Anda di halaman 1dari 143

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU

LANSIA TERHADAP VAKSINASI COVID-19 DI KELURAHAN


PEJATEN BARAT KECAMATAN PASAR MINGGU KOTA
JAKARTA SELATAN

2021

SKRIPSI

Oleh :

NURMANSYAH AMIR
173112420150048

UNIVERSITAS NASIONAL

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

JAKARTA

2021

i
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU
LANSIA TERHADAP VAKSINASI COVID-19 DI KELURAHAN
PEJATEN BARAT KECAMATAN PASAR MINGGU KOTA
JAKARTA SELATAN

2021

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan


pada Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Nasional
Jakarta

Oleh :

NURMANSYAH AMIR
173112420150048

UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
JAKARTA

2021
SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU
LANSIA TERHADAP VAKSINASI COVID-19 DI KELURAHAN
PEJATEN BARAT KECAMATAN PASAR MINGGU KOTA
JAKARTA SELATAN

2021

Oleh:

NURMANSYAH AMIR

173112420150048

Telah dipertahankan didepan Pengujui SkripsiProgram Studi Keperawatan

Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Nasional

Pada tanggal 9 September 2021

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Ns.Milla Evelianti, M.KM) (Ns. Toto Suharyanto, M.Kep)


Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

(Dr. Retno Widowati, M.Si)

ii
Halaman Persetujuan Sebelum Maju Sidang

Judul Skripsi : Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku


Lansia Terhadap Vaksinasi Covid-19 Di Kelurahan Pejaten
Barat Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan

Nama Mahasiswa : Nurmansyah Amir

NPM : 173112420150048

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Ns.Milla Evelianti, M.KM) (Ns. Toto Suharyanto, M.Kep)

iii
Halaman Persetujuan Setelah Maju Sidang

Judul Skripsi : Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku


Lansia Terhadap Vaksinasi Covid-19 Di Kelurahan Pejaten
Barat Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan

Nama Mahasiswa : Nurmansyah Amir

NPM : 173112420150048

Menyetujui,

Penguji I : Ns. Dayan Hisni, S.Kep., M.Ns (............................)

Penguji I : Ns. Milla Evelianti, M.KM (............................)

Penguji I : Ns. Toto Suharyanto, M.Kep (............................)

iv
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:

Nama : Nurmansyah Amir

NPM : 173112420150048

Judul : Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Lansia

Terhadap Vaksinasi Covid-19 Di Kelurahan Pejaten Barat

Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan

untuk memperoleh gelar sarjana yang lain atau perguruan tinggi lain. Sepanjang

pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah

ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Jakarta, September 2021

Nurmansyah Amir

v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah sujud dan puji syukur bagi Allah SWT dengan penuh cinta

dan kasih sayang-Nya dan limpahan rahmat dan karunia-Nya yang diberikan

kepada peneliti, serta yang telah memberikan petunjuk dan memudahkan sehingga

peneliti dapat menyelesaikan pembuatan Skripsi. Skripsi ini disusun guna

melengkapi syarat dalam menyelesaikan program Sarjana bagi peneliti pada

Program Studi KeperawatanFakultas Ilmu Kesehatan di Universitas Nasional.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan binbingan dan

bantuan, baik berupa tenaga, waktu motivasi, maupun pengetahuan dalam

menyelesaikan pembuatan Skripsi:

1. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional Ibu Dr. Retno

Widowati, M.Si.

2. Ketua Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Nasional Bapak Ns. Dayan Hisni, M.Ns.

3. Ibu Ns. Milla Evelianti, M.KM dan Bapak Ns. Toto Suharyanto,

M.Kep selaku pembumbing yang telah memberikan dorongan, saran,

ilmu dan waktunya dalam memberikan bimbingan selama proses

pembuatan Skripsi.

4. Kedua orang tua dan segenap keluarga.

5. Bapak Nuryanto selaku RT 004 RW 06 Kelurahan Pejaten Barat,

Kecamatan Pasar Minggu yang telah memberi kesempatan kepada

peneliti untuk melakukan penelitian.

vi
6. Seluruh warga lansia di RT 004 RW 06 Kelurahan Pejaten Barat,

Kecamatan Pasar Minggu yang telah bersedia menjadi responden

dalam penelitian.

7. Mia Amelia yang selalu memberikan dukungan kepada saya serta telah

banyak menemani saya dalam melewati proses pendewasaan yang

begitu mengesankan selama ini.

8. Teman-teman saya Yakobus Ahufruan, Alvar, Surya, Arif Maulana,

Rais, Fathur, Ridho Rawi yang telah banyak membantu saya selama

proses perkuliahan.

9. Seluruh keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam Universitas

Nasional yang telah banyak memberi pengalaman dan pembelajaran

tentang penghidupan.

10. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Keperawatan Universitas

Nasional periode 2018 – 2019.

Jakarta, 9 September 2021

(Nurmansyah Amir)

vii
ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU


LANSIA TERHADAP VAKSINASI COVID-19 DI KELURAHAN
PEJATEN BARAT KECAMATAN PASAR MINGGU
KOTA JAKARTA SELATAN

2021

Nurmansyah Amir, Milla Evelianti, Toto Suharyanto

Latar Belakang : Jumlah kasus terkonfirmasi di Asia Tenggara adalah 81.808


dengan angka kematian 2.936 jiwa (3, 6%). Sedangkan kasus terkonfirmasi positif
COVID-19 di Indonesia per tanggal 06 Mei 2020 mencapai 12.438 kasus dengan
angka kematian 895 jiwa. Di DKI Jakarta yaitu Kasus Positif: umur 50-59 tahun
untuk laki-laki: 650 dan perempuan: 489, dan umur >60 tahun untuk laki-laki:
570 dan perempuan 442. Penggunaan vaksin Covid-19 di dunia sudah melampaui
angka 2 miliar dosis. HinggaMinggu (6/6/2021) lebih dari 2,12 miliar dosis vaksin
Covid-19 telah diberikan di seluruh dunia. Angka vaksinasi pertama di Indonesia
menunjukan angka167.585. Namun ada berbagai alasan menjadi penyulit lansia
untuk pergi ke pusat-pusat vaksinasi, mulai dari tidak percaya COVID-19,
tidakpercaya dengan vaksin, hingga takut meninggal setelah disuntik vaksin, hal
tersebut disebabkan banyak faktor diantaranya informasi yang salah tentang
COVID-19 telah menyebar ke seluruh media.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui Faktor Yang Berhubungan
Dengan Perilaku Lansia Terhadap Vaksinasi Covid-19
Metodelogi : penelitian ini adalah penelitian kuantitatif metode deskriptif analitik
dengan menggunakan desain studi crosssectional. Sampel pada penelitian ini
berjumlah 40 lansia yang berusi 60-85 tahun di Rt/Rw 004/06 kelurahan pejaten
barat. Teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah total sampling. Instrumen
penelitian ini menggunakan kuesioner yang telah diuji validitasnya. Uji statistik
yang digunakan adalah Uji Chi Square bahwa penelitian ini dapat dipercaya
dengan tingkatkesalahan 0,05
HasilPenelitian:Hasilpenelitianini menunjukan bahwa ada hubunganantara
pengetahuan dan sikap dengan perilakuVaksinasiCovid-19dengan nilai pvalue≤
0,05,tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan Pendidikan dengan perilaku
Vaksinasi Covid-19 dengan p value > 0,05
Simpulan dan saran: Pengetahuan yang baik serta sikap yang baik akan
berhubungan dengan perilaku lansia terhadap VaksinCovi-19.Diharapkan para
anggota keluarga memberikan informasi yang baik untuk para lansia agar mereka
dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan perilaku yang ada dimasyarakat.
Kata kunci : Jenis Kelamin, Pendidikan, Pengetahuan, Sikap, Perilaku
Keperpustakaan : 60 (2007-2021)

viii
ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS RELATED TO BEHAVIOR OF THE ELDERLY


ON COVID-19 VACCINATION IN
PEJATEN BARAT VILLAGE PASAR MINGGU DISTRICT,
SOUTH JAKARTA
2021

Nurmansyah Amir, MillaEvelianti, Toto Suharyanto

Background : The number of confirmed cases in Southeast Asia is 81,808 with a


death rate of 2,936 people (3, 6%). Meanwhile, positive confirmed cases of
COVID-19 in Indonesia as of May 6, 2020 reached 12,438 cases with a death toll
of 895 people. In DKI Jakarta, positive cases: age 50-59 years for men: 650 and
women: 489, and age >60 years for men: 570 and women 442. The use of the
Covid-19 vaccine in the world has exceeded 2 billion doses. As of Sunday
(6/6/2021) more than 2.12 billion doses of the Covid-19 vaccine have been
administered worldwide. The first vaccination rate in Indonesia shows 167,585.
However, there are various reasons that make it difficult for the elderly to go to
vaccination centers, ranging from not believing in COVID-19, not believing in
vaccines, to being afraid of dying after being injected with a vaccine, this is due to
many factors including misinformation about COVID-19 that has spread
throughout the world. all media.
Objective: This study aimed to Know Factors Associated With Conduct Against
Elderly Vaccination Covid-19
Methodology: This research is a quantitative research descriptive analytic
method usingstudy cross-sectionaldesign.The sample in this study amounted to 40
elderly people aged 60-85 years in Rt/Rw 004/06 Kelurahan Pejaten Barat. The
technique used in this research is total sampling. This research instrument uses a
questionnaire that has been tested for validity. The statistical test used is the Chi
Square test that this study can be trusted with an error rate of 0.05
Research Results: The results of this study indicate that there is a relationship
between knowledge and attitudes with the behavior of the Covid-19 vaccination
with a p-value of 0.05, there is no relationship between gender and education with
behavior Covid-19 vaccination with p value > 0.05
Conclusions and suggestions: Good knowledge and good attitude will be related
to the behavior of the elderly towards the Covid-19 vaccine. It is hoped that family
members will provide good information for the elderly so that they can adapt to
changes in behavior change in society.
Keywords : Gender, Education, Knowledge, Attitudes,Behavior
Library : 60 (2007-2021)

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR SAMPUL
LEMBAR JUDUL ................................................................................................... I
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. IV

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................................vi

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

ABSTRACT ..............................................................................................................ix

DAFTAR ISI ...........................................................................................................xi

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 7
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 8
1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................................... 8
1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................................... 8

1.4 Manfaat ........................................................................................................... 8


1.4.1 Bagi Responden ....................................................................................... 8

1.4.2 Bagi Institusi Kesehatan .......................................................................... 8

1.4.3 Bagi Universitas....................................................................................... 9

1.4.4 Bagi Peneliti............................................................................................. 9

BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................................. 10


