Oleh :
dr. Sedayu Yudha Prasta
Pembimbing :
dr. Haikal Muhfid, SpPD
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
TTL/Usia : Klaten, 01 Oktober 1975 / 42 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Sepinggan
Pendidikan : SMA
Suku : Jawa
Tanggal Masuk RS : 25 Mei 2017 Pukul 20.10 WITA
II. Anamnesa
Keluhan Utama : nyeri sendi
Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Frekuensi Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : 37,2oC (axial)
Status Generalisata
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor,
diameter 2 mm, reflex cahaya +/+
JVP : 5-2 cm H2O
Jantung
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba
Perkusi : Batas kanan jantung di ICS IV linea sternal dekstra
Batas kiri jantung di ICS V, 2 jari lateral dari linea
midclavicula sinistra
Batas atas jantung di ICS III linea parasternal sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regularly irregular, murmur (-),
gallop (-)
Paru
Inspeksi : Simetris, tidak tampak retraksi pada sela iga
Palpasi : Vocal fremitus kanan >> kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : Supel, perut tampak datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen, hepatomegali (-)
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-)
V. Diagnosa Kerja
- Acute On Chronic Tophaceous Gout Arthritis
- Hiperuricemia
VI. Penatalaksanaan
Perawatan hari ke 1
Pasien mengeluh kedua kaki masih terasa nyeri,(VAS 8) susah berjalan.
Pasien mendapatkan terapi:
- Inj Plug
- Inj. Pantoprazole 1 x 40 mg iv
- Inj. Ketorolac 3 x 30 mg iv
- Inj. Methylprednisolon 2 x 62,5 mg iv
- Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gr iv
- Colchisin 3x0,5 mg P.O.
Perawatan hari ke 2
Pasien mengeluh nyeri pada kedua kaki berkurang, (VAS 5), masih sakit bila
berjalan.
terapi :
- Inj Plug
- Inj. Pantoprazole 1 x 40 mg iv
- Inj. Ketorolac 3 x 30 mg iv
- Inj. Methylprednisolon 2 x 62,5 mg iv
- Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gr iv
- Colchisin 3x0,5 mg P.O.
Perawatan hari ke 3
Pasien mengeluh nyeri pada kedua kaki sudah sangat berkurang.(VAS 2), Pasien
dibolehkan pulang.
Terapi untuk dirumah :
- Methylprednisolon 2 x 8 mg
- Omeprazole 2 x 20 mg
- Allupurinol 0-0-300mg
- Natrium Diclofenac 3 x 50mg P.O.
VII. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
PEMBAHASAN KASUS
Artritis pirai (gout) adalah artritis inflamasi yang disebabkan oleh kristalisasi
asam urat di dalam sendi dan memiliki hubungan dengan hiperurisemia.1
Manifestasi klinik deposisi urat meliputi artritis gout akut (tofi), batu asam urat, dan
yang lebih jarang nefropati gout. Gangguan metabolisme yang mendasari gout
adalah hiperurisemia yang didefinisikan sebagai peningkatan kadar asam urat lebih
dari 7 mg/dl pada laki-laki dan lebih dari 6 mg/dl pada perempuan.2
Gout merupakan penyakit yang sering ditemukan dan tersebar di seluruh
dunia. Prevalensi gout meningkat dari tahun ke tahun, seiring dengan meningkatnya
taraf hidup.2 Di Amerika, prevalensi gout meningkat dari 26,4/1000 pada tahun
19881994 menjadi 37,6/1000, sedangkan di Indonesia sendiri diperkirakan 1,6-
13,6/100.000 orang pada tahun 20072010, prevalensi ini meningkat seiring
dengan meningkatnya.3
ETIOPATOGENESIS
Awitan serangan gout akut berhubungan dengan perubahan kadar asam urat
serum, meninggi ataupun menurun. Penurunan urat serum dapat mencetuskan
pelepasan kristal monosodium urat (MSU) dari depositnya dalam tofi (crystals
shedding). Predileksi untuk pengendapan kristal MSU pada metatarsofalangeal-1
(MTP-1) berhubungan juga dengan trauma ringan yang berulang-ulang pada daerah
tersebut. Peradangan pada gout akut adalah akibat penumpukan agen penyebab
yaitu kristal MSU pada sendi. Mekanisme peradangan ini belum diketahui secara
pasti, namun diduga berhubungan dengan aktivasi mediator kimia (sistem
komplemen) dan imunitas selular. Pengeluaran berbagai mediator akan
menimbulkan reaksi radang lokal maupun sistemik yang bertujuan untuk
menetralisir dan menghancurkan agen penyebab, serta mencegah perluasan agen
penyebab ke jaringan yang lebih luas.2
Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh pembentukan
berlebihan atau penurunan ekskresi asam urat, ataupun keduanya. Asam urat adalah
produk akhir metabolism purin. Secara normal, metabolism purin menjadi asam
urat dapat diterangkan sebagai berikut.
Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur penghematan (salvage
pathway).
1. Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui precursor
nonpurin. Substrat awalnya adalah ribose-5-fosfat, yang diubah melalui
serangkaian zat antara menjadi nukleotida purin (asam inosinat, asam guanilat,
asam adenilat). Jalur ini dikendalikan oleh serangkaian mekanisme yang kompleks,
dan terdapat beberapa enzim yang mempercepat reaksi yaitu: 5-
fosforibosilpirofosfat (PRPP) sintase dan amidofosforibosilpirofosfat (amido-
PRT). Terdapat suatu mekanisme inhibisi umpan balik oleh nukleotida purin yang
terbentuk, yang fungsinya untuk mencegah pembentukan yang berlebihan.
Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui bisa purin
bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan. Jalur ini tidak melalui
zat-zat perantara seperti pada jalur de novo. Basa purin bebas (adenine, guanine,
hipoxantin) berkondensasi dengan PRPP untuk membentuk precursor nukloetida
purin dari asam urat. Reaksi ini dikatalisis oleh dua enzim: hipoxantin guanine
fosforibosiltransferase (HGPRT) dan adenin fosforibosiltransferase (APRT).
Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolism purin akan difiltrasi secara
bebas oleh glomerulus dan diresorbsi di tubbulus proksimal ginjal. Sebagian kecil
asam urat yang diresorpsi kemudian diekskresikan di nefron distal dan dikeluarkan
melalui urin.
Penimbunan kristal asam urat dan serangan yang berulang akan menyebabkan
terbentuknya endapan seperti kapur putih yang disebut tofi/tofus (tophus) di tulang rawan
tersebut endapan akan memicu reaksi peradangan granulomatosa, yang ditandai dengan
massa urat amorf (kristal) dikelilingi oleh makrofag, limfosit. Fibroblast, dan sel raksasa.
Peradangan kronis yang persisten dapat menyebabkan fibrosis sinovium, erosi tulang
rawan, dan dapat diikuti oleh fusi sendi (ankilosis). Tofus dapat terbentuk di tempat lain
(misalnya tendon, bursa, dan jaringan lunak). Pengendapan kristal asam urat dalam tubulus
ginjal dapat mengakibatkan penyumbatan dan nefropati gout.
FAKTOR RISIKO
Hiperurisemia memiliki peran penting dalam perkembangan penyakit gout.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara
kadar asam urat dengan risiko gout.1 Berikut adalah beberapa faktor risiko
terjadinya hiperurisemia dan gout :
1. Faktor demografis (jenis kelamin, usia, dan etnis)
Konsentrasi asam urat pada laki-laki dewasa lebih tinggi 1 mg/dL daripada
perempuan dewasa, hal ini kemungkinan terjadi karena pengeluaran asam
urat melalui ginjal di bawah pengaruh estrogen lebih tinggi pada
perempuan. Hal ini menyebabkan laki-laki memiliki risiko lebih tinggi
untuk menderita gout daripada perempuan, terutama sebelum masa
menopause.1 Faktor usia hanya berpengaruh pada perempuan, dimana kadar
asam urat meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Kadar asam urat
serum bervariasi pada tiap ras atau etnis, contohnya etnis Afrika-Amerika
memiliki kadar asam urat serum lebih tinggi daripada penduduk Amerika
yang berkulit putih.1
2. Faktor gaya hidup
Gout dapat dikendalikan dengan modifikasi gaya hidup, karena
secara epidemiologis, gaya hidup memiliki peran penting dalam timbulnya
gout. Faktor-faktor yang meningkatkan kadar asam urat serum dan risiko
terjadinya gout yaitu :1
- Kegemukan
- Kebiasaan konsumsi makanan tinggi purin seperti daging (terutama
dagberwarna merah) dan makanan laut (seafood), sayuran
(contohnya kembang kol, bayam), oatmeal, dan kacang-kacangan
- minumal beralkohol.
