KATARAK
Pembimbing :
Dr. Heru Mahendrata S, SpM
Disusun oleh :
Sofiuddin Bin Nordin
030.08.305
LEMBAR PENGESAHAN
Nama: Sofiuddin bin Nordin
NIM:030.08.305
Judul referat: Katarat
Telah diterima dan dipersetujui oleh pembimbing Dr Heru Mahendrata S SpM pada
Hari:
Tanggal:
Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepanitraaan Klinik SMF
MATA Rumah Sakit Budhi Asih
DAFTAR ISI
Lembar
pengesahan....i
1
Kata
....ii
penghantar..
Daftar isi..ii
Bab
Pendahuluan.1
I.
PUSTAKA..
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan referat mengenai Katarak
ini. Kasus ini saya ajukan dalam rangka melaksanakan tugas kepaniteraan klinik Ilmu
Kesehatan Mata di RSUD Budhi Asih Jakarta.
Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. Heru
Mahendrata, Sp.M yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan presentasi kasus ini.
Dan kepada orang tua dan keluarga saya tercinta, yang selalu memberikan dukungan kepada
saya, serta teman- teman koass dan semua pihak yang telah turut membantu penyusunan
presentasi kasus ini.
Diharapkan referat ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi para
mahasiswa fakultas kedokteran. Serta semoga dapat menambah pengetahuan dalam bidang
kedokteran dan dapat menjadi bekal dalam profesi kami kelak.
Saya menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
dengan senang hati saya menerima kritik dan saran yang membangun. Atas perhatian yang
diberikan saya ucapkan terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut RESKESDA pada tahun 2007 Proporsi katarak menurut umur yang
dikelompokkan dengan interval 10 tahun memberikan gambaran adanya kecenderungan
peningkatan proporsi katarak untuk tiap kelompok umur kurang lebih dua kali lipat dalam
tiap periode 10 tahunan. Proporsi katarak berdasarkan riwayat diagnosis cenderung lebih
besar pada perempuan (1,9%) dan sedikit lebih besar di daerah perkotaan (2,1%).Seperti
halnya low vision dan kebutaan, proporsi diagnosis katarak oleh tenaga kesehatan lebih besar
pada penduduk dengan latar pendidikan enam tahun atau kurang dibanding dengan yang
memperoleh pendidikan tujuh tahun lebih. Dari aspek pekerjaan, proporsi diagnosis katarak
pada kelompok penduduk yang tidak bekerja lebih tinggi. Proporsi diagnosis katarak oleh
tenaga kesehatan hampir merata pada semua tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita per
bulan, tetapi tampak bahwa proporsi diagnosis katarak tertinggi ditemukan pada tingkat
pengeluaran tertinggi (2%). Tampak pula bahwa proporsi gejala katarak cenderung menurun
pada tingkat pengeluaran rumah tangga yang lebih tinggi Proporsi operasi katarak makin
meningkat sesuai dengan meningkatnya lama pendidikan. Berdasarkan pekerjaan dan tipe
daerah, proporsi operasi katarak terbesar dijumpai pada kelompok yang sedang sekolah dan
tinggal di daerah perkotaan. Proporsi operasi katarak meningkat seiring dengan
meningkatnya pengeluaran rumah tangga per kapita. (4)
BAB II
4
II. LENSA
II.1 Anatomi Lensa
Pada manusia, lensa mata bikonveks, tidak mengandung pembuluh darah, transparan,
dengan diameter 9- 10 mm, dan tebal sekitar 3,5 pada saat lahir dan sekitar 5 mm pada saat
dewasa. Berat dari lensa sangat bervariasi sekitar 135 mg(0-9 tahun) sehingga 255 mgg(4080 tahun). Lensa mempunyai dua permukaan yaitu permukaan anterior (radius kurvatura 10
mm) lebih konkaf dari posterior( radius kurvatura 6 mm). Indeks refraktif 1.39 dan kekuatan
lensa adalah sekitar 18-20 Dioptri.(1)
. Anatomi Lensa
Ke depan, lensa berhubungan dengan cairan bilik mata, ke belakang berhubungan
dengan badan kaca. Di belakang iris, lensa digantung pada prosesus siliaris oleh zonula Zinii
(ligamentum
suspensorium
lentis),
yang
melekat
pada
ekuator
lensa,
serta
menghubungkannya dengan korpus siliare. Zonula Zinni berasal dari lamina basal epitel tidak
berpigmen prosesus siliare. Zonula Zini melekat pada bagian ekuator kapsul lensa, 1,5 mm
pada bagian anterior dan 1,25 pada bagian posterior.
