Disusun oleh :
Dosen Pembimbing:
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan hidayah-Nya sehingga laporan refreshing ini dapat penulis
selesaikan. Pada laporan refreshing ini menyajikan topik mengenai Mata
Tenang dengan Visus Turun Mendadak. Adapun tujuan penulisan laporan
refreshing ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik stase Ilmu
Penyakit Mata di RSIJ Pondok Kopi.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
BAB III..................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
Penglihatan turun mendadak tanpa tanda radang ekstraokular dapat
disebabkan oleh beberapa kelainan. Kelainan ini dapat berupa neuritis optik,
ablasi retina, obtruksi vena retina sentral, oklusi arteri retina sentral,
perdarahan badan vitreus, retinopati serosa sentral.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang
tembus cahaya dam merupakan lapisan jaringan yang menutup bola
mata sebelah depan. Kornea ini disisipkan ke dalam sklera pada
limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini disebut sulcus
scleralis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550 µm di
pusatnya (terdapat variasi menurut ras); diameter horizontalnya
sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm.
Dari anterior ke posterior kornea mempunyai lima lapisan,
yaitu:
1) Epitel Tebal dari epitel ini adalah 50 µm. Epitel
kornea mempunyai lima lapis sel epitel tak
bertanduk yang terdiri dari sel basal, sel poligonal,
dan sel gepeng.
2) Membran Bowman Membran Bowman terletak di
bawah membran basal epitel kornea yang
merupakan kolagen yang tersususn tidak teratur
seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
3) Stroma Stroma kornea menyusun sekitar 90%
ketebalan kornea. Stroma terdiri atas lamel yang
merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman
yang teratur sedang di bagian perifer serta kolagen
ini bercabang.
2. Uvea
Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan
dilindungi oleh kornea dan sklera yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1) Iris Iris merupakan perpanjangan badan siliar ke anterior
mempunyai permukaan yang relatif datar dengan celah yang
berbentuk bulat di tengahnya, yang disebut pupil. Iris
mempunyai kemampuan untuk mengatur banyaknya cahaya
yang masuk ke dalam bola mata secara otomatis dengan
mengecilkan (miosis) atau melebarkan (midriasis) pupil.
2) Badan siliar Badan siliar merupakan susunan otot
melingkar yang berfungsi mengubah tegangan kapsul lensa
sehingga lensa dapat fokus untuk objek dekat maupun jauh
dalam lapang pandang. Badan siliar terdiri atas zona anterior
yang berombak-ombak, pars plicata (2 mm) yang merupakan
pembentuk aqueous humor, dan zona posterior yang datar,
pars plana (4 mm).
3) Koroid Koroid merupakan segmen posterior uvea terletak
di antara retina dan sklerayang berisi pembuluh-pembuluh
darah dalam jumlah besar, berfungsi untuk memberi nutrisi
pada retina bagian terluar yang terletak di bawahnya.
3. Lensa
2.2.1 Patofisiologi
Dasar patologi penyebab neuritis optikus paling sering
adalah inflamasi demielinisasi dari saraf optik. Patologi yang
terjadi sama dengan yang terjadi pada multipel sklerosis (MS)
akut, yaitu adanya plak di otak dengan perivascular cuffing,
edema pada selubung saraf yang bermielin, dan pemecahan
mielin.
Inflamasi pada endotel pembuluh darah retina dapat
mendahului demielinisasi dan terkadang terlihat sebagai retinal
vein sheathing. Kehilangan mielin dapat melebihi hilangnya
akson.
Dipercaya bahwa demielinisasi yang terjadi pada
Neuritis optikus diperantarai oleh imun, tetapi mekanisme
spesifik dan antigen targetnya belum diketahui. Aktivasi
sistemik sel T diidentifikasi pada awal gejala dan mendahului
perubahan yang terjadi didalam cairan serebrospinal.
Perubahan sistemik kembali menjadi normal mendahului
perubahan sentral (dalam 2-4 minggu). Aktivasi sel
T menyebabkan pelepasan sitokin dan agen-agen inflamasi
yang lain. Aktivasi sel B melawan protein dasar mielin tidak
terlihat di darah perifer namun dapat terlihat di cairan
serebrospinal pasien dengan Neuritis optikus. Neuritis optikus
2.3.1 Definisi
2.3.2 Klasifikasi
Faktor Risiko:
1. Myopia tinggi
2. Paska renitis
1. Gangguan penglihatan
5. Jika bola mata bergerak akan terlihat retina yang lepas (ablasi)
bergoyang)
Jaringan fibrosis
Floaters
Fotopsi
Tatalaksana:
Vitrektomi
Etiologi:
Tatalaksana:
Antikoagulasia
Steroid (penyumbatan)
2. Pupil anisokor
Tatalaksana:
3. Vasodilator + antikoagulan
4. Steroid (Peradangan)
5. O2 (secepatnya)
B. Etiologi
Trauma
C. Tatalaksana
Metamorfopsia
Hipermetropia
Foresein
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA