Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

HERNIA INGUINALIS LATERALIS DEXTRA REPONIBEL

Pendamping:
dr. Tintin Supriatin

Penyusun :
dr. Stefanie

RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG


MEI 2019-MEI 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : dr. Stefanie


Tempat : RSUD Kota Tangerang
Periode : Mei 2019- Mei 2020
Judul : Hernia Inguinalis lateralis dextra reponibel
Pendamping : dr. Tintin Supriatin

Pendamping

dr. Tintin Supriatin


LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn S
Jenis Kelamin : Lelaki
Umur : 62 tahun
Nomor RM : 001xxxxx
Agama : Islam
Status Perkawinan : Sudah menikah
Masuk RS : 21/11/2019

II. DATA DASAR


1. Anamnesis (Autoanamnesis atau Alloanamnesis)
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 21 November
2019 jam 15.00 di ruang Jati RSUD Kota Tangerang.
Keluhan Utama : Benjolan di lipat paha kanan

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poliklinik dengan keluhan benjolan di lipat paha kanan sejak 1 tahun
yang lalu. Benjolan hilang timbul. Benjolan hilang bila tiduran dan dimasukan dengan jari.
Benjolan muncul bila berdiri atau batuk. Riwayat nyeri perut dan nyeri area lipatan paha
kanan (+). Keluhan mual muntah (-), gangguan BAB (-). BAK biasa.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit HT, DM, ginjal, liver, jantung disangkal.
Riwayat keluhan serupa dahulu namun hilang sendiri.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit HT, DM, ginjal, liver, jantung disangkal.

Riwayat Pekerjaan
Pasien memiliki riwayat bekerja sebagai kontraktor. Riwayat mengangkat barang berat (+).
Saat ini pasien sudah pensiun.
Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok (+)

2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum dan Kesadaran : Tampak sakit sedang, Compos Mentis
Tanda Vital
 TD : 140/80 mmHg
 HR : 80x/menit
 RR : 20 x/menit
 Suhu : 36.70C

Status Generalis
 Kepala : Normocephali
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), Refleks cahaya (+/+), isokor
(± 3mm)
 Hidung : Bentuk normal, sekret (-), napas cuping hidung (-)
 Telinga : Bentuk normal, discharge (-/-)
 Mulut : Bentuk normal, sianosis (-), stomatitis (-)
 Leher : KGB tidak membesar
 Thorax :
Paru-paru
- Inspeksi : Hemithorax dextra dan sinistra simetris inspirasi dan ekspirasi,
retraksi dada (-)
- Palpasi : Stem fremitus sama kanan kiri, benjolan (-)
- Perkusi : Sonor di semua lapang
- Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-
Jantung
- Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak tampak
- Palpasi : Iktus cordis teraba
- Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : Bunyi jantung I II regular, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
- Inspeksi : Datar
- Auskultasi : Bising usus (+)
- Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba
- Perkusi : Timpani di seluruh abdomen
 Ekstremitas : Edema (-), CRT < 2 detik
 St. Lokalis: Inguinal dextra:
Saat pasien berbaring: Tidak tampak dan teraba benjolan
Saat pasien berdiri dan mengejan: Tampak benjolan di inguinal dextra sebesar telur
ayam, BU (+), ketika dimasukan dengan jari benjolan hilang.

3. Pemeriksaan Penunjang
PEMERIKSAAN DARAH (21 November 2019)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hematologi
Hemoglobin 13.0 g/dL 14-18
Hematokrit 46.00 % 40-54
Lekosit 10.4 10^3/uL 4.5-11.5
Trombosit 299 10^3/uL 150-450
Eritrosit 4.73 10^6/uL 4.60-6.00
Hitung Jenis
Basofil 1 % 0-1
Eosinofil 3 % 1-3
Neutrofil Segmen 56 % 50-70
Limfosit 34 % 20-40
Monosit 3 % 2-8
Elektrolit
Natrium 137 mmol/L 135-145
Kalium 4.3 mmol/L 3.5-5.5
Klorida (Cl) 101 mmol/L 96-106
Kalsium Ion (Ca++) 1.09 mmol/L PI heparin: 1.03-1.23
Serum: 1.12-1. 32
Glukosa Sewaktu 88 mg/dL 70-120

Kimia Klinik
Ureum 41 mg/dL 19.0-44.0
Kreatinin 0.9 mg/dL 0.73-1.18

Serologi
Anti HIV Screening 1 Non Reaktif Non reaktif Non Reaktif: < 1.00
Reaktif: >= 1.00
HbsAg (Rapid) Non Reaktif Non reaktif
INR
Kontrol 1.02
PT-INR 0.99 0.81-1.21
Waktu Protrombin
PT (Kontrol) 11.4 Detik
PT (Pasien) 10.7 Detik 9.2-12.4
APTT
APTT (Kontrol) 34.0 Detik
APTT (Pasien) 37.8 Detik 29.0-40.2

FOTO THORAX
Thorax PA tgl 5 Juli 2019

III. RESUME
Telah diperiksa Tn. S usia 62 tahun yang datang dengan keluhan benjolan di lipat
paha kanan sejak 1 tahun yang lalu. Benjolan hilang timbul. Benjolan hilang bila tiduran
dan dimasukan dengan jari. Benjolan muncul bila berdiri atau batuk. Riwayat nyeri perut
dan nyeri area lipatan paha kanan (+). Keluhan mual muntah (-), gangguan BAB.
Pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital baik. Pada pemeriksaan inguinal dextra
tidak tampak dan teraba benjolan saat pasien berbaring sedangkan saat pasien berdiri
dan mengejan tampak benjolan di inguinal dextra sebesar telur ayam, BU (+), ketika
dimasukan dengan jari benjolan hilang. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil
dalam batas normal.
IV. DIAGNOSIS KERJA
Hernia Inguinal Lateralis Dextra Reponibel

V. TATALAKSANA
 Vicilline 1 gram 1 jam pre operasi
 Pro Hernioraphy tgl 22/11/19
 Pasang DC saat mau operasi

FOLLOW UP
Tanggal Keterangan
22 November S: Nyeri pada luka bekas operasi
2019 O: KU CM, TD: 130/80 mmHg, HR: 90x/menit, RR: 20 x/menit,
Suhu: 36.40C
Luka post op: Tertutup perban, rembes (-)
A: Hernia Inguinal lateralis Dextra Post Hernioraphy
P:
 Observasi kesadaran, TTV, Urin dan BU
 O2 nasal 2 lpm
 Posisi kepala 30 derajat
 Aminofluid 2000 cc/24 jam
 Vicilline 3x1 gram
 Inj. Ketorolac 3x30 mg
23 November S: Nyeri pada luka bekas operasi. BAB (+) hari ini.
2019 O: KU CM, TD: 140/90 mmHg, HR: 92x/menit, RR: 20 x/menit,
Suhu: 36.70C
Luka post op: Tertutup perban, rembes (-)
A: Hernia Inguinal lateralis Dextra Post Hernioraphy H+1
P:
 Observasi kesadaran, TTV dan Luka post op
 RL 500 cc/12 jam
 Vicilline 3x1 gram
 Inj. Ketorolac 3x30 mg
 Aff DC
24 November S: Pasien rencana pulang hari ini, keluhan (-)
2019 O: KU CM, TD: 140/70 mmHg, HR: 70x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu:
36.90C
Luka post op: Tertutup perban, rembes (-)
A: Hernia Inguinal lateralis Dextra Post Hernioraphy H+2
P:
 Acc rajal hari ini
 Obat pulang: Cefixime 2x100 mg dan Asam mefenama t 3x500
mg
TINJAUAN PUSTAKA
HERNIA INGUINALIS

DEFINISI
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan. Hernia inguinal lateralis adalah hernia yang melalui anulus
inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis
inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia terdiri atas
cincin, kantong, dan isi hernia.