Permukaan lensa pada bagian posterior lebih cembung daripada permukaan anterior.
Di sebelah anterior lensa terdapat humor akuous dan di sebelah posteriornya korpus vitreus.
Lensa diliputi oleh kapsula lentis, yang bekerja sebagai membran semipermeabel, yang
melalukan air dan elektrolit untuk makanannya. Di bagian anterior terdapat epitel subkapsuler
sampai ekuator.
Lapisan Lensa
Struktur lensa(1)
Secara garis besar lensa terdiri daripada kapsul lensa, epithelium lensa, kortex dan nucleus
1. Capsule lensa
Lapisan tipis, transparent, merupakan membrane hyaline yang mengelinggi lensa
yang dimana lebih tebal dibagian permukaan anterior dari bagian posterior. Kapsul
lensa paling tebal pada pre-equator (14mikro) dan paling tipis di bagian
posterior(3mikro)
2. Epithelium anterior
Merupakan lapisan selapis kuboid yang dimana terletak dalam dikapsule anterior.
Pada daerah equator sel ini berubah menjadi sel kolumnar yang dimana sangat aktif
membelah dan memanjang untuk membentuk fibre lensa yang baru. Epithelium tidak
terdapat dibagian posterior capsule.
3. Fibre lensa
Sel epitel membelah dan memanjang membentuk fibre lensa yang merupakan strukur
yang komplit.
a. Nucleus: bagian tengah yang mempunyai fibre yang paling tua. Mempunyai
zona yang berbeda sesuai dengan proses perkembangan. Pada pemriksaan slipt
lamp daerah ini dapat ditandai dengan zona yang diskontinu. Perbedaan zona
nucleus lensa termasuk;
Nucleus embryonic
lensa
Fetal nucleus
o terletak sekitar embryonic nucleus dan terdapat pada 3 bulan
usia kehamilan sehingga lahir. Berbentuk y shaped di anterior
Transperansi lensa
Aktivitas metabolic lensa
Akomodasi
Yang akan dibahas di tulisan ini adalah transperansi lensa dan aktivitas metabolic lensa.
Transperansi lensa
Factor- factor yang berperan dalam mempertahankan kejernihan dan transparansi lensa
adalah:
Avaskularitas
Membrane fibre lensa yang tipis
Tidak mempunyai organel
Susanan terdiri dari protein lensa
7
Mata dapat mengubah fokusnya dari objek jarak jauh dan jarak dekat karena kemampuan
lensa untuk mengubah bentuknya, suatu fenomena ini dikenal sebagai akomodasi. Elasitasnya
yang alami memungkinkan lensa menjadi lebih atau kurang bulat(sferis), tergantung besar
tegangnya serat-serat zonula pada kapsul lensa. Tegangnya zonula dikendalikan oleh aktivitas
muskulus siliaris, yang bila berkontraksi mengendurkan tegangan zonula. Dengan demikian
lensa menjadi bulat dan dihasilkan daya dioptri yang lebih kuat untuk memfokus obyekobyek yang lebih dekat. Relaksasi muskulus siliaris akan menghasilkam kebalikan rentetan
pristiwa tersebut , membuatkan lensa mendatar dan memungkinkan obyek jauh terfokus.
Dengan bertambahnya usia , daya akomodasi lensa akan berkurang secara perlahan-lahan
seiring dengan penurunan elastisitasnya.(2)
Pada foetus, bentuk lensa hampir sferis dan lemah. Pada orang dewasa lensanya lebih
padat dan bagian posterior lebih konveks. Proses sklerosis bagian sentral lensa, dimulai pada
masa kanak-kanak dan terus berlangsung secara perlahan-lahan sampai dewasa dan setelah
ini proses bertambah cepat dimana nukleus menjadi lebih besar dan korteks bertambah tipis.
Pada orang tua lensa menjadi lebih besar, lebih gepeng, warna kekuning-kuningan, kurang
jernih dan tampak sebagai grey reflex atau senile reflex, yang sering disangka katarak,
padahal salah. Karena proses sklerosis ini, lensa menjadi kurang elastis dan daya
akomodasinya pun berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia, pada orang Indonesia dimulai
pada umur 40 tahun.
