Anda di halaman 1dari 16

Abstrak

Mata adalah salah satu organ tubuh yang sangat penting untuk kelangsungan hidup karena
dengan mata kita dapat melihat semua yang ada di sekitar kita. Namun di lain sisi, mata juga
memiliki beberapa kelainan yang menyebabkan terganggunya system penglihatan kita. Beberapa
kelainan refraksi pada mata ini antara lain adalah miopi, hipermiopi, astigmatisma, dan presbiopi
yang umumnya sering di jumpai pada orang-orang yang berada di sekitar kita. Selain itu, ada
juga kelainan lapang pandang. Diantaranya adalah hemianopsia bitemporal atau sering juga
dikenal sebagai bitemporal heteronymous hemianopsia atau bitemporal hemianopia adalah
deskripsi medis dari jenis kebutaan parsial di mana penglihatan hilang di setengah bagian luar
dari bidang visual kanan dan kiri. Biasanya berhubungan dengan lesi pada kiasma optik , daerah
di mana saraf optik dari mata kanan dan kiri menyilang dekat kelenjar pituitary.

Kata kunci: kelainan refraksi, kelainan lapang pandang,

Abstract

The eyes are oneorgan thatis essentialforsurvivalbecause oftheeyewecanseeallthat is aroundus.


But on theotherhand, the eyesalsohavesomeabnormalitiesthat can affectour visualsystem.
Someof the eye's refractive errorsincludemyopia, hipermiopi, astigmatism,
andpresbiopiaregenerallyoften encounteredin peoplewhoarearoundus.
Keywords: abnormal refractive
PENDAHULUAN

Mata adalah alat indera penglihatan. Agar dapat melihat, mata harus menangkap pola
pencahayaan di lingkungan sebagai “gambar/ bayangan optis” di suatu lapisan sel peka sinar,
retina, dan dapat pula dibayangkan seperti kamera nondigital yang menangkap bayangan pada
film. Seperti film yang dapat diproses menjadi salinan visual dari bayangan asli, citra tersandi di
retina disalurkan melalui serangkaian tahap pemrosesan visual yang semakin rumit hingga
akhirnya secara sadar dipresepsikan sebagai kemiripan visual dari bayangan asli.1

STRUKTUR MATA SECARA MAKROSKOPIS


Organ pengelihatan yang utama disebut dengan bola mata (bulbus okuli). Organ ini
ditunjang didalam orbita oleh otot-otot okulus (yang menentukan gerakan bola mata) dan
jaringan lemak. Keenam otot ekstraokular adalah otot rektus superior, inferior, lateral dan medial
serta otot obikulus superior dan inferior. Bagian luar bola mata terdiri atas sklera, yang
bersambungan dengan kornea di taut limbus. Konjungtiva yaitu suatu selaput lendir (membran
mukosa), melapisi kelopak mata dan bagian sclera yang terpajan.3
Bola mata dibagi menjadi dua bagian oleh lensa, yaitu segmen anterior dan segmen
posterior. Segmen posterior dibagi lagi menjadi daerah vitreosa anterior dan daerah vitreosa
posterior oleh pars plana. Segmen anterior mata berisi kornea, kamera oculi anterior (cairan
mata) yang berisi humor aqueous (cairan mata), kamera okuli posterior, iris, lensa, korpus siliaris
dan zonula. Segmen posterior berisi korpus vitreous, retina, koroid, sclera, saraf optikus dan
arteri sentralis.3 Bola mata kita terletak didalam rongga mata yang beralaskan lapisan lemak.
Terdapat tiga pasang otot pada dinding rongga mata sebelah dalam yang ditambatkan pada bola
mata, otot-otot itulah yang menyebabkan mata kita dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, ke atas
dan kebawah serta berputar.4 Pada keadaan mata normal, maka otot-otot yang ada pada mata kita
yaitu antara otot mata kanan dan kiri harus serasi. Jika otot-otot mata tidak serasi maka mata
tersebut dapat dikatakan sebagai mata juling.4
Kotak mata pada tengkorak berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan. Selaput
transparan yang melapisi kornea dan bagian dalam kelopak mataa disebut dengan konjungtifa.
4
Selaput ini peka akan iritasi. Konjungtiva penuh dengan pembuluh darah dan serabut saraf.
Untuk dapat menggunakan kemampuan mata yang hampir sama pentingnya dengan sistem
interpretasi sinyal pengelihatan dari mata adalah sistem pengaturan serebral untuk mengarahkan
mata menuju objek yang akan dipandang.5 Pergerakan mata diatur oleh tiga pasang otot yang
terpisah yaitu, rektus medial dan lateral, rektus superior dan inferior, obikus superior dan
inferior. Otot rektus medial dan lateral bekerja timbal balik untuk menggerakan mata dari satu
sisi ke sisi yang lain. Otot rektus superior dan inferior juga berkontraksi secara timbal balik
untuk menggerakan mata keatas dan kebawah. Sedangkan otot oblikus memiliki fungsi utama
untuk memutar bola mata agar lapangan pandangan tetap pada posisi tegak. 5 Otot-otot tersebut
terletak disebelah dalam orbita dan bergerak dari dinding tulang orbita untuk dikaitkan pada
pembungkus sklerotik mata sebelah belakang kornea. Yang disebut dengan otot-otot lurus adalah
otot rektus mata superior, inferior, medial dan lateral. 2 Pada keadaan normal, mata bergerak
dengan serentak atau bersamaan ke kanan atau ke kiri, ke atas atau ke bawah dan seterusnya.
Serabut-serabut saraf yang melayani otot-otot ini adalah nervi motores okuli yaitu saraf cranial
ketiga, keempat dan juga keenam.2

