HERPES ZOSTER
Disusun oleh:
Natalia FDAS (01073180026)
Pembimbing:
KEPANITRAAN KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
SILOAM HOSPITALS LIPPO VILLAGE
PERIODE APRIL-MEI 2019
TANGERANG
BAB I
LAPORAN KASUS
1.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 25 April 2019
pukul 17.00 WIB di bangsal Rumah Sakit Umum Siloam Karawaci.
Keluhan Utama
Timbul lepuh disertai bercak kemerahan yang terasa nyeri di dada dan
punggung kiri sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan tambahan pasien berupa nyeri kepala, pegal pada otot dan sendi.
Pasien juga mengeluhkan lemas, mual dan muntah yang disertai kembung.
Keluhan mual, muntah dan pasien dirasakan sejak kurang lebih 2 bulan yang
lalu. Pasien menjelaskan bahwa frekuensi BAB pasien menurun menjadi
sekitar 2 kali dalam seminggu, dan konsistensinya keras, namun pasien
masih dapat buang gas. Pasien menyangkal adanya darah maupun lendir
pada BAB. Pasien juga mengeluhkan kembung. Pasien menejelaskan bahwa
keluhan mual, muntah dan kembung pasien menyebabkan napsu makannya
menurun. Pasien mengaku ada penurunan berat badan sekitar 2 kg sejak 2
bulan terakhir. Pasien menyangkal adanya keluhan demam dan sesak napas.
Pasien juga menyangkal adanya gangguan pengelihatan, pendengaran,
pergerakkan otot wajah, dan pusing berputar. Pasien menjelaskan bahwa
dirinya belum mencoba untuk meminum obat untuk menangani gejala yang
dirasakan
Riwayat Pengobatan
Pasien tidak memiliki riwayat konsumsi obat yang rutin.
Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 118 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu : 36.50C
Status Generalis
Kepala : Normocephal, bekas luka atau bekas operasi (-),
benjolan (-), rambut hitam dan tersebar secara
merata.
Gigi dan Mulut : Mukosa mulut lembab, gigi utuh, lidah normal,
palatum normal, pembesaran tonsil (-).
Thoraks :
Abdomen :
Status Dermatologis
Ad regio torakalis posterior sisi sinistra setinggi T5-T6 tampak lesi
eritematosa berkelompok ukuran miliar hingga lentikular dengan erosi dan
krusta.
Hematology
ESR 19 Mm/hours 0 - 20
Biochemistry
Electrolyte (Na,K,Cl)
1.5 RESUME
Pasien datang ke RSUS dengan keluhan utama berupa timbulnya lepuh
disertai bercak kemerahan yang terasa nyeri di bagian dada dan pungung sisi kiri
sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Lepuh timbul secara berkelompok,
awalnya berisi cairan jernih namun sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit tampak
menjadi keruh. Lepuh mulai pecah sehari setelahnya. Keluhan nyeri pada lesi
berkarakteristik perih tanpa adanya penjalaran, dan memburuk jika diraba. Skala
nyeri aawlnya mencapai 7/10 namun sejak 2 hari yang lalu berkurang menjadi 4/10.
Keluhan tambahan pasien berupa nyeri kepala dan pegal pada otot, lemas, mual,
muntah, kembung dan sulit tidur. Pasien memiliki riwayat pernah terkena cacar air.
Pada pemeriksaan fisik generalis ditemukan konjungtiva anemis, dan pallor pada
ekstremitas. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan bising usus yang menurun.
Pada pemeriksaan fisik kulit ditemukan di regio torakalis anterior sisi sinistra
setinggi T5-T6 tampak vesikel berkelompok dengan dasar eritematosa ukuran
miliar hingga lentikular, dan regio torakalis posterior sisi sinistra setinggi T5-T6
tampak lesi eritematosa berkelompok ukuran miliar hingga lentikular dengan erosi
dan krusta. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan hemoglobin, hematocrit, sel
darah merah, MCV, MCH, MCHC yang di bawah batas normal.
1.6 DIAGNOSIS
A. Diagnosis Kerja : Herpes Zoster, anemia mikrositik hipokrom,
susp. ileus obstruktif
B. Diagnosis Banding : Varisela, dermatitis venenata, herpes simpleks,
DKA, impetigo, pemphigus bulosa, pemphigus vulgaris
1.7 TATALAKSANA
A. Non-Medikamentosa :
• Omeprazole IV 50 40mg BD
• Tramadol PO 50 mg TDS
• Vitamin B Kompleks PO BD
• Gentamycin Cream 0.1%
1.9 PROGNOSIS
A. Quo Ad Vitam : bonam
B. Quo Ad Functionam : bonam
C. Quo Ad Sanactionam : bonam
D. Quo Ad Cosmeticam : bonam
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
PENDAHULUAN
Pasien memiliki riwayat penyakit cacar air pada saat usia SD. Pasien
berusia lanjut yaitu 60 tahun sehingga terjadi penurunan sistem imunitas tubuh
(immunosennesence). Didapatkan pula dari anamnesis bahwa pasien memiliki
napsu makan yang menurun akibat gejala mual, muntah, dan kembung yang diduga
merupakan suatu ileus obstruksi, dapat menyebabkan turunnya sistem imun
tubuh.11 Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan bahwa pasien mengalami
anemia mikrositik hipokrom yang diduga akibat defisiensi besi karena kurangnya
asupan makanan dan menurut prevalensi, penyebab tersering dari anemia
mikrpsitik hipokrom terutama pada pasien geriatri adalah anemia defisiensi besi.
