Oleh :
Muhammad Fadil (2140312030)
Verli Fajriati Nofli (2140312094)
Preseptor :
dr. Taufik Ashal, SpKJ
Penulis
2
Daftar Isi
Kata Pengantar.........................................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................................4
1.3 Metode Penulisan...............................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5
2.1 Definisi...............................................................................................................5
2.2 Etiologi dan Patofisiologi...................................................................................5
2.3 Gambaran Klinis, Diagnosis dan Pemeriksaan..................................................7
2.4 Terapi...............................................................................................................13
2.5 Prognosis..........................................................................................................23
BAB III KESIMPULAN.....................................................................................24
Daftar Pustaka........................................................................................................25
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Tujuan dari pembuatan clinical science session ini adalah untuk mempelajari,
memahami, mengenai diagnosis dan tatalaksana komperhensif dari narkolepsi.
Manfaat penulisan clinical science session ini adalah menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai diagnosis dan tatalaksana komperhensif dari narkolepsi.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Disfungsi dan pengaturan tidur rapid eye movement (REM) yang tidak tepat
diduga terdapat pada narkolepsi. Kontrol neuroanatomi tidur REM tampaknya
terlokalisasi pada sistem pontine reticular activating system. Otak mengandung sel-
5
sel REM-on, yang menyala secara selektif selama periode tidur REM, dan sel-sel
REM-off, yang berlaku sebaliknya. Sebagian besar sel REM-on berfungsi melalui
transmisi kolinergik, sedangkan sel REM-off bersifat noradrenergik atau
serotonergik. Pada narkolepsi, inhibisi sel REM-on yang bergantung pada
monoamina mungkin rusak.
2.2.2 Hipokretin
Faktor genetik pada narkolepsi sangat kompleks. Hubungan pada kembar monozigot
hanya terdapat 35% dan pada saudara tingkat pertama sebesar 40%. Ada hubungan
yang mencolok antara narkolepsi dan haplotipe HLA DQA1*01:02-DQB1*06:02.
Sebuah penelitian pada individu keturunan Eropa menemukan bahwa hampir semua
orang dengan diagnosis narkolepsi dengan katapleksi membawa haplotipe HLA
DQA1*01:02-DQB1*06:02, dibandingkan dengan hanya 24% dari populasi umum.
6
narkolepsi lebih tinggi pada homozigot DQB1*06:02 dari pada heterozigot,
menunjukkan bahwa HLA secara fungsional terlibat dalam terjadinya narkolepsi.
Sebuah studi asosiasi genom yang menyelidiki 202 gen kandidat dalam studi
replikasi pada 222 pasien narkolepsi dan 380 kontrol mengidentifikasi 6 gen yang
terkait dengan narkolepsi: NFATC2, SCP2, CACNA1C, TCRA, POLE, dan FAM3D.
Asosiasi gen dengan narkolepsi ini selanjutnya didukung oleh analisis ekspresi gen
yang menunjukkan bahwa gen yang sama ini juga terkait dengan hipersomnia
esensial, yang mirip dengan narkolepsi.
2.3.1 Sleepiness
Episode tidur yang tidak diinginkan sering muncul beberapa kali sehari, bukan
hanya saat situasi menyenangkan, seperti selama aktivitas diam monoton atau setelah
makan banyak, tapi juga di situasi tidak terduga ketika pasien sedang beraktivitas.
