RETINOBLASTOMA
Oleh:
K1A1 14 017
Pembimbing
KENDARI
2020
1
Retinoblastoma
Habri Tri Sakti, Nevita Yonnia Ayu Soraya
A. PENDAHULUAN
pada anak-anak. Secara genetik tumor ini berkembang karena mutasi lengan
panjang kromosom pada lokus 13q14 dan mutasi pada kedua alel gen Rb1. 1
Mutasi ini dapat disebabkan oleh adanya kesalahan acak selama proses
pengopian DNA saat terjadi pembelahan sel.2 Tumor ini dapat diturunkan
secara herediter atau sporadik, dan dapat unilateral (70-75% kasus), maupun
kasus setiap 15.000-20.000 kelahiran hidup dan sekitar 9000 kasus baru
pada 1 dari 18000 anak di bawah umur 5 tahun. Tidak terdapat predileksi sex
dan ras. Umur yang sering dikenai rata-rata usia 18 bulan dan 90% pasien
pada negara berkembang survival rate nya masih rendah. Hal ini dilihat dari
angka kematian cukup tinggi. Masalah ini disebabkan tingkat pendidikan dan
sosial budaya yang relatif masih rendah serta tenaga dan fasilitas kesehatan
1. Anatomi Mata
Mata merupakan organ visual yang terdiri dari bola mata (Bulbus
sekitar 24,2 mm. Bola mata terdiri atas tiga lapisan yaitu lapisan luar
terdiri dari sklera dan kornea. Lapisan vaskular yang kaya pembuluh darah
terdiri dari koroid, korpus siliaris, dan iris. Lapisan dalam terdiri atas
retina yang memiliki bagian optik dan non-visual Bola mata memiliki
media refraksi yaitu media yang dapat membiaskan cahaya yang masuk ke
lima perenam posterior bola mata. Sklera memiliki ketebalan 0,5 mm,
terdiri atas jaringan ikat padat, dan relatif avaskular. Di bagian posterior
nervus opticus.3
b. Kornea
1) Epitel
atas lima lapis epitel tidak bertanduk; sel basal, sel poligonal, dan
sel gepeng.3
2) Membran Bowman
3) Stroma
4) Membran Descement
4
5) Endotel
c. Koroid
kolagen dan elastin, limfosit, makrofag, sel mast, dan sel plasma.
d. Korpus Siliaris
ke pangkal iris. Korpus siliaris terdiri atas pars plicata dan pars plana.
aqueous humor.3
e. Iris
dalam stroma iris terdapat sfingter dan otot otot dilator. Iris
f. Retina
opticus.3
Merupakan tempat sinaps sel ganglion dengan sel bipolar dan sel
amakrin.3
sel bipolar.3
9) Lapisan Fotoreseptor
g. Lensa
6
banyak fibril. Enam puluh lima persen lensa terdiri atas air dan sekitar
h. Aqueous Humor
memberi nutrisi untuk kornea dan lensa yang tidak memiliki pembuluh
i. Vitreous Humor
otot ekstrinsik. Otot intrinsik bersifat involunter, terdiri dari otot siliaris
(sfingter dan dilator iris) dan otot-otot yang terdapat di dalam bola mata
yang berperan dalam mengatur gerakan struktur internal bola mata. Otot
dari 7 otot, yaitu 4 otot rektus, 2 otot oblik dan 1 otot levator palpebra.
mata, tetapi otot levator palpebral memiliki fungsi yang berbeda. Otot
superior dan lamina profundus pada superior tarsus. Otot ini setiap
rektus medial, rektus inferior, rektus lateral dan 2 otot oblik yaitu oblik
8
superior dan oblik inferior. Otot-otot ini terletak di dalam rongga orbita
posterior dari garis ekuator bola mata. Jaringan lemak mengisi bagian
of Tillaux.4
9
2. Fisiologi Penglihatan
a. Proses Refraksi
transparan lain misalnya air dan kaca. Ketika masuk ke suatu medium
semakin besar derajat pembelokan dan semakin kuat lensa. Ketika suatu
tersebut lebih dekat satu sama lain. Karena konvergensi penting untuk
struktur pertama yang dilewati oleh sinar sewaktu sinar tersebut masuk
lebih besar daripada perbedaan dalam densitas antara lensa dan cairan
11
Sebaliknya, berkas cahaya yang berasal dari benda dekat masih tetap
fokus daripada membawa berkas paralel suatu sumber cahaya yang jauh
ke titik fokus. Akan tetapi, pada mata tertentu, jarak antara lensa dan
retina selalu sama. Karena itu, tidak terdapat jarak yang lebih jauh
dekat dan jauh jatuh di titik fokus di retina (yaitu dalam jarak yang
12
sama) maka harus digunakan lensa yang lebih kuat untuk sumber
cahaya dekat.6
C. DEFINISI
batang dan kerucut) atau sel glia yang bersifat ganas. Kelainan ini bersifat
meskipun dapat di jumpai pada usia lebih lanjut (40 tahun). Dapat mengenai
dominant, dapat pula mengenai satu mata yang bersifat mutasi somatik.