STRUKTUR MATA SECARA MIKROSKOPIS

Gambar 1. Struktur Mata

Umumnya mata dilukiskan sebagai bola, tetapi sebenarnya bentuknya adalah lonjong dan bukan
bulat seperti bola. Bola mata memiliki garis mengenah kira-kira 2,5 cm dengan bagian depan
yang bening dan terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu :
1. Lapisan luar (tunika fiobrosa) yang merupakan lapisan penyangga
Pada tunika fibrosa terdapat kornea, limbus kornea dan sklera. Kornea merupakan bagian depan
yang transparan dan bersambung dengan sklera yang putih dan tidak tembus cahaya. Kornea
terdiri atas beberapa lapisan. Lapisan tepi adalah epithelium berlapis yang bersambung dengan
konjungtiva.2 Permukaan untuk pembiasan utama mata adalah kornea. Kornea membentuk
lapisan pelindung luar yang kuat bersama dengan sklera. Kornea terdiri atas empat lapisan
tersendiri, epitel, stroma yang mencakup membran Bowman, membran Descemet dan endotel.
Epitel memiliki ketebalan sekitar 5 sampai 6 lapis sel dan dibatasi oleh membrane Bowman.
Apabila permukaan atas terkelupas maka akan diganti setiap harinya. Epitel akan memperbaharui
diri tanpa jaringan parut dalam beberapa hari karena tingkat metabolismenya tinggi. Epitel
memperoleh makanannya dari air mata, humor aqueous, kapiler limbus dan oksigen yang
berdifusi menembus lapisan air mata.3 Sembilan puluh persen dari lapisan mata terdiri atas
stroma. Stroma dibatasi dibagian depan oleh membrane Bowman, sangat resisten terhadap
trauma dan disebelah inferior oleh membran Descemet. Fibril-fibril kolagen di stroma tersusun
dalam lapisan-lapisan atau lamella, sehingga kita dapat melakukan keratoplastik ketebalan
sebagian. Trauma pada membrane Bowman atau stroma menyebabkan pembentukan jaringan
parut.3 Membran Descemet bersifat elastis dan ketebalannya meningkat seiring dengan usia.
Membran ini dapat ditembus oleh zat terlarut tetapi tidak oleh zat kimia. 3 Lapisan paling dalam
adalah lapisan endotel. Lapisan endotel merupakkan lapisan paling dalam. Lapisan ini juga
merupakan lapisan yang berkontak langsung dengan cairan mata.3 Sklera adalah pembungkus
yang kuat dan fibrus. Sklera merupakan pembentuk putih mata dan bersambung pada bagian
depan dengan sebuah jendela membran bening yaitu kornea. Sklera berfungsi untuk melindungi
struktur mata yang sangat halus, serta membantu membertahankan bentuk bola mata.2