Durasi tertidur bisa beragam dari beberapa detik sampai beberapa menit jika pasien
berada dalam posisi tidak nyaman, atau bahkan lebih dari 1 jam jika pasien sedang
berbaring. Pasien narkolepsi bila bangun akan merasa segar, dan ada periode
refraktori terjaga selama 1 jam atau beberapa jam sebelum episode tidur berikutnya
7
terjadi. Tidur singkat yang menyegarkan semacam ini bisa membedakan pasien
narkolepsi dan pasien idiopathic hypersomnia, yang sering tidur lama tapi tidak
menyegarkan. Meski merasa kantuk di siang hari, pasien narkolepsi umumnya tidak
tidur lebih dari 24 jam dibanding pasien tanpa narkolepsi.3
2.3.2 Katapleksi
Katapleksi terjadi pada 60% sampai 70% pasien narkolepsi. Katapleksi adalah
penurunan atau penyusutan tonus otot secara tiba-tiba, dan paling seringnya
disebabkan oleh emosi kuat seperti tertawa, marah, dan terkejut. Situasi tersebut
melibatkan otot tertentu atau rangkaian otot voluntary. Situasi tipikalnya adalah
rahang terkatup, kepala condong ke depan, lengan jatuh ke samping, dan lutut
menekuk. Adapun kesadaran pasien masih ada selama serangan.3
2.3.4 Halusinasi
8
malam hari. Halusinasi bahkan bisa terjadi saat bangun. Hypnopompic hallucination
semacam ini (halusinasi saat bangun) menjadi karakteristik yang lebih kuat akan
terjadinya narkolepsi dibanding halusinasi hipnagogik. Halusinasi visual biasanya
berisi beberapa bentuk simpel (lingkaran berwarna, bagian tertentu dari obyek) yang
ukurannya bisa konstan atau berubah. Bayangan hewan atau orang bisa muncul tiba-
tiba dan lebih sering punya warna. Halusinasi pendengaran juga terjadi, sedangkan
halusinasi dengan indera lainnya jarang terlibat. Batasan pasti antara hypnopompic
hallucination atau halusinasi hipnagogik, dan mimpi, masih tidak jelas. Pada kasus
narkolepsi dengan halusinasi hipnagogik dan hypnopompic hallucination di siang
hari, dokter bisa salah diagnosa dengan menyatakan bahwa pasien terkena psikosis.3
2.3.5 Diagnosis
2. defisiensi hipokretin
9
3. REM sleep latency ≤15 menit, atau mean sleep latency ≤8 menit dan ≥2 sleep-
onset REM periods (SOREMPs)
Gambar 1. Skema diagnosis suspek ketika curiga narkolepsi pada pasien dengan
EDS. *Konfirmasi menggunakan pengukuran Multiple Sleep Latency Test atau
hypocretin.5
10
2.3.6 Pemeriksaan
2. Polysomnography
11
dengan katapleksi. Level CSF hypocretin-1 di bawah 110 ng/L memberikan nilai
prediktif positif yang tinggi (94%) untuk narkolepsi tipe 1. Pada Na-2, level
hypocretin-1 berlaku normal. Studi oleh Andlauer dkk menunjukkan bahwa hanya
24% pasien Na-2 yang punya level CSF hypocretin-1 rendah (yang didefinisikan
sebesar <110 pg/mL). Level CSF hypocretin-1 rendah tanpa katapleksi juga
ditemukan di kalangan orang Afrika-Amerika. Pengukuran CSF hypocretin-1 adalah
teknik diagnosa paling akurat. Keberadaan CSF hypocretin-1 mengkonfirmasi adanya
narkolepsi dan membedakan tipe 1 dan tipe 2. Pada kasus langka, level CSF
hypocretin-1 rendah disebabkan oleh situasi neurologi yang dapat melukai neuron-
hypocretin, seperti tumor otak, encephalitis, penyakit vaskular, dan trauma otak.3
4. Uji Genetik
12
2.4 Terapi
2.4.2 Farmakologi
Tujuan dari semua pendekatanterapi adalah mengoptimalkan kontrol gejala
narkolepsi dan membantu pasien agar punya kehidupan personal dan profesional
yang baik. Tujuan dari treatment difokuskan untuk mengurangi efek dari EDS,
serangan cataplexy, hypnagogic hallucination/ hypnopompic hallucination, sleep
paralysis, tidur nokturnal, dan hambatan psikososial. Pemilihan obat