kromosom pada lokus 13q14 dan mutasi pada kedua alel gen Rb1.7
D. EPIDEMIOLOGI
diprediksi setiap tahun. Usia rata-rata saat diagnosis adalah 27 bulan untuk
usia 24-30 bulan. Retinoblastoma bilateral terjadi pada 25-40% kasus dan
retinoblastoma trilateral.9
E. ETIOLOGI
mengalami mutasi berupa delesi, inaktivasi, atau hilang. Dua mutasi ini
disebut dengan teori dua “hit” yang pertama kali dikemukakan oleh Knudson
dan Hethcote pada tahun 1971. Pada kasus herediter, hit pertama diwariskan
dari sel germinal orang tua dan terdapat pada semua sel somatik anak dan hit
menyebabkan hilangnya alel lain yang normal. Telah diketahui bahwa 85%
Pada retinoblastoma non-herediter, kedua hit ini terjadi pada satu sel retina
unilateral. Bila mutasi gen RB1 teridentifikasi pada pasien, saudara kandung,
anak, dan relasi lain perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya
F. PATOGENESIS
alel gen RB (RB1). Penyakit ini di kategorikan dalam hereditary dan non-
atau sporadik kedua alel gen RB1 tidak aktif secara somatik pada sel-sel
mutasi somatik spontan (second hit). Dikarenakan second hit tidak dapat
dominan autosom.
c. Kasus non herediter, baik alel RB normal harus bermutasi somatik pada
populasi secara umum), tapi pada akhirnya tetap sama: sel retina yang
retina berubah menjadi tumor. Setiap DNA pada tiap-tiap selmembentuk gen,
yang menentukan fungsi dari sel-sel tubuh. Setiap kita mirip seperti orangtua
kita karena mereka adalah sumber dari DNA tubuh kita. Pengaruh DNA yang
sel baru, dan mati pada saatnya. Gen-gen tertentu yang membantu
pertumbuhan sel, membelah, atau tetap hidup disebut oncogen. Gen-gen yang
menghambat sel membelah atau menyebabkan sel mati pada saatnya disebut
gen tumor supressor. Tumor dapat disebabkan oleh perubahan DNA yang
supressor RB1. Gen ini membentuk protein (pRB) yang dapat membantu
memiliki 2 gen RB1. Selama sel-sel retina masih memiliki salah satu gen RB1
retinoblastoma. Tapi pada saat kedua gen RB1 mengalami mutasi atau
menjadi tumor.7
G. GAMBARAN KLINIS
yaitu refleksi putih pupil seperti mata kucing saat terkena cahaya. Tanda dan
gejala lain adalah penurunan visus, mata merah atau iritasi, strabismus serta
leukocoria sekitar 60% dan diikuti strabismus sekitar 20%. Presentasi klinis
kasus.10
18
bilateral.10
mengungkapkan pertumbuhan.10
sebagai berikut:
5A).10
tidak diobati selama tahap diam. Tahap ini ditandai dengan rasa sakit
bola mata keluar melalui sklera, biasanya di dekat limbus atau dekat
Gambar 6.
4. Tahap metastasis jauh. Hal ini ditandai dengan keterlibatan struktur yang
H. DIAGNOSIS
pemeriksaan penunjang.9 11
1. Anamnesis
yang lebih muda. terdapat bintik putih pada mata, yang tampak seperti
mata kucing. Benjolan pada mata, mata menonjol keluar, mata merah, dan
ditanyakan.11
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
Gamabar 7.
(A) Leukocoria
pada
umum pasien dan kesiapannya untuk terapi yang akan dijalani (bedah,
2. Pemeriksaan Radiologi
terlihat sebagai nodul dengan kalsifikasi, dan adanya kalsifikasi ini dapat
bola mata dan otak. MRI tidak hanya menawarkan resolusi jaringan
lunak yang lebih baik, tapi juga menghindari paparan radiasi yang
berpotensi membahayakan.7
Scan tampak lesi padat heterogen dengan fokus densitas tinggi yang
Scan atau MRI kepala, terutama pada kasus yang dicurigai herediter,
• Menentukan prognosis
tulang..9
intrakranial/trilateral retinoblastoma.11
26
ini tidak rutin, dikerjakan bila terdapat indikasi perluasan tumor keluar
ke tulang tengkorak atau tulang lainnya. Pemeriksaan ini tidak rutin dan
ekstraokuler.11
I. KLASIFIKASI STADIUM
ekstraokular.11
retina saja atau melibatkan bola mata; namun demikian tidak berekstensi
keluar dari mata kearah jaringan lunak sekitar mata atau bagian lain dari
Dapat terbatas pada jaringan lunak di sekitar mata, atau telah menyebar,
umumnya ke sistem saraf pusat, sumsum tulang, atau kelenjar getah bening.
