Anda di halaman 1dari 23

REFRESHING

Mata Tenang dengan Visus Turun Mendadak

Disusun oleh :

Bangun Cholifa N (2016730117)

Dosen Pembimbing:

dr. Masitah Wilya Wahyuni, Sp.M

STASE ILMU KESEHATAN MATA

RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2020
1

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan hidayah-Nya sehingga laporan refreshing ini dapat penulis
selesaikan. Pada laporan refreshing ini menyajikan topik mengenai Mata
Tenang dengan Visus Turun Mendadak. Adapun tujuan penulisan laporan
refreshing ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik stase Ilmu
Penyakit Mata di RSIJ Pondok Kopi.

Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada


pembimbing penulis. Besar harapan penulis melalui laporan ini, pengetahuan
dan pemahaman penulis semakin bertambah.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih belum


sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan laporan refreshing ini. Atas bantuan dan
segala dukungan dari bebagai pihak, penulis ucapkan terima kasih

Jakarta, 27 Juni 2020

Bangun Cholifa Nusantara

Universitas Muhammadiyah Jakarta


2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

BAB II......................................................................................................................5

BAB III..................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23

Universitas Muhammadiyah Jakarta


3

BAB I

PENDAHULUAN
Penglihatan turun mendadak tanpa tanda radang ekstraokular dapat
disebabkan oleh beberapa kelainan. Kelainan ini dapat berupa neuritis optik,
ablasi retina, obtruksi vena retina sentral, oklusi arteri retina sentral,
perdarahan badan vitreus, retinopati serosa sentral.

Retina adalah jaringan neurosensoris yang tipis, semitransparan dan


berlapis-lapis yangterletak pada dua per tiga dinding sebelah dalam bola
mata. Retina manusia merupakan suatustruktur yang sangat terorganisir, yang
terdiri dari lapisan-lapisan badan sel dan prosesussinaptik. Walaupun
ukurannya kompak dan tampak sederhana apabila dibandingkan
denganstruktur saraf misalnya korteks serebrum, retina memiliki daya
pengolahan yang sangat canggih.Pengolahan visual retina diuraikan oleh
otak, dan persepsi warna, kontras, kedalaman, danbentuk berlangsung di
korteks. Pengolahan informasi di retina berlangsung dari
lapisanfotoreseptor melalui akson sel ganglion menuju ke saraf optikus
dan otak.

 Retina merupakan lapisan membran neurosensoris dan merupakan


lapisan ketiga bolamata setelah sklera yang merupakan jaringan ikat dan
jaringan uvea yang merupakan jaringanvaskuler yang terdiri dari iris, badan
siliar, dan koroid. Retina berbatas dengan koroid dengan selpigmen epitel
retina. Antara retina dan epitel pigmen retina terdapat rongga potensial yang
bisamengakibatkan retina terlepas dari epitel pigmen retina. Hal ini yang
disebut sebagai ablasioretina.
.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Bola Mata

1. Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang
tembus cahaya dam merupakan lapisan jaringan yang menutup bola
mata sebelah depan. Kornea ini disisipkan ke dalam sklera pada
limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini disebut sulcus
scleralis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550 µm di
pusatnya (terdapat variasi menurut ras); diameter horizontalnya
sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm.
Dari anterior ke posterior kornea mempunyai lima lapisan,
yaitu:
1) Epitel Tebal dari epitel ini adalah 50 µm. Epitel
kornea mempunyai lima lapis sel epitel tak
bertanduk yang terdiri dari sel basal, sel poligonal,
dan sel gepeng.
2) Membran Bowman Membran Bowman terletak di
bawah membran basal epitel kornea yang
merupakan kolagen yang tersususn tidak teratur
seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
3) Stroma Stroma kornea menyusun sekitar 90%
ketebalan kornea. Stroma terdiri atas lamel yang
merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman
yang teratur sedang di bagian perifer serta kolagen
ini bercabang.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


5

4) Membran Descemet Membran Descemet


merupakan membran aselular dan merupakan batas
belakang stroma kornea.
5) Endotel Endotel berasal dari mesotelium, berlapis
satu, berbentuk heksagonal, dan tebalnya 20-40 µm.
Lapisan ini berperan dalam mempertahankan
deturgesensi stroma kornea.

