan topikal dengan
memberikan krim asam hialuronat (Bionect), Enbatic Powder, kompres NaCl 0,9%,
dan membuang jaringan nekrotik.

16
Prognosis pada penderita ini quo ad vitam ad bonam, quo ad sanam dubia
ad bonam, dan quo ad kosmetikam dubia ad malam.

Telah dibacakan pada tanggal 18 Januari 2014


Moderator,

Dr. Khunadi Hubaya, Sp.KK(K)

DAFTAR PUSTAKA

17
1. Lee DJ, Rea TH, Modlin RL. Leprosy. Dalam : Fitzpatrick TB, Wolff K, eds.
Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York : McGraw Hill, 2013
2. Wisnu IM, Hadilukito G. Pencegahan Cacat Kusta. Dalam : Daili ES,
Menaldi SL, dkk, ed. Kusta. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2003.
h.104-18
3. Sularsito SA. Ulkus kruris. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Boediardja SA.
Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: BP FKUI, 2010. h.245-
52
4. Yawalkar SJ. Reaction in Leprosy. In : Leprosy for medical practitioners and
paramedical workers. Novartis Foundation for Sustainable Development,
Basle, Switzerland. Eighth revised edition, 2009.
5. Braun Falco O, Plewig G, Wolff HH, Burghdoff WHC. Dermatology. Edisi
ke-2. Berlin : Springer-Verlag, 2000. H 989-1101
6. Soewono JPH, Darmada IGK. Rehabilitasi medik II. Dalam: Sjamsoe-Daili
ES, Menaldi SL, dkk, ed. Kusta. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,
2003. h.104-18
7. Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta. Cetakan XVIII.
Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan : 2006. h. 36-43
8. Sudirman U. Ulkus kulit. Dalam : Harahap M, penyunting. Ilmu Penyakit
Kulit. Jakarta : Penerbit Hipokrates, 2000. h. 280-297.
9. Kalinski, C., Schnepf, M., Laboy, D., Hernandez, L., Nusbaum, J., Grinder,
M.B., et. Al. (2005). Effectiveness of a Topical Formulation Containing
Metronidazole for Wound Odor and Exudate Control. Diakses 2 November
2009, dari http://www.naccme.com/woundcare.
10. Hamzah M. Dermatoterapi. Dalam : Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. edisi ke-
5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2007. h.342-52
11. Saha K. Leprosy and nutrition. Nutrition foundation of India 1990. Tersedia
pada URL : http//nutritionfoundationofindia.res.in
12. Sher R, Shunan G, Baily P, Politzer WM. Serum trace elements and vitamin A in
Leprosy subtypes. The American Journal of Cilnical Nutrition.1981; 34: 1918-
24
13. Noname. Hyaluronic Acid. 2010. Tersedia pada URL :
http//www.scribd.com/doc/1170754/hyaluronic-acid

18

Anda mungkin juga menyukai