Anda di halaman 1dari 10

KARAKTERISTIK DAN EVALUASI KADAR BILIRUBIN DIRECT

PRE-OPERATIF DAN POST-OPERATIF PADA PASIEN IKTERIK OBSTRUKSI


POST-HEPATIK : Di Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Provinsi Jambi Periode
2011 –2013

Brama Ragil Adithya*, Abdul Aziz Munir**, Lipinwati***,

*Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

** Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

*** Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan evaluasi kadar bilirubin direct pre-operatif dan
post-operatif pada pasien ikterus obstruksi post-hepatik di RSUD Raden Matahher Provinsi Jambi periode
2011 - 2013. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan prospektif yang melibatkan 52
pasien ikterus obstruksi post-hepatik di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi. Dari penelitian ini
menunjukan bahwa pasien ikterus obstruksi post-hepatik terbanyak didiagnosa pada rentang usia 50-59 tahun
(29,3%), paling banyak ditemukan pada laki-laki (65,9%), etiologi penyebab dari ikterus obstruksi post-
hepatik ini yaitu koledokolitiasis sebanyak 33 pasien (80,5%), pemeriksaan penunjang yang digunakan dalam
menegakkan diagnosis ikterus obstruksi post-hepatik yang digunakan yaitu Ultrasonografi (90,2%), tindakan
operatif yang dilakukan pada pasien ikterus obstruksi dengan etiologi koledokolitiasis yaitu kolesistektomi
terbuka dan eksplorasi CBD dan pemasangan T-Tube (80,5%), kadar bilirubin direk yang dievaluasi pre-
operatif dengan post-operatif didapatkan perbedaan yang bermakna dengan nilai p<0,05 (p = 0,000).

Kata Kunci: Ikterus, ikterus obstruksi post-hepatik, evaluasi kadar bilirubin direk.

PENDAHULUAN Ikterus terjadi karena peningkatan kadar bilirubin


direk (conjugated bilirubin) atau bilirubin II dan
Ikterus adalah perubahan warna kulit, atau kadar bilirubin indirek (unconjugated
sklera mata atau jaringan lainnya (membran bilirubin) atau bilirubin I. Ikterus sebaiknya
mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan diperiksa dibawah cahaya terang siang hari,
oleh bilirubin yang meningkat konsentrasinya dengan melihat sklera mata, dan jika ini terjadi
dalam sirkulasi darah. Bilirubin dibentuk sebagai konsentrasi bilirubin telah berkisar antara 2,0-2,5
akibat pemecahan cincin heme, biasanya sebagai mg/dL (34 sampai dengan 43 µmol/L).1,2Kadar
1
akibat metabolisme sel darah merah. normal serum bilirubin normal berkisar antara
0,3-1,0 mg/dL (5 hingga 17µmol/L). Ikterus koledokus, karsinoma duktus koledokus,
biasanya bisa terlihat jika kadar bilirubin serum pankreatitis atau pseudocyst pankreas dan
melebihi 2,0-2,5 mg/dL ( 34 hingga 43µmol/L) kolangitis sklerosing.1
atau sekitar dua kali batas atas kisaran normal.
Sumbatan bilier ekstra-hepatik biasanya
Jika Ikterus dapat dilihat nyata maka bilirubin
membutuhkan tindakan pembedahan, ekstraksi
mungkin sebenarnya sudah mencapai angka
batu empedu diduktus, atau insersi stent, dan
7mg%.1,2 Menurut penelitian Verma S,Sahai S,
drainase via kateter untuk striktur (sering
Gupta P, Munshi A, Goyal P, mengatakan bahwa
keganasan) atau daerah penyempitan sebagian.
perubahan warna pada pasien ikterus obstruksi
Untuk sumbatan maligna yang non-operabel,
terdeteksi secara klinis setelah tingkat serum
drainase bilier paliatif dapat dilakukan melalui
bilirubin naik di atas 3 mg per dL (51,3 μper L). 5
stent yang ditempatkan melalui hati (transhepatik)
Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata atau secara endoskopik.1
Perancis jaune yang berarti kuning. Ikterus
sebaiknya diperiksa di bawah cahaya terang siang
hari, dengan melihat sklera mata. Ikterus dapat METODE PENELITIAN
dibagi dalam dua kelompok yaitu ikterus
hemolitik dan ikterus obstruksi.1,3 Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
retrospektif. Penelitian ini dilakukan di bagian
Ikterus obstruksi disebabkan oleh
Rekam Medis RSUD Raden Mattaher Provinsi
obstruksi duktus biliaris (yang sering terjadi bila
Jambi pada bulan Juli 2014. Sampel penelitian ini
sebuah batu empedu atau kanker menutupi duktus
adalah pasien ikterus obstruksi post-hepatik di
koledokus) atau kerusakan sel hati (yang terjadi
RSUD Raden Mattaher Jambi Periode 2011- 2013
pada hepatitis), kecepatan pembentukan bilirubin
yang memenuhi kriteria inklusi yaitu; data
normal, tapi bilirubin yang dibentuk tidak dapat
lengkap, terdapat pemeriksaan penunjang
lewat dari darah ke dalam usus.1
(imaging), pemeriksaan laboratorium (bilirubin),