PATOFISIOLOGI
Hernia inguinalis dapat terjadi pada bayi dan anak karena 99% adalah anomali kongenital.
Kejadian lebih banyak terjadi pada laki-laki lebih daripada perempuan. Faktor penyebab yang
berperanan penting adalah pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup
lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong hernia dan isi hernia (prosesus vaginalis yang
terbuka).
Mayoritas hernia inguinalis pada anak adalah hernia inguinalis lateralis akibat dari
prosesus vaginalis yang tidak tertutup. Pada janin, gonad mulai berkembang selama 6 minggu
kehamilan, ketika sel benih primordial berpindah dari kantung telur (yolk sac) ke rigi gonad,
gubernakulum ligamentosa terbentuk dan turun pada salah satu sisi abdomen pada kutub
inferior gonad dan melekat pada permukaan dalam lipatan labium-skrotum. Selama
perjalanan turun, gubernakulum melewati dinding anterior abdomen pada tempat cincin
inguinalis interna dan kanalis inguinalis. Prosesus vaginalis merupakan penonjolan di
vertikulum peritoneum yang terbentuk tepat sebelah ventral gubernakulum dan berherniasi
melalui dinding abdomen dengan gubernakulum kedalam kanalis inguinalis.
Testis yang pada mulanya terletak didalam rigi urogenital di retroperitoneum, turun ke
daerah cincin dalam pada sekitar umur kehamilan 28 hingga 36 minggu. Penurunan testis
melalui kanalis inguinalis diatur oleh hormon androgen dan faktor mekanis (peningkatan
tekanan abdomen), testis turun kedalam skrotum pada umur kehamilan 29 minggu. Setiap
testis turun melalui kanalis inguinalis eksterna ke prosesus vaginalis, ovarium juga turun
kedalam pelvis dari rigi urogenital tetapi tidak keluar dari rongga abdomen. Bagian kranial
gubernakulum berdiferensiasi menjadi ligamentum ovarii, dan bagian inferior gubernakulum
menjadi ligamentum teres uteri, yang masuk melalui cincin dalam, ke dalam labia mayor,
prosesus vaginalis pada anak wanita meluas kedalam labia mayor melalui kanalis inguinalis.
Selama beberapa minggu terakhir kehamilan, lapisan prosesus vaginalis secara normal
berfusi bersama dan berobliterasi masuk ke dalam saluran inguinal di sekitar cincin interna.
Kegagalan obliterasi mengakibatkan berbagai anomali inguinal. Kegagalan total obliterasi
akan menghasilkan hernia inguinalis total. Obliterasi distal dengan bagian distal patensi akan
menghasilkan hernia inguinalis lateralis.

ETIOLOGI
Ada beberapa penyebab terjadinya hernia:
- Adanya prosesus vaginalis yang terbuka
- Peninggian tekanan di dalam rongga perut (kehamilan, batuk kronis, pekerjaan
mengangkat beban berat, mengejan pada saat defekasi dan miksi)
- Kelemahan otot dinding perut karena usia

KLASIFIKASI
1. Hernia Inguinalis Direk (Medialis)
Hernia inguinalis direk terjadi sekitar 15% dari semua hernia inguinalis. Kantong hernia
inguinalis direk menonjol langsung ke anterior melalui dinding posterior kanalis inguinais
medial terhadap arteria dan vena epigastrika inferior, karena adanya gabungan insersio
musculus obliquus internus abdominis dan musculus transversus abdominis yang kuat.
Hernia ini biasanya hanya merupakan penonjolan biasa, oleh karena itu leher kantong
hernia lebar. Hernia inguinalis direk jarang pada perempuan, dan sebagian besar bersifat
bilateral.

2. Hernia Inguinalis Indirek (Lateralis)


Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari
rongga peritoneum melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh
epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis, dan jika cukup
panjang, menonjol keluar dari annulus inguinalis ekternus.
Apabila hernia inguinalis lateralis berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini
disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada dalam muskulus kremaster terletak
anteromedial terhadap vas deferen dan struktur lain dalam funikulus spermatikus. Pada
anak, hernia inguinalis lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak
menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke
skrotum.
Hernia inguinalis indirek (lateralis) merupakan bentuk hernia yang paling sering
ditemukan dan diduga mempunyai penyebab kongenital. Hernia inguinalis lateralis adalah
hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa
epigastric inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar dari rongga perut melalui
anulus inguinalis eksternus. Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada
bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum yang disebut prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal,
sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun lebih dahulu maka kanalis
kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal kanalis yang terbuka ini akan menutup
pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan
timbul hernia inguinalis kongenital. Pada orang tua, kanalis tersebut telah menutup
namun karena lokus minoris resistensi maka pada keadaan yang menyebabkan peninggian
tekanan intra abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateralis akuisita.