Menurut suatu penelitian, anemia defisiensi besi berpengaruh terhadap penurunan
sistem imun karena anemia defisiensi diasosiasikan dengan gangguan imunitas
12
innate dan cell-mediated. Pasien juga mengeluhkan sulit tidur juga dapat
berkontribusi dalam penurunan sistem imunitas tubuh. 13
GEJALA KLINIS
Gejala prodromal yang mengawali biasanya berupa sensasi abnormal
atau nyeri otot lokal, nyeri tulang, pegal, paresthesia sepanjang dermatome, gatal,
rasa terbakar dari ringan sampai berat. Nyeri dapat menyerupai sakit gigi,
pleuritis, infark jantung, nyeri duodenum, kolesistitis, kolik ginjal atau empedu,
dan apendisitis. Gejala konstitusi seperti nyeri kepala, demam, dan malaise juga
dapat dijumpai. Gejala prodromal dapat berlangsung selama 1 hingga 10 hari,
namun pada umumnya timbul selama 2 hari.2
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS
Varisela merupakan infeksi primer dari VZV yang memiliki erupsi kulit
berupa papul yang kemudian berubah menjadi vesikel dengan dasar eritematosa
membentuk gambarin mirip tetesan embun (tear drops). Terdapat gambaran
polimorfi karena terdapat lesi baru yang muncul secara tidak bersamaan.
Penyebaran terutama di daerah badan kemudian menyebar secara sentrifugal ke
wajah dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut, dan
saluran napas bagian atas. 2
Pada pasien ini ditemukan gambaran lesi yang mirip dengan lesi pada
herpes simpleks, namun tempat predileksi herpes simpleks yaitu pada daerah
sekitar mulut dan genitalia kurang sesuai dengan yang dialami pasien. Umur
pasien yang sudah lanjut juga tidak sesuai dengan epidemiologi pada penyakit
ini yaitu anak-anak dan pada dekade ke-2 dan ke-3. Pada anamnesis pasien juga
menyangkal adanya riwayat kontak dengan orang yang dengan gejala herpes
simpleks.
Pada pasien ini, DKA menjadi diagnosis banding karena lesi vesikel
berdasar eritema berbatas tegas pasien timbul di daerah yang terpapar dengan
bra. Namun pasien mengalami gejala prodromal, dan lesi yang timbul pada
pasien terjadi secara unilateral di mana tidak semua bagian yang terpapar bra
timbul lesi sehingga diagnosa lebih mengarah ke herpes zoster.
PENATALAKSANAAN
Pada pasien ini tidak diberikan antivirus karena saat pasien datang,
lesi telah muncul selama 7 hari sehingga pemberian antivirus sudah tidak lagi
efektif. Pasien diberikan analgetik berupa tramadol yang merupakan obat
anti-nyeri non-opioid. Pasien diberikan Vitamin B kompleks (vitain B1, B6,
B12) yang merupakan agen neurotropik yang bersifat protektif terhadap saraf
sehingga mencegah komplikasi saraf.14 Pengobatan topikal yang diberikan
pada pasien ini adalah Gentamycin cream 0.1%yang merupakan antibiotik,
diberikan untuk mencegah infeksi sekunder pada vesikel-vesikel yang telah
ruptur oleh bakteri.
KOMPLIKASI
PENCEGAHAN
PROGNOSIS
Dengan menghilangkan semua lesi yang ada, penyakit ini tidak atau
jarang residif. 2
DAFTAR PUSTAKA
2. Menaldi, S. (2017). Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Enk AH. Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition,
2-Volume Set. 9th ed. Vol. 1. New York: McGraw-Hill; 2019.
4. Buchbinder SP, Katz MH, Hessol NA, et al. Herpes zoster and human
immunodeficiency virus infection. J Infect Dis 1992; 166:1153.
7. Antonelli MA, Moreland LW, Brick JE. Herpes zoster in patients with rheumatoid
arthritis treated with weekly, low-dose methotrexate. Am J Med 1991; 90:295.
9. Kasper DL, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Lameson JL, Loscalzo J. Harrison's
Principles of Internal Medicine. New York, NY: McGraw-Hill Education; 2015:
p. 1183.
11. Karacabey K. The Effect of Nutritional Elements on the Immune System. Journal
of Obesity & Weight Loss Therapy. 2012;02(09).
12. Ahluwalia N, Sun J, Krause D, Mastro A, Handte G. Immune function is impaired
in iron-deficient, homebound, older women. The American Journal of Clinical
Nutrition. 2004;79(3):516-521.
14. RATTNER H, ROLL H. HERPES ZOSTER AND VITAMIN B1. Journal of the
American Medical Association. 1939;112(25):2585.
15. Helm TN. Allergic Contact Dermatitis [Internet]. Medscape. 2019 [cited 2019 May
5]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1049216-clinical#b1
16. Marks JG, Miller JJ. Lookingbill and Marks’ Principles of Dermatology. 6th ed.
Elsevier; 2019.
17. Zeina B. Pemphigus Vulgaris [Internet]. Medscape. 2018 [cited 2019 May 5].
Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1049216-clinical#b1