mempertimbangkan efek samping, karena narkolepsi adalah sakit yang terjadi dalam
waktu lama, dan pasien harus menerima obat selama beberapa tahun (Tabel
2).Treatment terhadap narkolepsi harus menyeimbangkan beberapa maksud antara
mempertahankan hidup yang aktif sekaligus menghindari efek samping dengan
mencegah terjadinya toleransi terhadap obat yang mengarah kepada kecanduan.3
13
2.4.3 Algoritma tatalaksana narkolepsi
Tatalaksana narkolepsi terbagi atas tiga kategori, narkolepsi tanpa katalepsi
dan gangguan tidur malam, narkolepsi dengan katalepsi, serta narkolepsi dengan
gangguan tidur malam dan katalepsi. Untuk narkolepsi tanpa katalepsi dan gangguan
tidur malam, terapi lini pertama yang digunakan Modafnil. Modafinil, reseptor agonis
α1-adrenergik, telah disetujui oleh FDA karena terbukti sangat efektif bmengurangi
jumlah serangan tidur dan untuk meningkatkan kinerja psikomotor di narkolepsi
melalui keterlibatan mekanisme noradrenergik di gangguan tersebut. Modafinil lebih
disukai dengan alasan manfaat inisiasi, efek samping rendah, ketersediaan, dan risiko
rendah penyalahgunaan obat. Pengobatan lini pertama dievaluasi setelah pemberian
4-6 minggu melalui dosis titrasi hingga mencapai dosis optimal. Apabila dalam waktu
tersebut narkolepsi tidak mengalami perbaikan, maka dapat diganti dengan
pengobatan monoterapi Pitolisant atau soliamfetrol. Apabila tidak berkurang, maka
dapat diberikan terapi kombinasi.7
Narkolepsi dengan katalepsi, terapi lini pertama yang diberikan monoterapi
menggunakan sodium oxibate. Obat ini merupakan rekomendasi terbaru yang dapat
menggantikan penggunaan antidepresan golongan ssri seperti fluoxetine sebagai anti
katapleksi. Fluoxethine hanya digunakan apabila pasien sedang dalam keadaan hamil
yang diberikan dalam dosis rendah. Sedangkan narkolepsi yang disertai gangguan
mood depresi, apabila diberikan fluoxethine maupun golongan SSRI hasilnya kurang
bermakna.Sodium oxibate pada orang dewasa diberikan malam hari dimulai dari
dosis 4,5 gr terbagi dalam dua dosis yang diberikan pada saat akan tidur dan tengah
malam. Pengobatan lini pertama dievaluasi setelah pemberian 4-6 minggu melalui
dosis titrasi hingga mencapai dosis optimal. Selain sodium oxibate, Pitolisant juga
dapat menjadi pilihan monoterapi ( untuk katapleksi ringan hingga sedang).
Pengobatan lini pertama dievaluasi setelah pemberian 4-6 minggu melalui dosis
titrasi hingga mencapai dosis optimal. Apabila dalam waktu tersebut narkolepsi
disertai dengan katapleksi tidak mengalami perbaikan, maka dilanjutkan ke
pengobatan lini kedua menggunakan kombinasi Venlafaxine sebagai antidepresan
SNRI yang sangat efektif untuk menangani katapleksi yang dikombinasikan dengan
14
Modafnil. Venalfaxine memiliki waktu paruh yang lebih pendek serta memiliki efek
disfungis seksual yang lebih ringan dibandingkan antidepresan lainnya. Sedangkan
untuk narkolepsi yang disertai katapleksi dan gangguan tidur malam, langsung
diberikan sodium oxibate sebaai terapi lini pertama atau terapi kombinasi sodium
oxibate dengan venlafaxine. 7
Lini Pertama
Lini Kedua
15
2.4.4 Protokol pengobatan dalam narkolepsi 8
Golongan Stimulan
a. Modafnil
Sediaan modafnil yang tersedia dalam bentuk tablet 100 mg dan 200
mg, diberikan 2 kali sehari pada pagi dan malam hari dengan dosis
maksimum 400 mg / hari. Sakit kepala merupakan efek samping yang sering
dijumpai yang dapat dihindari dengan peningkatan dosis secara perlahan.