2.1 Konsep Lansia .............................................................................................. 10
2.1.1 Definisi Lansia ....................................................................................... 10

x
2.1.2 Klasifikasi Lansia .................................................................................. 11
2.1.3 Proses Penuaan ...................................................................................... 11
2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penuaan ........................................ 14
2.1.5 Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia .................................................... 16
2.2 Konsep Coronavirus Disease ........................................................................ 26
2.2.1 Definisi Coronavirus Disease ................................................................ 26
2.2.2 Klasifikasi Coronavirus ......................................................................... 27
2.2.3 Etiologi Coronavirus.............................................................................. 28
2.2.4 Faktor Resisko Coronavirus .................................................................. 29
2.2.5 Manifestasi Klinis Coronavirus ............................................................. 31
2.2.6 Cara Penyebaran Coronavirus ............................................................... 32
2.2.7 Penegakan Diagnostik ........................................................................... 33
2.2.8 Pemeriksaan Diagnostik ........................................................................ 36
2.2.9 Pencegahan ............................................................................................ 37
2.2.10 Penatalaksanaan Medis ........................................................................ 37
2.3 Konsep Sikap ................................................................................................ 38
2.3.1 Definisi Sikap ........................................................................................ 38
2.3.2 Susunan Sikap........................................................................................ 39
2.3.3 Manfaat Sikap Dalam Kehidupan Sehari-hari ....................................... 41
2.3.4 Empat Tangga Sikap .............................................................................. 42
2.3.5 Faktor Penentu Sikap ............................................................................. 43
2.3.6 Indikator Sikap....................................................................................... 45
2.3.7 Penilaian Sikap ...................................................................................... 46
2.4 Konsep Vaksin.............................................................................................. 48
2.4.1 Definisi Vaksin ...................................................................................... 48
2.4.2 Sejarah Vaksin ....................................................................................... 48
2.4.3 Pengembangan Vaksin .......................................................................... 49
2.4.4 Komponen Virus dan Metode Pembuatan Vaksin Covid-19 ................ 50
2.4.5 mRNa Vaksin Covid-19 Bekerja ........................................................... 51
2.5 Kerangka Teori ............................................................................................. 52
2.6 Kerangka Konsep ......................................................................................... 52

xi
2.7 Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 53
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 54
3.1 Desain Penelitian .......................................................................................... 54
3.2 Populasi dan Sampel..................................................................................... 54
3.2.1 Populasi ................................................................................................. 54
3.2.2 Sampel ................................................................................................... 54
3.3 Lokasi Penelitian .......................................................................................... 55
3.4 Waktu Penelitian .......................................................................................... 55
3.5 Variabel Penelitian ....................................................................................... 55
3.5.1 Variabel Independen .............................................................................. 55
3.5.2 Variabel Dependen ................................................................................ 55
3.6 Definisi Operasional Penelitian ................................................................... 56
3.7 Instrumen Penelitian ..................................................................................... 59
3.8 Validasi dan Reliabilitas ............................................................................... 60
3.8.1 Validitas ................................................................................................. 60
3.8.2 Reliabilitas ............................................................................................. 63
3.9 Prosedur Pengumpulan Data ........................................................................ 65
3.10 Analisa Data ............................................................................................... 65
3.10.1 Analisa Unvariat .................................................................................. 65
3.10.2Analisa Bivariat .................................................................................... 66
3.11 Etika Penelitian ........................................................................................... 66
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 69
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................. 69
4.1.1 Analisa Unvariat .................................................................................... 69
4.1.2 Analisa Bivariat ..................................................................................... 72
4.2 Pembahasan .................................................................................................. 76
4.2.1 Hasil Uji Unvariat .................................................................................. 76
4.2.2 Hasil Uji Bivariat ................................................................................... 80
4.3 Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 87
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 88
5.1 Simpulan ....................................................................................................... 88

xii
5.2 Saran ............................................................................................................. 89
LAMPIRAN ........................................................................................................... 90

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Definisi Operasional........................................................................................ 56

4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden di RT 04 Kelurahan Pejaten

Barat ............................................................................................................... 69

4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden di RT 04 Kelurahan

Pejaten Barat .................................................................................................. 70

4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di RT 04 Kelurahan Pejaten

Barat ............................................................................................................... 70

4.4 Distribusi Frekuensi Sikap Responden di RT 04 Kelurahan Pejaten Barat .... 71

4.5 Distribusi Frekuensi Perilaku Responden di RT 04 Kelurahan Pejaten Barat 71

4.6 Hubungan Antara Jenis Kelamin Dan Perilaku Lansia Vaksin Covid-19 di RT

04 Kelurahan Pejaten Barat............................................................................ 72

4.7 Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dan Perilaku Lansia Vaksin Covid-19

di RT 04 Kelurahan Pejaten Barat ................................................................. 73

4.8 Hubungan Pengetahuan Dan Perilaku Lansia Vaksin Covid-19 di RT 04

Kelurahan Pejaten Barat................................................................................. 74

xiv
4.9 Hubungan Sikap Dan Perilaku Lansia Vaksin Covid-19 di RT 04 Kelurahan

Pejaten Barat .................................................................................................. 75

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Pengembangan Vaksin .................................................................................... 49

2.2 Komponen Virus dan Metode Pembuatan Vaksin .......................................... 50

2.3 Kerangka Teori................................................................................................ 52

2.4 Kerangka Konsep ............................................................................................ 52

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Konsultasi

Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian Dari Fakultas

Lampiran 3 : Surat Balasan Dari Perizinan Penelitian

Lampiran 4 : Format Persetujuan

Lampiran 5 : Instrumen Penelitian (Kuesioner)

Lampiran 7 : Hasil Output Analisa Data

Lampiran 8 : Master Tabel

Lampiran 9 : Bukti Foto Penelitian

Lampiran 10 : Biodata Penulis

xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Menurut World Health Organization (2020), di kawasan Asia Tenggara

populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050

diperkirakan populasi Lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun ini. Pada

tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total populasi,

sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total

populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28,800,000

(11,34%) dari total populasi. Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun

2020 diperkirakan jumlah Lansia sekitar 80.000.000.

Dalam waktu hampir lima dekade, persentase lansia Indonesia

meningkat sekitar dua kali lipat (1971-2020), yakni menjadi 9,92 persen (26

juta-an) di mana lansia perempuan sekitar satu persen lebih banyak

dibandingkan lansia laki-laki (10,43 persen berbanding 9,42 persen). Dari

seluruh lansia yang ada di Indonesia, lansia muda (60-69 tahun) jauh

mendominasi dengan besaran yang mencapai 64,29 persen, selanjutnya

diikuti oleh lansia madya (70-79 tahun) dan lansia tua (80+ tahun) dengan

besaran masing-masing 27,23 persen dan 8,49 persen. Pada tahun ini sudah

ada enam provinsi yang memiliki struktur penduduk tua di mana penduduk

lansianya sudah mencapai 10 persen, yaitu: DI Yogyakarta (14,71 persen),

Jawa Tengah (13,81 persen), Jawa Timur (13,38 persen), Bali (11,58

persen), Sulawesi Utara (11,51 persen), dan Sumatera Barat (10,07 persen).

(Sari, dkk 2020:7)

1
Di DKI Jakarta didominasi kategori lansia muda (60 – 69 tahun) sebesar

71%. Masih terdapat lansia yang berada pada kelompok umur diatas 70

tahun dan persentasenya cukup besar (29%). Hal tersebut memperlihatkan

bahwa terjadi peningkatan angka harapan hidup di DKI Jakarta. Persentase

rumah tangga lansia di DKI Jakarta sebesar 21,18% pada tahun 2020.

(Susenas, 2020).

Pada tahun 2020 angka harapan hidup lansia terancam, sebagai salah

satu negara dengan jumlah lansia yang tinggi, pandemic Covid-19

merupakan sebuah ancaman besar. Covid-19 mengancam 80% lansia

indonesia seperti halnya Tiongkok dan Amerika Serikat.(Hakim, 2020).

Pada Maret 2020 dikejutkan dengan wabah virus corona (Covid-19)

yang menginfeksi hampir seluruh negara di dunia. Dimana Covid-19 ini

bermula dan terdeteksi di negara Wuhan, China pada Desember 2019 dan

mulai tersebar keberbagai penjuru dunia termaksuk Indonesia pada Maret

2020 jumlah kasus sering bertambah seiring berjalannya waktu , dan

pada akhirnya dikonfirmasi bahwa transmisi pheunomonia ini dapat

menular dari manusia ke manusia (Relman, 2020).

Virus Corona telah menginfeksi lebaih dari 100.000 penduduk dunia dan

sekitar 4.000 orang di antaranya dinyatakan meninggal dunia. Kematian

paling banyak terjadi pada penderita COVID-19 yang berusia 80 tahun

(WHO, 2020)

Secara global, terhitung pada tanggal 7 Mei 2020 jumlah kasus positif

COVID-19 yang terkonfirmasi didunia mencapai 3,679,499 kasus dengan

2
angka kematian akibat hingga 254.199 jiwa dengan 215 negara yang

terjangkit. Jumlah kasus terkonfirmasi di Asia Tenggara adalah 81.808

dengan angka kematian 2.936 jiwa (3, 6%) (WHO, 2020). Sedangkan kasus

terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia per tanggal 06 Mei 2020

mencapai 12.438 kasus dengan angka kematian 895 jiwa,CFR (7,2%)

dengan jumlah kasus yang diperiksa spesimennya 92.976 dengan angka

negatif 80.538 (Covid19 Kemenkes,2021).

Pandemi COVID-19 berdampak pada populasi global secara drastis. Di

banyak negara, sebagian besar lansia terdampak terhadap penyakit ini.

Meskipun semua kelompok umur berisiko tertular, orang yang lebih tua

mempunyai risiko yang signifikan terjangkit dan dapat menjadi lebih parah

dikarenakan perubahan fisiologis yang datang seiring dengan penuaan dan

kondisi kesehatan (WHO, 2021). Kondisi ini diperparah karena sistem

kekebalan tubuh mereka yang lemah dan dikaitkan dengan penyakit kronis

yang mendasarinya seperti Diabetes, Hipertensi, penyakit kardiovaskular,

dan penyakit serebro-vaskular (Huan dkk, 2021). Selain itu untuk

mencegah penularan COVID-19, WHO menyarankan untuk melakukan

Social Distancing atau pembatasan social, di era modern ini, untuk dewasa

muda tentu lebih akrab dengan teknologi sehingga mereka dapat

memanfaatkan teknologi untuk kegiatan di rumah tanpa perlu bepergian,

Namun pada kelompok lansia menggunakan teknologi mungkin tidak

selancar dan semudah orang dewasa muda sehingga lansia dapat merasakan

dampak yang lebih ekstrim, mulai dari munculnya perasaan kesepian,

3
kecemasan, dan depresi (Australian Psychological Society, 2021)

Berdasarkan kumpulan dan analisis data dari semua negara menunjukan

data yang terdapat di New York City Health presentasi angka kematian

berdasarkan umur yaitu umur 0-17: 0.04%, umur 18-44 tahun: 4,5%, umur

45-64 tahun: 23,1%, umur 65-74 tahun: 24,6%, dan 75 tahun ke atas:

47,7%. Sedangkan di salah satu Negara Asia yaitu China, data dari studi

awal china berdasarkan umur angka kematian akibat virus corona yaitu

umur 10-19 tahun: 0.2%, umur 20-29 tahun: 0.2%, umur 30-39 tahun:

0.2%, umur 40-49 tahun: 0.4%, umur 50-59 tahun: 1.3%, umur 60-69

tahun: 3.6%, umur 70-79 tahun: 8.0%, dan untuk umur 80 tahun ke atas

sebanyak 14.8%. Secara umum kasus relatif besar terlihat pada lanjut usia

dan bedasarkan jenis kelamin presentasi laki-laki tinggi sebanyak 4.7%

dibandingkan dengan perempuan sebanyak 2.8% (World Meters, 2021).

