Mata adalah salah satu organ tubuh yang sangat penting untuk kelangsungan hidup karena
dengan mata kita dapat melihat semua yang ada di sekitar kita. Namun di lain sisi, mata juga
memiliki beberapa kelainan yang menyebabkan terganggunya system penglihatan kita. Beberapa
kelainan refraksi pada mata ini antara lain adalah miopi, hipermiopi, astigmatisma, dan presbiopi
yang umumnya sering di jumpai pada orang-orang yang berada di sekitar kita. Selain itu, ada
juga kelainan lapang pandang. Diantaranya adalah hemianopsia bitemporal atau sering juga
dikenal sebagai bitemporal heteronymous hemianopsia atau bitemporal hemianopia adalah
deskripsi medis dari jenis kebutaan parsial di mana penglihatan hilang di setengah bagian luar
dari bidang visual kanan dan kiri. Biasanya berhubungan dengan lesi pada kiasma optik , daerah
di mana saraf optik dari mata kanan dan kiri menyilang dekat kelenjar pituitary.
Abstract
Mata adalah alat indera penglihatan. Agar dapat melihat, mata harus menangkap pola
pencahayaan di lingkungan sebagai “gambar/ bayangan optis” di suatu lapisan sel peka sinar,
retina, dan dapat pula dibayangkan seperti kamera nondigital yang menangkap bayangan pada
film. Seperti film yang dapat diproses menjadi salinan visual dari bayangan asli, citra tersandi di
retina disalurkan melalui serangkaian tahap pemrosesan visual yang semakin rumit hingga
akhirnya secara sadar dipresepsikan sebagai kemiripan visual dari bayangan asli.1
Umumnya mata dilukiskan sebagai bola, tetapi sebenarnya bentuknya adalah lonjong dan bukan
bulat seperti bola. Bola mata memiliki garis mengenah kira-kira 2,5 cm dengan bagian depan
yang bening dan terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu :
1. Lapisan luar (tunika fiobrosa) yang merupakan lapisan penyangga
Pada tunika fibrosa terdapat kornea, limbus kornea dan sklera. Kornea merupakan bagian depan
yang transparan dan bersambung dengan sklera yang putih dan tidak tembus cahaya. Kornea
terdiri atas beberapa lapisan. Lapisan tepi adalah epithelium berlapis yang bersambung dengan
konjungtiva.2 Permukaan untuk pembiasan utama mata adalah kornea. Kornea membentuk
lapisan pelindung luar yang kuat bersama dengan sklera. Kornea terdiri atas empat lapisan
tersendiri, epitel, stroma yang mencakup membran Bowman, membran Descemet dan endotel.
Epitel memiliki ketebalan sekitar 5 sampai 6 lapis sel dan dibatasi oleh membrane Bowman.
Apabila permukaan atas terkelupas maka akan diganti setiap harinya. Epitel akan memperbaharui
diri tanpa jaringan parut dalam beberapa hari karena tingkat metabolismenya tinggi. Epitel
memperoleh makanannya dari air mata, humor aqueous, kapiler limbus dan oksigen yang
berdifusi menembus lapisan air mata.3 Sembilan puluh persen dari lapisan mata terdiri atas
stroma. Stroma dibatasi dibagian depan oleh membrane Bowman, sangat resisten terhadap
trauma dan disebelah inferior oleh membran Descemet. Fibril-fibril kolagen di stroma tersusun
dalam lapisan-lapisan atau lamella, sehingga kita dapat melakukan keratoplastik ketebalan
sebagian. Trauma pada membrane Bowman atau stroma menyebabkan pembentukan jaringan
parut.3 Membran Descemet bersifat elastis dan ketebalannya meningkat seiring dengan usia.
Membran ini dapat ditembus oleh zat terlarut tetapi tidak oleh zat kimia. 3 Lapisan paling dalam
adalah lapisan endotel. Lapisan endotel merupakkan lapisan paling dalam. Lapisan ini juga
merupakan lapisan yang berkontak langsung dengan cairan mata.3 Sklera adalah pembungkus
yang kuat dan fibrus. Sklera merupakan pembentuk putih mata dan bersambung pada bagian
depan dengan sebuah jendela membran bening yaitu kornea. Sklera berfungsi untuk melindungi
struktur mata yang sangat halus, serta membantu membertahankan bentuk bola mata.2
3. Menuju kolikulus superior, untuk mengatur pergerakan arah kedua mata
yang cepat.