Ikterus obstruksi atau bisa juga disebut serta tindakan operatif pada berkas rekam medis.

kolestasis dibagi menjadi 2 yaitu kolestasis Cara pengambilan sampel dengan total sampling

intrahepatik dan ekstrahepatik. Penyebab paling yaitu semua subjek penelitian yang memenuhi

sering kolestatik intrahepatik adalah hepatitis, kriteria inklusi yang berjumlah 41 pasien. Peneliti

keracunan obat, penyakit hati karena alkohol dan melakukan pencatatan data yang diperoleh dari

penyakit hepatitis autoimun sedangkan penyebab berkas rekam medis milik pasien sesuai dengan

paling sering pada kolestasis ekstrahepatik adalah variabel yang ingin dicari sesuai dengan definisi

batu duktus koledokus dan kanker pankreas. operasional.

Penyebab lainnya yang relatif lebih jarang adalah


striktur jinak (operasi terdahulu) pada duktus
HASIL DAN PEMBAHASAN Zhou HM, menyatakan bahwa usia penderita
ikterus obstruksi terjadi pada usia 50 – 59 tahun.21
Pada periode 2011 - 2013 didapatkan 41 kasus Penelitian yang dilakukan oleh Verma S,Sahai S,
ikterus obstruksi post-hepatik. Kasus ikterus Gupta P, Munshi A, Goyal P, usia terbanyak
obstruksi post-hepatik pada penelitian ini banyak mengenai usia 50 tahun.5
mengenai laki-laki dengan rentang usia 50 – 59 Tumor intrakranial dapat timbul disemua bagian
tahun .Hasil penelitian ini mengenai usia dan jenis otak baik di daerah supratentorial maupun
kelamin dapat dilihat pada tabel 1. infratetorial pada penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 2. Dimana didapatkan hasil letak tumor
Tabel 1. Karakteristik Usia Pasien
terbanyak yaitu dilobus frontal dan sebagian besar

Variabel Hasil Ukur Persentase (%) mengenai lokasi yang multiple (frontoparietal,
frontotemporal, dan temporoparietal).
Usia

< 20 tahun 1 2,4 Tabel 2. Karakteristik Jenis Kelamin Pasien

20 - 29 tahun 3 7,3 Jenis kelamin Hasil Ukur Persentase(%)

