KERATOCONUS
Disusun oleh :
Ismy Drina Mutia
Pembimbing :
dr.Dijah Halimi,Sp.M
PENDAHULUAN
Keratokonus merupakan kelainan dari kornea. Bentuk kornea mengalami
penonjolan dari bentuk normal yang bersifat kronis dan non inflamasi, daerah
sentral dan parasentral dari kornea mengalami penipisan dan penonjolan
sehingga kornea tampak berbentuk kerucut. Efeknya penderita mengalami
gangguan penglihatan saat melihat suatu benda.
Sampai saat ini terapi keratokonus hanya terbatas pada kaca mata dan lensa
kontak, sedangkan pada kasus yang berat dilakukan keratoplasti tembus.
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi
Faktor Genetik
keratokonus diturunkan secara autosomal dominan dengan penetrasi yang
bervariasi.
1. Nipple cones
Ditandai dengan ukuran yang
kecil (<5mm). Pusat dari
puncaknya terletak pada
sentral atau parasentral dan
berpindah ke arah infero
nasal.
2. Oval cones
Ditandai dengan ukuran
yang lebih besar (5-6mm).
3. Globus cone
Ukurannya terbesar
(>6mm)
Anamesis dan Pemeriksaan
• anamnesis
Pada awalnya mungkin berupa penurunan tajam penglihatan yang
ringan. Pada stadium lanjut akan timbul gangguan penglihatan yang
bermakna sejalan dengan semakin progresifnya penyakit, namun
pasien dengan keratokonus tidak pernah sampai buta total akibat
penyakit ini.
Tanda-tanda keratokonus : penglihatan kabur, ada perubahan persepsi
terhadap benda yang dipandang, astigmatisme buruk, penglihatan
ganda pada satu mata (diplopia),rabun malam, cahaya terlihat melebar,
sensitif terhadap cahaya dan mata gatal.
Pemeriksaan Luar
1. Munson sign
Adanya bentuk seperti
huruf V pada kelopak mata
bawah saat pasien melirik
ke bawah yang disebabkan
kelainan bentuk dari
koenea.
2. Rizzuti sign
Bila lampu senter
disinarkan dari arah
temporal akan tampak
reflek dari kerucut di
kornea sebelah nasal.
Tanda ini merupakan tanda
awal dari keratokonus.
Pemeriksaan Visus dan Refraksi
Pada stadium awal didapatkan
kelainan refraksi berupa myopia
dan astigmatisme regular yang
bisa dikoreksi dengan kaca mata.
Pada stadium lanjut berupa
astigmatisme irregular yang
sudah tidak dapat lagi dikoreksi
dengan kaca mata melainkan
dengan lensa kontak keras.
Pemeriksaan Lampu Celah
Biomikroskop
Didapatkan:
1. Penipisan stroma kornea,
umumnya didaerah inferior atau
infero-temporal.
2.Garis dari Vogt, ditemukan garis-
garis halus sejajar dengan aksis
dari kerucut distroma bagian
dalam yang hilang sementara pada
penekanan bola mata dengan jari.
3. Cincin dari Fleisher, merupakan
deposit besi pada epitel yang
mengelilingi dasar kerucut
Jaringan parut kornea pada keratokonus stadium lanjut
Ditemukan reflek gunting atau terpotongnya
reflek dari retinioskopi, adanya refleks tetesan
minyak (oil-droplet reflek) pada pemeriksaan
dengan oftalmoskop direk pada jari sekitar 30 cm
Pemeriksaan Tapografi Kornea
Pada pemeriksaan dengan piring plasido dapat
dideteksi perubahan kornea pada keratokonus
yang sub klinis. Rabinowitz menemukan
adanya pembelokan pada meridian horizontal.