Modafinil dimulai pada dosis 100 mg pada pagi hari untuk 5 hari, dan
kemudian dosis kedua 100 mg ditambahkan saat makan siang, jika diperlukan.
Biasanya pada anak usia prepubertas. Anak pubertas dapat ditingkatkan
(setelah 5 hari) dengan ditambahkan 100 mg pada pagi hari dan jika
dibutuhkan ditambahkan 100 mg pada sore hari. Biasanya 10 mg ketika
bangun pagi saat perut kosong, 5 mg saat makan siang dan 5 mg saat pukul 3
sore ǂTidak ada obat yang mendapat persetujuan khusus dari Food and Drug
Administration untuk pasien narkolepsi dengan usia lebih muda dari 16 tahun.
Penggunaan obat antidepresan untuk cataplexy tidak disetujui oleh the Food
and Drug Adminitration.
b. Methylfenidate
Lebih efektif, poten serta murah dibandingkan modafnil. Dapat
digunakan sebagai pengganti modafnil sebagai formula long acting dengan
dosis 20-40 mg/hari. Namun sediaan dasar lepas cepat dikeluarkan dengan
dosis 5-10 mg dapat bermanfaat untuk meringankan mabuk tidur pada
hypersomnia serta untuk meningkatkan kewaspadaan disiang hari seperti tidak
mudah mengantuk saat membawa kendaraan
c. Amfetamine
Penggunaannya sama dengan methylfenidate, lebih disukai pada
formula long lasting. Dapat efektif pada beberapa pasien, namun selama
penggunaan nadi dan tekanan darah harus dikontrol secara berkala.
16
Senyawa Anti Katapleksi 8
a. Klomipramine
Membutuhkan biaya yang lebih murah dan sangat efektif yang ditandai
dengan onsetnya yang cepat pada katapleksi seperti efek dari antidepresann.
Dimulai pada dosis rendah yang efektif 25 mg/ hari diberikan pada pagi atau
sore hari. Dengan dosis tipikal 75 mg/ hari dan dosis maksimal 150 mg/hari.
Efek samping termasuk mulut kering, berkeringat,konstipasi, penglihatan
kabur dan hipotensi ortostatik. Penggunaan klomipramine dikontraindikasikan
pada pasien dengan penyakit jantung dan glaucoma.
b. Venlafaxine
Dosis efektif 37,5 mg hingga 150 mg/hari (dosis maksimal 300 mg/
hari), memiliki efek stimulant yang ringan, waktu paruh yang singkat. Gejala
withdrawal pada psikiatri bisa muncul akibat penghentian penggunaan obat
secara mendadak ( rasa seperti tersengat listrik ) dan rebound katapleksi juga
bisa muncul kecuali bila dikombinasikan dengan anti katapleksi lain seperti
sodium oxibate.
c. Atomoxetine
Memiliki stimulant yang ringan serta antikatapleksi sehingga bisa
digunakan sebagai terapi kebutuhan tidur yang berlebihan dan katapleksi.
Memiliki waktu paruh yang lebih pendek sehingga dianjurkan untuk
penggunaan dua kali sehari. Dosis efektif dapat dicapai pada 10-60 mg/hari
maksimum 80 mg/hari. Mengurangi nafsu makan, retensi urine, dan tekanan
darah dan nandi perlu dikontrol secara berkala
d. Fluoxetine
Karena memiliki waktu paruh yang sangat singkat, maka efek terapinya
lebih stabil dan untuk katapleksi dianjurkan untuk memilih dosis yang tinggi.
Dan bisa digunakan apabila disertai dengan gejala anxietas dan depresi.
e. Sodium Oxbibate
Diberikan pada malam hari, efektif pada pasien yang mengalami
gangguan tidur karena insomnia dan aktivitas yang berlebihan pada fase tidur
17
Rapid Eye Movement ( REM ), halusinasi hypnagogic dan sleep paralyisis.