2. Lapisan tengah (tunika vaskulosa / uvea)


Iris adalah tirai berwarna di depan lensa yang bersambung dengan selaput koroid. Selaput
berpigmen sebelah belakang iris memancarkan warnanya sendiri, dan demikian itulah yang
menentukan apakah sebuah mata itu berwarna biru, coklat, hitam, kelabu dan seterusnya. Iris
berisi dua kelompok serabut otak tak sadar atau otot polos. Kelompok yang satu berfungsi untuk
mengecilkan ukuran pupil, sementara kelompok yang lain melebarkan ukuran pupil. Iris
merupakan jaringan avaskuler.2
Korpus siliaris terterletak diantara koroid dan iris. Korpus siliaris itu berisi serabut otot
sirkuler dan serabut-serabut yang letaknya seperti jari-jari sebuah lingkaran. Kontraksi otot
sirkuler menyebabkan pupil mata berkontraksi.2 Korpus siliaris terdiri atas prosesus siliaris dan
tiga otot siliaris yaitu serat meridional yaitu serat yang longitudinal, serat radial dan serat
sirkular. Korpus siliaris memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai pembentuk cairan di prosesus
siliaris serta kontraksi dan relaksasi ligamentum suspensorium lensa yang disebut dengan
zonula.3 Koroid atau lapisan tengah berisi pembuluh darah, yang merupakan ranting-ranting
arteria oftalmika, cabang dari arteri carotis interna. Lapisan vaskuler ini membentuk iris yang
berlubang ditengahnya, atau yang disebut pupil (manik) mata. Pada bagian depan koroid
bersambungan dengan iris, dan tepat dibelakang iris selaput ini menebal guna membentuk korpus
siliaris.2 Pupil merupakan ruang terbuka yang bulat pada iris dan harus dilalui oleh cahaya untuk
dapat masuk ke inferior mata.2
3. Lapisan dalam (tunika nervosa / retina)
Retina mata dapat dianggap sebagai film pada suatu kamera. Fungsi utama retina adalah
merekam bayangan yang difokuskan oleh kornea dan lensa. Retina adalah bagian mata yang
paling penting dengan semua struktur lain yang berfungsi sebagai penunjang. Retina
membungkus semua bagian dari dalam segmen posterior bola mata, dari ora serata di anterior ke
saraf optikus posterior. Ora serata dan saraf optikus adalah dua titik tempat retina melekat ke
koroid.3 Retina mempunya dua unsur utama yaitu, suatu retina yang berpigmen yang berdekatan
denganb lapisan koroid dan suatu retina neuralis berdekatan dengan korpus vitreum. 3 Retina
yang berpigmen adalah selapis sel-sel gepeng yang kaya akan granuila melanin, epitelnya
mempunyai jala-jala taut lekat yang luas antar selnya. Perlekatan lapisan sel-sel erat ini
memungkinkan merupakan barrier antara darah dan retina neuralis. Pigmentasinya mencegah
cahaya berlebihan memberi rangsangan pada retina dan menyerap cahaya setelah cahaya itu
melewati retina neuralis. Membran basalis retina merupakan membran Bruch. 3 Retina neuralis
terdiri atas banyak lapisan dan dua jenis neuron fotoreseptor yang disebut batang dan kerucut.
Sel batang adalah panjang dan tipis dan berhubungan dengan sejumlah sel-sel lainnya. Sel batang
berperan untuk pengelihatan malam, dengan fungsi tertingginya terdapat dalam batas bawah
illuminasi. Sedangkan kerucut lebih pendek dan lebih gemuk dari pada batang dan berhubungan
dengan sedikit sel-sel lainnya. Kerucut berperan untuk membedakan pengelihatan dan warna
yang dilihat.3 Namun pada batang ataupun kerucut mempunyai segmen luar yang terdiri dari
banyak lapisan tumpukan membran plasma. Segmen ini kaya akan substansi fotoreseptor
rodopsin (pada sel batang) dan iodopsin (pada sel kerucut). 3 Retina dijaga ditempatnya oleh
cairan vitreosa yang normal jernih dan terdiri atas 99% air, kolagen dan asam hialuronat. Koroid
adalah struktur sklera sebelah dalam, terutama terdiri atas pembuluh darah yang memberi makan
sckera dan seluruh dari sepertiga lapisan luar retina. Dua per tiga bagian dari retina mendapat
makan dari arteri retina sentralis yang berasal dari diskus saraf optikus. Retina terdiri atas 10
lapisan berbeda dengan ketebalan rata-rata hanya 0,4 mm. retina paling tipis terdapat di makula
dan ora serata. Makula adalah suatu daerah bundar, terletak di sebelah temporal diskus optikus,
yang berada dalam sumbu pengelihatan langsung dari lubang pupil. Makula terdiri atas sel-sel
kerucut yang digunakan untuk pengelihatan tajam dan persepsi warna. Bagian retina lainnya
terdiri atas sel kerucut dan sel batang yang digunakan untuk mendeteksi gerakan pada malam
hari. Retina adalah jaringan saraf yang sangat berkembang, dalam keadaan normal tampak
transparan dan tampak abu-abu jika terlepas. Retina akan keluar dari mata dalam bentuk saraf
optikus.3 Retina terbagi atas pars iridika retina, pars siliaris retina dan pars optika retina. Pars
optika retina tersusun atas 10 lapisan, yaitu Membran limitans dalam, lapisan serat saraf nervus
optikus, lapisan sel-sel ganglioner, lapisan plexiform dalam, lapisan granular/inti dalam, lapisan
plexiform luar, lapisan granular/inti luar, lapisan limitans luar, lapisan batang kerucut, dan
lapisan epitel pigmen. Lapisan limitans dalam, lapisan serat saraf, dan lapisan ganglion
merupakan neuron tersier.5 Lapisan plexiiform dalam, lapisan granular dalam, dan lapisan
plexiform luar merupakan neuron sekunder. Sedangkan, 4 lapisan lainnya merupakan neuron
primer.