Di Indonesia, didapatkan data berdasarkan umur yaitu: pada kasus Positif

untuk umur 0-5 tahun: 1.3%, umur 6-17 tahun: 4.2%, umur 18-30

tahun: 18,6%, umur 31-45 tahun: 29%, umur 46-59 tahun: 29.6%, dan

umur >60 tahun terdapat: 17.4%. Pada kasus di Rawat: umur 0-5 tahun:

1.4%, umur 6-17 tahun: 5.1%, umur 18-30 tahun: 20.2%, umur 31-45

tahun: 30.4%, umur 46-59 tahun: 28%, dan untuk umur >60 tahun: 15%.

Pada kasus meninggal: umur 0-5 tahun: 0.6%, umur 6-17 tahun: 0.6%,

umur 18-30 tahun: 3.6%, umur 31-45 tahun: 10.5%, umur 46-59 tahun:

39.6%, dan pada kasus meninggal terbanyak pada usia > 60 tahun sebanyak

45.3% (Peta Sebaran Kemenkes, 2020).

4
Data berdasarkan umur dan jenis kelamin yang ada di DKI Jakarta yaitu

Kasus Positif: umur 0-5 tahun untuk laki-laki: 29 orang dan perempuan: 24

orang, umur 6-19 tahun untuk lai-laki: 117 dan perempuan: 110, umur 20-

29 tahun untuk laki-laki: 345 dan perempuan: 408, umur 30-39 tahun

untuk laki-laki: 446 dan perempuan: 442, umur 40-49 tahun untuk laki-laki:

483 dan perempuan: 454, umur 50-59 tahun untuk laki-laki: 650 dan

perempuan: 489, dan umur >60 tahun untuk laki-laki: 570 dan perempuan

442. (Dinkes DKI Jakarta 2020).

Dengan banyaknya kasus positf Covid-19 di daerah Indonesia, Menteri

Kesehatan BGS Gunadi Sadikin adalah percepatan pengadaan vaksinasi

Covid-19, sebagai upaya memutus mata rantai penularan Covid-19 di

Indonesia, BGS bergerak cepat dengan melakukan koordinasi dengan

beberapa perusahaan penyedia vaksin diantaranya Sinovac, Novavax,

AstraZeneca, Pfizer, dan COVAX/GAVI. (Kemenkes, 2020). Proses

vaksinasi Covid-19 masih terus berlangsung untuk tenaga kesehatan, lansia

dan pelayan publik. Vaksinasi dosis pertama sudah berjalan 84,5 persen,

dan dosis kedua mencapai 61,1 persen dari target 3.000.689 orang.

“Sedangkan, untuk Vaksinasi Gotong Royong, total di Jakarta saat ini

sebanyak 18.116 orang” (Dinkes DKI Jakarta, 2021).

Namun ada beragam sumber informasi mulai dari bukti ilmiah hingga

media sosial yang memberikan informasi kontradiktif terhadap vaksin

Covid-19 yang menyebabkan kebingungan di kalangan masyarakat umum

(Biasio et al., 2020). Pemerintah telah memulai tahap kedua vaksinasi

5
COVID-19 dengan sasaran prioritas kalangan masyarakat lanjut usia

(lansia) yang berusia di atas 60 tahun ke atas. Kebijakan ini di

didukung ada sekitar 10,7% kasus terkonfirmasi positif COVID-19

terindikasi pada lansia dan sebesar 48,3% dari kasus lansia meninggal

(Lazarus et al., 2021). Akan tetapi cakupan lansia yang bersedia di

Vaksin masih jauh dari target, Kementerian Kesehatan (Kemenkes)

menyebut baru sekitar 2,5 juta orang lanjut usia (lansia) secara

nasional yang telah disuntik vaksin Covid-19, dari total target

sebanyak 21,5 juta orang pada 13 Januari 2021.Survei oleh

Kementerian Kesehatan RI bersama dengan UNICEF dan WHO di 34

provinsi di Indonesia pada September 2020 menunjukkan bahwa sekitar

64,8% responden setuju menjalani vaksinasi COVID-19, 27,6% ragu-ragu,

bahkan 7,6% menolak (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan

WHO, 2020). Berbagai alasan menjadi penyulit lansia untuk pergi ke

pusat-pusat vaksinasi, mulai dari tidak percaya COVID-19, tidakpercaya

dengan vaksin, hingga takut meninggal setelah disuntik vaksin, hal tersebut

disebabkan banyak faktor diantaranya informasi yang salah tentang

COVID-19 telah menyebar ke seluruh media (Reiter et al., 2020).

Pada awal program vaksinasi Covid-19 untuk lansia mengalami progres

yang cepat sampai 40 persen dari sekitar 900 ribu sasaran target di Ibu Kota.

Namun, setelah target mencapai 40 persen, progres pemberian vaksin untuk

lansia cenderung melambat. Hasil survei pusat kesehatan di DKI

menunjukkan, para lansia menyatakan tidak perlu divaksin karena tidak ke

6
mana-mana atau lebih banyak di rumah saja, pemahaman tersebut perlu

diluruskan karena meskipun lansia tidak ke luar rumah tetapi ada anggota

keluarga lain yang masih beraktivitas di luar dan berisiko membawa virus

ke rumah (Kartika, 2021). Lurah pasar minggu, Jakarta Selatan, Gita

Puspitasari mengakui bahwa program Vaksinasi terus bergulir meski

menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya terkait sasaran vaksinasi

bagi warga lanjut usia yang masih kecil jumlahnya. (Aditomo, 2021).

Berdasarkan hal-hal yang diuraikan diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor Yang Berhubungan

Dengan Perilaku Lnasia Terhadap Vaksinasi Covid-19” di masyarakat luas

karena dimasa pandemic saat ini selain menjaga social distancing kita juga

harus melakukan atau mengikuti Vaksinasi agar bisa memperkecil angka

penularan Covid-19 dan bisa terbentuknya herd imunity di kalangan

masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini apakah terdapat faktor yang berhubungan dengan perilaku

lansia terhadap vaksinasi covid19 di Kelurahan Pejaten Barat Kecamatan

Pasar Minggu 2021.

7
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku lansia terhadap

vaksinasi covid19 di Kelurahan Pejaten Barat Kecamatan Pasar Minggu

tahun 2021.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengtahaui frekuensi perilaku lansia terhadap Vaksin

Covid-19 di Kelurahan Pejaten Barat.

1.3.2.2 Diketahui distribus frekuensi Jenis Kelamin,

Pendidikan,Pengetahuan dan Sikap Lansia di Kelurahan Pejaten

Barat.

1.3.2.3 Diketahui hubungan antara Jenis Kelamin, pendidikan,

pengetahuan dan sikap Dengan Perilaku Lansia Terhadap Vaksin

Covid-19 di Kelurahan PejatenBarat

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Responden

Diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang baru bagi responden

khususnya bagi para lansia untuk bisa mnyikapi atau menerima Vaksinasi

Covid19 sehingga dapat mununjang kesehatan mereka di era pandemic.

1.4.2 Bagi Institusi Kesehatan

Diharapkan bisa menjadi bahan masukan bagi institusi kesehatan

terutama untuk petugas kesehatan didalamnya agar lebih meningkatkan

8
layanan promotif kesehatan kepada para lansia.

1.4.3 Bagi Universitas

Sebagai bahan bacaan, referensi, sumber pengetahuan ataupun untuk

menjadi bahan penelitian yang berkelanjutan nantinya di Fakultas

Kesehatan Universitas Nasional.

1.4.4 Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman yang berharga bagi peneliti dalam

mengimplementasikan ilmu dan juga sebagai salah satu syarat untuk

pemenuhuan tugas akhir dalam menempuh jenjang pendidikan sarjana

Keperawatan serta menambah wawasan juga keterampilan di lapangan

ketika berhadapan dengan masyarakat yang mempunyai respon berbeda.

9
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Lansia

2.1.1 Definisi Lansia

Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas.

Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki

tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia

ini akan terjadi suatu proses yang dise but aging process atau proses

penuaan (WHO, 2015)

Lansia adalah seseorang yang memiliki usia lebih dari atau sama

dengan 60 tahun. Lansia dapat juga diartikan sebagai menurunnya

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur

serta fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas

(Darmojo, 2015).

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas,

baik pria maupun wanita. Lansia sendiri merupakan tahap akhir dalam

proses kehidupan yang terjadi banyak penurunan dan perubahan fisik,

psikologi, sosial yang saling berhubungan satu sama lain, sehingga

berpotensi menimbulkan masalah kesehatan fisik maupun jiwa pada lansia

(Cabrera, 2015)

10
2.1.2 Klasifikasi Lansia

2.1.2.1 Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun.

2.1.2.2 Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun

2.1.2.3 Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.

2.1.2.4 Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.

2.1.2.5 Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90

tahun (WHO, 2013)

Sedangkan menurut Depkes RI (2013) terdapat lima klasifikasi pada lansia :

a. Pralansia (prasenilis) adalah seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b. Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

c. Lanjut usia risiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau

lebih dengan masalah kesehatan.

d. Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih melakukan

pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.

e. Lanjut usia tidak potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya

mencari nafkah, sehingga bergantung kepada kehidupan orang lain.

2.1.3 Proses Penuaan

2.1.3.1 Teori Biologis

Teori biologis berfokus pada proses fisiologi dalam kehidupan

seseorang dari lahir sampai meninggal dunia, perubahan yang terjadi pada

tubuh dapat dipengaruhi oleh faktor luar yang bersifat patologi. Proses

11
menua merupakan terjadinya perubahan struktur dan fungsi tubuh selama

fase kehidupan. Teori biologis lebih menekan pada perubahan struktural

sel atau organ tubuh termasuk pengaruh agen patologis. (Sunaryo, et.al.