TANDA & GEJALA


Gejala klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Gejala yang muncul biasanya
berupa adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau
mengedan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai. Bila ada biasa
keluhan berupa nyeri visceral area epigastrium atau periumbilikal.
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada saat inspeksi,
pasien diminta mengedan maka akan terlihat benjolan pada lipat paha, bahkan benjolan bisa
saja sudah nampak meskipun pasien tidak mengedan. Pada saat melakukan palpasi, teraba
benjolan yang kenyal, mungkin isinya berupa usus, omentum atau ovarium, juga dapat
ditentukan apakah hernia tersebut dapat didorong masuk dengan jari/direposisi. Sewaktu
aukultasi dapat terdengar bising usus dengan menggunakan stetoskop pada isi hernia yang
berupa usus.
DIAGNOSIS dan PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pembesaran pada inguinal/skrotum yang hilang timbul, muncul pada saat pasien
mengejan atau menangis dan menghilang pada saat pasien istirahat.
 Timbul di tempat korda spermatika keluar dari rongga abdomen.
 Berbeda dengan hidrokel; hidrokel terang dengan transiluminasi dan biasanya tidak
melebar ke arah kanalis inguinalis.
 Terkadang dapat pula terjadi pada pasien perempuan.

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada hernia adalah:


1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukan peningkatan
hematokrit, peningkatan leukosit dan ketidak seimbangan elektrolit
2. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan rontgen abdomen dapat menunjukan ada kadar gas abnormal dalam usus
atau obstruksi usus. Pemeriksaan USG dapat menentukan perbedaan massa yang terdapat
di inguinal.

TATALAKSANA
Tatalaksana medis dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:
1. Hernioplasty: memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding
belakang.
2. Herniotomi: Pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi
hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit
dan diikat setinggi mungkin lalu dipotong
3. Hernioraphy: Mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menurup
celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus dan muskulus
oblikus internus abdominis ke ligament inguinal

Tatalaksana konservatif:
1. Istirahat di tempat tidur dan menaikan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan
menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong
2. Celana penyangga
3. Istirahat baring
4. Pengobatan dengan pemberian obat anti nyeri, antibiotik, pencahar untuk pelunak
tinja
5. Diet cair sampai fungsi GI kembali normal

KOMPLIKASI
1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut hernia inguinalis ireponibel. Pada
keadaan ini belum terjadi gangguan pasase usus. Isi hernia yang paling sering
menyebabkan keadaan gangguan pasase adalah omentum, karena mudah melekat pada
dinding hernia dan isisnya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak.
2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk.
Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskuler
(strangulata). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata. Pada keadaan strangulata
akan timbul gejala ileus, yaitu perut terasa kembung, mual muntah dan obstipasi. Pada
kondisi strangulata nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolah menjadi
merah dan pasien gelisah.

PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada jenis dan ukuran hernia, serta pada kemampuan untuk mengurangi
faktor risiko yang terkait dengan perkembangan hernia. Secara umum prognosisnya baik
apabila di diagnosis dan di terapi tepa waktu. Prognosis hernia inguinalis pada bayi dan anak
sangat baik. Insiden terjadinya komplikasi pada anak hanya sekitar 2%. Insiden infeksi
pascah bedah mendekati 1%, dan rekuren kurang dari 1%. Meningkatnya insiden rekuren
ditemukan bila ada riwayat inkarserata atau strangulasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Available from:
http://repository.ump.ac.id/2264/3/ADE%20WEGI%20PAMBUDI%20BAB%20II.pdf
2. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/64213/Chapter%20II.pdf?sequenc
e=3&isAllowed=y
3. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB, etc.
Schwartz’s principles of surgery. McGraw Hill Education: New York. 2015.
4. Hospital Care for Children. Hernia inguinalis lateralis. Available from:
http://www.ichrc.org/946-hernia-inguinalis-lateralis
5. Inguinal hernia: Anatomy and management. Available from:
https://www.medscape.org/viewarticle/420354_5
6. Rather AA. Abdominal hernias. 2019 July. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/189563-overview

Anda mungkin juga menyukai