Perjalanan Penyakit
1. Fase Sub Klinis 2. Fase Awal
Tada-tanda klinis yng didapatkan pada stadium awal meliputi:
Kondisi ini disebut keratokonus 1. Reflek tetesan minyak dengan pemeriksaan oftalmoskop
forme-fruste. Pada umumnya pada jarak sekitar 30 cm.
pasien asimtomatik, atau 2. Retinoskopi memperhatikan reflek gunting yang irreguler.
didapatkan miopia astigmat
3. Pemeriksaan lampu celah memperlihatkan garis-garis Vogt
irregular. Tidak didapatkan
kelainan seperti garis dari Vogt, yang hilang dengan melakukan penekanan yang ringan
tanda Munson atau cincin dari pada bola mata.
Fleischer. 4. Saraf-saraf kornea yang prominent mungkin tampak.
Keratometer memperlihatkan astigmatisme irregular
3. Fase Lanjut 4. Fase Hidrops Akut
Fase lanjut ditandai dengan: 1. Suatu keadaan akut dimana cairan aqueous
• Penipisan kornea yang progresif masuk ke kornea karena adanya robekan pada
lebih dari sepertiga ketebalan
kornea. membran Descement. Hal ini menyebabkan
• Visus jelek karena miopia astigmat turunnya visus secara mendadak disertai tidak
irreguler yang berat. nyaman dan epifora.
• Adanya tanda dari Munson. 2. Diterapi dengan pemberian tetes mata salin
• Pemeriksaan lampu celah bisa hipertonik, bebat mata atau lensa kontak lunak,
didapatkan cincin dari Flischer.
dan pemberian siklopegik untuk mengurangi
• Jaringan parut pada stroma kornea
pada kasus yang berat. nyeri siliaris.
Diagnosis banding
Prosedur Keratoplasti
1. Keratoplasti Tembus
Di indikasikan pada pasien
keratokonus yang timbul
jaringan parut pada apeks
dari kornea dan pasien yang
tidak bisa dikoreksi atau
tidak toleran terhadap lensa
kontak.
2. Keratoplasti Lamellar Dalam
(deep lamellar keratoplasty/DLK)
Keratoplasti lamellar adalah
prosedur transplantasi kornea
dengan ketebalan tertentu.
3. Keratoplasti Termal (Thermokeratoplasti)
Membuat kornea lebih flat/datar dengan menggunakan
aplikasi panas. Sumber panas yang bisa digunakan
adalah Laser holmium-YAG non kontak
• Prosedur Ablatio Kornea
A. Ablasi Kornea Dengan Laser Eksimer
(Excimer Laser)
Tujuan ablasi kornea dengan laser pada
keratokonus ialah:
1. Sebagai terapi pasien keratokonus yang
tidak toleran dengan lensa kontak karena
adanya nebula. Pengambilan jaringan
parut tersebut dapat meningkatkan
toleransi pasien keratokonus terhadap
penggunaan lensa kontak.
2. Sebagai prosedur refraksi untuk
meratakan kerucut dan mengurangi
astigmatisme, meningkatkan toleransi
pemakaian kaca mata dan lensa kontak.
B. LASIK (Laser in Situ Keratomileus)
Lasik digunakan untuk menangani
miopia astigmatisme pada pasien
dengan keratokonus, terutama pada
stadium forme-fruste. Namun pada
observasi lebih lanjut ditemukan
adanya regresi dari visus akibat
progresifitas dari keratokonusnya dan
pada akhirnya juga memerlukan
tindakan keratoplasti
Prosedur Addisi Kornea
A. Epikeratoplasti
Epikeratoplasti bertujuan membuat kornea berubah bentuk dengan cara
menambahkan jaringan kornea donor yang telah dipahat. Walaupun visus
paska keratoplasti tembus lebih baik daripada epikeratoplasti, namun
epikeratoplasti tetap direkomendasikan sebagai alternatif bedah untuk
pasien yang tidak dianjurkan dilakukan keratoplasti tembus, seperti pasien
dengan sindroma Down atau atlet profesional.
B. Lensa Intraokular Fakik
Lensa intraokular fakik semakin populer penggunaannya. Miopia sering
berhubungan dengan keratokonus. Pada beberapa pasien degan kornea
yang masih jernih namun sudah tidak dapat toleran terhadap lensa maka
cara ini dapat dipertimbangkan.