Gambar 3. Lapisan pada retina4


Aqueus humor merupakan suatu cairan yang berasal dari badan siliaris yang diserap kemudian
kembali ke dalam aliran darah pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal
sebagai saluran Schlemm.2 Selain aqueus humor juga terdapat cairan lain yang terdapat pada bola
mata yaitu disebut dengan vitreus humor. Vitrus humor terdapat pada daerah belakang bola mata
yang dimulai dari lensa ke belakang arah retina. Pada vitreus humor diisi oleh cairan penuh
albumen yang berwarna keputih-putihan seperti agar-agar yaitu humor vitreus. Humor vitreus
berfungsi untuk memberi bentuk dan kekokohan pada mata, serta mempertahankan hubungan
antara retina dengan selaput koroid dan sklerotik.2
Lensa adalah sebuah benda transparan biconvex (cembung pada bagian depan dan belakang)
yang terdiri dari beberapa lapisan. Lensa adalah organ fokus utama, yang membiaskan berkas-
berkas cahaya yang terpantul dari benda-benda yang dilihat agar menjadi bayangan yang jelas
pada retina. Lensa berada pada sebuah kapsul elastik. Lensa terletak persis di belakang iris.
Membran yang dikenal sebagai ligamentum suspensorium terdapat didepan dan juga dibelakang
lensa yang berfungsi untuk mengaitkan lensa itu pada siliaris. Bila ligamentum suspensorium
mengendor, maka lensa mengerut dan menebal, sebaliknya bila ligamentum sespensorium
menegang, lensa menjadi gepeng. Kemampuan lensa untuk berakomodasi disebut akomodasi
visual. Mengendor dan mengencangnya lensa dikendalikan oleh otot siliaris.2

    Mekanisme Penglihatan


Manusia dapat melihat benda karena adanya cahaya. Cahaya yang ditangkap mata
berturut-turut akan melalui kornea, aqueous humor, pupil, lensa, vitreus humor, dan retina. Lensa
mata berfungsi memfokuskan cahaya yang terpantul dari benda-benda yang terlihat sehingga
menjadi bayangan yang jelas pada retina. Cahaya ini akan merangsang fotoreseptor untuk
menyampaikan impuls ke saraf penglihat dan berlanjut sampai lobus oksipitalis pada otak besar.8
Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Pupil merupakan lubang bundar
anterior di bagian tengah iris yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata. Pupil
membesar bila intensitas cahaya kecil (bila berada di tempat gelap), dan apabila berada di tempat
terang atau intensitas cahayanya besar, maka pupil akan mengecil. Yang mengatur perubahan
pupil tersebut adalah iris. Iris merupakan cincin otot yang berpigmen dan tampak di dalam
aqueous humor, karena iris merupakan cincin otot yang berpigmen, maka iris juga berperan
dalam menentukan warna mata. Setelah melalui pupil dan iris, maka cahaya sampai ke lensa.
Lensa ini berada diantara aqueous humor dan vitreous humor, melekat ke otot–otot siliaris
melalui ligamentum suspensorium. Fungsi lensa selain menghasilkan kemampuan refraktif yang
bervariasi selama berakomodasi, juga berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke retina. Apabila
mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot–otot siliaris akan berkontraksi, sehingga
lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Dan apabila mata memfokuskan objek yang jauh, maka
otot–otot siliaris akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Bila cahaya
sampai ke retina, maka sel–sel batang dan sel–sel kerucut yang merupakan sel–sel yang sensitif
terhadap cahaya akan meneruskan sinyal–sinyal cahaya tersebut ke otak melalui saraf optik.
Bayangan atau cahaya yang tertangkap oleh retina adalah terbalik, nyata, lebih kecil, tetapi
persepsi pada otak terhadap benda tetap tegak, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan
yang terbalik itu sebagai keadaan normal.4,10

