Pendamping:
dr. Tintin Supriatin
Penyusun :
dr. Stefanie
Pendamping
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn S
Jenis Kelamin : Lelaki
Umur : 62 tahun
Nomor RM : 001xxxxx
Agama : Islam
Status Perkawinan : Sudah menikah
Masuk RS : 21/11/2019
Riwayat Pekerjaan
Pasien memiliki riwayat bekerja sebagai kontraktor. Riwayat mengangkat barang berat (+).
Saat ini pasien sudah pensiun.
Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok (+)
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum dan Kesadaran : Tampak sakit sedang, Compos Mentis
Tanda Vital
TD : 140/80 mmHg
HR : 80x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36.70C
Status Generalis
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), Refleks cahaya (+/+), isokor
(± 3mm)
Hidung : Bentuk normal, sekret (-), napas cuping hidung (-)
Telinga : Bentuk normal, discharge (-/-)
Mulut : Bentuk normal, sianosis (-), stomatitis (-)
Leher : KGB tidak membesar
Thorax :
Paru-paru
- Inspeksi : Hemithorax dextra dan sinistra simetris inspirasi dan ekspirasi,
retraksi dada (-)
- Palpasi : Stem fremitus sama kanan kiri, benjolan (-)
- Perkusi : Sonor di semua lapang
- Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-
Jantung
- Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak tampak
- Palpasi : Iktus cordis teraba
- Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : Bunyi jantung I II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Datar
- Auskultasi : Bising usus (+)
- Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba
- Perkusi : Timpani di seluruh abdomen
Ekstremitas : Edema (-), CRT < 2 detik
St. Lokalis: Inguinal dextra:
Saat pasien berbaring: Tidak tampak dan teraba benjolan
Saat pasien berdiri dan mengejan: Tampak benjolan di inguinal dextra sebesar telur
ayam, BU (+), ketika dimasukan dengan jari benjolan hilang.
3. Pemeriksaan Penunjang
PEMERIKSAAN DARAH (21 November 2019)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hematologi
Hemoglobin 13.0 g/dL 14-18
Hematokrit 46.00 % 40-54
Lekosit 10.4 10^3/uL 4.5-11.5
Trombosit 299 10^3/uL 150-450
Eritrosit 4.73 10^6/uL 4.60-6.00
Hitung Jenis
Basofil 1 % 0-1
Eosinofil 3 % 1-3
Neutrofil Segmen 56 % 50-70
Limfosit 34 % 20-40
Monosit 3 % 2-8
Elektrolit
Natrium 137 mmol/L 135-145
Kalium 4.3 mmol/L 3.5-5.5
Klorida (Cl) 101 mmol/L 96-106
Kalsium Ion (Ca++) 1.09 mmol/L PI heparin: 1.03-1.23
Serum: 1.12-1. 32
Glukosa Sewaktu 88 mg/dL 70-120
Kimia Klinik
Ureum 41 mg/dL 19.0-44.0
Kreatinin 0.9 mg/dL 0.73-1.18
Serologi
Anti HIV Screening 1 Non Reaktif Non reaktif Non Reaktif: < 1.00
Reaktif: >= 1.00
HbsAg (Rapid) Non Reaktif Non reaktif
INR
Kontrol 1.02
PT-INR 0.99 0.81-1.21
Waktu Protrombin
PT (Kontrol) 11.4 Detik
PT (Pasien) 10.7 Detik 9.2-12.4
APTT
APTT (Kontrol) 34.0 Detik
APTT (Pasien) 37.8 Detik 29.0-40.2
FOTO THORAX
Thorax PA tgl 5 Juli 2019
III. RESUME
Telah diperiksa Tn. S usia 62 tahun yang datang dengan keluhan benjolan di lipat
paha kanan sejak 1 tahun yang lalu. Benjolan hilang timbul. Benjolan hilang bila tiduran
dan dimasukan dengan jari. Benjolan muncul bila berdiri atau batuk. Riwayat nyeri perut
dan nyeri area lipatan paha kanan (+). Keluhan mual muntah (-), gangguan BAB.
Pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital baik. Pada pemeriksaan inguinal dextra
tidak tampak dan teraba benjolan saat pasien berbaring sedangkan saat pasien berdiri
dan mengejan tampak benjolan di inguinal dextra sebesar telur ayam, BU (+), ketika
dimasukan dengan jari benjolan hilang. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil
dalam batas normal.
IV. DIAGNOSIS KERJA
Hernia Inguinal Lateralis Dextra Reponibel
V. TATALAKSANA
Vicilline 1 gram 1 jam pre operasi
Pro Hernioraphy tgl 22/11/19
Pasang DC saat mau operasi
FOLLOW UP
Tanggal Keterangan
22 November S: Nyeri pada luka bekas operasi
2019 O: KU CM, TD: 130/80 mmHg, HR: 90x/menit, RR: 20 x/menit,
Suhu: 36.40C
Luka post op: Tertutup perban, rembes (-)
A: Hernia Inguinal lateralis Dextra Post Hernioraphy
P:
Observasi kesadaran, TTV, Urin dan BU
O2 nasal 2 lpm
Posisi kepala 30 derajat
Aminofluid 2000 cc/24 jam
Vicilline 3x1 gram
Inj. Ketorolac 3x30 mg
23 November S: Nyeri pada luka bekas operasi. BAB (+) hari ini.
2019 O: KU CM, TD: 140/90 mmHg, HR: 92x/menit, RR: 20 x/menit,
Suhu: 36.70C
Luka post op: Tertutup perban, rembes (-)
A: Hernia Inguinal lateralis Dextra Post Hernioraphy H+1
P:
Observasi kesadaran, TTV dan Luka post op
RL 500 cc/12 jam
Vicilline 3x1 gram
Inj. Ketorolac 3x30 mg
Aff DC
24 November S: Pasien rencana pulang hari ini, keluhan (-)
2019 O: KU CM, TD: 140/70 mmHg, HR: 70x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu:
36.90C
Luka post op: Tertutup perban, rembes (-)
A: Hernia Inguinal lateralis Dextra Post Hernioraphy H+2
P:
Acc rajal hari ini
Obat pulang: Cefixime 2x100 mg dan Asam mefenama t 3x500
mg
TINJAUAN PUSTAKA
HERNIA INGUINALIS
DEFINISI
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan. Hernia inguinal lateralis adalah hernia yang melalui anulus
inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis
inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia terdiri atas
cincin, kantong, dan isi hernia.
PATOFISIOLOGI
Hernia inguinalis dapat terjadi pada bayi dan anak karena 99% adalah anomali kongenital.
Kejadian lebih banyak terjadi pada laki-laki lebih daripada perempuan. Faktor penyebab yang
berperanan penting adalah pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup
lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong hernia dan isi hernia (prosesus vaginalis yang
terbuka).
Mayoritas hernia inguinalis pada anak adalah hernia inguinalis lateralis akibat dari
prosesus vaginalis yang tidak tertutup. Pada janin, gonad mulai berkembang selama 6 minggu
kehamilan, ketika sel benih primordial berpindah dari kantung telur (yolk sac) ke rigi gonad,
gubernakulum ligamentosa terbentuk dan turun pada salah satu sisi abdomen pada kutub
inferior gonad dan melekat pada permukaan dalam lipatan labium-skrotum. Selama
perjalanan turun, gubernakulum melewati dinding anterior abdomen pada tempat cincin
inguinalis interna dan kanalis inguinalis. Prosesus vaginalis merupakan penonjolan di
vertikulum peritoneum yang terbentuk tepat sebelah ventral gubernakulum dan berherniasi
melalui dinding abdomen dengan gubernakulum kedalam kanalis inguinalis.
Testis yang pada mulanya terletak didalam rigi urogenital di retroperitoneum, turun ke
daerah cincin dalam pada sekitar umur kehamilan 28 hingga 36 minggu. Penurunan testis
melalui kanalis inguinalis diatur oleh hormon androgen dan faktor mekanis (peningkatan
tekanan abdomen), testis turun kedalam skrotum pada umur kehamilan 29 minggu. Setiap
testis turun melalui kanalis inguinalis eksterna ke prosesus vaginalis, ovarium juga turun
kedalam pelvis dari rigi urogenital tetapi tidak keluar dari rongga abdomen. Bagian kranial
gubernakulum berdiferensiasi menjadi ligamentum ovarii, dan bagian inferior gubernakulum
menjadi ligamentum teres uteri, yang masuk melalui cincin dalam, ke dalam labia mayor,
prosesus vaginalis pada anak wanita meluas kedalam labia mayor melalui kanalis inguinalis.