30 - 39 tahun 5 12,2 Laki-laki 27 65,9

40 - 49 tahun 11 26,8 Perempuan 14 34,1

50 - 59 tahun 12 29,3 JUMLAH 41 100


60 - 69 tahun 4 9,8

>70 tahun 5 12,2


Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat di
JUMLAH 41 100 tabel 2 dari 41 pasien penyakit ikterus obstruksi
pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 65.9% dan
perempuan 34,1%. Hasil penelitian ini juga
Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
pasien ikterus obstruksi berdasarkan usia yang Verma S,Sahai S, Gupta P, Munshi A, Goyal P,
dapat dilihat pada tabel 1 didapatkan dari 41 diketahui bahwa jenis kelamin terbanyak
5
pasien usia terbanyak yaitu 50 – 59 tahun 29,3% mengenai laki-laki 56%. Penelitian yang
dan diikuti <20 tahun 2,4%, 20 - 29 tahun 7,3%, dilakukan oleh Oto B T, Fauzi A, Syam AF,
30 – 39 tahun 12,2%, 40 - 49 tahun 26,8%, 60 - 69 Simadibrata M, Abdullah M, Makmun D, Manan
tahun 9,8%, >70 tahun 12,2%. Penelitian ini C, et al, menyatakan bahwa jenis kelamin yang
sejalan dengan penelitian Oto BT dkk, yang terdiagnosis ikterus obstruksi terbanyak ialah laki
diketahui bahwa usia pasien ikterus obstruksi – laki 55,7%.10 Namun ada beberapa penelitian
terbanyak yaitu 50 – 59 tahun 32,1%.10 Penelitian yang menyebutkan bahwa ikterus obstruksi terjadi
yang dilakukan oleh Yu Zhong , Zhan J, Li CQ, pada jenis kelamin wanita, seperti penelitian
Nizamuddin S,Ashraf MS, Islam UU, dan Tabel 4. Karakteristik Pemeriksaan Penunjang
Rehman SU diketahui bahwa jenis kelamin Pasien.
terbanyak mengenai wanita 71,8%, dan menurut
Assi AN, Hassan AJ, Ali KN diketahui bahwa Pemeriksaan Hasil Ukur Persentase(%)
ikterus obstruksi terjadi pada jenis kelamin wanita penunjang
Ultrasonografi 37 90,2
51,6%.22,23
CT-Scan 4 9,8
Tabel 3. Karakteristik Etiologi Penyakit Pasien MRI 0 0

Variabel Hasil Ukur Persentase(%) JUMLAH 41 100


Etiologi
Koledokolitiasis 33 80,5
Berdasarkan hasil penelitian ini dapati dilihat pada
Ca caput pankreas 8 19,5
tabel 4. dari 41 pasien ikterus obstruksi,
Kolangitis 0 0
pemeriksaan penunjang terbanyak adalah
Pankratitis 0 0
ultrasonografi 90,2%, CT-Scan 9,8% sedangkan
JUMLAH 41 100
MRI 0%. Pada penelitian ini pemeriksaan
penunjang yang banyak digunakan untuk
Di lihat dari tabel 3. distribusi etiologi terbanyak menegakan diagnosa ikterus obstruksi
pada pasien ikterus obstruktif adalah berdasarkan etiologinya adalah pemeriksaan
koledokolitiasis 80,5% dan Ca.Caput pankreas ultrasonografi sebanyak 90,2%. Ultrasonografi
sebanyak 19,5%. Hasil penelitian ini sejalan sangat berperan dalam mendiagnosa penyakit
dengan penelitian Assi AN, Hassan AJ, Ali KN, yang menyebabkan kholestasis, pemeriksaan USG
didapatkan kasus ikterus obstruksi dengan etiologi sangat mudah melihat pelebaran duktus biliaris
terbanyak yaitu koledokolitiasis 75,8% dan Ca. intra/ekstra hepatal sehingga dengan mudah dapat
Caput pankreas 6,5%.23 Sedangkan berdasarkan mendiagnosis apakah ada ikterus obstruksi atau
hasil penelitian Nizamuddin S,Ashraf MS, Islam ikterus non obstruksi.26 Penelitian Wheatley,
UU, dan Rehman SU terdapat perbedaan dari menyatakan bahwa pemeriksaan dengan
etiologi kasus ikterus obstruksi yaitu Ca caput ultrasonografi memiliki sensitivitas 98% dan
pankreas 42,25%, koledokolitiasis 30,98% dan spesivitas 93,5 – 97,7% dalam mendiagnosa
peneiltian yang dilakukan Verma S,Sahai S, ikterus obstruksi.25 Dengan sonografi dapat
Gupta P, Munshi A, Goyal P didapatkan etiologi ditentukan kelainan parenkim hati, duktus yang
ikterus obstruksi terbanyak yaitu Ca. Caput melebar, adanya batu atau massa tumor, serta
pankreas 33,63% dan Koledokolitiasis 29,1%.5,22 aman dan tidak invasif.17,19 Penelitian Zakaria,
pada ikterus obstruksi menyatakan bahwa
ultrasonografi masih merupakan modalitas
imaging pertama untuk pemeriksaan awal pada
penderita dengan ikterus obstruksi dengan sekitar 26,51%, sedangkan teknik
26
ketepatan diagnosa yang sangat tinggi. choledochoduodenostomy and Roux-en-Y
choledocho-jejunostomy digunakan sekitar
27
Tabel 5. Karakteristik Tindakan Operatif 25,3%. Penelitian yang dilakukan Saddique M,
Pasien. dan Iqbal SA dari 24 pasien ikterus obstruksi
terdapat 13 pasien (54,17%) yang didiagnosa
Tindakan Operatif Hasil Presentase(%)
ikterus obstruksi akibat Ca.Caput pankreas 7