II.3 Embriologi Lensa(3)
Perkembangan mata mulai tampak pada mudigah 22 hari sebagai sepasang lekukakan
dangkal pada sisi kanan dan kiri otak depan. Dengan menutupnya tabung saraf, lekukan
lekukan ini memberntuk kantong-kantong keluar pada otak depan yaitu gelembung mata.
Gelembung mata ini selenjutnya menempel pada ectoderm permukaan dan menginduksi
perubaa ectoderm yang diperlukan untuk pembentukan lensa. Segera setelah itu, gelembung
mata mulai tumbuh melakukan invaginasi dan membentuk optic cup yang berdinding
rangkap. Lapisan dalam dan lapisan luar dari optic cup ini mula-mula dipisahkan oleh suatu
rongga ruangan intraretina, tetapi segera rongga ini menghilang dan kemdian kedua lapis
tersebut saling berlekantan antara satu sama lain. Invaginasi tidak hanya terbatas dibagian
optic cup, tetapi juga melipti bagian inferiormya yang membentuk fissure koroidea.
Pembentukan fissure koroidea ini memungkinkan arteri hyaloidea mencapai ruangan dalam
mata. Pada minggu ke 7 , bibir- bibir fisura koroidea bersatu dan mulut piala mata kemudian
menjadi lubang yang kelak menjadi pupil
Sementara peristiwa ini berlangsung, sel sel ectoderm permukaan, yang semula
menempel pada gelembong mata, mulai memanjang dan membentuk plakoda lensa . plakoda
ini selanjutnya melakukan invaginasi dan berkembang menjadi gelembung lensa. Pada
minggu ke gelembung lensa terlepas dari ectoderm permukaan dan selanjutnya terletak
didalam mulut piala mata
Segera setelah permukaan gelembung lensa, sel-sel dinding posterior mulai
memanjang kea rah depan dan membentuk serabut-serabut panjang yang beransur-ansur
mengisi lumen gelembung lensa tersebut. Menjelang akhir minggu ke 7 serabut-serabut lensa
primer ini mencapai dinding depan gelembung lensa . akan tetapi pertumbuhan lensa tidak
berakhir pada tingkat ini saja, karena serabut-serabut lensa yang baru(sekunder) terus
ditambahkan kepada inti sentral tersebut.
Pembentukan lensa selesai pada usia 7 bulan penghidupan foetal. Inilah yang
membentuk substansi lensa, yang terdiri dari korteks dan nukleus. Pertumbuhan dan
proliferasi dari serat-serat sekunder berlangsung terus selama hidup tetapi lebih lambat,
karenanya lensa menjadi bertambah besar lambat-lambat. Kemudian terjadi kompresi dari
serat-serat tersebut dengan disusul oleh proses sklerosis.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III. KATARAK
III.1 Definisi(1)
Katarak adalah kelainan pada lensa berupa kekeruhan lensa yang menyebabkan tajam
penglihatan penderita berkurang. Kata katarak berasal dari Yunani katarraktes, atau dalam
bahasa Inggris (Cataract) dan Latin (Cataracta) yang berarti air terjun, hal ini diangap akibat
terjadinya perkembangan abnormal humour dan mengalir didepan lensa sehingga
menyebabkan penurunan penglihatan.
Pada saat ini, kata katarak merupakan perkembangan opaksitas pada lensa atau
capsule. Katarak berlaku akibat formasi opasitas lensa( koengenital dan juvenile katarak) atau
10
akibat dari proses degenerative sehingga menimbulkan opasitas pada lensa yang mulanya
normal.
III.4 Klasifikasi(1)
a. Klasifikasi berdasarkan etiologi
I.
Koengenital dan juvenile (developmental) katarak
II.
Katarak yang didapatkan (aquaired cataract)
1. Katarak Senilis
2. Katarak traumatika
3. Katarak komplikata
4. Katarak metabolic
5. Katarak elektrika(electric cataract)
6. Katarak radiasi
7. Katarak toksik
i.
Corticosteroid induce cataract
ii.
Miotics induced cataract
iii.
Copper and iron induced catataract
8. Katarak berhubung dengan penyakit kulit (katarak dermatogenik)
b. Klasifikasi berdasarkan morfologi
I.
Kapsular katarak
a. Kapsular anterior katarak
b. Kapsular posterior katarak
II.
Subcapsular katarak
a. Subkapsular anterior katarak
b. Subcapsular posterior katarak
III.