Selama beberapa minggu terakhir kehamilan, lapisan prosesus vaginalis secara normal
berfusi bersama dan berobliterasi masuk ke dalam saluran inguinal di sekitar cincin interna.
Kegagalan obliterasi mengakibatkan berbagai anomali inguinal. Kegagalan total obliterasi
akan menghasilkan hernia inguinalis total. Obliterasi distal dengan bagian distal patensi akan
menghasilkan hernia inguinalis lateralis.
ETIOLOGI
Ada beberapa penyebab terjadinya hernia:
- Adanya prosesus vaginalis yang terbuka
- Peninggian tekanan di dalam rongga perut (kehamilan, batuk kronis, pekerjaan
mengangkat beban berat, mengejan pada saat defekasi dan miksi)
- Kelemahan otot dinding perut karena usia
KLASIFIKASI
1. Hernia Inguinalis Direk (Medialis)
Hernia inguinalis direk terjadi sekitar 15% dari semua hernia inguinalis. Kantong hernia
inguinalis direk menonjol langsung ke anterior melalui dinding posterior kanalis inguinais
medial terhadap arteria dan vena epigastrika inferior, karena adanya gabungan insersio
musculus obliquus internus abdominis dan musculus transversus abdominis yang kuat.
Hernia ini biasanya hanya merupakan penonjolan biasa, oleh karena itu leher kantong
hernia lebar. Hernia inguinalis direk jarang pada perempuan, dan sebagian besar bersifat
bilateral.
TATALAKSANA
Tatalaksana medis dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:
1. Hernioplasty: memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding
belakang.
2. Herniotomi: Pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi
hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit
dan diikat setinggi mungkin lalu dipotong
3. Hernioraphy: Mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menurup
celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus dan muskulus
oblikus internus abdominis ke ligament inguinal
Tatalaksana konservatif:
1. Istirahat di tempat tidur dan menaikan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan
menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong
2. Celana penyangga
3. Istirahat baring
4. Pengobatan dengan pemberian obat anti nyeri, antibiotik, pencahar untuk pelunak
tinja
5. Diet cair sampai fungsi GI kembali normal
KOMPLIKASI
1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut hernia inguinalis ireponibel. Pada
keadaan ini belum terjadi gangguan pasase usus. Isi hernia yang paling sering
menyebabkan keadaan gangguan pasase adalah omentum, karena mudah melekat pada
dinding hernia dan isisnya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak.
2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk.
Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskuler
(strangulata). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata. Pada keadaan strangulata
akan timbul gejala ileus, yaitu perut terasa kembung, mual muntah dan obstipasi. Pada
kondisi strangulata nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolah menjadi
merah dan pasien gelisah.
PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada jenis dan ukuran hernia, serta pada kemampuan untuk mengurangi
faktor risiko yang terkait dengan perkembangan hernia. Secara umum prognosisnya baik
apabila di diagnosis dan di terapi tepa waktu. Prognosis hernia inguinalis pada bayi dan anak
sangat baik. Insiden terjadinya komplikasi pada anak hanya sekitar 2%. Insiden infeksi
pascah bedah mendekati 1%, dan rekuren kurang dari 1%. Meningkatnya insiden rekuren
ditemukan bila ada riwayat inkarserata atau strangulasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Available from:
http://repository.ump.ac.id/2264/3/ADE%20WEGI%20PAMBUDI%20BAB%20II.pdf
2. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/64213/Chapter%20II.pdf?sequenc
e=3&isAllowed=y
3. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB, etc.
Schwartz’s principles of surgery. McGraw Hill Education: New York. 2015.
4. Hospital Care for Children. Hernia inguinalis lateralis. Available from:
http://www.ichrc.org/946-hernia-inguinalis-lateralis
5. Inguinal hernia: Anatomy and management. Available from:
https://www.medscape.org/viewarticle/420354_5
6. Rather AA. Abdominal hernias. 2019 July. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/189563-overview