2. Uvea
Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan
dilindungi oleh kornea dan sklera yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1) Iris Iris merupakan perpanjangan badan siliar ke anterior
mempunyai permukaan yang relatif datar dengan celah yang
berbentuk bulat di tengahnya, yang disebut pupil. Iris
mempunyai kemampuan untuk mengatur banyaknya cahaya
yang masuk ke dalam bola mata secara otomatis dengan
mengecilkan (miosis) atau melebarkan (midriasis) pupil.
2) Badan siliar Badan siliar merupakan susunan otot
melingkar yang berfungsi mengubah tegangan kapsul lensa
sehingga lensa dapat fokus untuk objek dekat maupun jauh
dalam lapang pandang. Badan siliar terdiri atas zona anterior
yang berombak-ombak, pars plicata (2 mm) yang merupakan
pembentuk aqueous humor, dan zona posterior yang datar,
pars plana (4 mm).
3) Koroid Koroid merupakan segmen posterior uvea terletak
di antara retina dan sklerayang berisi pembuluh-pembuluh
darah dalam jumlah besar, berfungsi untuk memberi nutrisi
pada retina bagian terluar yang terletak di bawahnya.
3. Lensa

Universitas Muhammadiyah Jakarta


6

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak


berwarna, dan hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm
dan diameternya 9 mm. Di sebelah anterior lensa terdapat aqueous
humor, di posteriornya terdapat vitreous humor. Kapsul lensa adalah
suatu membran semipermeabel yang akan memperbolehkan air dan
elektrolit masuk. Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular.
Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Nukleus dan korteks
terbentuk dari lamela konsentris yang panjang.
Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum suspensorium
yang dikenal sebagai zonula Zinii, yang tersusun dari banyak fibril
yang berasal dari permukaan badan siliar dan menyisip ke dalam
ekuator lensa.
4. Aqueous Humor
Aqueous humor diproduksi oleh badan siliar. Setelah
memasuki bilik mata belakang, aqueous humor melalui pupil dan
masuk ke bilik mata depan, kemudian ke perifer menuju sudut bilik
mata depan.
5. Vitreous Humor
Vitreous humor adalah suatu badan gelatin yang jernih dan
avaskular yang membentuk dua pertiga volume dan berat mata.
Permukaan luar vitreous humor normalnya berkontak dengan
struktur-struktur berikut: kapsul lensa posterior, serat-serat zonula,
pars plana lapisan epitel, retina, dan caput nervi optici. Basis vitreous
mempertahankan penempelan yang kuat seumur hidup ke lapisan
epitel pars plana dan retina tepat di belakang ora serrata. Vitreous
humor mengandung air sekitar 99%. Sisa 1% meliputi dua komponen,
kolagen dan asam hialuronat, yang memberi bentuk dan konsistensi
mirip gel karena kemampuannya mengikat banyak air.
6. Retina

Universitas Muhammadiyah Jakarta


7

Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang


mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Lapisan-
lapisan retina mulai dari sisi luar yang berbatas dengan koroid adalah
sebagai berikut:
1) Epitel pigmen retina (Membran Bruch)
2) Fotoreseptor
Lapisan fotoreseptor terdiri dari sel batang dan sel
kerucut.
3) Membran limitan eksterna
4) Lapisan nukleus luar
Lapisan nukleus luar merupakan susunan nukleus sel
kerucut dan sel batang. Keempat lapisan di atas avaskuler
dan mendapat nutrisi dari kapiler koroid.
5) Lapisan pleksiform luar
Lapisan ini merupakan lapisan aselular tempat sinapsis
sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
6) Lapisan nukleus
Lapisan ini terdiri dari tubuh sel bipolar, sel horizontal,
dan sel Muller serta didarahi oleh arteri retina sentral.
7) Lapisan pleksiform dalam
Lapisan ini merupakan lapisan aselular tempat sinaps
sel bipolar dan sel amakrin dengan sel ganglion.
8) Lapisan sel ganglion
Lapisan ini merupakan lapisan badan sel dari neuron
kedua.
9) Serabut saraf
Lapisan serabut saraf berupa akson sel ganglion yang
menuju ke arah saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini
terletak sebagian besar pembuluh darah retina.
10) Membran limitan interna

Universitas Muhammadiyah Jakarta


8

Membran limitan interna berupa membran hialin


antara retina dan vitreous humor.
2.2 Naurutis Optik
Neuritis optik merupakan radang saraf optik dengan gejala penurunan
fungsi penglihatan mendadak.

2.2.1 Patofisiologi
Dasar patologi penyebab neuritis optikus paling sering
adalah inflamasi demielinisasi dari saraf optik. Patologi yang
terjadi sama dengan yang terjadi pada multipel sklerosis (MS)
akut, yaitu adanya plak di otak dengan perivascular cuffing,
edema pada selubung saraf yang bermielin, dan pemecahan
mielin.
Inflamasi pada endotel pembuluh darah retina dapat
mendahului demielinisasi dan terkadang terlihat sebagai retinal
vein sheathing. Kehilangan mielin dapat melebihi hilangnya
akson.
Dipercaya bahwa demielinisasi yang terjadi pada
Neuritis optikus diperantarai oleh imun, tetapi mekanisme
spesifik dan antigen targetnya belum diketahui. Aktivasi
sistemik sel T diidentifikasi pada awal gejala dan mendahului
perubahan yang terjadi didalam cairan serebrospinal.
Perubahan sistemik kembali menjadi normal mendahului
perubahan sentral (dalam 2-4 minggu). Aktivasi sel
T menyebabkan pelepasan sitokin dan agen-agen inflamasi
yang lain. Aktivasi sel B melawan protein dasar mielin tidak
terlihat di darah perifer namun dapat terlihat di cairan
serebrospinal pasien dengan Neuritis optikus. Neuritis optikus

Universitas Muhammadiyah Jakarta


9

juga berkaitan dengan kerentanan genetik, sama seperti MS.