Bypass 8 19,5 pasien (29,17%) diantaranya menjalani operasi


paliatif bypass.32 Pada penelitian ini untuk pasien
Kolesistektomi terbuka ikterus obstruksi dengan etiologi koledokolitiasis
Eksplorasi CBD + T-tube 33 80,5 penatalaksanaan tindakan bedah semuanya berupa
kolesistektomi, eksplorasi common bile duct dan
Jumlah 41 100 pemasangan T-tube. Penelitian yang dilakukan
Lee W dan Kwon J pada pasien 43 pasien
koledokolitiasis dilakukan kolesistektomi,

Berdasarkan hasil penelitian ini dapati dilihat pada eksplorasi common bile duct dan pemasangan T-

tabel 5 dari 41 pasien ikterus obstruksi, tindakan tube dilakukan pada 15 pasien (28%).31 Penelitian

operatif dengan menggunakan teknik bypass yang dilakukan Saddique M, dan Iqbal Sadari 24

19,5% dan dengan teknik kolesistektomi, eksplore kasus ikterus obstruksi terdapat 9 pasien (37,5%)

CBD + T-tube 80,5%. Pada penelitian ini semua yang menderita ikterus obstruksi karena memiliki

pasien ikterus obstruksi dengan etiologi Ca. Caput batu di saluran empedu dan menjalani

pankreas mendapatkan tindakan terapi paliatif pemasangan T-Tube tanpa terdapat komplikasi.32

berupa surgical bypass yang bertujuan untuk


Tabel 6. Bilirubin Pre-operatif dan Post-
membebaskan traktus biliar dari obstruksi yang
operatif Cholecystectomy.
akan sangat membantu menurunkan kadar
bilirubin dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Penelitian yang dilakukan Talpur KAH, Malik Variabel Frekuensi Persentase(%)

AM, Memon AI, Qureshi JN, Sangrasi AK, Bilirubin Pre-

Laghari AB, dari 83 pasien yang dilakukan Operatif (Mg/dL)