Kortikal katarak
IV. Supranuklear katarak
V. Nuclear katarak
VI.
Polar katarak
a. Polar anterior katarak
b. Polar posterior katarak
12
Lamellar cataract
vii. Katarak sutural dan aksial
Terdapat punctate opacities menyebar sekitar anterior dan posterior Y- suture. Tipe ini
selalunya bilateraldan tidak mengagngu penglihatan. Pada tipe ini, terdapat bermacam
ukuran dan bentuk :
1.
2.
3.
4.
nucleus fetal.
viii. Katarak generalisata( Generalized cataract)
1.
Katarak coronary. Sering terjadi pada katarak tipe juvenile yang melibatkan
nucleus remaja atau bagaian kortex yang dalam. Opasitas yang regular dan
penyebaran secara radial dipinggir lensa melingkari aksis sentral. Tidak menggangu
penglihatan.
15
2.
banyak ditemukan pada katarak congenital. Karakteristik dari tipe ini adalah opasitas
titik-titik bulat berwarna kebiruan (rounded bluish dots)terletak di perifer dari
nucleus. Opasitas selalunya tidak berubah dan tidak menggangu penglihatan.
3.
Katarak congenital total. Terjadi bilateral atau unilateral. Penyebab
terpenting pada tipe ini adalah infeksi rubella pada ibu pada saat hamil.
Terjadi infeksi rubella pada rimester pertama( bulan kedua dan ketiga kehamilan)
Syndrome Rubella. Katarak congenital yang diakibatkan oleh rubella bisa berdiri
sendiri atau disertai dengan gejala klasik yaitu:
Ocular defect
Ears defect
Heart defect
Coronary catarct
Katarak Juvenil(5)
Katarak yang lembik dan terdapat pada orang muda, yang di mulai terbentukna pada
usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenile biasanya merupakan
kelanjutan dari katarak congenital
Katarak juvenile biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun merabolik
dari penyakit lain seperti:
1. Katarak metabolic
16
kraniofasial,
osteogenesis
inperfekta,
khondrodistrofia
Umur adalah factor resiko yang sangat penting. Katarak ini terjadi pada umur lebih dari
50 tahun. Jika terjadi sebelum umur 45 tahun dipanggil presenilis. Pada umur 70 tahun
hamper 90% individu akan terjadi perkembangan dari katarak.
2.kelamin.
katarak senilis bisa terjadi pada wanita dan laki-laki. Namun di satu penilitian dikatakan
prevalensi katarak senilis ini lebih tinggi terjadi pada wanita dibandingkan dengan lakilaki
2. Herideter
Onset terjadinya katarak matur erring dikaitan dengan factor ini
Radiasi ultraviolet
pada suatu penilitian didapatkan bahawa jika sering terekspose oleh radiasi sinar
UV( cahaya matahari) akan mempengaruhi onset timbulnya katarak matur
4. Factor diet.
Defisiensi protein, asam amino, dan vitamin juga mempengaruhi nset terjadinya
katarak matur
5. Krisis dehidrasi
pada keadaan seperti cholera atau persisten diare juga mempengaruhi terahadap
terjadinya katarak
6. Merokok
merokok dikatakan dapat meningkatkan katarak nucleus. Merokok dapat menyebabkan
akumulasi dari molekul pigment-3 hydoxyl kyruninine dan chromophores yang
menyebabkan berwarna kuning. Cyanate di dalam rokok dapat menyebabkan proses
carbamilasi dan denaturasi protein.
Mekanisme kehilangan transparansi lensa
Terdapat perbedaaan antara katarak nuclear dan kortikal
1. katarak senilis kortikal. Terjadi penurunan protein, asam amino dan potassium di
dalam lensa kristaline berhubung dengan peningkatan konsentransi natrium dan hidrasi
lensa diikuti dengan terjadinya koagulasi dari protein lensa.
2. katarak senilis nuclear. Terjadi perubahan degeneratif berhubung dengan dehydrasi
dan tersusun rapatnya nucleus menghasilkan katarak keras (hard cataract). Hal ini
diiringi dengan peningkatan protein yang tidak larut dalam air. Namun jumlah
kandungan protein dan distribusi dari kation tetap normal.
18
dimana
mata
akan
menjadi
miopik.
Kecembungan
ini
akan
19
mengakibatkan pendorongan iris ke depan sehingga bilik mata depan akan lebih
sempit. Hal ini juga disebut dengan katarak intumsen.
