Obstructive Jaundice
Oleh :
Pembimbing :
dr.Avit Suchitra,SpB-KBD
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
Penulisan ini terutama ditujukan kepada dokter muda yang nantinya akan
menjadi dokter umum, sebagai ujung tombak dalam mengenal dan menatalaksana
kasus invaginasi di pelayanan kesehatan primer.
1.4 Metode Penulisan
Tulisan ini merupakan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literatur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya
(membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang
meningkat kadarnya dalam sirkulasi darah. Jaringan permukaan yang kaya elastin
seperti sklera dan permukaan bawah lidah biasanya pertama kali menjadi kuning.
Ikterus yang ringan dapat dilihat paling awal di sklera mata, dan bila ini terjadi kadar
bilirubin sudah berkisar antara 2-2,5 mg/dl (34-43 umol/L). Kadar bilirubin serum
normal adalah bilirubin direk : 0-0.3 mg/dL, dan total bilirubin: 0.3-1.9 mg/dL.4
2.2 Epidemiologi
Ikterus obstruktif dapat ditemukan pada semua kelompok umur. Insidens di
Amerika Serikat diperikirakan mencapai 5 kasus per 1000 pasien. Hatfield et al,
melaporkan bahwa kasus ikterus obstruktif terbanyak adalah 70% karena karsinoma
kaput pankreas, 8% pada batu common bile duct , dan 2% adalah karsinoma kandung
empedu. Kasus obstruksi jaundice post-hepatik terbanyak mengenai usia 50 tahun-59
tahun sekitar 29,3%. Kasus obstruksi jaundice post-hepatik dapat mengenai jenis
kelamin laki-laki dan perempuan dimana jenis kelamin laki- laki sebanyak 65,9%.
Hatfield et al melaporkan bahwa kasus obstruktif jaundice terbanyak adalah 70%
karena karsinoma caput pankreas, 8% pada batu common bile duct dan 2% karsinoma
kandung empedu.5
Fase Intahepatik
Bilirubin tak terkonjugasi bersifat larut lemak dan tidak larut air, dan karena itu dapat
dengan mudah melewati blood-brain barrier atau melewati plasenta. Di dalam
hepatosit, bilirubin tak terkonjugasi akan dikonjugasi dengan gula yang dikatalis
enzim glucoronosyl transferase dan akhirnya larut dalam cairan empedu. 4,6
Fase Pascahepatik
Setelah larut dalam empedu, bilirubin ditransportasikan melalui duktus biliaris dan
duktus cystic untuk disimpan sementara dalam kandung empedu, atau melewati
ampula Vater dan masuk keduodenum. Di dalam usus, sejumlah bilirubin akan
diekskresikan di dalam tinja, sementarasisanya dimetabolisme oleh flora normal usus
menjadi urobilinogen dan kemudian akan direabsorbsi. Sebagian besar urobilinogen
akan difiltrasi dari darah oleh ginjal dan diekskresikan di dalam urin. Sebagian kecil
urobilinogen diabsorbsi di dalam usus dan direekskresi ke dalam empedu. 4,6
2.4 Etiologi3,5
Penyebab ikterus obstruktif secara garis besar terbagi menjadi 2 bagian, yaitu
ikterus obstruksi intrahepatik dan ikterus obstruktif ekstrahepatik. Ikterus obstruktif
intrahepatik pada umumnya terjadi pada tingkat hepatosit atau membran kanalikuli
bilier sedangkan ikterus obstruktif ekstrahepatik, terjadinya ikterus disebabkan oleh
karena adanya sumbatan pada saluran atau organ diluar hepar. Adapun penyakit yang
menyebabkan terjadinya ikterus obstruktif adalah sebagai berikut:
Pasien dengan obstruksi bilier karena batu empedu dapat dibagi menjadi tiga
keompok yaitu pasien dengan batu asimtomatik, simtomatik, dan dengan komplikasi
batu empedu (kolesistitis akut, kolangitis, dan pankreatitis). Sebagian besar (80%)
pasien dengan batu empedu tanpa gejala. Gejala batu empedu yang dapat dipercaya
adalah kolik bilier yaitu nyeri diperut atas berlangsung lebih dari 30 menit dan kurang
dari 12 jam. Biasanya lokasi nyeri di perut kanan atas atau epigastrium yang dapat
menjalar ke punggung bagian kanan atau bahu kanan. Nyeri ini bersifat episodik dan
dapat dicetuskan oleh makan makanan berlemak atau dapat juga tanpa suatu pencetus
dan sering timbul malam hari. Terkadang nyeri dapat dirasakan di daerah substernal
atau prekordial atau di kuadran kiri atas abdomen. Batu kandung pada pemeriksaan
ditemukan nyeri tekan dengan punktum maksimum didaerah letak anatomis kandung
empedu. Tanda Murphy positif apabila nyeri tekan bertambah sewaktu penderita
menarik nafas panjang karena kandung empedu yang meradang tersentuh ujung jari
tangan pemeriksa dan pasien berhenti menarik nafas. Batu saluran empedu tidak
menimbulkan gejala dalam fase tenang. Kadang teraba hati dan sklera ikterik.3,12,13
2.7 Diagnosis
Riwayat penyakit yang rinci dan pemeriksaan fisik sangat penting untuk
menegakkan diagnosis penyakit dengan keluhan ikterus. Tahap awal ketika akan
mengadakan penilaian klinis seorang pasien dengan ikterus adalah tergantung
kepada apakah hiperbilirubinemia bersifat konjugasi atau tak terkonjugasi. Jika
ikterus ringan tanpa warna air seni yang gelap harus dipikirkan kemungkinan adanya
hiperbilirubinemia indirect yang mungkin disebabkan oleh hemolisis, sindroma
Gilbert atau sindroma Crigler Najjar dan bukan karena penyakit hepatobilier.