tidakan operatif bypass, sekitar 12% pasien 3,0 – 7,1 11 26,8

ikterus obstruksi dengan etiologi Ca. Caput 7,2 – 11,3 10 24,4

pankreas yang mendapatkan tindakan operatif 11,4 – 15,5 9 22,0

bypass tersebut. Tindakan operatif bypass dengan 15,6 – 19,7 4 9,8

menggunakan Roux-en-Y-hepatico-jejunostomy 19,8 – 23,9 1 2,4

merupakan teknik terbanyak digunakan yaitu >23,9 6 14,6


JUMLAH 41 100
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Berdasarkan data tabel 7. dari hasil analisis secara
Bilirubin Pre-
statistik menggunakan uji Wilcoxon, diperoleh
Operatif
nilai significancy 0,000 (p<0,05), dengan
(Mg/dL)
demikian disimpulkan terdapat perbedaan kadar
3,0 – 7,1 11 26,8
bilirubin yang bermakna antara kadar bilirubin
7,2 – 11,3 10 24,4
pre-operatif dengan kadar bilirubin post-
11,4 – 15,5 9 22,0
33,34,35
operatif. Kadar normal serum bilirubin
15,6 – 19,7 4 9,8
normal berkisar antara 0,3-1,0 mg/dL (5 hingga
19,8 – 23,9 1 2,4
17µmol/L). Ikterus biasanya bisa terlihat jika
>23,9 6 14,6
kadar bilirubin serum melebihi 2,0-2,5 mg/dL ( 34
JUMLAH 41 100
hingga 43µmol/L) atau sekitar dua kali batas atas
kisaran normal.1,2 Menurut penelitian Verma
S,Sahai S, Gupta P, Munshi A, Goyal P,
Berdasarkan tabel 6. menunjukan bahwa kadar
mengatakan bahwa perubahan warna pada pasien
bilirubin pre-operatif dan post-operatif pasien
ikterus obstruksi terdeteksi secara klinis setelah
ikterus obstruksi post-hepatik di Rumah Sakit
tingkat serum bilirubin naik >3 mg per dL (51,3
Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi
μper L). Ikterus obstruksi, disebabkan oleh
periode 2011 – 2013, dalam rentang 3,0 – 7,1
obstruksi duktus biliaris (yang sering terjadi bila
mg/dL sebanyak 11 pasien (26,8%), dan 2,8 – 6,8
sebuah batu empedu atau kanker menutupi duktus
mg/dL 15 pasien (36,6%). Data ini menunjukan
koledokus).5 Pada penelitian Afify M, Samy N,
bahwa terdapat penurunan kadar bilirubin pada
Maksoud NAE, Ragab HM, Yehia A, tentang
pasien ikterus obstruksi post-hepatik setelah
Biochemical Alterations in Malignant Obstructive
dilakukan tindakan operatif.Hal yang sama
Jaundice kadar bilirubin pre-operatif dengan nilai
ditunjukan oleh Irabor DO dan Afify M, dkk,
mean kadar bilirubin 15,9 mg/dL, setelah satu
menyatakan bahwa terdapat penurunan kadar
minggu post-operatif dengan tindakan operatif
bilirubin pre-operatif dan post-operatif pasien
pancreatoduodectomy kadar bilirubin turun
ikterus obstruksi.29,37
menjadi 5,6 mg/dL. Pada ikterus obstruksi dengan

Tabel 7. Evaluasi Kadar Bilirubin etiologi batu duktus koledokus dengan tindakan
choledochotomy, eksplorasi batu CBD dan
pemasangan t-tube dimana kadar bilirubin pre-
Pre- Post- p- Signifikan operatif yaitu 16,2 mg/dL mengalami penurunan
Variabel
operatif operatif Value (p<0,05)
kadar bilirubin post-operatif menjadi 11 mg/dL
Means Means pada hari pertama dan menjadi 3,3 mg/dL pada
Kadar 13,2 11,0 hari ke 14 post-operatif.29
0,000 signifikan
Bilirubin mg/dL mg/dL
KESIMPULAN SARAN
1. Untuk selanjutnya diharapkan dengan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
adanya penelitian ini dapat dilakukan
yang telah diuraikan sampai dengan analisa pada
pemeriksaan bilirubin pre-operatif dan
penelitian ini tentang Karakteristik dan Evaluasi
post-operatif yang terjadwal dan berkala
Kadar Bilirubin Pada Pasien Ikterus Obstruksi
pada setiap pasien yang menderita ikterus
Post-Hepatik : di RSUD Raden Mattaher Provinsi
obstruksi agar dapat dievaluasi kadar
Jambi periode 2011 – 2013 didapatkan hasil
bilirubin pre-operatif dan post-operatifnya
sebagai berikut :
pada pasien yang dirawat di RSUD Raden

1. Kasus ikterus obstruksi post-hepatik Mattaher Provinsi Jambi.

terbanyak mengenai usia 50 – 59 tahun 2. Untuk selanjutnya diharapkan dengan

29,3%. adanya penelitian ini dapat dilakukan

2. Kasus ikterus obstruksi post-hepatik dapat penelitian lanjutan berupa penelitian

mengenai jenis kelamin laki-laki dan analitik dan prospektif agar dapat terlihat

perempuan dimana jenis kelamin laki-laki hubungan yang bermakna dari kadar

sebanyak 65,9%. bilirubin pre-operatif dan post-operatif

3. Ikterus obstruksi post-hepatik dengan pada pasien ikterus obstruksi post-hepatik

etiologi terbanyak yaitu Koledokolitiasis yang dirawat di RSUD Mattaher Provinsi

sebanyak 80,5%. Jambi.

4. Pemeriksaan penunjang yang digunakan


untuk penegakan diagnosis ikterus obstruksi
UCAPAN TERIMA KASIH
post-hepatik yang digunakan adalah
Ultrasonografi 90,2%. 1. Allah S.W.T atas nikmat karunia umur dan
hidup sehingga dapat terselesaikan skripsi ini.
5. Tindakan operatif yang digunakan untuk
penatalaksanaan ikterus obstruksi post- 2. Kedua orang tua saya, ayah Drs.H.
Achmad Badaruddin Alis dan ibu Hj. Ratna
hepatik yaitu By-pass 19,5%, kolesistektomi
Pudji Hastuti yang selalu mendoakan dan
dan eksplorasi CBD dengan pemasangan T- memberikan dukungan kepada penulis
Tube 80,5%. hingga mampu menyelesaikan skripsi ini.
6. Hasil evaluasi kadar bilirubin pre-operatif
3. Seluruh saudara kandungku Vita
dan post-operatif terdapat perbedaan yang Andiyanti,S.E, Dhonny Andrians,SP,
bermakna setelah dilakukan tindakan Bambang Tri Novrianto,S.sos,S.E, Rachmat
Yudistira,ST yang telah selalu mengingatkan
operatif dengan nilai significancy p = 0,000.
tentang rasa tanggung jawab kepada kedua
orang tua serta motivasi dan saran dan
dukungan moril dan materil hingga
terselesaikannya skripsi ini.
4. dr. H. Abdul Aziz Munir, Sp.B (KBD) 2. C. Devid ,Jr.Sabiston, editors. Sars MG, L
sebagai dosen pembimbing substansi atas John Cameron. Sistem Empedu. Buku Ajar
bimbingan, petunjuk dan saran serta segala
Ilmu Bedah (Essentials of Surgery), Edisi 2.
nasihat yang diberikan kepada penulis.
Jakarta: EGC; 2012. P.121
5. dr. Lipinwati, M.Biomed sebagai dosen
3. Price AS, Wilson LMC, editors. Hartanto H,
pembimbing metodologi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan motivasi Susi N, Wulansari P, Mahanani DA.
kepada penulis. Gangguan Hati, Kandung Empedu dan
Pankreas . Konsep klinis dan proses penyakit
6. dr. Nindia Aryanty,M.Med.Ed sebagai dosen
pembimbing metodologi yang telah banyak vol 2. Edisi ke-6 Jakarta: EGC; 2005.
memberikan bimbingan dan motivasi Hal.472
kepada penulis.
4. Garacanin AG, Kujundzic M, Petrovecki M,
7. Dr. dr. Sotianingsih, Sp.PK sebagai penguji Romic Z, Rahelic D. Etiology and
utama pada ujian skripsi saya.
epidemiology of obstructive jaundice in
8. dr. Maria Estela Karolina, Msi.Med sebagai Continental Croatia.Coll. Antropol. 37
penguji pada ujian skripsi saya. (2013) 1 : 131 - 33

9. dr. ABD. Aziz Munir, Sp.B, KBD selaku 5. Verma S,Sahai S, Gupta P, Munshi A, Goyal
pembimbing akademik pada saat menempuh P. Obstructive Jaundice- Aetiological
pendidikan.
Spectrum, Clinical, Biochemical And
10. Sahabatku M.Ramadani, Setyo Abdi Radiological Evaluation At A Tertiary Care
Nugroho, Riski Dewa Febrian, Wiko Teaching Hospital. The Internet Journal of
Wicaksono, Dhody setiamal dan Sofian atas
Tropical Medicine. 2010 Volume 7 Number
semua masukan dan dukungannya, bantuan
dan selalu memberikan semangat kepada 2
penulis, yang selalu menemani hari-hari 6. Hartanto H, Listiawati E, Suyono YJ,
penulis dari duka hingga suka dilewati
Susilawati, Nisa TM, Prawira J, et al. Snell
bersama-sama untuk menyelesaikan skripsi
ini. RS. Organ Asesoris Tractus Gastrointestinal.
Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran
11. Jeliya Safitri terima kasih untuk dao,
edisi ke-6.Jakarta: EGC, 2006. Hal. 240-247
semangat, motivasi dan kasih sayang nya yg
setiap hari diberikan kepada penulis.
7. Faiz, O. Moffat, D.The Liver, gall-bladder
DAFTAR PUSTAKA dan biliary tree. In : Anatomy at a

1. Sulaiman A, editor. Sudoyo AW, Setiyohadi Glance.Oxford : Blackwell Science, 2002. P.

B, Alwi I, Simandibrata KM, Setiati S. 44-45.

Pendekatan Klinis Pasien Ikterus. Buku Ajar 8. Win DJ ,Sjamsuhidayat R, Karnadihardja W,

Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Prasetyono TOH, Rudiman R. Buku Ajar

Jakarta: Internal Pubhlising; 2006. Hal. 420- Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku

423. Kedokteran EGC. 2010. Hal. 570-579


9. Kumar V, Abbas, Fausto. Editor, Rachman 16. Sherly YM, Widita H, Ardita IG,
LY, Dany F, Rendy L. Robbins and Cotran. Soemohardjo S. Peran Biopsi Hepar Dalam
Dasar Patologis Penyakit. Edisi ke-7. Jakarta Menegakkan Diagnosis Ikterus Obstruktif
: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009. Hal. Ekstra Hepatik. J Peny Dalam. Volume 7.
899-974. Nomor 3. September 2006.
10. Oto B T, Fauzi A, Syam AF, Simadibrata M, 17. Cosgrove DD. The Biliery system. In:
Abdullah M, Makmun D, Manan C, et al, Ultrasound imaging Liver, Spleen and
Identification and Stenting of Malignant Pancreas. New York: A Whiley Medical
Obstructive Jaundice : Determining the Publication. 1982: 225-272.
Succsess Rates of ERCP. The Indonesian 18. Hyodo H. Radiodiagnosis of Cholestasis.
Journal of Gastroenterology, hepatology and Proceding of theXV International Congress
Digesive Endoscopy. Volume 13. Number 1. of Radiology, Brussel. 1981: 359-366
April 2012. 19. Rani A, Simadibrata M, Syam AF.
11. Lindseth GN. Gangguan Hati, Kandung Pendekatan dan Penatalaksanaan Gejala dan
Empedu, dan Pankreas dalam Patofisiologi Sindrom Klinik di Bidang Gantroenterologi
Konsep Klinis Proses-Proses dalam Buku Ajar Gastroenterologi-
Penyakit.Volume 1. Edisi ke-6 Jakarta: Hepatologi Jilid 1. Jakarta: Interna
EGC. 2006. Hal. 481-485. Publising. 2011.
20. Chalya PL, Kanumba ES, Mchembe M.
12. Schwartz SI, editor Schwartz SI, Shires GT,
Etiological Spectrum and Treatment
Spencer FC, Husser WC. Saluran Empedu.
Outcome of Obstructive Jaundice at a
Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Jakarta:
University Teaching Hospital in
EGC. 2000. Hal. 459-464.
Northwestern Tanzania: A Diagnostic and
13. Brunicardi F, Charles, et al. Gallbladder and
Therapeutic Challenges. BMC Research
the Extrahepatic Biliary System. Principles
Notes. 2011; 4:147
of Surgery. 8th ed. New York: McGaw Hill.
21. Yu Z, Zhan J, Li CQ, Zhou HM. Age and
2005. P. 1187-1193
Gender Analysis of Jaundice Patients. The

14. Oddsatir M,Hunter Jhon G. Gallbladder and Journal of Bioscience and Medicine 2; 2012
the Extra hepatic Biliary System in: :2

Schawrtz’s Principles of Surgery. McGraw- 22. Nizamuddin S, Asharaf MS, Islam UU,

Hill & Companies 2007, 8th edition Chapter Rehman SU. Etiological Spectrum of

31. P. 1187-1193 Obstructive Jaundice. Medical Channel Vol.


16 No. 2. 2010
15. Patel, PR. Lecture Notes Radiologi edisi ke- 23. Assi AN, Hassan AJ, Ali KN. The
2. Jakarta : Erlangga Medical Series; 2006 Etiological Spectrum of Obstructive
Jaundice & Role of ERCP in Thi-qar
Governorate. Iosr Journal of Pharmacy. insertion. Korean J Hepatobiliary Pancreat
2013; 26 – 30. Surg. 2013; 17: 70-74.
24. Mansfield SD, Oppong GSK, Jacqoues BC, 32. Saddique M, Iqbal SA. Management of
O’soilleabhain CB, Mannas DM, Charnley Obstructive Jaundice : Experience in a
RM. Incrase in Serum Bilirubin Levels in Tertiary Care Surgical Unit.Pakistan
Obstructive Jaundice Secondary to Journal of Surgery. Vol.23,Issue 1.2007.
Pancreatic and Periampullary Malignancy – 33. Notoadmodjo S. Metodologi Penelitian
Implications For Timing of Resectional Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka
Surgery and Use of Biliary Drainage. HPB. Cipta; 2010
2006; 8 : 442-5. 34. Sastroasmoro S, Sofyan Ismael. Dasar-dasar
25. Wheatley M,MD , Heilpern KL,MD. Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-4.
Jaundice : an Emergency Departement Jakarta : Sagung Seto; 2011
Approach to Diagnosis and Management. 35. Dahlan MS. Statistik Untuk Kedokteran dan
Emergency Medicine Practice. March 2008. Kesehatan. Edisi ke-5. Jakarta : Salemba
Vol.8. Number 3. Medika; 2013.
26. Zakaria I. Ultrasonografi pada ikterus
36. Reeves CJ. Penyakit Kandung Empedu
obstruksi. JKS. 2006; 3 : 163-176.
dalam : Keperawatan Medika Bedah.Edisi
27. Talpur KAH, Malik AM, Memon AI,
Ke-1. Jakarta : Salemba Medika, 2001. 149-
Qureshi JN, Sangrasi AK, Laghari AB.
51.
Biliary bypass surgery – Analysis of
37. Irabor DO. The pattern of fall of serum
indications & outcome of different
bilirubin after operative relief of obstructive
procedures. Pak J Med Sci 2013 Vol.29
jaundice.Bogota (Colombia) 7 (2) : 8- 14,
No.3. 2013.
Mayo-Agosto de 2009.
28. Isselbacher KJ, Asdie AH. Harrison Prinsip-
Prinsip Ilmu Penyakit dalam edisi 13 volume
1. Yogyakarta: EGC; 2008.
29. Afify M, Samy N, Maksoud NAE, Ragab
HM, Yehia A. Biochemical Alterations in
Malignant Obstructive Jaundice. New York
Science Journal. 2010; 3(2).
30. Constantin T. Jaundice Obstructive
Syndrome. Current Health Sciences Journal.
Vol.37. No.2. 2011.
31. Lee W, Kwon J. Ten-year experience on
common bile duct exploration without T-tube

Anda mungkin juga menyukai