4. Menuju nukleus genikulatum lateralis ventralis pada thalamus dan daerah basal otak
sekitarnya, untuk membantu mengendalikan beberapa fungsi sikap tubuh.11
Jadi jaras penglihatan secara kasar dapat dibagi menjadi sistem primitif untuk otak tengah
dan dasar otak depan, serta sistem baru untuk penjalaran sinyal penglihatan secara langsung ke
dalam korteks penglihatan yang terletak di lobus occipitalis. Pada manusia, sistem baru
bertanggung jawab untuk persepsi seluruh aspek bentuk penglihatan, warna, dan penglihatan
sadar lainnya. Sebaliknya pada banyak hewan primitif, bentuk penglihatan bahkan dideteksi oleh
sistem yang lebih primitif, yaitu dengan menggunakan kolikulus superior dengan cara yang sama
seperti hewan mamalia menggunakan korteks penglihatan.6
Proses Refraksi
Sinar berjalan lebih cepat melalui udara dari pada melalui media transparan lain misalnya
air dan kaca. Ketika masuk ke suatu medium dengan densitas tinggi, berkas cahaya melambat
(yang sebaliknya juga berlaku).Arah berkas berubah jika cahaya tersebut mengenai permukaan
medium baru dalam sudut yang tidak tegak lurus.Berbeloknya berkas sinar dikenal sebagai
refraksi (pembiasan). Pada permukaan melengkung seperti lensa, akan semakin besar derajat
pembelokan dan semakin kuat lensa. Ketika suatu berkas cahaya mengenai permukaan lengkung
suatu benda dengan densitas lebih besar maka arah refraksi bergantung pada sudut
kelengkungan.Permukaan konveks melengkung keluar (cembung, seperti permukaan luar sebuah
bola), sementara permukaan konkaf melengkung kedalam (cekung, seperti gua). Permukaan
konveks menyebabkan konvergensi berkas sinar, membawa berkas-berkas tersebut lebih dekat
satu sama lain. Karena konvergensi penting untuk membawa suatu bayangan ke titik fokus, maka
permukaan refraktif mata berbentuk konveks. Permukaan konkaf membuyarkan berkas sinar
(divergensi). Lensa konkaf bermanfaat untuk mengoreksi kesalahan refraktif tertentu mata,
misalnya penglihatan dekat.1
Akomodasi adalah proses penyesuaian otomatis pada lensa untuk memfokuskan objek
secara jelas pada jarak beragam. Pada emetropia atau akomodasi normal, kontraksi otot siliaris
mengurangi tarikan ligament suspensorik pada lensa, yang kemudian menonjol ke luar sehingga
semakin konveks atau membulat untuk penglihatan dekat. Relaksasi otot siliaris memperkuat
tarikan ligament suspensorik pada lensa, sehingga semakin memipihkan lensa untuk penglihatan
jauh.5
Mata manusia dapat mengalami kelainan.Secara klinik kelainan refraksi adalah akibat
kerusakan pada akomodasi visual, entah itu sebagai akibat perubahan biji mata, maupun kelainan
pada lensa.Beberapa kelainan refraksi tersebutakan diuraikan sebagai berikut:
Gambar 4. Miopia7
Gambar 5. Hipermetropia7
3. Mata Astigmatis
Mata astigmatis adalah mata dengan lengkungan permukaan kornea atau lensa yang
tidak rata.Misalnya lengkung kornea yang vertikal kurang melengkung dibandingkan
yang horizontal.Bila seseorang melihat suatu kotak, garis vertikal terlihat kabur dan garis
horizontal terlihat jelas, mata orang tersebut menderita kelainan yang disebut astigmatis
regular.Astigmatis regular dapat dikoreksi dengan lensa silindris. Bila lengkung
permukaan kornea tidak teratur disebut astigmatis irregular dan dapat dikoreksi dengan
lensa kontak.6,7 (Lihat gambar 6)
Gambar 6. Astigmatisma7
4. Presbiopia (Mata Tua)
Mata presbiopia adalah suatu keadaan dimana lensa kehilangan elastisitasnya
karena bertambahnya usia. Dengan demikian, lensa mata tidak dapat berakomodasi lagi
dengan baik. Umumnya penderita akan melihat jelas bila objeknya jauh, tetapi perlu
kacamata cembung untuk melihat objek dekat.6
Bila kita memfiksasi pandangan kita ke satu benda, benda ini terlihat nyata, sedangkan benda-
benda di sekitarnya tampak kurang tajam. Seluruh lapangan yang terlihat, bila kita memfiksasi
mata ke satu benda disebut lapangan pandang. Terdapat tiga jenis lapangan pandang; lapangan
makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas dilihat oleh kedua mata, lapangan binocular
yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan lapangan monokular yaitu kawasan yang bisa
dilihat oleh salah satu mata saja. Lapang pandangan normal pada satu mata terletak 90o
temporal, 80o merdial, 60o atas dan 75o bawah.