- Tumor soliter, ukuran lebih kecil dari 4 diameter disk (DD), pada atau di
- Tumor multipel, tidak ada yang lebih besar dari 4 DD, seluruhnya pada atau
di belakang ekuator.
Grup A: Tumor intraretina kecil, terletak jauh dari fovea dan diskus.
Grup B: Seluruh tumor lainnya yang berukuran kecil dan terbatas pada retina
- Seluruh tumor yang terbatas di retina dan tidak memenuhi kategori grup A.
28
Group C: Tumor local dengan penyebaran minimal pada sub retina atau
vitreus.
Group D: Penyakit difus dengan penyebaran signifikan pada sub retina atau
vitreus.
- Terdapat cairan sub retina, saat ini atau masa lampau, tanpa penyebaran,
- Tumor pada vitreus bersifat difus atau masif yang dapat mencakup
- Tumor diskrit
- Terdapat cairan sub retina, saat ini atau lampau, tanpa penyebaran, yang
- Terdapat penyebaran lokal pada vitreus yang terletak dekat pada tumor
diskrit.
- Penyebaran difus subretina dapat mencakup bentuk plak sub retina atau
nodul tumor.
Grup E: Terdapat satu atau lebih dari prognosis buruk dibawah ini:
- Glukoma neovaskular
- Phthisis bulbi.
T1 : Tidak lebih dari 2/3 volume mata, tanpa penyebaran subretinal atau
vitreus
T2 : Tidak lebih dari 2/3 volume mata disertai penyebaran subretinal atau
orbita)
M1: Penyebaransistemik
Retinoblastoma (ISSRB):
J. DIAGNOSIS BANDING
1. Penyakit Coats
kehidupan dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki. Lesi biasanya
retina dan glaukoma neovaskuler. Pada stadium awal tampak normal. Pada
kelahiran. Biasanya unilateral pada dua per tiga kasus dan berkaitan
prominen. Bola mata tampak kecil. Sisa pembuluh darah hyaloid tampak
sebagai struktur linier hipointens yang meluas ke arah saraf optik, yang
preterm dengan berat lahir rendah. Komplikasi dari penyakit ini bervariasi
badan lahir yang rendah, apnea, penggunaan ventilator yang lama, terapi
terjadinya ROP.7
32
pada T1.7
K. TATALAKSANA
okular, ahli onkologi pediatrik, ahli onkologi radiasi, ahli fisika radiasi, ahli
metastatik.12
dicadangkan untuk tumor kecil, modalitas lokal dan sistemik digunakan untuk
1. Cryotherapy
2. laser Fotokoagulasi
dua baris luka bakar laser yang tumpang tindih. Komplikasi meliputi ablasi
34
retina serosa transien, oklusi vaskular retina, lubang retina, traksi retina,
3. Termoterapi
penggunaan.12
mikroskop operasi atau melalui rute transscl- eral dengan probe diopexy.
dicapai pada lebih dari 85% tumor menggunakan 3-4 sesi terapi termo.
Komplikasi umum adalah atrofi iris fokal, opacity lensa paraxial fokal,
4. Plak brachytherapy
35
tiga dimensi. Desain plak dipilih tergantung pada dimensi tumor basal,
mata di mana kemoterapi primer dan terapi lokal gagal, atau jarang ketika
kemoterapi dikontraindikasikan.12
36
6. Enukleasi
terlibat.12
7. Kemoterapi
Hari 2: Etoposide
kg untuk anak-anak <36 bulan dan dosis maksimum <2 mg), Etoposide
8. Terapi ajuvan
37
metastasis yang dimulai pada 1970-an ditandai dengan hasil yang beragam
dibandingkan dengan 24% pada mereka yang tidak. Studi ini menemukan
bedah. "Bobot" relatif dari nilai masing-masing terapi untuk mata dan pasien
disarankan oleh ukuran font dan lebar kotak. Terapi yang disorot dalam warna
L. KOMPLIKASI
39
muntah. Komplikasi okular termasuk oklusi arteri retina sentral, atrofi optik,
bulu mata juga dapat diamati. Yang tidak dilaporkan secara lengkap adalah
toksisitas retina langsung ketika obat tidak terdispersi dengan baik melalui
cairan vitreus.8
M. PROGNOSIS
Hal. 101-103.
Hal. 6-11.
4. Hayyi I N. 2019 Gerak Bola Mata. Pusat Mata Nasional Rumah Sakit
Hal. 1-4.
168.