Terdapat ekspresi tipe HLA tertentu diantara pasien neuritis
optikus.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


10

Universitas Muhammadiyah Jakarta


11

2.3 Ablasio Retina

2.3.1 Definisi

Ablasio retina (retinal detachment) adalah sesuatu keadaan


terpisahnya sel kerucut dan sel batang retina dengan ari sel epitel
pigmen retina. Pada kelaianan ini sel epitel pigmen masih melekat
erat dengan membrane Brunch. Sesungguhnya antara sel kerucut
dan sel batang retina tidak terdapat suatu perlekatan structural
dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah
yang potensial untuk lepas secara embriologis. Pada mata normal,
retina sensorik yang utuh tertahan melekat ke epitel pigmen oleh
adanya tarikan oleh epitel terhadap ruang kedap air diantara
keduanya. Apabila terdapat robekan retina, Gerakan bola mata yang
cepat dan rotasi bola mata mendadak dapat menimbulkan gaya inersi
yang cukup besar menimbulkan pelepasan retina.

2.3.2 Klasifikasi

1. ABLASIO RETINA REGMATOGENOSA


Ablasio regmatogenosa berasal dari kata Yunani rhegma, yang
berarti diskontuinitas atauistirahat. Pada ablasi retina
regmatogenosA dimana ablasi terjadi adanya robekan pada
retinasehingga cairan masuk ke belakang antara sel pigmen epitel

Universitas Muhammadiyah Jakarta


12

dengan retina. Terjadi pendoronganretina oleh badan kaca cair


(fluid vitreus) yang masuk melalui robekan atau lubang pada
retina kerongga subretina sehingga mengapungkan retina dan
terlepas dari lapis epitel pigmen koroid.Ablasio regmantogenosa
spontan biasanya didahului atau disertai oleh pelepasan korpus
vitreumposterior.

Faktor Risiko:

1. Myopia tinggi

2. Paska renitis

3. Retina yang memperlihatkan degenerasi bagian perifer

Gejala dan Tanda

1. Gangguan penglihatan

2. Fotopsia pada lapang penglihatan

3. Retina yang terangkat berwarna pucat + pembulih darah


diatasnya

Universitas Muhammadiyah Jakarta


13

4. Robekan retina berwarna merah

5. Jika bola mata bergerak akan terlihat retina yang lepas (ablasi)
bergoyang)

6. Defek aferen pupil

2. ABLASIO RETINA EKSUDATIF

Ablasio retina eksudatif terjadi akibat adanya penimbunan


cairan eksudat di bawah retina(subretina) dan mengangkat retina
hingga terlepas. Penimbunan cairan subretina terjadi
akibatekstravasasi cairan dari pembuluh retina dan koroid.
Penyebab ablasio retina eksudatif yaitu penyakit sistemik yang
meliputi Toksemia gravidarum, hipertensi renalis, poliartritis
nodos dankarena penyakit mata yang meliputi inflamasi (skleritis
posterior, selulitis orbita), penyakitvaskular (central serous
retinophaty, and exudative retinophaty of coats), neoplasma
(melanomamaligna pada koroid dan retinoblastoma), perforasi
bola mata pada operasi intraokuler.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


14

3. ABLASIO RETINA TARIKAN ATAU TRAKSI

Pada ablasio ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan


jaringan parut. Padabadan kaca terdapat jaringan fibrosis yang
dapat disebabkan diabetes mellitus proliferative,trauma, dan
perdarahan badan kaca akibat bedah atau infeksi.

Ablasio retina traksi dihubungkan dengan kondisi-kondisi


seperti, retraksi jaringanparut post trauma terutama akibat trauma
penetrasi, retinopati diabetik proliferatif, retinitisproliferans post
hemoragik, retinopati prematuritas, retinopati sel sabit.

Tipe ini juga dapat terjadi sebagai komplikasi dari ablasio


retina regmatogensa. Ablasioretina tipe regmatogenosa yang
berlangsung lama akan membuat retina semakin halus dan
tipissehingga dapat menyebabkan terbentuknya
proliferatif vitreotinopathy (PVR). Pada PVR jugadapat terjadi
kegagalan dalam penatalaksanaan ablasio retina regmatogenosa.
Pada PVR, epitelpigmen retina, sel glia, dan sel lainya yang
berada di dalam maupun di luar retina pada badanvitreus akan
membentuk membran. Kontraksi dari membran tersebut akan
menyebabkan retinatertarik ataupun menyusut, sehingga dapat
mengakibatkan terdapatnya robekan baru atau berkembang
menjadi ablasio retina traksi.