Defek lapang pandangan adalah hilangnya sebagian lapang pandangan yang normal dan berbeda
dari buta pada satu mata atau buta pada dua mata. Defek lapangan pandang biasanya disebabkan
oleh lesi di berbagai lokasi dalam jaras penglihatan, yaitu dari retina sampai daerah oksipital
otak.
Gangguan lapang pandangan sering diakibatkan kerusakan fungsi pada kiasma optic. Pada
kiasma terjadi persilangan serabut saraf optic bagian nasal. Kelianan pada daerah ini dapat
disebabkan tekanan tumor intraselar ataupun supraselar. Kraniofaringoma dapat merupakan
penyebab utama penekanan kiasma.
Jika terdapat lesi di sepanjang lintasan nervus optikus (N.II) hingga korteks sensorik, akan
menunjukkan gejala gangguan penglihatan yaitu pada lapang pandang atau medan penglihatan.
Lesi pada nervus optikus akan menyebabkan hilangnya penglihatan monokular atau disebut
anopsia pada mata yang disarafinya. Hal ini disebabkan karena penyumbatan arteri centralis
retina yang mendarahi retina tanpa kolateral, ataupun arteri karotis interna yang akan bercabang
menjadi arteri ophtalmika yang kemudian menjadi arteri centralis retina. Kebutaan tersebut
terjadi tiba-tiba dan disebut amaurosis fugax.6
Lesi pada bagian lateral khiasma optikum akan menyebabkan hemianopsia binasal, sedangkan
lesi pada bagian medial kiasma akan menghilangkan medan penglihatan temporal yang disebut
hemianopsia bitemporal. Kelainan seperti ini banyak disebabkan oleh lesi khiasma, seperti
tumor dan kista intrasellar, erosi dari processus clinoid seperti yang terjadi dengan tumor atau
aneurisma dorsal dari sella tursica, kalsifikasi di antara atau di atas sella tursika seperti yang
terjadi dengan kista dan aneurisma kraniofaringioma, dan juga pada meningioma suprasellar.
Juga dapat disebabkan oleh trauma dan tumor pada regio khiasma. Hemianopsia bitemporal bisa
didapatkan pada kista suprasellar. Bisa juga ditemukan pada pasien dengan tumor pituitari tapi
bersifat predominan parasentral. Pada adenoma pituitari juga bisa terjadi kebutaan atau anopsia
pada salah satu mata dan hemianopsia temporal pada mata yang lainnya.Lesi pada traktus
optikus akan menyebabkan hemianopsia homonim kontralateral. Serabut-serabut dari retina pada
bagian temporal akan rusak, bersamaan dengan serabut dari bagian nasal retina mata yang lain
yang bersilangan. Lesi pada radiasio optika bagian medial akan menyebabkan quadroanopsia
inferior homonim kontralateral, sedangkan lesi pada serabut lateralnya akan menyebabkan
quadroanopsia superior homonim kontralateral. Quadroanopsia atau kuadranopia biasanya
terjadi pada lesi yang terdapat pada bagian temporo-parietal. Lesi pada bagian posterior radiasio
optika akan mengakibatkan hemianopsia homonim yang sama dan sebangun dengan
mengecualikan penglihatan makular.6,8,9
Retina mendapat darah dari arteri retina sentralis, yang merupakan endateri, yaitu arteri yang
tidak mempunyai kolateral. Karena itu, lesi pada retina akibat penyumbatan arteri retina sentralis
tidak akan diperbaiki lagi oleh perdarahan kolateral. Arteri retina sentralis adalah cabang dari
arteri ophtalmika. Pada thrombosis arteri karotis, pangkal arteri oftalmika dapat ikut tersumbat
juga. Gambaran klinik thrombosis tersebut terdiri dari hemiparesis kontralateral dan buta
ipsilateral.4
Gambar 9.
Kelainan lapang pandang
Kesimpulan
Daftar Pustaka