Pada stadium intumensen ini akan mudah terjadi penyulit glaukoma. Uji
bayangan iris pada keadaan ini positif.
Tipe cueiniform
Katarak Immature
3) Katarak Matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air
bersama-sama hasil disintegrasi melalui kapsul. Di dalam stadium ini lensa akan
berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan
mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa
berwarna sangat putih akibat perkapuran menyeluruh karena deposit kalsium. Bila
dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.
Katarak Matur
4) Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks mengkerut dan
berwarna kuning. Katarak hipermatur dapat dibagi menjadi dua bentuk:
1. Katarak hipermatur mogagnian. Setelah maturai seluruh kortex mencair
dan lensa berubah menjadi sebuah kantung yang terisi cairan susu (milky
20
fluid) nucleus yang berwarna agak kecoklatan akan terlihat di bawah dan
berubah posisi mengikut perubahan posisi kepala. Lensa yang mengecil
akan mengakibatkan bilik mata menjadi dalam. Uji bayangan iris
memberikan gambaran pseudopositif.
z
Morgangnian hypermature cataract
2. Katarak hipermatur tipe sclerotic. Terkadang setelah stadium maturasi
kortex mengalami disintegrasi dan lensa mengkerut akibat kebocoran dari
air. Kapsul anterior mengkeriput dan menebal akibat dari proliferasi sel
anterior dan akan membentuk katarak kapsular putih terbentuk di dekat
daerah pupil. Oleh hal tersebut, bilik mata depan akan menjadi dalam dan
terlihat adanya iris trimulan(iridodonesis)
II. Maturasi katarak nukeus senilis
Proses sklerosis nukleur yang progresif membuatkan lensa menjadi keras dan
tidak elastic, menurunkan kemampuan akomodasi dan menghalang masuknya cahaya.
Perubahan ini terjadi bermula dibagian sentral dan menyebar kea rah perifer sehingga
hamper mencapai bagian korteks pada saat matur. Namun lapisan tipis dari kortex
mungkin tidak terganggu.. Nucleus lensa menjadi keabuan difus akibat dari
pengendapan dari pigmen. secara klinis, kita sering melihat nucleus berpigmen coklat
( katarak brunescens) atau hitam (katarak nigra) dan jarang juga kemerahaan( katarak
rubra).
Cataracta brunescens
Cataracta nigra
Cataract rubra
21
Imatur
Matur
Hipermatur
Visus
6/6
(6/6 1/60)
(1/300-1/~)
(1/300-1/~)
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Cairan Lensa
Normal
Bertambah
Normal
Berkurang
Iris
Normal
Terdorong
Normal
Tremulans
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Shadow Test
Negatif
Positif
Negatif
Pseudopositif
Penyulit
Glaukoma
Uveitis + Glaukoma
22
Katarak metabolik atau disebut juga katarak akibat penyakit sistemik, terjadi
bilateral karena berbagai gangguan sistemik berikut ini : diabetes melitus,
hipokalsemia (oleh sebab apapun), defisiensi gizi, distrofi miotonik, dermatitis atopik,
galaktosemia, dan sindrom Lowe, Werner, serta Down.
2. Katarak Traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada
lensa atau trauma tumpul pada bola mata. Peluru senapan angin dan petasan
merupakan penyebab yang sering; penyebab lain yang lebih jarang adalah anak panah,
batu, kontusio, pajanan berlebih terhadap panas (glassblowers cataract), dan radiasi
pengion. Di dunia industri, tindakan pengamanan terbaik adalah sepasang kacamata
pelindung yang bermutu baik.
Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing karena lubang pada
kapsul lensa menyebabkan humor aqueous dan kadang-kadang vitreus masuk ke
dalam struktur lensa. Pasien sering kali adalah pekerja industri yang pekerjaannya
memukulkan baja ke baja lain. Sebagai contoh, potongan kecil palu baja dapat
menembus kornea dan lensa dengan kecepatan yang sangat tinggi lalu tersangkut di
vitreus atau retina.
3. Katarak Komplikata
Nutrisi lensa bergantung dari cairan intraocular. Bila mana kondisi yang
menyebabkan terjadi gangguan pada sirkulasi cairan ini, terbentuknya inflamasi akan
menyebabkan nutrisi dari lensa terhambat. Sehingga membentuk katarak komplikata.