     Jaras Penglihatan


Prinsip jaras penglihatan yaitu dari kedua retina ke korteks penglihatan. Sinyal saraf
penglihatan meninggalkan retina melalui nervus optikus. Di chiasma opticum, serabut nervus
optikus dari bagian nasal retina menyeberangi garis tengah, tempat serabut nervus optikus
bergabung dengan serabut-serabut yang berasal dari bagian temporal retina mata yang lain
sehingga terbentuklah traktus optikus. Serabut-serabut dari setiap traktus optikus bersinaps di
nukleus genikulatum lateralis dorsalis pada thalamus, dan dari sini, serabut-serabut
genikulokalkarina berjalan melalui radiasi optikus menuju korteks penglihatan primer yang
terletak di fisura kalkarina lobus oksipitalis.
Serabut penglihatan juga melalui beberapa daerah yang lebih primitive di otak, yaitu :
1.      Dari traktus optikus menuju nukleus suprachiasmatik di hipotalamus, untuk pengaturan
irama sirkadian yang menyinkronisasikan berbagai perubahan fisiologi tubuh dengan siang dan
malam.
2.      Menuju nuklei pretektalis di otak tengah, untuk mendatangkan gerakan reflex mata agar
mata dapat difokuskan ke arah objek yang penting dan untuk mengaktifkan reflex pupil terhadap
cahaya.

3.      Menuju kolikulus superior, untuk mengatur pergerakan arah kedua mata
yang cepat.
4.      Menuju nukleus genikulatum lateralis ventralis pada thalamus dan daerah basal otak
sekitarnya, untuk membantu mengendalikan beberapa fungsi sikap tubuh.11
Jadi jaras penglihatan secara kasar dapat dibagi menjadi sistem primitif untuk otak tengah
dan dasar otak depan, serta sistem baru untuk penjalaran sinyal penglihatan secara langsung ke
dalam korteks penglihatan yang terletak di lobus occipitalis. Pada manusia, sistem baru
bertanggung jawab untuk persepsi seluruh aspek bentuk penglihatan, warna, dan penglihatan
sadar lainnya. Sebaliknya pada banyak hewan primitif, bentuk penglihatan bahkan dideteksi oleh
sistem yang lebih primitif, yaitu dengan menggunakan kolikulus superior dengan cara yang sama
seperti hewan mamalia menggunakan korteks penglihatan.6

Gambar Jaras Penglihatan

Proses Refraksi

Sinar berjalan lebih cepat melalui udara dari pada melalui media transparan lain misalnya
air dan kaca. Ketika masuk ke suatu medium dengan densitas tinggi, berkas cahaya melambat
(yang sebaliknya juga berlaku).Arah berkas berubah jika cahaya tersebut mengenai permukaan
medium baru dalam sudut yang tidak tegak lurus.Berbeloknya berkas sinar dikenal sebagai
refraksi (pembiasan). Pada permukaan melengkung seperti lensa, akan semakin besar derajat
pembelokan dan semakin kuat lensa. Ketika suatu berkas cahaya mengenai permukaan lengkung
suatu benda dengan densitas lebih besar maka arah refraksi bergantung pada sudut
kelengkungan.Permukaan konveks melengkung keluar (cembung, seperti permukaan luar sebuah
bola), sementara permukaan konkaf melengkung kedalam (cekung, seperti gua). Permukaan
konveks menyebabkan konvergensi berkas sinar, membawa berkas-berkas tersebut lebih dekat
satu sama lain. Karena konvergensi penting untuk membawa suatu bayangan ke titik fokus, maka
permukaan refraktif mata berbentuk konveks. Permukaan konkaf membuyarkan berkas sinar
(divergensi). Lensa konkaf bermanfaat untuk mengoreksi kesalahan refraktif tertentu mata,
misalnya penglihatan dekat.1