Efek pada katapleksi dan kebutuhan tidur berlebihan pada siang hari segera
setelah pemberian dan efek pengobatan masih berlangsung selama beberapa
minggu. Pada orang dewasa, FDA merekomendasikan dimulai pada dosis
4,5 g ( sering digunakan juga pada anak prepubertas) setiap malam yang
terbagi atas 2 dosis, pemberian pertama pada waktu akan tidur dan yang kedua
pada tengah malam. Kemudian ditingkatkan menjadi 6-9 gr setiap malam.
Efek samping mual dan penurunan nafsu makan.
18
Modafinil
yang bekerja utama, long lasting.
Senyawa Anticataplexy
Venlafaxine Serotonin spesifik dan penghambat
reuptake adrenergic (5-HT = NE); sangat
efektif namun dapat menyebabkan mual.
Memiliki efek seksual yang lebih rendah
dibanding antidepresan dan memiliki
stimulant yang rendah serta waktu paruh
yang pendek.
Atomoxetine Penghambat Spesifik NE reuptake; dapat
meningkatkan daytime sleepiness
Fluoxetine Penghambat spesifik 5-HT uptake (5-HT
>> NE = DA). Metabolit aktif
norfluoxetine memiliki banyak efek NE.
Terapi dosis
tinggi sering dibutuhkan.
Protriptyline Tricyclic antidepressant; penghambat
monoamine uptake (NE>5-HT>DA); Efek
antikolinergik
Imipramine Tricyclic antidepressant; penghambat
monoamine uptake (NE=5-HT>DA); Efek
Antikolinergik Desiperamine adalah
metabolit aktif
Desipramine Tricyclic antidepressant; penghambat
monoamine uptake (NE>>5-HT>DA);
Efek
antikolinergik
Clomipramine Tricyclic antidepressant; penghambat
monoamine uptake (5- HT>NE>>DA);
19
Efek antikolinergik Desmethyl-
clomipramine (NE>>5- HT>DA) adalah
metabolit aktif. Tidak spesifik pada in
vivo
Sodium Oxibate Berkerja pada GABA atau reseptor
spesifik GHB, mengurangi efflux dari
DA. Digunakan dalam bentuk dosis
minimum yang dapat segera bekerja pada
tidur malam yang mengalami gangguan,
memiliki efek terapeutik dalam katapleksi
dan menunda kebutuhan tidur yang
berlebihan di siang hari dalam jangka
waktu minggu hingga bulan. Efek
sampingnya mual, penurunnan berat
badan dan pemberiannya harus berhati
hati pada pasien yang mengalami
hipoventilasi atau sleep apnea.
20
Methamphetamine 20-25 mg/hari
Pengobatan dengan efek membantu
Sodium oxybate (gamma- 4,5-6 g/hari (Dibagi
hydroxybutyrate) dalam 2 dosis)
Antidepresan
Tanpa efek samping Atropinik
Venlafaxine XR 75-300 mg/hari
Fluoxetine 20-60 mg/hari
Viloxazine 50-200 mg/hari
Dengan efek samping Atropinik
Protriptyline 2.5-20 mg/hari
Imipramine 25-200 mg/hari
Clomipramine 25-200 mg/hari
Desipramine 25-200 mg/hari
Terkadang, tergantung pada respon klinis, dosis dapat diberikan diluar dari
dosis normal.Paling banyak stimulant dapat diberikan pada dosis terbagi, paling
sering pada saat pagi hari dan makan siang. Hal ini direkomendasikan untuk
amphetamine dan modafinil.Methylphenidate mempunyai eliminasi yang cepat, jadi
sediaan slow-release (SR) dapat membantu di pagi hari (ex: 20 mg). Jika diberikan 5
mg meningkat bertahap maka waktu pemberian methylphenidate biasanya setiap 3
atau 4 jam hingga pukul 3 sore. Obat yang hanya disetujui untuk digunakan pada