Keadaan ikterus yang lebih berat dengan disertai warna urin yang gelap menandakan
penyakit hepar atau bilier. Jika ikterus berjalan sangat progresif perlu dipikirkan
segera bahwa kolestasis lebih bersifat ke arah sumbatan ekstrahepatik (batu saluran
empedu atau keganasan kaput pankreas).15
Kolestasis ekstrahepatik dapat diduga dengan adanya keluhan sakit bilier atau
kandung empedu yang teraba. Jika sumbatan karena keganasan pankreas (bagian
kepala/kaput) sering timbul kuning yang tidak disertai gajala keluhan sakit
perut (painless jaundice). Kadang-kadang bila bilirubin telah mencapai kadar yang
lebih tinggi, warna kuning pada sklera mata sering memberi kesan yang berbeda
dimana ikterus lebih memberi kesan kehijauan (greenish jaundice) pada
kolestasis ekstrahepatik dan kekuningan (yellowish jaundice) pada kolestasis
intrahepatic.15
Diagnosis yang akurat untuk suatu gejala ikterus dapat ditegakkan melalui
penggabungan dari gejala-gajala lain yang timbul dan hasil pemeriksaan fungsi
hepar serta beberapa prosedur diagnostik khusus. Sebagai contoh, ikterus yang
disertai demam dan terdapat fase prodromal seperti anoreksia, malaise dan nyeri
tekan hepar menandakan hepatitis. Ikterus yang disertai rasa gatal menandakan
kemungkinan adanya suatu penyakit xanthomatous atau suatu sirosis biliary
primer. Ikterus dan anemia menandakan adanya suatu anemia hemolitik. 16
Anamnesis ditujukan pada riwayat timbulnya ikterus, warna urin dan feses,
rasa gatal, keluhan saluran cerna, nyeri perut, nafsu makan berkurang, pekerjaan,
adanya kontak dengan pasien ikterus lain, alkoholisme, riwayat transfusi, obat-
obatan, suntikan atau tindakan pembedahan.15
Pemeriksaan Fisik
Tes ini biasanya berisi beberapa tes yang dilakukan bersamaan pada contoh
darah yang diambil menurut Davey 2006 yaitu:
Ada beberapa potensi disfungsi hepar di mana tes fungsi hepar disarankan
untuk dilakukan. Beberapa di antaranya adalah orang yang memiliki riwayat
diketahui atau berpotensi terpapar virus hepatitis; mereka yang merupakan peminum
berat, individu dengan riwayat keluarga menderita penyakit hepar, mereka yang
mengonsumsi obat yang kadang dapat merusak hepar 16
Tes fungsi hepar juga disarankan pada temuan tanda dan gejala penyakit
hepar, beberapa diantaranya adalah: kelelahan, kelemahan, berkurangnya selera
makan, mual, muntah, pembengkakan atau nyeri perut, jaundice, urine gelap, tinja
berwarna terang, pruritus (gatal-gatal). Pada dasarnya tidak ada tes tunggal yang
digunakan untuk menegakkan diagnosis. Terkadang beberapa kali tes berselang
diperlukan untuk menentukan jika suatu pola ada dan membantu menentukan
penyebab kerusakan hepar. Ketika penyakit hepar sudah dideteksi, tes fungsi
hepar biasanya tetap berlanjut secara berkala untuk memantau tingkat
keberhasilan terapi atau perjalanan penyakit.9
7. Darah Rutin
8. Pemeriksaan Urin
Tes yang sederhana yang dapat kita lakukan adalah melihat warna urin dan
melihat apakah terdapat bilirubin di dalam urin atau tidak.9,16
Pemeriksaan Radiologi
Untuk diagnosis kelainan primer dari hepar dan kepastian adanya keganasan
dilakukan biopsi jarum untuk pemeriksaan histopatologi. Biopsi jarum tidak
dianjurkan bila ada tanda-tanda obstruksi saluran empedu karena dapat menimbulkan
penyulit kebocoran saluran empedu.15
2.8 Penatalaksanaan
Sebelum tatalaksana tumor kaput pankreas dilakukan, keadaan umum pasien harus
diperbaiki dengan memperbaiki nutrisi, anemia, dan dehidrasi. Pada ikterus
ibstruksi total, dilakukan penyaliran empedu transhepatik sekitar 1 minggu
prabedah. Tindakan ini bermanfaat untuk memperbaiki fungsi hati. Bedah kuratif
yang mungkin berhasil adalah pankreatiko-dudenektomi (operasi Whipple). Operasi
Whipple ini dilakukan untuk tumor yang masih terlokalisasi, yaitu pada karsinoma
sekitar ampula Vateri, duodenum, dan duktus koledokus distal. Tumor dikeluarkan
secara radikal en bloc, yaitu terdiri dari kaput pankreas, korpus pancreas,
duodenum, pylorus, bagian distal lambung, bagian distal duktus koledokus yang
merupakan tempat asal tumor, dan kelenjar limfe regional.20
BAB 3
KESIMPULAN