Antara hal yang menyebabkan katarak komplikata adalah:
1. Inflamasi . termasuk inflamasi dari uveaI iridosiklitis, parsplanitiszdvnk dan
koroiditis), kornea hipopion, dan endophtalmitis
2. Degenerative. Retinitis pigmentosa, distrofi retina
3. Retinal detachment.
4. Glukoma. Akibat dari gangguan sirkulasi cairan intraokuler akibat dari
peningkatan tekanan intraocular.
5. Tumor Intraocular. Retinoblastoma
Ciri khas dari katarak komplikata ini adalah bermula sebagai katarak kortikal
subcapsularis posterior. Pada pemeriksaan slipt lamp , opasitas dapat dilihat seperti
bread crumb
4. Katarak Toksik
Katarak toksik atau disebut juga katarak terinduksi obat, seperti obat
kortikosteroid sistemik ataupun topikal yang diberikan dalam waktu lama, ergot,
naftalein, dinitrofenol, triparanol, antikolinesterase, klorpromazin, miotik, busulfan.
Obat-obat tersebut dapat menyebabkan terjadinya kekeruhan lensa.
23
penurunan
ketajaman
penglihatan
setelah
ekstraksi
katarak
ekstrakapsular.
Katarak ikutan merupakan suatu masalah besar pada hampir semua pasien
pediatrik, kecuali bila kapsul posterior dan vitreus anterior diangkat pada saat operasi.
Dulu, hingga setengah dari semua pasien dewasa mengalami kekeruhan kapsul
posterior setelah mengalami ekstraksi katarak ekstrakapsular. Namun, tehnik bedah
yang semakin berkembang dan materi lensa intraokular yang baru mampu
mengurangi insiden kekeruhan kapsul posterior secara nyata.
Fotofobia
Gejala yang terawal adalah silau. Terutama pada malam hari apabila melihat cahaya
dari depan.
b)
c)
d)
e)
Penglihatan menurun.
24
tunda dan penglihatan membaik pada keadaan dimana cahaya yang terang dan bila
pupil kontraksi.
III.8 Diagnosis
Diagnosis katarak dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi.
a. Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan adanya keluhan yang merupakan gejala utama
yaitu : Penglihatan yang berangsur-angsur memburuk atau berkurang dalam beberapa
bulan atau tahun merupakan gejala utama. Penurunan ketajaman penglihatan secara
progresif (gejala utama katarak). Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah. Gambaran
umum gejala katarak yang lain, yaitu : berkabut, berasap, penglihatan tertutup film.
Perubahan daya lihat warna. Gangguan mengendarai kendaraan pada malam hari,
lampu besar sangat menyilaukan mata. Lampu dan matahari sangat mengganggu
karena silau. Sering meminta ganti resep kacamata. Penglihatan ganda. Menjadi baik
untuk melihat dekat pada pasien rabun dekat (hipermetropia).
b. Pemeriksaan oftalmologi (1)
- Pemeriksaan visus atau ketajaman penglihatan
- Melihat lensa melalui senter tangan, kaca pembesar
Dengan penyinaran miring (45o dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa
dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow). Bila
letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil
-
25
Tajam pengelihatan kadang sering masih sangat baik pada katarak brunesen,
walaupun terlihat kekeruhan sudah padat pada nukleusnya.
Pengelihatan yang nyata berkurang pada miopia tinggi walaupun katarak yang
terlihat belum berarti. Hal ini mungkin disebabkan kelainan makula lutea.
Shadow test
Komplikasi
1. Phacoanaphylactic uveitis
Hipermatur katarak bisa bocor sehingga protein dari lensa masuk ke bilik mata depan.
Protein ini akan berfungsi sebagai antigen dan menyebabkan terjadi reaksi antigen
antibody.
2. Lens induced glaucoma
Terjadi melalui dua mekanisme yaitu lensa intusumen(phacomorphic glaucoma) dan
kebocoran protein lensa masuk ke bilik mata depan (phacolytic glaucoma)
3. Subluxation or dislocation of lensa
Terjadinya degenerasi dari zonular pada stadium hipermatur.
III.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan katarak congenital dan juvenile (1)
A. Investigasi klinis
Investigasi klinis pada pasien dengan katarak congenital adalah sangat penting. Perlu
diketahui faktor prognosis dan indikasi waktu yang sesuai untuk melakuakan operasi.