Akomodasi adalah proses penyesuaian otomatis pada lensa untuk memfokuskan objek
secara jelas pada jarak beragam. Pada emetropia atau akomodasi normal, kontraksi otot siliaris
mengurangi tarikan ligament suspensorik pada lensa, yang kemudian menonjol ke luar sehingga
semakin konveks atau membulat untuk penglihatan dekat. Relaksasi otot siliaris memperkuat
tarikan ligament suspensorik pada lensa, sehingga semakin memipihkan lensa untuk penglihatan
jauh.5

Kelainan Refraksi Pada Mata

Mata manusia dapat mengalami kelainan.Secara klinik kelainan refraksi adalah akibat
kerusakan pada akomodasi visual, entah itu sebagai akibat perubahan biji mata, maupun kelainan
pada lensa.Beberapa kelainan refraksi tersebutakan diuraikan sebagai berikut:

1. Miopia (Rabun Jauh)


Mata miopi adalah mata dengan lensa terlalu cembung atau bola mata terlalu
panjang. Dengan demikian, objek yang dekat akan terlihat jelas karena bayangan jatuh
pada retina, sedangkan objek yang jauh akan terlihat kabur karena bayangan jatuh di
depan retina. Kelainan mata jenis ini dikoreksi dengan lensa konkaf.6,7 (Lihat gambar 4)

Gambar 4. Miopia7

2. Mata Hipermetropia (Rabun Dekat)


Mata hipermetropia adalah mata dengan lensa yang terlalu pipih atau bola mata
terlalu pendek. Objek yang dekat akan terlihat kabur karena bayangan jatuh di belakang
retina, sedangkan objek jauh akan terlihat jelas karena bayangan jatuh di retina. Kelainan
mata jenis ini dikoreksi dengan lensa konveks.6,7 (Lihat gambar 5)

Gambar 5. Hipermetropia7
3. Mata Astigmatis
Mata astigmatis adalah mata dengan lengkungan permukaan kornea atau lensa yang
tidak rata.Misalnya lengkung kornea yang vertikal kurang melengkung dibandingkan
yang horizontal.Bila seseorang melihat suatu kotak, garis vertikal terlihat kabur dan garis
horizontal terlihat jelas, mata orang tersebut menderita kelainan yang disebut astigmatis
regular.Astigmatis regular dapat dikoreksi dengan lensa silindris. Bila lengkung
permukaan kornea tidak teratur disebut astigmatis irregular dan dapat dikoreksi dengan
lensa kontak.6,7 (Lihat gambar 6)
Gambar 6. Astigmatisma7
4. Presbiopia (Mata Tua)
Mata presbiopia adalah suatu keadaan dimana lensa kehilangan elastisitasnya
karena bertambahnya usia. Dengan demikian, lensa mata tidak dapat berakomodasi lagi
dengan baik. Umumnya penderita akan melihat jelas bila objeknya jauh, tetapi perlu
kacamata cembung untuk melihat objek dekat.6

Definis Lapang Pandang

Bila kita memfiksasi pandangan kita ke satu benda, benda ini terlihat nyata, sedangkan benda-
benda di sekitarnya tampak kurang tajam. Seluruh lapangan yang terlihat, bila kita memfiksasi
mata ke satu benda disebut lapangan pandang. Terdapat tiga jenis lapangan pandang; lapangan
makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas dilihat oleh kedua mata, lapangan binocular
yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan lapangan monokular yaitu kawasan yang bisa
dilihat oleh salah satu mata saja. Lapang pandangan normal pada satu mata terletak 90o
temporal, 80o merdial, 60o atas dan 75o bawah.

Gambar 7 Lapang Pandang

Definisi Defek Lapang Pandang

Defek lapang pandangan adalah hilangnya sebagian lapang pandangan yang normal dan berbeda
dari buta pada satu mata atau buta pada dua mata. Defek lapangan pandang biasanya disebabkan
oleh lesi di berbagai lokasi dalam jaras penglihatan, yaitu dari retina sampai daerah oksipital
otak.

