Anda di halaman 1dari 4

1.

Hubungan hipertensi dengan sakit kepala


 selama krisis hipertensi, tekanan darah penderita naik ke tingkat kritis. Kondisi
tersebut bisa menekan bagian tengkorak dan menyebabkan sakit kepala hebat atau
pusing berat.
 Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi ketika tekanan darah pada
pembuluh darah arteri meningkat. Tekanan darah normal manusia berkisar di 120/80
mmHg. Jika angka ini menginjak 140/90 mmHg atau lebih, berarti Anda mengidap
hipertensi.
 Waspadalah dengan hipertensi. Ada sederet komplikasi yang bisa terjadi karenanya,
seperti penyakit jantung, stroke, bahkan kematian. Oleh sebab itu, penting untuk
memeriksa tekanan darah secara berkala.
 The American Heart Association (AHA) menyatakan bahwa sakit kepala bukanlah
gejala hipertensi. Memang penderita hipertensi dapat mengalami sakit kepala, tetapi
tidak semua penderita akan mengalaminya.

 Penderita hipertensi memang kerap mengalami sakit kepala hebat. Kondisi ini
biasanya ditandai dengan tekanan darah yang melonjak tinggi secara mendadak dan
dapat menimbulkan kerusakan di berbagai organ tubuh dalam waktu cepat.

 Jika Anda merasakan sakit kepala hebat, bisa jadi Anda mengalami hipertensi
maligna. Kondisi ini merupakan tekanan darah yang sangat tinggi dan serius,
sehingga memerlukan perawatan medis segera.

 Selain itu, biasanya terdapat keluhan lain seperti penglihatan buram, nyeri dada, dan
muntah.

 Hipertensi maligna dapat menyebabkan gagal ginjal, serangan jantung, stroke, dan
kematian. Jika Anda atau keluarga mengalami tanda dan gejala tersebut, segeralah
ke rumah sakit.

2. Komplikasi HIPERTENSI :

 Hipertensi yang tidak diobati dan dikendalikan dengan baik secara perlahan akan
menimbulkan komplikasi pada berbagai organ. Pada otak, hipertensi dapat
mencetuskan stroke serta demensia yang terjadi lebih dini. Pada jantung, hipertensi bisa
menyebabkan penyakit jantung koroner dan gagal jantung.

 Kemudian pada ginjal, tekanan darah yang tak terkontrol akan menyebabkan gagal ginjal
kronik. Pada daerah kelamin, hipertensi bisa memicu timbulnya disfungsi seksual. Selain itu,
tak jarang, hipertensi dapat berujung pada kematian mendadak (sudden death).

 Sekitar 90 persen kasus hipertensi memang tak memiliki gejala apapun. Oleh karena itu,
umumnya hipertensi ditemukan secara tak sengaja saat seseorang menjalani pemeriksaan
kesehatan secara menyeluruh. Atau pada kondisi yang lebih berat, hipertensi baru diketahui
saat berbagai komplikasi sudah terjadi.

3. PERESEPAN OBAT ANTI HIPERTENSI

 Namun, sebagian besar pasien memerlukan obat anti hipertensi seumur hidup
dengan kombinasi lebih dari satu obat. Kondisi ini mendasari begitu banyak jenis
obat anti hipertensi yang beredar di pasaran. Di lain pihak hal ini menimbulkan
kompleksitas bagi klinisi dalam pemilihan obat anti hipertensi mana yang paling
efektif dan tepat diberikan berdasarkan kondisi spesifik pasien yang dihadapi.
Klinisi dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan indikasi memulai terapi
farmakologi, target kendali tekanan darah (TD), dan jenis anti hipertensi yang
harus dipilih. Pedoman penatalaksanaan hipertensi sangat diperlukan oleh para
dokter untuk mencegah terjadinya komplikasi kardio-serebrovaskuler.

 JNC-8 yang menyatakan bahwa batas inisiasi terapi adalah 140/90 mmHg untuk
dewasa umur 60 tahun.9

 target tekanan darah adalah < 140/90 mmHg untuk hipertensi uncomplicated dan
target yang lebih rendah

 Berdasarkan analisis dari berbagai penelitian didapatkan beberapa hal yang


penting dalam penatalaksanaan hipertensi.

1. Penurunan tekanan darah sangat penting dalam menurunkan risiko mayor


kejadian kardiovaskuler pada pasien hipertensi, jadi prioritas utama dalam terapi
hipertensi adalah mengontrol tekanan darah

2. Penelitian pendahuluan memfokuskan pada pengobatan tekanan darah diastolik


tetapi tekanan darah sistolik lebih sulit dikontrol dan lebih berpengaruh pada
outcome kardiovaskuler.

3. Monoterapi jarang bisa mengontrol tekanan darah, dan banyak pasien


memerlukan lebih dari 1 obat anti hipertensi

4. Respon terhadap berbagai klas anti hipertensi adalah heterogen, beberapa


pasien mungkin akan berespon lebih baik dari pasien yang lain.

5. Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa penyakit komorbiditas seperti


diabetes, dan kerusakan target organ seperti LVH dan CKD mengindikasikan
pemilihan klas obat yang spesifik dalam terapi hipertensi tetapi hal ini jangan
sampai menyampingkan pentingnya kontrol tekanan darah.
6. Penurunan tekanan darah 20/10 mmHg pada pasien hipertensi akan
menurunkan 50% risiko kejadian kardiovaskuler.

 terapi awal pada hipertensi primer. Sebelumnya guideline JNC VII


merekomendasikan thiazide dosis rendah. JNC VIII saat ini merekomendasikan
ACE-inhibitor, ARB, diuretic thiazide dosis rendah, atau CCB untuk pasien yang
bukan ras kulit hitam. Terapi awal untuk ras kulit hitam yang direkomendasikan
adalah diuretic thiazide dosis rendah atau CCB. Di lain pihak guideline Eropa
terbaru merekomendasikan 5 golongan obat sebagai terapi awal yaitu ACE-
inhibitor, ARB, diuretic thiazide dosis rendah, CCB atau -blocker berdasarkan
indikasi khusus (Gambar 1).

 Jika target TD tidak tercapai dalam waktu satu bulan pengobatan, maka dapat
dilakukan peningkatan dosis obat awal atau dengan menambahkan obat kedua
dari salah satu kelas (diuretik thiazide, CCB , ACEI , atau ARB ).

Anda mungkin juga menyukai