Pemeriksaan ocular
Densitas dan morfologi dari katarak. Densitas dapat dilihat dengan melakukan
pemriksaan ophtalmoscopy dan didapakan kulaitas dari reflex cahaya merah
sebelum dan setelah dilatasi pupil. Morfologi katarak di perlukan untuk
mengetahui penyebab terjadina katarak.
Fungsi penglihatan. pemeriksaan untuk menilai fungsi penglihatan sangata sulit
pada anak-anak maupun bayi. Oleh itu pemeriksaan seperti visual evoke test,
optic kinetic nystagmus sangat bermakna.
26
Berhubung
dengan
ocular
defek
perlu
di
perhatikan
termasuklah
Hal utama yang perlu dipertimbangkan pada penggunaan IOL pada anak-anak adalah
pertumbuhan dari mata, kekuatan lensa, reaksi dari uveal dan keamanan jangka masa
yang panjang. Pada saat ini direkomendasikan:
Ukuran dari IOL diatas umur 2 tahun sekiar 12-12,75 mm diameter
Kekuatan IOL. Hamper semua ahli merekomendasikan target untuk mengkoreksi
pada anak-anak berusia >8tahun adalah emmetropia. Pada anak-anak berusia 2-8
tahun adalah 10% koreksi dan jika berusia <2tahun adalah 20 % direkomendasikan
dengan menggunakan hitungan kekuatan biometri
27
mellitus
dan
melakukan
tatalaksanan
cataractogenic
terhadap
seperti
penyakit
kortikosteroid,
Jika penglihatan hilang parmenent akibat kelainan retina atau nervus optikus,
namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat doterima misalnya pasien
muda, maka operasi katarak dapat dilakukan hanya untuk membuat papil
tampak hitam meskipun penglihatan tidak kembali.
29
menggunakan tehnik ini dan diganti dengan menggunakan tehnik SICS. Namun masih
ada yang sering menggunakan tehnik ini
b. Manual small incision cataract surgery( SICS)
Kelebihan dari metode operasi ini adalah universal applicability dalam arti kata dapat
diggunakan untuk semua tipe katarak termasuk hard cataract(grade iv dan V). selain itu
metode operasi ini murah dan singkat serta tidak tergantung dengan mesin seperti pada
metode phacoemufikasi. Namun terdapat beberapa kerugian yang dicatatkan dengan
penggunaan metode ini yaitu injeksi konjuntiva yang lebih lama, meningkatkan resiko
hypema posoperatif dan astigmatisme post operatif bernbanding metode phacoemulfikasi.
c. phacoemulfication
metode ini adalah yang sering digunakan pada saat ini. Terdapat beberapa keuntungan
dari metode ini antaranya adlaah injeksi post operatif yang minimal, insisi yang kecil yaitu
hanya sekitar 3.2 mm dan resiko terjadinya astigmatisme post operatif lebih rendah. Selain
itu, kelebihan metode ini tidak memberikan komplikasi terhadap kornea karena dilakukan
dibagian bilik mata posterior sehingga hal-hal seperti prolapse nucleus dapat dicegah. Namun
kerugian dari metode ini adalah mahal, ketergantungan dengan mesin dan sulit dilakukan
pada kasus seperti hard cataract (grade IV dan V).
langkah-langkah operasi dengan metode phacoemulfikasi:
1) Inisi bagian korneosklera sekitar 3 mm.
2) Continuous curvilinear capsulorrhexis(CCC).
3) Hidrodisseksi.
Adalah memisahkan capsule dari kortex dengan melakukan injeksi cairan antara
kedua-duanya. Nucleus dirotasi dan dimanipulasi. Setengah ahli turut melakukan
hidrodelineation
4) Nucleus dicairakan
Nucleus dicairkan dan diaspirasi dengan phacoemulsifier. Phacoemulsifier merupakan
jarum titanium yang tipis sekitar 1mm yang mana digetarkan oleh Kristal
piezoelectric dengan kekuatan ultrasonic 40.000 MHz
5) Sisa dari lensa kortex di aspirasi
Dilakukan dengan melakukan tehnik irigasi aspirasi
6) Implantasi IOL
Salah satu komplikasi post operatif adalah after cataract yang bermaksud timbulnya
opasitas setelah dilakukan pengangkatan lesa dibagian posterior. Hal ini juga dikenal sebagai
secondary cataract. Terdapat beberapa penyebab terjadinya hal ini antaranya adanya residual
30
lensa yang opak dan terjadi proliferative dari hyaline lensa. Terapi pada pasien ini adalah
dengan menggunakan YAG-laser capsulotomy. Indikasi melakukan laser ini hampir sama
dengan indikasi pada operasi katarak antaranya:
Gangguan penglihatan yang menggangu aktivitas seharian.