Gambar 8 Defek Lapang pandang

Gangguan lapang pandangan sering diakibatkan kerusakan fungsi pada kiasma optic. Pada
kiasma terjadi persilangan serabut saraf optic bagian nasal. Kelianan pada daerah ini dapat
disebabkan tekanan tumor intraselar ataupun supraselar. Kraniofaringoma dapat merupakan
penyebab utama penekanan kiasma.

Kelainan pada pemeriksaan lapang pandang

Jika terdapat lesi di sepanjang lintasan nervus optikus (N.II) hingga korteks sensorik, akan
menunjukkan gejala gangguan penglihatan yaitu pada lapang pandang atau medan penglihatan.
Lesi pada nervus optikus akan menyebabkan hilangnya penglihatan monokular atau disebut
anopsia pada mata yang disarafinya. Hal ini disebabkan karena penyumbatan arteri centralis
retina yang mendarahi retina tanpa kolateral, ataupun arteri karotis interna yang akan bercabang
menjadi arteri ophtalmika yang kemudian menjadi arteri centralis retina. Kebutaan tersebut
terjadi tiba-tiba dan disebut amaurosis fugax.6

Lesi pada bagian lateral khiasma optikum akan menyebabkan hemianopsia binasal, sedangkan
lesi pada bagian medial kiasma akan menghilangkan medan penglihatan temporal yang disebut
hemianopsia bitemporal. Kelainan seperti ini banyak disebabkan oleh lesi khiasma, seperti
tumor dan kista intrasellar, erosi dari processus clinoid seperti yang terjadi dengan tumor atau
aneurisma dorsal dari sella tursica, kalsifikasi di antara atau di atas sella tursika seperti yang
terjadi dengan  kista dan aneurisma kraniofaringioma, dan juga pada meningioma suprasellar.
Juga dapat disebabkan oleh trauma dan tumor pada regio khiasma. Hemianopsia bitemporal bisa
didapatkan pada kista suprasellar. Bisa juga ditemukan pada pasien dengan tumor pituitari tapi
bersifat predominan parasentral. Pada adenoma pituitari juga bisa terjadi kebutaan atau anopsia
pada salah satu mata dan hemianopsia temporal pada mata yang lainnya.Lesi pada traktus
optikus akan menyebabkan hemianopsia homonim kontralateral. Serabut-serabut dari retina pada
bagian temporal akan rusak, bersamaan dengan serabut dari bagian nasal retina mata yang lain
yang bersilangan. Lesi pada radiasio optika bagian medial akan menyebabkan quadroanopsia
inferior homonim kontralateral, sedangkan lesi pada serabut lateralnya akan menyebabkan
quadroanopsia superior homonim kontralateral. Quadroanopsia atau kuadranopia biasanya
terjadi pada lesi yang terdapat pada bagian temporo-parietal. Lesi pada bagian posterior radiasio
optika akan mengakibatkan hemianopsia homonim yang sama dan sebangun dengan
mengecualikan penglihatan makular.6,8,9

Retina mendapat darah dari arteri retina sentralis, yang merupakan endateri, yaitu arteri yang
tidak mempunyai kolateral. Karena itu, lesi pada retina akibat penyumbatan arteri retina sentralis
tidak akan diperbaiki lagi oleh perdarahan kolateral. Arteri retina sentralis adalah cabang dari
arteri ophtalmika. Pada thrombosis arteri karotis, pangkal arteri oftalmika dapat ikut tersumbat
juga. Gambaran klinik thrombosis tersebut terdiri dari hemiparesis kontralateral dan buta
ipsilateral.4
Gambar 9.
Kelainan lapang pandang

Kesimpulan
Daftar Pustaka

1. Sherwood L. Fisiologi manusia ed 6. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC;


2014.h.211-230.
2. Cambridge. Anatomi fisiologi: system lokomotor dan penginderaan. Jakarta: Penerbit
buku kedokteran EGC; 1999.h.49-53.
3. Bloom, Fawcett. Buku ajar histologi. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC;
2002.h.782-792.
4. Corwin EJ, Buku saku patofisiologi. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC;
2009.h.359-364.
5. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC;
2004.h.186-189.
6. Wong DL, Eaton MH, Wilson D, Winkelstein ML, Schwartz P. Buku ajar keperawatan
pediatric wong ed 6 vol 1. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2009.h.726.
7. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Jakarta: Gramedia; 2009.h.388-389.
8. Guyton. Fisiologi kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2009.h.1-25
9. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 2. Jakarta. EGC ; 2001.h.213-5

Anda mungkin juga menyukai