Tanda dan Gejala:

 Jaringan fibrosis

 Floaters

 Fotopsi

 Penurunan tajam penglihatan

Tatalaksana:

Universitas Muhammadiyah Jakarta


15

Vitrektomi

2.4 OKLUSI VENA RETINA SENTRAL

Oklusi vena retina sentral adalah penyumbatan vena retina yang


mengakibatkan gangguan perdarahan di dalam bola mata, ditemukan
pada usia pertengahan.

Etiologi:

 Kompresi dari luar

 Penyakit pembuluh darah vena

 Hambatan aliran darah

Gejala dan Tanda:

 Penurunan visus sentral ataupun perifer mendadak yang bisa


memburuk

 Tidak disertai rasa sakit

 Mengenai satu mata

 Edema papil berat

Universitas Muhammadiyah Jakarta


16

 Cotton wool spot

Tatalaksana:

 Pemberian obat sistemik

 Antikoagulasia

 Fotokoagulasi (retina yang hipoksia)

 Anti VEGF Intraviteral

 Steroid (penyumbatan)

2.5 OKLUSI ARTERI RETINA SENTRAL

Oklusi arteri retina sentral merupakan suatu keadaan gawat darurat


mata yang dapat menyebabkan kebutaan bila tidak ditangani dengan
segera. Kelainan ini sering menyerang orang dewasa yang berusia rata-
rata 60 tahun dan berhubungan erat dengan penyakit sistemik seperti
hipertensi, kelainan jantung dan pembuluh darah, diabetes mellitus, dan
giant cell arteritis.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


17

Etiologgi nya berupa Arteritik (temporalis arteritis) dan nonarteritik


(emboli, aterosklerosis).

Gejala dan tanda:

1. Penglihatan tiba-tiba gelap

2. Pupil anisokor

3. Retina pucat dan edema

4. Cherry red spot

Tatalaksana:

1. Menurunkan tekanan bola mata segera

2. Asetzolamid atau para sentesis bilik mata depan

3. Vasodilator + antikoagulan

4. Steroid (Peradangan)

5. O2 (secepatnya)

2.6 Perdarahan Badan Vitreus

Universitas Muhammadiyah Jakarta


18

Merupakan suatu keadaan yang cukup gawat karena dapat


memberikan penyulit yang mengakibatkan kebutaan pada mata

A. Gejala dan tanda

1. Turunnya penglihatan mendadak lapang pandang ditutup


oleh sesuatu mengakibatkan terganggunya penglihatan
tanpa rasa sakit

2. Tidak adanya reflex fundus yang berwarna merah

3. Memberikan bayangan hitam yang menutupi retina

4. Menyebar sesudah beberapa minggu

5. Sel darah merah dimakan oleh sel lekosit dans el plasma

B. Etiologi

 Terjadi spontan pada DM, rupture retina, ablasi badan kaca


posterior, oklusi vena retina dan pecahnya pembuluh darah
neovascular

Universitas Muhammadiyah Jakarta


19

 Trauma

C. Tatalaksana

 Istirahat dengan kepala sakit lebih tinggi paling sedikit 3


hari

 Hentikan obat (aspirin, antiradang nonsteroid)

2.7 RETINOPATI SEROSA SENTRAL

Merupaka suatu keadaan lepasnya retina dari lapis pigmen epitel di


daerah macula akibat masuknya cairan melalui membrane Brunch dan
pigmen epitel inkompeten

A. Tanda dan gejala

 Visus menurun (akibat gangguan macula)

 Metamorfopsia

 Hipermetropia

 Skotoma relative dan positif

Universitas Muhammadiyah Jakarta


20

 Penurunan penglihatan warna

 Pada funduskopi: terangkatnya retina dapat sangat kecil


dan dapat seluas diameter papil

 Foresein

Universitas Muhammadiyah Jakarta


21

BAB III

KESIMPULAN

Penglihatan turun mendadak tanpa tanda radang ekstraokular dapat


disebabkan oleh beberapa kelainan. Kelainan ini dapat berupa neuritis optik,
ablasi retina, obtruksi vena retina sentral, oklusi arteri retina sentral,
perdarahan badan vitreus, retinopati serosa sentral.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


22

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia; 2017.

2. Vaughan D, Asbury J. Oftalmologi Umum. Edisi ke-17. Jakarta: EGC;


2013.

3. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata Merah. Ilmu Penyakit Mata


EdisiKetiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007

Universitas Muhammadiyah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai