Anda di halaman 1dari 5

LO 3 : PRINSIP FARMAKOEKONOMI

Evaluasi Farmakoekonomi
Evaluasi dalam farmakoekonomi meliputi Cost-Minimization
Analysis (CMA), Cost-Effectiveness Analysis (CEA), Cost-Benefit
Analysis (CBA), dan Cost-Utility Analysis (CUA).

a. Cost-Minimization Analysis (analisis minimalisasi-biaya)


Cost-Minimization Analysis adalah tipe analisis yang
menentukan biaya program terendah dengan asumsi besarnya manfaat
yang diperoleh sama. Analisis ini digunakan untuk menguji biaya relatif
yang dihubungkan dengan intervensi yang sama dalam bentuk hasil yang
diperoleh. Suatu kekurangan yang nyata dari analisis cost-minimization
yang mendasari sebuah analisis adalah pada asumsi pengobatan dengan
hasil yang ekivalen. Jika asumsi tidak benar dapat menjadi tidak akurat,
pada akhirnya studi menjadi tidak bernilai. Pendapat kritis analisis cost-
minimization hanya digunakan untuk prosedur hasil pengobatan yang
sama.
Contoh dari analisis cost-minimization adalah terapi dengan
antibiotika generic dengan paten, outcome klinik (efek samping dan
efikasi sama), yang berbeda adalah onset dan durasinya. Maka pemilihan
obat difokuskan pada obat yang biaya per harinya lebih murah.
Cost minimisasi adalah yang paling simpel dari semua perangkat
farmakoekonomi yang mana membandingkan dua jenis obat yang sama
efikasi dan toleransinya terhadap satu pasien. Ekivalen terapeutik harus
direferensikan oleh peneliti dalam melaksanakan studi ini, yang mana
harus dilampirkan sebelum cost minimisasi itu diterapkan. Oleh karena
efikasi dan toleransi adalah sama, maka tidak diperlukan efikasi umum
sebagai titik tolak pertimbangan (yang mana biasa sering dipakai dalam
studi cost effectiveness). Peneliti disini boleh mengesampingkan
harga/kesembuhan ataupun harga/tahun karena hal ini tidak begitu
berpengaruh. Yang penting dalam studi cost minimisasi ini adalah
menghitung semua harga termasuk penelitian dan penelusuran yang
berhubungan dalam pengantaran intervensi terapeutik itu. Dan yang
terpenting yang berelevan dengan sisi pandang farmakoekonomi.
b. Cost-Benefit Analysis (Analisis manfaat-biaya)
Analisis Cost-Benefit adalah tipe analisis yang mengukur biaya
dan manfaat suatu intervensi dengan beberapa ukuran moneter dan
pengaruhnya terhadap hasil perawatan kesehatan. Tipe analisis ini sangat
cocok untuk alokasi bahan-bahan jika keuntungan ditinjau dari
perspektif masyarakat. Analisis ini sangat bermanfaat pada kondisi
antara manfaat dan biaya mudah dikonversi ke dalam bentuk rupiah.

Merupakan tipe analisis yang mengukur biaya dan manfaat


suatu intervensi dengan beberapa ukuran moneter, dan pengaruhnya
terhadap hasil perawatan kesehatan. Dapat digunakan untuk
membandingkan perlakuan yang berbeda untuk kondisi yang berbeda.
Merupakan tipe penelitian farmakoekonomi yang kompreherensif dan
sulit dilakukan karena mengkonversi benefit kedalam nilai uang.

Pertanyaan yang harus dijawab dalam cost-benefit analysis


adalah alternatif mana yang harus dipilih diantara alternatif-alternatif
yang dapat memberikan manfaat atau benefit yang paling besar.
Cost benefit adalah bagian dari formal disiplin yang digunakan
untuk mendukung kasus dari projek atau proposal yang mana akan
meningkatkan nilai projek tersebut. Dengan kata lain, ini merupakan
pendekatan tidak resmi yang digunakan untuk menetapkan keputusan
apapun.

Cost benefit ini adalah perangkat ekonomi yang digunakan


untuk menentukan keinginan atau preferensi akan dua jenis pilihan obat.
Hal ini adalah menghitung kerelaan masyarakat dalalm membayar
sejumlah uang demi mendapatkan efek atau keuntungan dari suatu
intervensi

c. Cost-Effectiveness Analysis (analisis efektivitas-biaya)


Analisis Cost-Effectiveness adalah tipe analisis yang
membandingkan biaya suatu intervensi dengan beberapa ukuran non-
moneter, dimana pengaruhnya terhadap hasil perawatan kesehatan.
Analisis Cost-Effectiveness merupakan salah satu cara untuk memilih
dan menilai program yang terbaik bila terdapat beberapa program yang
berbeda dengan tujuan yang sama tersedia untuk dipilih. Kriteria
penilaian pogram mana yang akan dipilih adalah berdasarkan discounted
unit cost dari masing-masing alternatif program sehingga program yang
mempunyai discounted unit cost terendahlah yang akan dipilih oleh para
analisis/ pengambil keputusan.
Dalam menganalisis suatu penyakit, analisis cost-effectiveness
berdasarkan pada perbandingan antara biaya suatu program
pemberantasan tertentu dan akibat dari program tersebut dalam bentuk
perkiraan dari kematian dan kasus yang bisa dicegah.
Contoh sederhana, program A dengan biaya US $ 25.000 dapat
menyelamatkan 100 orang penderita. Sehingga unit costnya atau CE
rationya US $ 250/ life. Sedangkan dengan biaya yang sama, program B
hanya dapat menyelamatkan 15 orang penderita, berarti unit costnya atau
CE rationya mencapai $ 1,677/ life. Dalam hal ini jelaslah bahwa
program A yang akan dipilih karena lebih efektif daripada program B).
Aplikasi dari CEA misalnya dua obat atau lebih digunakan untuk
mengobati suatu indikasi yang sama tapi cost dan efikasi berbeda.
Analisis cost-effectiveness mengkonversi cost dan benefit (efikasi) ke
dalam rasio pada obat yang dibandingkan.
Cost efektiveness dari suatu intervensi preventif terapeutik
adalah rasio akan harga intervensi yang berhubungan dengan munculnya
efek yang dimaksud. Harga ini disebut sebagai sumber-sumber yang
dikeluarkan untuk intervensi yang mana dihitung dengan uang.
Perhitungan efek ini tergantung dari intervensi yang dilakukan. Misalnya
intervensi akan penurunan berat badan maka digunakan penurunan berat
badan sebagai unit perhitungan. Jika intervensi untuk penurunan tekanan
sistole darah, maka penurunan tiap mmHg itu di anggap sebagai
perubahan efek begitu juga untuk penyembuhan penyakit tertentu
lainnya.
d. Cost-Utility Analysis (Analisis Utilitas-Biaya)
Analisis Cost-Utility adalah tipe analisis yang mengukur manfaat
dalam utility-beban lama hidup; menghitung biaya per utility; mengukur
ratio untuk membandingkan diantara beberapa program. Analisis cost-
utility mengukur nilai spesifik kesehatan dalam bentuk pilihan setiap
individu atau masyarakat. Seperti analisis cost-effectiveness, cost-utility
analysis membandingkan biaya terhadap program kesehatan yang
diterima dihubungkan dengan peningkatan kesehatan yang diakibatkan
perawatan kesehatan.
Dalam cost-utility analysis, peningkatan kesehatan diukur dalam
bentuk penyesuaian kualitas hidup (quality adjusted life years, QALYs)
dan hasilnya ditunjukan dengan biaya per penyesuaian kualitas hidup.
Data kualitas dan kuantitas hidup dapat dikonversi kedalam nilai
QALYs, sebagai contoh jika pasien dinyatakan benar-benar sehat, nilai
QALYs dinyatakan dengan angka 1 (satu). Keuntungan dari analisis ini
dapat ditujukan untuk mengetahui kualitas hidup. Kekurangan analisis
ini bergantung pada penentuan QALYs pada status tingkat kesehatan
pasien
Cost utility adalah bentuk dari analisa ekonomi yang digunakan
untuk membimbing keputusan sebelum tindakan penyembuhan. Cost
utility ini diperkirakan antara rasio dari harga yang menyangkut
intervensi kesehatan dan keuntungan yang dihasilkan dalam bagian itu
yang dihitung dari jumlah orang yang hidup dengan kesehatan penuh
sebagai hasil dari penyembuhannya. Hal ini menyebabkan cost utility
dan cost effectiveness saling berhubungan dan timbal balik
Utilitas merujuk pada tambahan usia (dalam tahun) yang dapat
dinikmati dalam keadaan sehat sempurna oleh pasien karena
menggunakan suatu obat. Jumlah tahun tambahan usia (dibanding kalau
tidak diberi obat) dapat dihitung secara kuantitatif, yang jika dikalikan
dengan kualitas hidup yang dapat dinikmati (katakanlah, setara dengan
sekian bagian sehat sempurna) akan memberikan unit yang disebut
Quality Adjusted Life Years-QALY atau ‘jumlah tahun yang
disesuaikan’ (JTKD). Dikaitkan dengan aspek biaya. Kajian
Farmakoekonomi ini akan memberikan unit utilitas-biaya (cost-utility)
yang menunjukkan unit moneter yang harus dikeluarkan untuk setiap
JTKD yang diperoleh. Semakin kecil jumlah rupiah yang harus dibayar
untuk mendapatkan tambahan JTKD, semakin tinggi utilitas-biaya suatu
obat.
Sementara itu, manfaat (benefit) merujuk pada nilai kepuasan
yang diperoleh pasien dari penggunaan suatu obat. Nilai kepuasan ini
dinyatakan dalam besaran moneter setelah dilakukan konversi dengan
menggunakan “nilai rupiah yang rela dibayarkan untuk mendapat
kepuasan tersebut” (willingness to pay). Semakin tinggi willingness to
pay relatif terhadap harga riil obat (cost), semakin layak obat tersebut
dipilih.

Anda mungkin juga menyukai