Gangguan Silau akibat melihat cahaya.
Penglihatan ganda
Perbedaan yang signifikan antara kedua belah mata.
Disertai penyakit mata yang lain
Prosedur ini tidak diperlukan hanya jika gangguan penglihatan sangat menggangu aktivitas
seharian.(7)
31
Phacoemulsification
Perawatan Pasca Bedah
Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya lebih
pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak
dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat selama sekitar
satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan. Matanya dapat dibalut selama
beberapa hari pertama pasca operasi atau jika nyaman, balutan dapat dibuang pada hari
pertama pasca operasi dan matanya dilindungi pakai kacamata atau dengan pelindung
seharian. Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya
pasien dapat melihat dengan baik melui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata
permanen ( Biasanya 6-8 minggu setelah operasi )
III.12 Pencegahan
Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat
dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak. Bila
telah berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapat dijaga
kecepatan berkembangnya katarak dengan :
Tidak merokok, karena merokok dapat meningkatkan radikal bebas dalam tubuh,
mata.
Menjaga kesehatan tubuh dari penyakit seperti kencing manis dan penyakit lainnya
BAB IV
KESIMPULAN
Katarak merupakan penyakit mata yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Katarak
bisa diklasifikasi dengan bermaca-macam klasifikasi, menurut buku comprehensive
ophthalmology Khurana edisi ke 5, katarak bisa di bagikan secara etiologi yaitu congenital,
juvenile dan senilis. Selain itu dapat juga diklasifikasi kan berdasarkan morfologi dari katarak
34
misalnya capsularis katarak, cortek katarak, Polaris katarak dan lain-lain. Setiap klasifikasi
memberikan gejala yang berbeda-beda. Untuk katarak senilis bisa dibagikan kepada 4
stadium yaitu insipient, immature, matur dan hipermatur. Hal ini dapat dibedakan dari
pemeriksaan ophtalmologi seperti pemeriksaan shadow test dan slipt lamp. Secara umum
katarak memberikan gejala yaitu penurunan penglihatan yang perlahan-lahan, penglihatan
tampat silau, berkabut, penglihatan ganda pada satu mata, kekuatan kaca mata sering
berubah- ubah serta mempunyai gejala tambahan jika disertai dengan penyakit mata yang lain
misalnya pada katarak sekunder.
Katarak senilis terutamanya bisa terjadi akibat beberapa factor antaranya usia, pajanan
asap, penyakit sistemik, obat-obatan katarogenik dan lain-lain. Sehingga jika pasien
mengeluh keluhan awal dari katarak, tidak dapat lagi di cegah. Satu-satunya tindakan untuk
katarak adalah dengan melakukan operasi pengagkatan lensa dan peanaman lensa artificial.
Namun untuk katarak stadium immature maupun insipient, masih bisa di tunda progresifitas
nya dengan member obat-obatan seperti catarlen yang mempunyai komposisi yaitu calcium,
potassium dan iodide. Untuk operasi sendiri, bisa dibagi kepada dua yaiitu intracapsular
extraction atau extracapsular extraction. Namun pada saat ini yang sering digemari oleh ahli
mata adalah metode phacoemulfikasi dari tehnik extracapsular extraction. Prognosis untuk
pasien yang menderita katarak adalah bonam jika penangan yang tepat dilakukan sehingga
bisa memperbaiki kualitas hidup.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kuhara AK, Comprehensive
Opthalmology, edisi
5. New Age
International
Publisher.New Delhi.2008
2. Vaughan, Daniel; Asbury, Taylor; Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum. Edisi 17. EGC.
Jakarta. 2008.
3. T W salder , langmans medical embryology edisi 7. ECG. north Carolina 2002
4. Epidemiologi
katrak
di
Indonesia
(RESKESDA)
tersedia
di
http://www.k4health.org/sites/default/files/laporanNasional%20Riskesdas%202007.pdf
diambil pada tanggal 27.2.2014
5. Ilyas, Sidharta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Balai Penerbitan FKUI. Jakarta. 2006.
35
Laser
Posterior
Capsulotomy
for
Cataracts
tersedia
di:
36