narkolepsi oleh Food and Drug Administration adalah modafinil dan sodium
oxybate.3
21
Menghubungi untuk Menghubungi sekolah untuk meminta bantuan guru
meminta guru mengawasi
mengawasi
sekolah bantuan
Tidur sesaat saat Ditekankan keutamaan malam hari cukup sesuai siklus tidur
makan siang yang normal
Tidur sesaat sekitar Mencoba tidur sesaat saat makan siang dan
jam 4 atau 5 sore pukul 4 atau 5 sore
Pengobatan untuk gangguan tidur
Modafinil 100-200mg* Modafinil 100 mg – 400 mg
Sodium oxybate 6-8g Sodium oxybate 6-9g
Methyphenidate 5 mg Methyphenidate 5 mg (2-6 tablet+) atau
(2-4 tablet+) 20 mg tablet lepas
22
tubuh periodik selama tidur, dan perkembangan gangguan perilaku tidur REM,
khususnya pada subyek berusia tua. Rebound cataplexy dan gejala lain dari
tidur REM, seperti sleep paralysis dan hypnagogic hallucination/hypnopompic
hallucination, bisa terlihat saat obat dihentikan tiba-tiba. Pasien harus
menghentikan obat ini secara lambat setelah ada penggunaan obat secara
kronis. Jadwal penghentian yang disarankan berkisar satu dosis setiap 4 hari. 3
2.5 Prognosis
BAB III
Kesimpulan
23
Narkolepsi Adalah kondisi yang ditandai dengan munculnya rasa kantuk yang
berlebihan, dimana gejala tersebut menggambarkan kacaunya aspek tidur REM ke
dalam fase bangun (wake state). Etiologinya berasal dari disfungsi dan defisit
hipokretin yang dipicu genetik. Narkolepsi dikaitkan dengan empat gejala berikut: 1)
yang berlebihan kantuk di siang hari, ditandai dengan tak tertahankan "serangan"
tidur dalam situasi yang tidak tepat; 2) katapleksi, yang merupakan kerugian bilateral
mendadak otot, biasanya detik abadi untuk menit, umumnya diendapkan oleh emosi
yang kuat seperti tertawa, marah, atau kejutan; 3) kelumpuhan tidur; 4) halusinasi
hypnagogic, mimpi bervariasi di onset tidur.Dalam menegakkan diagnosis narkolepsi
kita bisa mengguanakan kriteria DSM-5 dan pemeriksaan penunjang berupa tes
polysomnogram (PSG) dan tes multiple sleep latency test (MSLT).1,2
Tujuan utama dari pengobatan narkolepsi meliputi: 1) untuk meningkatkan
kualitas hidup, 2) untuk mengurangi berlebihan kantuk di siang hari (EDS), dan 3)
untuk mencegah serangan kataplektik.2,3 Belum ada pengobatan narkolepsi yang
mampu menghentikan gejalanya secara konsisten.6,7 Tetapi gejala katapleksi dan
excessive daytime sleepiness (EDS) yang menyertai katapleksi bisa dikontrol bila
pasien rutin mengkonsumsi obatnya. Obat yang hanya disetujui untuk digunakan pada
narkolepsi oleh Food and Drug Administration adalah modafinil dan sodium oxybate.
Dimana modafnil sebagai lini pertama untuk menangani kebutuhan tidur yang
berlebihan sedangkan sodium oxybate sebagai obat yang efektif untuk menangani
gejala katapleksi melebihi antidepresan yang juga dapat sebagai anti katapleksi.8
Daftar Pustaka
24
2. Mignot, E. (2017). Narcolepsy: Genetics, Immunology, and Pathophysiology.
Kryger, M., Roth T.,Dement W.C. Principles and Practice of Sleep Medicine.
Sixth Edition. Philadelphia: Elsevier
9 Kaplan & Sadock. 2015. Synopsis of Psychiatry 11th Edition. Wolter Kluwer.
Pg 547-550.
25