Anda di halaman 1dari 2

BAB III

KESIMPULAN

Pioderma merupakan suatu spektrum luas dari penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri.
Pioderma mencakup infeksi bakteri seperti impetigo, folikulitis, furunkel, karbunkel, ektima, pionikia,
erisipelas, selulitis, necrotizing fasciitis, hidradenitis, dan SSSS. Sebagian besar kasus disebabkan oleh
stafilokokus, namun dapat juga disebabkan oleh streptokokus atau infeksi campuran pada kasus-kasus
tertentu terutama kasus yan berat yang lebih dalam. Gejala yang timbul secara umum adalah tanda-
tanda kardinal peradangan yaitu rubor (kemerahan), kalor (panas), tumor (pembengkakan/edema), dolor
(nyeri), dan function laesa (kehilangan fungsi).6,7,28

Staphylococcus sp. dan Streptococcus sp. merupakan bagian dari flora normal pada tubuh
manusia yang dapat berkolonisasi pada host yang sehat tanpa menimbulkan gejala atau asimpomatik.7
Namun pada keadaan tertentu di mana host yang memiliki penurunan sistem imunitas, seperti pada
pasien yang terserang HIV, atau mengkonsumsi obat-obatan imunosupresif, atau pada keadaan di mana
terdapat portal-of-entry bakteri ke seperti pada fisura atau luka kecil, maka bakteri tersebut dapat
menimbulkan suatu gejala yamg memiliki manifestasi klinis yang bervariasi mulai dari infeksi kulit
lokal seperti impetigo atau folikulitis hingga bakeremia dan sepsis.28 Bakteri dapat juga memproduksi
eksotoksin yang dapat menyebabkan epidermolisis.7,27,34 Oleh karena itu pada infeksi kulit yang
disebabkan oleh strain tertentu dari Staphylococcus aureus yang memproduksi eksotoksin yaitu
impetigo bulosa dan SSSS, bayi dan anak-anak termasuk dalam faktor resiko dikarenakan fungsi ginjal
yang belum sempurna sehingga sekresi dari eksotoksin terganggu.6,7

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan darah, dan kultur. Pada
umumnya pemeriksaan darah akan didapatkan leukositosis dan peningkatan marker peradangan seperti
CRP dan LED. Kultur dilakukan sebagai tes konfirmatori dan untuk terapi antibiotik yang spesifik.
Penunjang lain seperti pencitraan dan histopatologi dapat pula dilakukan untuk jenis pioderma tertentu
untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding.28

Prinsip tatalaksana adalah terapi antibiotik, imobilisasi bagian yang sakit, terapi suportif dan
pada kasus yang berat dan abses diperlukan terapi pembedahan. Terapi antibiotik yang diberikan dapat
melalui rute topikal, oral atau intravena. Anitbiotik intravena yang diberikan disesuaikan dengan hasil
kultur dan tes sensitivitas, apabila tidak dilakukan atau hasil belum keluar, diberikan terapi antibiotik
empiris. Terapi suportif yang diberikan ditujukan untuk meredakan nyeri, menurunkan demam, dan
pada kasus tertentu seperti pada SSSS, rehidrasi cairan untuk keseimbangan cairan dan elektrolit. Terapi
pembedahan terutama ditujukan untuk menghilangkan fokus infeksi terbagi atas debridemen pada
daerah yang nekrosis dan insisi drainase untuk abses.27,34
Komplikasi yang dapat terjadi secara umum adalah perluasan infeksi lokal ke lokasi lain atau
secara sistemik dan bakteremia yang terjadi dapat berkembang menjadi sepsis dan kegagalan organ.28

6 Boediardja Siti A, Handoko R. Pioderma. In: Menaldi SL, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta : Badan Penerbit FKUI; 2016. p. 71–86.

7 Miller LS. Superficial Cutaneous Infection and Pyodermas. In: Fitzpatrick’s Dermatology
9th Edition, 2-Volume Set. 9th ed. New York : McGraw-Hill; 2019. p. 2719–45.

28 Skin and soft tissue infections – Knowledge for medical students and physicians [Internet].
Amboss.com 2019 [cited 19 April 2019]. Available from:
https://amboss.com/us/knowledge/Skin_and_soft_tissue_infections

27 Soutor C, Hordinsky M. Clinical Dermatology. 1th ed. New York: McGraw-Hill; 2013.

34 Staphylococcal scalded skin syndrome – Knowledge for medical students and physicians
[Internet]. Amboss.com 2019 [cited 19 April 2019]. Available from:
https://amboss.com/us/knowledge/Staphylococcal_scalded_skin_syndrome.

Anda mungkin juga menyukai