Sedangkan faktor-faktor yang dapat menurunkan kadar asam urat serum
serta menurunkan risiko jangka panjang terjadinya gout :1
- Kopi dan teh yang mengandung kafein
- Vitamin C
Beberapa obat memiliki pengaruh pada kadar asam urat dalam serum
dan risiko terjadinya gout, antara lain aspirin sebagian obat, fenofibrat,
diuretik, obat hormonal untuk wanita, antihipertensi, dan antituberkulosis
pirazinamid.1
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik gout terdiri dari 3 (tiga) stadium, yaitu artritis gout akut,
gout interkritikal, dan gout menahun dengan tofi.
2. Stadium interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana secara klinik tidak
terdapat gejala-gejala radang akut. Namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal
urat. Hal ini menunjukkan proses peradangan tetap berlanjut walaupun tanpa
keluhan.2 Jika tidak ditangani dengan baik dapat berlanjut menjadi stadium
kronik dengan pembentukan tofi.
Contoh tofus. Tofus sering ditemukan di telinga (A), siku (bursa olekranon) (B),
dan bantalan jari (C dan D), overlying vascularity (D).5
DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis gout menurut ACR/EULAR 2016.6
PENATALAKSANAAN
Secara umum, penanganan gout adalah memberikan edukasi, pengaturan diet,
istirahat sendi, dan pengobatan. Pengobatan dilakukan secara dini agar tidak
terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain, misalnya pada ginjal.2
Tatalaksana gout terdiri dari :
1. Tatalaksana non-farmakologi
Tatalaksana non-farmakologi gout meliputi edukasi berupa perubahan
gaya hidup dan diet. Pasien disarankan untuk mengurangi berat badan
(untuk pasien obese) hingga mencapai BMI ideal, latihan fisik, berhenti
merokok, dan minum air yang cukup.7 Rekomendasi ACR mengenai diet
untuk pasien gout dibagi menjadi 3 kategori yaitu avoid atau
menghindari, limit atau membatasi, atau encourage atau
menganjurkan.
Pada setiap pasien gout harus dilakukan skrining secara sistematik
terhadap kemungkinan adanya komorbiditas dan faktor risiko
kardiovaskular, termasuk gangguan ginjal, penyakit jantung koroner, gagal
jantung, stroke, peripheral artery disease, obesitas, hiperlipidemia,
hipertensi, diabetes serta ada atau tidaknya kebiasaan merokok. Hal
tersebut dilakukan sebagai bagian yang penting dalam tatalaksana gout.8
2. Tatalaksana farmakologi
Kortikosteroid
Kortikosteroid sistemik dapat diberikan secara oral dan
injeksi intraartikular. Kortikosteroid oral dengan dosis yang ekuivalen
dengan prednisolon 30-35 mg/hari selama 3-5 hari.8 Terapi dapat
dimulai dengan prednisolon oral dengan dosis 0,5 mg/kg per hari selama
5-10 hari atau full dose selama 2-5 hari, kemudian dosis diturunkan
sedikit demi sedikit selama 7-10 hari sampai selesai.7 Penggunaan obat
golongan glukokortikoid dapat menyebabkan fenomena rebound,
sehingga perlu pemberian kolkisin dengan dosis 0,5-1,5 mg/hari sebagai
profilaksis.4
Aspirasi cairan sendi dan injeksi kortikosteroid intraartikular
dinilai cukup efektif dalam tatalaksana gout terutama jika sendi yang
terlibat adalah sendi besar dan untuk meminimalisir efek sistemik dari
obat oral. Injeksi kortikosteroid intraartikular dapat dikombinasikan
dengan kortikosteroid oral, kolikisin atau OAINS.4