2016)

2.1.3.2 Teori Psikologi (Psycologic Theories Aging)

Teori psikologi menjelaskan bagaimana seorang merespon

perkembangannya. Perkembangan seseorang akan terus berjalan walaupun

seseorang tersebut telah menua. Teori psikologi terdiri dari teori hierarki

kebutuhan manusia maslow (maslow’s hierarchy of human needs), yaitu

tentang kebutuhan dasar manusia dari tingkat yang paling rendah

(kebutuhan biologis/fisiologis/sex, rasa aman, kasih saying dan harga diri)

sampai tingkat paling tinggi (aktualisasi diri). Teori individualisme jung

(jung’s theory of individualisme), yaitu sifat manusia terbagi menjadi dua,

yaitu ekstrover dan introver. Pada lansia akan cenderung introver, lebih

suka menyendiri. Teori delapan tingkat perkembangan erikson (erikson’s

eight stages of life), yaitu tugas perkembangan terakhir yang harus dicapai

seseorang adalah ego integrity vs disappear. Apabila seseorang mampu

mencapai tugas ini maka dia akan berkembang menjadi orang yang

bijaksana (menerima dirinya apa adanya, merasa hidup penuh arti, menjadi

lansia yang bertanggung jawab dan kehidupannya berhasil). (Sunaryo,

et.al. 2016)

12
2.1.3.4 Teori Kultural

Teori kultural menjelaskan bahwa tempat kelahiran seseorang

berpengaruh pada budaya yang dianutnya. Budaya merupakan sikap,

perasaan, nilai dan kepercayaan yang terdapat pada suatu daerah dan

dianut oleh kaum orang tua. Budaya yang dimiliki sejak ia lahir akan

selalu dipertahankan sampai tua. (Sunaryo, et.al. 2016)

2.1.3.5 Teori Sosial

Teori social meliputi teori aktivitas (lansia yang aktif dan memiliki

banyak kegiatan sosial), teori pembebasan (perubahan usia seseorang

mengakibatkan seseorang menarik diri dari kehidupan sosialnya) dan teori

kesinambungan (adanya kesinambungan pada siklus kehidupan lansia,

lansia tidak diperbolehkan meninggalkan peran dalam proses penuaan).

(Sunaryo, et.al. 2016)

2.1.3.6 Teori Genetika

Teori genetika mengungkapkan bahwa proses penuaan memiliki

komponen genetik. Dilihat dari pengamatan bahwa anggota keluarga yang

cenderung hidup pada umur yang sama dan mereka mempunyai umur

yang rata-rata sama, tanpa mengikut sertakan meninggal akibat kecelakaan

atau penyakit. (Sunaryo, et.al. 2016)

13
2.1.3.7 Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh

Mutasi yang berulang-ulang mengakibatkan sistem imun untuk

mengenali dirinya berkurang sehinggal terjadinya kelainan pada sel,

perubahan ini disebut peristiwa autoimun. (Sunaryo, et.al. 2016)

2.1.3.8 Teori Menua Akibat Metabolisme

Pada zaman dahulu disebut lansia adalah seseorang yang botak,

kebingungan, pendengaran yang menurun atau disebut dengan “budeg”

bungkuk, dan beser atau inkontinensia urin. (Sunaryo, et.al. 2016)

2.1.3.9 Teori Kejiwaan Sosial

Teori kejiwaan sosial meliputi activity theory yang menyatakan

bahwa lansia adalah orang yang aktif dan memiliki banyak kegiatan sosial.

Continuity theory adalah perubahan yang terjadi pada lansia dipengaruhi

oleh tipe personality yang dimilikinya, dan disengagement theory adalah

akibat bertambahnya usia seseorang mereka mulai menarik diri dari

pergaulan. (Sunaryo, et.al. 2016)

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penuaan

2.1.4.1 Hereditas atau genetic

Kematian sel merupakan seluruh program kehidupan yang

dikaitkan dengan peran DNA yang penting dalam mekanisme

pengendalian fungsi sel. Secara genetik, perempuan ditentukan oleh

sepasang kromosom X sedangkan laki-laki oleh satu kromosom X.

14
Kromosom X ini ternyata membawa unsur kehidupan sehingga perempuan

berumur lebih panjang daripada laki-laki. (Muhith & Siyoto 2016).

2.1.4.2. Nutrisi/makanan

Berlebihan atau kekurangan mengganggu keseimbangan reaksi

kekebalan tubuh. (Muhith & Siyoto, 2016).

2.1.4.3. Status kesehatan

Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan proses penuaan,

sebenarnya bukan disebabkan oleh proses menuanya sendiri, tetapi lebih

disebabkan oleh faktor luas yang merugikan yang berlangsung tetap dan

berkepanjangan. (Muhith & Siyoto, 2016).

2.1.4.4. Pengalaman hidup

a. Terpapar sinar matahari : kulit yang tidak terlindungi sinar matahari

akan mudah ternoda oleh flek, kerutan, dan menjadi kusam.

b. Kurang olahraga : olahraga membantu pembentukan otot dan

melancarkan sirkulasi darah.

c. Mengkonsumsi alkohol : alkohol mengakibatkan pembesaran

pembuluh darah kecil pada kulit dan meningkatkan aliran darah

dekat permukaan kulit.

15
2.1.4.5 Lingkungan

Proses menua secara biologik berlangsung secara alami dan tidak

dapat dihindari, tetapi seharusnya dapat tetap dipertahankan dalam status

sehat.

2.1.4.6. Stres

Tekanan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan rumah,

pekerjaan, ataupun masyarakat yang tercemin dalam bentuk gaya hidup

akan berpengaruh terhadap poses penuaan.

2.1.5. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

2.1.5.1 Perubahan Fisiologi

a. Sel

Perubahan yang terjadi pada lanjut usia di tingkat sel yaitu

berubahnya ukuran sel dimana ukuran sel menjadi lebih besar, namun

jumlah sel menjadi lebih sedikit, jumlah cairan tubuh dan cairan

intraselular berkurang, mekanisme perbaikan sel terganggu, proporsi

protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati mengalami penurunan, jumlah

sel pada otak menurun sehingga otak menjadi atrofi dan lekukan otak

menjadi lebih dangkal dan melebar akibatnya berat otak berkurang

menjadi 5 sampai 20%. (Aspiani 2014)

16
b.Pembuluh darah

Ketika manusia mengalami penuaan, akan terjadi perubahan pada

pembuluhs darah arteri dimana arteri mengalami penurunan elastisitas

yang bertanggung jawab atas perubahan vaskular ke jantung, ginjal dan

kelenjar pituitari. Pembuluh darah arteri pun akan mengalami kekakuan

sehingga resistensi vaskuler pun meningkat dan akan berdampak pada

meningkatnya tekanan darah (Sherwood, 2014).

c. Tekanan darah

Darah mengalir dari daerah dengan tekanan tinggi ke daerah

dengan tekanan lebih rendah. Kontraksi pada jantung pun menjadi faktor

pencetus terjadinya tekanan pada darah. Faktor lain yang mempengaruhi

laju aliran darah melalui suatu pembuluh adalah resistensi. Resistensi

merupakan tahanan atau hambatan terhadap aliran darah melalui suatu

pembuluh akibat dari gesekan antara cairan darah yang mengalir dan

dinding vaskuler yang diam. Darah akan semakin sulit melewati pembuluh

jika terjadi peningkatan resistensi sehingga laju aliran darah pun akan

berkurang. Jika resistensi meningkat, jantung harus bekerja lebih keras

untuk mempertahankan sirkulasi yang adekuat. Resistensi aliran darah

dipengaruhi oleh viskositas darah dan juga pembuluh darah. Semakin

besar viskositas, semakin besar resistensi dan semakin kental cairan

semakin besar pula viskositasnya. Viskositas darah ditentukan oleh jumlah

sel darah merah (Sherwood, 2014).

17
d. Sistem persarafan

1. Cepatnya menurun hubungan persyarafan.

2. Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang

sel saraf otaknya dalam setiap harinya).

3. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi,

khususnya dengan stres.

4. Mengecilnya saraf panca indera: berkurangnya

penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya

saraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap

perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap

dingin.

5. Kurang sensitif terhadap sentuhan

e. Sistem Pendengaran

Perubahan ini meliputi presbiakusis yaitu gangguan yang

terjadi pada pendengaran akibat hilangnya kemampuan daya

dengar pada telinga dalam, khususnya terhadap suara dan nada

yang tinggi, terhadap suara yang tidak jelas, terhadap kata-kata

yang sulit dimengerti. (Azizah, 2011).

f. Sistem Penglihatan

lansia terjadi perubahan pada sistem indera salah satu

gangguannya adalah perubahan pada sistem penglihatan, dimana

18
daya akomodasi dari jarak dekat maupun jauh berkurang serta

ketajaman penglihatan pun ikut mengalami penurunan. Perubahan

yang lain adalah presbiopi. Lensa pada mata pun mengalami

kehilangan elastisitas sehingga menjadi kaku dan otot penyangga

lensa pun lemah (Azizah, 2011).

g. Sistem Kardiovaskuler

Terdapat beberapa perubahan yang terjadi pada sistem

kardiovaskuler yaitu perubahan pada pembuluh-pembuluh leher,

curah jantung, bunyi jantung dan murmur. Memanjang dan

berkelok-keloknya pembuluh di leher khususnya pada aorta dan

cabang-cabangnya kadang menyebabkan arteri karotis berkelok-

kelok atau tertekuk di pangkal leher, khususnya di sisi kanan. Masa

berdenyut yang terjadi pada penderita hipertensi khususnya lansia

perempuan seringkali dikaitkan sebagai kondisi aneurisma karotis

atau bisa disebut sebagai dilatasi sejati arteri. Aorta yang berkelok-

kelok kadang meningkatkan tekanan di vena jugularis sebelah kiri

leher dengan mengganggu drainase vena ini di dalam thoraks.

(Azizah, 2011).

h. Sistem Pernapasan

Pada sistem respirasi terjadi perubahan jaringan ikat pada

paru, kapasitas total pada paru pun tetap, namun volume cadangan

pada paru berubah kemudian perubahan yang lainnya adalah

19
berkurangnya udara yang mengalir ke paru. Gangguan pernapasan

dan kemampuan peregangan pada thoraks pun terganggu akibat

adanya perubahan pada otot, sendi thorak dan kartilago. Pada

sistem pernapasan terjadi pendistribusian ulang kalsium pada

tulang iga yang kehilangan banyak kalsium dan sebaliknya, tulang

rawan kosta berlimpah kalsium. Hal ini menyebabkan penurunan

efisiensi ventilasi paru. Perubahan ini pun memberi dampak buruk

bagi keberlangsungan hidup lansia salah satunya yaitu lansia akan

lebih rentan terkena komplikasi pernapasan akibat istirahat total

oleh karena perubahan yang terjadi, seperti infeksi pernapasan

akibat penurunan ventilasi paru (Azizah, 2011).

i. Sistem Pencernaan

Pada sistem pencernaan lansia mengalami anoreksia yang

terjadi akibat perubahan kemampuan digesti dan absorpsi pada

tubuh lansia. Selain itu lansia mengalami penurunan sekresi asam

dan enzim. Perubahan yang lain adalah perubahan pada morfologik

yang terjadi pada mukosa, kelenjar dan otot pencernaan yang akan

berdampak pada terganggunya fungsi mengunyah dan menelan,

serta terjadinya perubahan nafsu makan (Fatmah, 2010).

j. Sistem Reproduksi

Pada sistem reproduksi perubahan yang terjadi pada lansia

ditandai dengan mengecilnya ovari dan uterus, terjadi atrofi

20
payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi

spermatozoa meski adanya penurunan secara berangsur-angsur,

serta dorongan seks masih ada hingga usia 70 tahun (Azizah,

2011).

k. Sistem Endokrin

Pada sistem endokrin terdapat beberapa hormon yang

diproduksi dalam jumlah besar dalam reaksi menangani stres.

Akibat kemunduran produksi hormon pada lansia, lansia pun

mengalami penurunan reaksi dalam menghadapi stres (Fatmah,

2010).

l. Sistem Integumen

Perubahan pada sistem integumen ditandai dengan kulit

lansia yang mengalami atrofi, kendur, tidak elastis, kering dan

berkerut. Perubahan ini juga meliputi perubahan pada kulit lansia

yang mana kulit pada lansia akan menjadi kering akibat dari

kurangnya cairan pada kulit sehingga kulit menjadi berbecak dan

tipis. Atrofi sebasea dan glandula sudoritera merupakan penyebab

dari munculnya kulit kering. Liver spot pun menjadi tanda dari

berubahnya sistem integumen pada lansia. Liver spot ini

merupakan sebuah pigmen berwarna cokelat yang muncul pada

kulit (Azizah, 2011).

21
2.1.5.2. Muskuloskeletal

Perubahan pada jaringan muskuloskeletal meliputi :

a. Jaringan penghubung (kolagen dan elastin)

Kolagen merupakan pendukung utama pada kulit, tendon, tulang

dan jaringan pengikat menjadi sebuah batangan yang tidak teratur.

Perubahan pada kolagen ini menjadi penyebab turunnya fleksibilitas pada

lansia sehingga timbul dampak nyeri, penurunan kemampuan untuk

meningkatkan kekuatan otot, kesulitan duduk dan berdiri, jongkok dan

berjalan. Upaya yang perlu dilakukan adalah upaya fisioterapi.

b. Kartilago

Jaringan kartilago pada persendian lunak serta mengalami granulasi

yang mana akan memberikan dampak pada meratanya permukaan sendi.

c. Tulang

Perubahan yang terjadi di tulang meliputi berkurangnya kepadatan

tulang. Berkurangnya kepadatan tulang ini menjadi penyebab osteoporosis

pada lansia. Kejadian jangka panjang yang akan terjadi ketika lansia telah

mengalami osteoporosis adalah nyeri, deformitas dan fraktur. Oleh sebab

itu, aktivitas fisik pun menjadi upaya preventif yang tepat.

d. Otot

Perubahan yang terjadi pada otot lansia meliputi penurunan jumlah

dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan

22
lemak pada otot. Akibat terjadinya perubahan morfologis pada otot, lansia

akan mengalami penurunan kekuatan, penurunan fleksibilitas, peningkatan

waktu reaksi dan penurunan kemampuan fungsional otot.

d. Sendi

Perubahan pada lansia di daerah sendi meliputi menurunnya

elastisitas jaringan ikat seperti tendon, ligament dan fasia. Terjadi

degenerasi, erosi serta klasifikasi pada kartilago dan kapsul sendi. Terjadi

perubahan pula pada sendi yang kehilangan fleksibilitasnya sehingga luas

dan gerak sendi pun menjadi menurun. Akibatnya lansia akan mengalami

nyeri sendi, kekakuan sendi, gangguan aktifitas, dan gangguan jalan.

2.1.5.3 Sistem Imun

Perubahan system imun pada usia lanjut dapat terjadi karena proses

degenarasi sel serta penurunan fungsi imunitas pada setiap system,

terutama system pernafasan. Ditambah lagi kondisi menua dapat disertai

dengan penyakit pada system pernafasan dan cardiovaskuler sehingga

dapat memperburuk kondisi kesehatan lansia yang terpapar virus. Sistem

imun berperan dalam mencegah infeksi dan memerangi serangan

mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh. Sistem imun mencakup dua

bagian besar yaitu sistem imun bawaan (innate atau non spesifik) dan

sistem imun didapat (acquired atau spesifik). Sistem imun bawaan

merupakan mekanisme pertahanan melawan organisme yang menginvasi,

sedangkan sistem imun didapat bekerja sebagai pertahanan tahap kedua

23
(Dey et al., 2012). Fungsi sistem imun menurun dengan bertambahnya

usia, sehingga meningkatkan risiko beberapa penyakit diantaranya

penyakit infeksi, kanker, autoimun, penyakit kronis maupun penyakit

degeneratif.

2.1.5.4 Pengaturan suhu tubuh

Faktor kemunduran pada lansia yang biasa ditemui antara lain:

a. Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis

kurang lebih 35OC. Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa

kedinginan dan dapat pula menggigil, pucat dan gelisah.

b. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi

panas yang banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.

c. Perubahan Mental

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi perubahan mental

pada lansia yaitu kesehatan, tingkat pendidikan, lingkungan,

keturunan, dan perubahan fisik terutama panca indera.

d. Perubahan Psikososial

e. Lansia cenderung merasakan sadar atau tidak sadar akan

terjadinya kematian.

f. Merasakan perubahan dalam cara hidup.

g. Merasakan perubahan ekonomi akibat pemberhentian jabatan

dan peningkatan gaya hidup.

24
h. Merasakan pensiun (kehilangan) banyak hal seperti finansial,

pekerjaan, sahabat, dan status pekerjaan.

i. Merasakan penyakit kronis dan ketidakmampuan.

j. Merasakan kesepian akibat pengasingan dari lingkungan

sosial.

k. Mengalami gangguan panca indera.

l. Lansia mulai mengalami perubahan dalam konsep diri, serta

lansia akan merasakan rangkaian dari proses kehilangan.

m. Perubahan Spiritual

Perubahan yang terjadi pada lansia yang berhubungan dengan

perkembangan spiritualnya adalah dari segi

agama/kepercayaan lansia yang akan semakin terintegerasi

dalam kehidupan, pada perubahan spiritual ini ketika usia

mencapai 70 tahun lansia akan berfikir dan bertindak dalam

memberikan contoh bagaimana cara mencintai dan bagaimana

cara berlaku adil. Perubahan yang lain yaitu lansia akan

semakin matur dalam kehidupan keagamaannya yang

tercermin dalam perilaku sehari-hari.

25
2.2 Konsep Coronavirus Disease

2.2.1 Definisi Coranavirus Disease

Coranavirus Disease (Covid-19) adalah varian dari keluarga besar

virus yang dapat menyebabkan infeksi pada bagian atas dengan tingkat

infeksi pada saluran pernapasan bagian atas dengan tingkat ringan dan

sedang. Virus korona ditularka melalu droplet yang myebar ketika

seserorang yang mengalamu paparan batuk, bersin atau berbicara. Korona

virus juga dikenal dengan Novel korona virus ditemukan pertama kali di

Kota Wuhan Tiongkok pada bulan November 2019. Virus ini dapat

menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan wabah pneumonia yang

meluas secara global, sehingga disebut Coronavirus disease (Covid-19).

Covid-19 telah ditetapkan sebagai pandemi global oleh organisasi

kesehatan dunia World Health Organization (Betty et al.,2020)

ssCoronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160

nm. Virus ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah

kelelawar dan unta. Sebelum terjadinya wabah COVID-19, ada 6 jenis

coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu alphacoronavirus

229E, alphacoronavirus NL63, betacoronavirus OC43, betacoronavirus

HKU1, Severe Acute Respiratory Illness Coronavirus (SARS-CoV), dan

Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) (Riedel,

2019).

Virus Korona menyebar dari orang ke orang lain melalui droplet

yang keluar dari mulut atau hidung yang mengenai seseorang atau jatuh ke

26
permukaan benda sekitar dan kemudian tersentuh oleh orang lain. Ketika

virus ini menempati suatu inang yang memiliki kondisi sesuai dan

mendukung untuk terjadinya metabolisme, maka virus korona dalam

waktu tertentu dapat tumbuh dan berkembang biak dengan memebrlah

diri. Penyebaran virus korona melalui droplet yang melekat di permukaan

suatu benda dan di sentuh oleh orang lain sebagai siklus alaami

penyebaran virus dalam menemukan inang atau rumah untuk berkembang

biak. Rumah atau inang virus korona yang memungkinkan virus tersebut

untuk berkembang biak adalah pada daerah mata, mulut, hidung atau

bagian tubuh yang memilikijaringan lunak. Ketika droplet tadi yang di

sentuh oleh orang lain pada bagian tangan, dan kita ketahui bahwa pada

kondisi normal tangan seseorang cenderung bagian tubuhnya yang lain

utamanya muka atau wajah, seperti mata, mulut, dan hidung 2-4 kali

dalam waktu 1 jam (Fauci, Lane and Redifield,2020).

2.2.2 Klasifikasi Coronavirus

a. Human coronavirus 229E (HCoV-229E)

b. Human coronavirus OC43 (HCoV-OC43)

c. Koronavirus sindrom pernapasan akut berat (SARS-CoV)

d. Human coronavirus NL63 (HCoV-NL63, New Haven

coronavirus)

e. Human coronavirus HKU1

27
f Koronavirus terkait sindrom pernafasan Timur Tengah (MERS-

CoV), yang sebelumnya dikenal sebagai novel coronavirus 2012

dan HCoV-EMC

g Koronavirus sindrom pernapasan akut berat 2 (SARS-CoV-2),

sebelumnya dikenal sebagai 2019-nCoV atau "novel coronavirus

2019"

Coronavirus HCoV-229E, -NL63, -OC43, dan -HKU1 terus

beredar dalam populasi manusia dan menyebabkan infeksi

pernapasan pada orang dewasa dan anak-anak di seluruh dunia

(Corman et al, 2018).

2.2.3. Etiologi Coronavirus

Penyakit ini disebabkan oleh koronavirus sindrom pernapasan akut

berat 2 (SARS CoV-2 atau severe acute respiratory syndrome coronavirus

2) (Centers for Disease Control and Prevention, 2020).

a. Novel Coronavirus → 2019-nCoV → SARS-CoV-2 (Severe

acute repiratory syndrome-Coronavirus-2).

b. Virus Zoonotik → transmisi dari hewan ke manusia →

Bersirkulasi di hewan, seperti unta, kucing, kelelawar, musang.

c. Wabah Coronavirus sebelumnya: SARS (Severe acute

respiratory syndrome).

28
d. Penyebab –SARS-CoV → dari Kelelawar – luwak/musang

MERS (Middle-East Respiratory Syndrome) Penyebab–MERS-

CoV → dari Kelewar – unta (Burhan, 2020).

2.2.4. Faktor Resiko Coronavirus

Virus yang menyebabkan COVID-19 menginfeksi orang-orang

dari segala usia. Namun, bukti sampai saat ini menunjukkan bahwa dua

kelompok orang berisiko lebih tinggi terkena penyakit COVID-19 yang

parah. Ini adalah orang yang lebih tua (yaitu orang di atas 60 tahun ), dan

mereka yang memiliki kondisi medis yang mendasarinya (seperti penyakit

kardiovaskular, diabetes, pernapasan kronis) penyakit, dan kanker). Risiko

penyakit parah secara bertahap meningkat dengan usia mulai dari sekitar

40 tahun (WHO, 2020). Dalam dua studi terbaru, para peneliti NYU (New

York University) menyebutkan ada beberapa faktor risiko yang

menjadikan Covid-19 bisa menginfeksi seseorang lebih parah, misalnya,

pengaruh usia, obesitas (kegemukan) dan penyakit kronis (Citroner, G.

Healthline, 2020)

Pada lansia, terutama mereka yang memiliki komorbiditas,

memiliki tingkat kematian kasus yang jauh lebih tinggi (sekitar 15% pada

mereka yang berusia 80 tahun atau lebih) daripada mereka yang lebih

muda (Centers for Disease Control and Prevention, 2020). Seiring

pertambahan usia, tubuh akan mengalami berbagai penurunan akibat

proses penuaan, mulai dari menurunnya produksi pigmen warna rambut,

produksi hormon, kekenyalan kulit, massa otot, kepadatan tulang,

29
kekuatan gigi, hingga fungsi organ-organ tubuh (American Heart

Association, 2020).

Sistem imun sebagai pelindung tubuh pun tidak bekerja sekuat

ketika masih muda. Inilah alasan mengapa orang lanjut usia (lansia rentan

terserang berbagai penyakit, termasuk COVID-19 yang disebabkan oleh

virus Corona (Citroner, G. Healthline, 2020). Selain itu, tidak sedikit

lansia yang memiliki penyakit kronis, seperti penyakit jantung, diabetes,

asma, atau kanker. Hal ini bisa meningkatkan risiko atau bahaya infeksi

virus Corona. Komplikasi yang timbul akibat COVID-19 juga akan lebih

parah bila penderitanya sudah memiliki penyakit-penyakit tersebut

(Worldometer, 2020).

Bukan hanya menyebabkan gangguan pada paru-paru, infeksi virus

Corona juga bisa menurunkan fungsi organ-organ tubuh lainnya, sehingga

kondisi penyakit kronis yang sudah dimiliki penderita akan semakin parah,

bahkan sampai mengakibatkan kematian (Worldometer, 2020).

Pada penderita kanker, misalnya. Penyakit kanker sendiri dapat

melemahkan sistem imun sehingga penderitanya tidak mampu menangkal

serangan virus Corona, ditambah lagi efek samping kemoterapi yang juga

dapat menekan sistem imun. Dalam keadaan seperti ini, virus Corona akan

lebih mudah berkembang dan menyebabkan gangguan pada berbagai

organ tubuh (American Cancer Society, 2020).

30
Pada penderita gagal jantung, di mana jantungnya sudah

mengalami kepayahan dalam memompa darah, gangguan paru-paru akibat

infeksi virus Corona akan membuat jantung harus bekerja lebih keras

untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Hal ini tentu dapat

memperburuk kondisi jantung (Centers for Disease Control and

Prevention, 2020).

2.2.5. Manifestasi Klinis Coronavirus

Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau

berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu ≥380C), batuk

dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat,

fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran

napas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada

kasus berat perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok

septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau

disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien,

gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam.

Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam

kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom klinis yang dapat

muncul jika terinfeksi menurut PDPI (2020):

2.2.5.1 Tidak berkomplikasi

Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul

berupa gejala yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti

demam, batuk, dapat disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung,

31
malaise, sakit kepala, dan nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien

dengan lanjut usia dan pasien immunocompromises presentasi gejala

menjadi tidak khas atau atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus ditemui

tidak disertai 28 dengan demam dan gejala relative ringan. Pada kondisi ini

pasien tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis atau

napas pendek.

2.2.5.2 Pneumonia ringan

Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak.

Namun tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan

pneumonia tidak berat ditandai dengan batuk atau susah bernapas

2.2.5.3 Pneumonia berat

Pada pasien dewasa:

a. Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi

saluran napas

b. Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas:

>30x/menit), distress pernapasan berat atau saturasi oksigen

pasien <90% udara luar.

2.2.6. Cara Penyebaran Coronavirus

Menurut World Health Organization (WHO) (2020), COVID-19

menular dari manusia ke manusia. Caranya, virus ini berpindah dari orang

yang terinfeksi ke orang yang kondisi tubuhnya dalam keadaan sehat.

Pandemi ini menyebar melalui tetesan kecil yang keluar dari hidung atau

32
mulut, ketika mereka (orang yang terinfeksi virus) batuk atau bersin.

Tetesan cairan tersebut kemudian mendarat dan menetap di benda atau

permukaan yang disentuh atau pada area tubuh orang yang sehat. Lalu,

tanpa disadari orang yang sehat ini menyentuh bagian mata, hidung, atau

mulut mereka, sehingga virus corona dapat dengan mudahnya melakukan

transmisi ke area tubuh tersebut (WHO, 2020).

Selain itu, virus ini juga bisa menyebar ketika tetesan kecil itu

terhirup oleh orang sehat saat berdekatan atau kontak langsung dengan

yang terinfeksi corona. Menurut WHO (2020), belum ada penelitian yang

menemukan virus corona (COVID-19) bisa menular melalui udara

2.2.7. Penegakan Diagnostik

Pada anamnesis gejala yang dapat ditemukan yaitu, tiga gejala

utama: demam, batuk kering (sebagian kecil berdahak) dan sulit bernapas

atau sesak. (Yuliana 2020)

2.2.7.1 Pasien dalam pengawasan atau kasus suspek / possible

Seseorang yang mengalami:

a. Demam (≥380C) atau riwayat demam

b. Batuk atau pilek atau nyeri tenggorokan

c. Pneumonia ringan sampai berat berdasarkan klinis dan/atau

gambaran radiologis. (pada pasien immunocompromised

presentasi kemungkinan atipikal) DAN disertai minimal satu

kondisi sebagai berikut :

33
1. Memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok atau wilayah/

negara yang terjangkit dalam 14 hari sebelum timbul gejala.

2. Petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama setelah

merawat pasien infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) berat

yang tidak diketahui penyebab / etiologi penyakitnya, tanpa

memperhatikan riwayat bepergian atau tempat tinggal

(Yuliana 2020)

Pasien infeksi pernapasan akut dengan tingkat keparahan

ringan sampai berat dan salah satu berikut dalam 14 hari

sebelum onset gejala :

a. Kontak erat dengan pasien kasus terkonfirmasi atau

probable COVID-19.

b. Riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan

sudah teridentifikasi)

c. Bekerja atau mengunjungi fasilitas layanan

kesehatan dengan kasus terkonfirmasi atau probable

infeksi COVID-19 di Tiongkok atau wilayah/negara

yang terjangkit.

d. Memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan dan

memiliki demam (suhu ≥380C) atau riwayat

demam.

c Orang dalam Pemantauan

34
Seseorang yang mengalami gejala demam atau riwayat demam

tanpa pneumonia yang memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok

atau wilayah/negara yang terjangkit, dan tidak memiliki satu atau

lebih riwayat paparan diantaranya:

a. Riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi

COVID-19

b. Bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan yang

berhubungan dengan pasien konfirmasi COVID-19

di Tiongkok atau wilayah/negara yang terjangkit

(sesuai dengan perkembangan penyakit).

c. Memiliki riwayat kontak dengan hewan penular

(jika hewan penular sudah teridentifikasi) di

Tiongkok atau wilayah/negara yang terjangkit

(sesuai dengan perkembangan penyakit. (Yuliana

2020).

2.2.7.2 Kasus Probable

Pasien dalam pengawasan yang diperiksakan untuk COVID-19

tetapi inkonklusif atau tidak dapat disimpulkan atau seseorang dengan

hasil konfirmasi positif pan-coronavirus atau beta coronavirus.

2.2.7.3 Kasus Terkonfirmasi

Seseorang yang secara laboratorium terkonfirmasi COVID-19.

35
2.2.8. Pemeriksaan Diagnostik

2.2.8.1 Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG

toraks. Pada pencitraan dapat menunjukkan: opasitas bilateral,

konsolidasi subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul,

tampilan groundglass.

2.2.8.2 Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah

a. Saluran napas atas dengan swab tenggorok(nasofaring dan

orofaring)

b. Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila

menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspirat

endotrakeal

c. Bronkoskopi

d. Pungsi pleura sesuai kondisi

e. Pemeriksaan kimia darah

f. Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan

saluran napas (sputum, bilasan bronkus, cairan pleura) dan

darah. Kultur darah untuk bakteri dilakukan, idealnya

sebelum terapi antibiotik. Namun, jangan menunda terapi

antibiotik dengan menunggu hasil kultur darah.

g. Pemeriksaan feses dan urin (untuk investasigasi

kemungkinan penularan)

36
2.2.9. Pencegahan

Tindakan pencegahan dan mitigasi merupakan kunci penerapan di

pelayanan kesehatan dan masyarakat. Langkah-langkah pencegahan yang

paling efektif di masyarakat meliputi:

a Melakukan kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer jika

tangan tidak terlihat kotor atau cuci tangan dengan sabun jika

tangan terlihat kotor

b Menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut

c Terapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan

mulut dengan lengan atas bagian dalam atau tisu, lalu

buanglah tisu ke tempat sampah;

d Pakailah masker medis jika memiliki gejala pernapasan dan

melakukan kebersihan tangan setelah membuang masker

e Menjaga jarak (minimal 1 m) dari orang yang mengalami

gejala gangguan pernapasan (Kemenkes, 2020)

2.2.10. Penatalaksanaan Medis

a. Isolasi pada semua kasus Sesuai dengan gejala klinis yang

muncul, baik ringan maupun sedang.

b. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) 26

c. Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit27

d. Suplementasi oksigen

37
Pemberian terapi oksigen segera kepada pasien dengan, distress

napas, hipoksemia atau syok. Terapi oksigen pertama sekitar

5L/menit dengan target SpO2 ≥ 90% pada pasien tidak hamil dan

≥ 92-95% pada pasien hamil

e. Kenali kegagalan napas hipoksemia berat

f. Terapi cairan

Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada bukti syok

Pasien dengan SARI harus diperhatikan dalam terapi cairannya,

karena jika pemberian cairan terlalu agresif dapat memperberat

kondisi distress napas atau oksigenasi. Monitoring keseimbangan

cairan dan elektrolit

g. Pemberian antibiotik empiris

h. Terapi simptomatik diberikan seperti antipiretik, obat batuk dan

lainnya jika memang diperlukan. (Pdpi, 2020)

2.3 Konsep Sikap


2.3.1 Definisi Sikap

Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya

sendiri, orang lain, obyek atau isu yang merupakan keteraturat tertentu

dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan

(konasi) (Azwar 2011)

38
Sikap adalah perbuatan yang didasari oleh keyakinan berdasarkan

norma-norma yang ada di masyarakat dan biasanya norma agama. Namun

demikian perbuatan yang akan dilakukan manusia biasanya tergantung apa

permasalahannya serta benar-benar (2013).

Sikap melibatkan beberapa pengetahuan tentang sesuatu. Namun

aspek yang esensial dalam sikap adalah adanya perasaan atau emosi,

kecenderungan terhadap perbuatan yang berhubungan dengan pengetahuan

(Ellis 2003).

2.3.2 Susunan Sikap

Sikap terbentuk oleh komponen kognitif, juga komponen

emosional, dan komponen perilaku. Dari semua susunan sikap inilah

terbentuk kepribadian kita. Sehingga orang lain mampu menilai kita

sebagai kategori orang sperti apa. Ulasan tiga komponen sikap (Azwar,

2013).

2.3.2.1. Kognitif

Sikap terbentuk oleh komponen kognitif. Olah kognitif yang muncul

adalah sikap percaya,streotip, dan adanya persepsi. Komponen kognitif

sering juga disebut dengan ikomponen perseptual yang berbicara tentang

kepercayaan seseorang menilai orang lain berdasarkan gejala-gejala dan

informasi yang diperolehnya, untuk membuat sebuah kesimpulan (Azwar,

2013)

39
2.3.2.2. Emosional

Komponen emosioanal berisi tentang perasaan yang melibatkan

emosi. Bisa perasaan bahagia, persaan sedih, dan perasaan terkejut.

Komponen satu ini bersifat subjektif. Terbentuknya komponen emosional

ini pun banyak dipengaruhi oleh persepsi diri yang melibatkan emosional

(Azwar, 2013)

2.3.2.3 Perilaku

Komponen perilaku seringkali disebut dengan komponen konatif.

Komponen ini bersifat predisposisi. Predosposisi merupakan

kecenderungan seorang terhadap stimulus/objek yang dihadapinya.

Misalnya, lulusan SMK/SMA melihat peluang kerjaan yang menjanjikan

adalah profesi perawat. Maka banyak lulusan SMK/SMA akn bernondong-

bondong masuk ke sekolah keperawatan (Azwar, 2013)

2.3.3. Manfaat Sikap Dalam kehidupan Sehari-Sehari

Selama berinteraksi denga orang lain, sebenarnya kita memiliki

banyak sekali sikap. Menariknya, kita seringkali sangat memperhatikan

sikap kita, agar tidak salah bersikap. Adapun manfaat adanya sikap, seperti

yang di paparkan oleh (Baron & Bryne 2003) :

2.3.3.1. Sebagian Skema

Skema dapat membantu seseorang untuk menginterpretasi

(menilai) sega bentuk segala informasi yang masuk. Hal ini berkaitan

40
untuk membantu pembentukan persepsi. Tanpa skema, persepsi sulit untuk

menerjehmakan dan mengambil kesimpulan. Dengan kata lai, sikap

berfungsi sebagai upaya sesorang untuk memahami dunia sosial (Baron &

Bryne 2003)

2.3.3.2. Knowledge Function

Skema memang memudahkan seseorang memahami lingkungan

sosialnya. Namun tanpa Knowledge Function (pengetahuan) skema dapat

menjebak. Karena sikap yang disertai pengetahuan akan memperkuat

perilaku yang memiliki self expression (ekspresi diri) dan self indentity

(identitas diri) (Baron & Bryne 2003)

2.3.3.3. Sebagai self-esteem

Individu yang sehat adlah individu yang memiliki self esteem.

Dengan adanya self-esteem inilah, yang meningkatkan harga diri

seseorang. Seseorang yang tidak memilik kepercayaan diri yang cukup,

terkadang membuat seseorang harga dirinya rendah, tidak percaya diri dan

tidak maksimal dalam berkativitas. Selain itu mempertahan kan ego dalam

hal ini adalha mempertahankan dir dari informasi negatif yang merugikan

diri (Baron & Bryne 2003)

2.3.3.4. Motivasi Impresi

Motivasi Impresi adalah motivasi seseorang untuk menimbulkan

kekaguman dan power semangat terhadap orang lain. Prinsip impresi yaitu

adanya sebab akibat, yang mempengaruhi dan dipengaruhi. Semakin besar

41
motivasi impresi yang kuat terhadap orang lain, semakin kuat puka

individu mengaplikasikan dalam bentuk sikap (Baron & Bryne 2003)

2.3.4. Empat Tangga Sikap

Menurut Notoatmodjo S., ada empat tangga sikap, pembagian

tangga sikap tersebut dimulai dari tangga rendah sampai tangga tertinggi.

Keempat tangga tersebut yaitu penerimaan (receiving), responding,

menghargai, dan bertanggung jawab (responsible).

2.3.4.1. Menerima

Setiap orang memiliki rasa ingin diakui, termasuk ingin diterima

oleh masyarakat sekitar. Termasuk munculnya rasa keinginan dan

memperhatikan stimulus yang diterimanya.

2.3.4.2. Respon

Munculnya konflik dalm kehidupan masyarakat rata-rata

disebabkan karena responding yang buruk.sama halnya ketika kita

memliki iktikad baik untuk menyampaikan pesan penting, tetapi justru

tidak mendapat tanggapan, maka muncullah rasa jengkel, tidak dihargai,

marah dan sejenisnya, dengan kata lain setiap orang buth diperhatikan.

2.3.4.3. Menghargai

Dari poin kedua, selain ingin di perhatikan, seseorang jugan butuh

dihargai.

42
2.3.4.4. Tanggung jawab

Tanggung jawab adalah salah satu sikap yang tidak semua orang

sanggup melakukannya. Banyak orang yang memiliki ide-ide bagus, tetapi

tidak memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikannya.

2.3.5. Faktor Penentu Sikap

Sikap selain memberi manfaat, juga terbentuk karena adanya faktor

penentu,terdapat empat fakto penenti sikap seseorang. Faktor penentu

tersebut meliputi faktor fisiologis, faktor kerangka acuan, komunikasi, dan

faktor pengalaman langsung terhadap objek.

2.3.5.1 Usia

Sikap ditentukan oleh faktor usia kesehatan seseorang. Misalnya

orang dewasa yang tentu memiliki kecenderungan untuk bersikap lebih

dewasa. Adapun kerangka acuan, lebih mengacu pada objek sikap, objek

sikap inilah yang akan menentukan seseorang bersikap negatif terhadap

objek. (Waslgito 2010),

2.3.5.2 Sosial

Faktor penentu sikap berupa komunikasi sosial, tergantung dengan

informasi yang seseorang terima. Jika informasi tersebut ditangkap dengan

cara negatif, maka sikapnya negatif. Brgitu pun berlaku sebaliknya.

Determinan (faktor penentu) terakhir di pengaruhi oleh pengalaman

langsung terhadap objek sikap (Waslgito 2010),

43
2.3.5.3 Pengalaman

Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap adalah

pengalaman khusus, komunikasi dengan orang lai, adanya model iklan dan

opini, lembaga-lembaga sosial, dan lembaga keagamaan. Konsep dasar

motif dan motifasi (Waslgito 2010),

2.3.5.4 Motif (motive)

Motif adalah keadaan kompleks dalam diri invidu yag

mengarahkan perilaku pada satu tujuan atau insentif, atau faktor penggerak

perilaku, atau konstruk teoritik tentang terjadinya perilaku. Motif dapat

dikelompokan menjadi primer (dorongan fisiologis, dorongan umum) dan

sekunder. Woodwort dan Marquis mengelompokan motif menjadi tiga

yaitu. Motif organis, motif darurat, motif objektif. Indikator motif terdiri

dari atas durasi. Frekuensi, persistensi, devosi, ketabahan, aspirasi,

kualifikasi prestasi, dan sikap. Upaya untuk meningkatkan motivasi

diantaranya menciptakan situasi kompetisi yang sehat, membuat tujuan

antara, menginformasikan tujuan dengan jelas, memberikan ganjaran, dan

tersedianya kesempatan untuk sukses (Waslgito 2010),

2.3.5.5 Konflik (conflict)

Konflik terjadi ketika ada dua atau lebih motif yang saling

bertentangan sehingga individu berada dalam situasi petantangan batin,

kebingungan, dan keragu-raguan. Jenis konflik dapat dibedakan menjadi

44
tiga, yaitu approach, appriach conflict, avoidance conflict, approach-

avoidance conflict (Waslgito 2010),

2.3.5.6 Frustasi (frustration)

Frustasi adalah suatu keadaan kecewa dalam diri individu, yang

disebabkan oleh tidak tercapainya kepuasan atau tujuan. Sumber frustrasi

menurut Sarlito Wirawan adalah lingkungan, pribadi, dan frustrasi

konfilik. Bentuk reaksi individu terhadap frustrasi adalah marah, bertindak

secara eksplosif, introversi, merasa tidak berdaya, regeresi, fiksasi, represi,

pembetukan reaksi,rasionalisasi, proyeksi (Waslgito 2010),

2.3.6. Indikator Sikap

Banyak anggapan bahwa terbentuknya sikap karena bawaan sejak

lahir. Namun hasil penelitian tersebut disanggah oleh beberapa peneliti

psikologi sosial seperti: Garungan, Abu Ahmadi, Sarlito Wirawan

Sarwono Dan Bimo Walgito yang mengatakan bahwa terbentuknya sikap

karena proses belajar. Indikator atau ciri-ciri sikap yaitu:

a. Sikap muncul karena proses belajar, yang berdasarkan dengan

latihan dan pengkonsdisian.

b. Sifat sikap berubah-berubah, sehingga itulah yang

menyebabkan seseorang mempelajari perilaku satu sama lain.

c. Sikap berdiri saling berhubungan

d. Sikap tertuju pada satu objek dan banyak objek.

45
e. Sikap berjalan dalam waktu lama maupun sebentar.

f. Sikap memiliki rasa dan motivasi, dua hal inilah yang

membedakan sdengan pengetahuan.

Pada prinsipnya, dala interaksi sosial semua manusia melakukan

enam hal tersebut baik di sadari maupun tidak. Bahkan, individu juga

dapat mempelajari sikap yang berbeda dari biasanya lewat proses

pengamatan sikap orang lain, yang di anggap pantas untuk ditiru.

2.3.7. Penilaian Sikap

Pengukuran secara langsung, biasa kita lakukan dengan cara

mengajukan pertanyaan. Adapun beberapa jenis pengukuran sikap yang

termasuk ke pengukuran sikap secara langsung, yaitu dengan cara

terstruktur dan tidak terstruktur.

2.3.7.1. Skala Terstruktur

Skala terstruktur selain secara tertulis, juga bisa dengan

mengajukan pertanyaan yang tersusun rapi. Adapun beberapa nama

alat tes pengukur sikap yang disebut skala:

a. Skala Bogardus

Skala bogardus merupakan skala untuk mengetahui

sejauh mana sikap seseorang, berdasarkan jarak

sosialnya. Seperti yang kita rasakan, dalam interaksi

sosial. Penyebabnya bermacam-macam, bisa di

sebabkan karena faktor usia, ras, dan agama

46
b. Skala Thurston

Skala yang digunakan untuk mengukur sikap seseorang

terhadap pengaruh like-dislike. Penggunaan skala

Thurston menggunakan metode equal-appearing

intervals yang telah disusun sedemikian rupa.

Penyusunannya dibuat semacam range bawah ke atas,

dari yang menyenangkan sampai tidak menyenangkan.

c. Skala Likert

Skala likert dikemas dengan penampila lima pilihan

jawaban peratnyaan yang diajukan pun berupa

pernyataan. Tester biasanya disuruh memilih jawaban

yang sudah disediakan. Bentuk pilihan jawabannya pun

sama dengan jawaban sebelumnya, yaitu meliputi setuju

ragu-ragu, tidak setuju dan sangat setuju.

2.3.7.2. Skala Yang Tidak terstruktur

Penilaian sika yang paling sederhana dan tanpa persiapan

yang ribet adalah menggunakan skala tidak terstruktu. Penilaian ini

dilakukan hanya dengan melakukan wawancara semat, tetapi juga

melakukan pengamatan secara langsung dan melakukan survei.

Bentuk survey itu sendiri tidak selalu dalam benruk peninjauan

langsung di rumah partisipan, tetapi bisa dengan melakukan survey

di jejaring media sosial.

47
2.4. Konsep Vaksin

2.4.1. Definisi Vaksin

Vaksin merupakan produk yang merangsang sistem kekebalan

tubuh seseorang untuk menghasilkan kekebalan terhadap penyakit

tertentu, melindungi orang dari penyakit itu (Centers For Disease 2020).

Vaksin adalah upaya pencegahan terhadap suatu penyakit bila

individu terinfeksi bakteri virus (Abraham Simatupang 2020).

2.4.2. Sejarah Vaksin

Penelitian membuktikan praktek vaksin pertama dilakukan oleh

bangsa China sekitar tahun 1.000 Masehi. Pada saat itu mereka

melakukan teknik inokulasi (memasukan bakteri/virus kedalam tubuh

melalui luka atau alat yang digoreskan ke kulit). Inokulasi dilakukan

untuk memberikan kekebalan terhadap cacar air. Sejak itu, praktek yang

sama dilakukan di Afrika dan Turki sebelum menyebar ke Eropa dan

Amerika.

Penggunaan vaksin pertama yang dilakukan secara medis baru

tercatat pada tahun 1796. Adalah Edwar Jenner, ahli fisika asal inggris

yang menemukan cara untuk mencegah penyakit lewat mematikan bakteri

atau virus tersebut.

48
2.4.3. Pengembangan Vaksin

Vaksin Klasik Vaksin Covid-19

Fase pra-klinik Fase pra-klinik


(18-30 bulan) (0 bulan)

Fase klinik I Fase klinik I


(puluhan volunti -6
(puluhan voluntir-30
bulan)
bulan)

Fase klinik II Fase klinik II


(ratusan voluntir 32 (atusan voluntir -6
bulan) bulan) bulan)

Fase klinik III Fase klinik III


(ribuan voluntir 30 (ribuan voluntir 0)
bulan) bulan)

Registrasi, Persetujuan, Registrasi, Persetujuan,


Pembuatan, vaksinasi Pembuatan, vaksinasi
(11-24 bulan) (miliar dosis) – 6 bulan

Gambar 2.1 Pengembangan Vaksin

Sumber: Simatupang, Abraham. 2021. “Mengupas Vaksin

Covid-19 Dan Nutrisi Untuk Lansia

49
2.4.4. Komponen Virus Dan Metode Pembuatan Vaksin Covid-19

Gambar 2.2 Komponen Virus Dan Metode Pembuatan

Vaksin Covid-19

Sumber: Simatupang, Abraham. 2021


“Mengupas Vaksin Covid-19 Dan Nutrisi Untuk Lansia

50
2.4.5. mRNA Vaksin Covid-19 Bekerja

a. mRNA materi genetic setiap sel termasuk virus yang mengatur

sel membuat protein

b. mRNA dibungkus dalam nano particle kemudia disuntkan.

c. mRNAakan membuat protein virus yaitu spike sambal

“mengejar” sel imun untuk mengenai spike tersebut.

d. Suatu saat kalau dating virus Covid-19 maka system imun sudah

mengenal dan langsung memberikan Reaksi Tanggap Cepat.

e. Kpmponen virus Covid-19 dimasukan dalam virus lain (sebagai

pengangkut).

f. Virus pengangkut tidak menimbulkan infeksi.

g. Vaksin disuntikan, kemudian komponen virus Covid-19 itu akan

dikeluarkan dari transportnya dan akan memicu system imunitas

tubuh manusia

h. Selanjutnya tubuh sudah siap merespon bila Virus Covid-19

masuk menjadi Reaksi Cepat Tanggap (Simatupang, Abraham.

2021

51
2.5. Kearngka Teori
Faktor Predisposisi
1.Pengetahuan
2.Sikap
3.Pendidikan

Faktor Pendukung
1.Sarana Dan Pra Perilaku Lansia
Sarana Vaksinasi
Covid-19

Faktor Pendorong
1.Keluarga
2.Lingkungan
3. Petugas Kesehatan

Gambar 2.3 Kerangka Teori

Sumber: Gren LW, Kreuter, Mw, Akta, Sg, Partridge, KB (1980)

2.6. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu pemaparan dan penggambaran

tentang iteraksi atau kaitana antara konsep dan variabel yang diamati atau

diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmojdo,2012).

Konsep sangat dibutuhkan dalam penelitian karena menggambarkan secara

abstrak suatu kejadian sosial maupun kejadian alam (Sitoyo dan Sodik,

2015)

Tabel 1.1 Variabel Independen Dan Varibel Dependen

Variabel Independen Variabel Dependen


1. Jenis Kelamin
2. Pendidikan Perilaku lansia terhadap
3. Pengetahuan vaksinasi Covid-19
4. Sikap

52
2.7. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu komplemen sementara yang belum final atau

suatu dengan sementara yang menyatakan hubungan antara dua atau lebih

variabel (Nurdin et al, 2019).

Ha: Terdapat hubungana antara jenis kelamin, pendidikan, pengetahaun

serta sikap dengan perilaku lansia terhadap Vaksinasi Covid-19

Ho: Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin, pendidikan,

pengetahaun serta sikap dengan perilaku lansia terhadap Vaksinasi

Covid-19

53
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif metode deskriptif

analitik dengan menggunakan desain studi cross sectional melihat

gambaran fenomena yang terjadi dengan pengumpulam data yang

dilakukan bersamaan secera serentak dalam satu waktu antara faktor risiko

dengan efeknya (point time approach). (Notoatmojo 2012).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga yang tinggal di

RT /RW 004/06 Kelurahan Pejaten Barat Kecamatan. Pasar Minggu,

Jakarta Selatan .Adapun jumlah populasi adalah sebanyak 40 responden.

3.2 Populasi Dan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi merupakan sebagian wilayah yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

diterpkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Hidayat, 2011)

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari karakterristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempeslajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan

dana, tenaga, dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang

diambil populasi itu (Sugiyono 2013)

54
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

total sampling yaitu teknik pengambilam sampel dimana jumlah sampel

sama dengan banyaknya populasi, jumlah sampel dalam penelitian ini

sebanyak 40 orang

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian telah dilakukan di wilayah Rt/Rw 04/06 Kelurahan

Pejaten Barat Kecamatan Pasar Minggu

3.4 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 13 Agustus 2021

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Independen

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi

atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

(terikat). Variabel Independen pada penelitian ini adalah jenis kelamin,

pendidikan, pengetahuan, sikap

3.5.2 Variabel Dependen

Varibel dependen (depeden variabel) adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Variabel Dependen pada penelitian ini adalah Perilaku Lansia Terhadap

Vaksinasi Covid-19.

55
3.6 Definisi Operasional Peneletian

Tabel 3.1 Definis Operasional

Variabel Definis Alat Cara Ukur Hasil Skala


Operasional Ukur Ukur
Ukur

Independen
1. Jenis Jenis Kelamin Kuisione Responden 1.Perempua Nomin
Kelamin antara r diberikan n
perempuan kuisoner 2. Laki-laki al
dengan laki-
oleh peneliti
laki secara
biologis sejak tentang jenis
seorang itu kelamin
dilahirkan lansia
(Hungu 2016)

2.Pendidikan Pendidikan Kuesione 1.Rendah:


merupakan r (SD-SMP) Ordinal
usaha sadar
yang dilakukan Responden 2.Tinggi:
oleh keluarga, diberikan (SMA- PT)
masyarakat, kuisoner
dan pemerintah oleh peneliti
melalui tentang
kegiatan pendidkan
bimbingan,
pengajaran,
dan latihan,
yang
berlangsung di
sekolah dan di
luar sekolah
sepanjang
hayat untuk
mempersiapka
n peserta didik
agar dapat
mempermainka
n peranan
dalam berbagai
lingkungan
hidup secara
tetap untuk
masa yang
akan datang.
(Edgar Dell

56
2011)

3.Pengetahua Pengetahuan 1.baik jika Ordinal


n merupakan Kuesione ≥50%
segala sesuatu r
yang diketahui 2. kurang
berdasarkan jika ≤50%
pengalaman
manusia itu
sendiri dan
pengetahuan
akan
bertambah
sesuai dengan
proses
pengalaman
yang
dialaminya
(Mubarak
2011)

2. Sikap Sikap adalah Kuesione


predisposisi r Ordinal
atau
kecenderungan Responden 1.Positif
yang relatif akan di ukur jika
stabil dan dengan jawaban
berlangsung
menggunaka respoden
terus-menerus
untuk n kuisioner benar dari
bertingkah laku pengetahuan 60-125
atau bereaksi terhadap
dengan cara Vaksinasi
tertentu Covid-19
terhadap objek, 2.Negatif
pada lansia
lembaga, atau jika
menggunaka
persoalan jawaban
tertentu n skala
responden
(Chaplin 2010) Guttman
benar 0 -59
dengan
skoring

57
pertanyaan
terdiri dari
25 item
Responden
menjawab
benar diberi
nilai 1, dan
jika salah di
beri nilai 0

Responden
akan di ukur
dengan
menggunaka
n kuesioner
sikap
terhadap
Vaksinasi
Covid-19
pada lansia
dengan skala
Likert dan
skoring.
Pertanyaan
terdiri dari
25 item.
Pertanyaan
akan di
berikan nilai
pada pilihan
jawaban;
sangat setuju
(SS): 5,
setuju (S):
4
netral(N): 3
tidak setuju
(TS): 2,
sangat
tidak setuju
(STS): 1

58
Variabel Definis Alat Ukur Cara Ukur Hasil Skala
Operasional Ukur
Ukur

Dependen
1.Perilaku (perilaku Kuesioner Responden 1.Ya, jika Ordinal
Vaksinasi) diberikan responden
Covid-19 kuisoner Vaksin
merupakan oleh lengkap
salah satu peneliti
tentang 2.Tidak,jika
upaya dalam perilaku responden
menangani lansia tidak Vaksin
masalah Covid- terhadap atau hanya
19. Vaksinasi vaksinasi Vaksin 1
Covid-19 kali
bertujuan untuk
menciptakan
kekebalan
kelompok (herd
immunity) agar
masyarakat
menjadi lebih
produktif dalam
menjalankan
aktivitas
kesehariannya
(Koirala 2020)

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah bentuk dalam mengumpulkan data

yang diperlukan. Bentuk instrumen berkaitan dengan metode

pengumpulan data, misalnya metode wawancara, metode angket atau

kuesioner, dan metode observasi (Siyanto 2015)

59
Instrumen penelitian yang digunakan untuk membantuk

pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu metode angket atau

kuesioner. Angket atau kuesioner adalah metode pengumplan data, bentuk

lembaran angket atau dapat berupa sejumlah tertulis, tujuannya untuk

memperoleh informasi dari responden tentang apa yang dia ketahui Siyoto

(2012)

Kuesioner adalah susunan susunan daftar pertanyaan yang

digunakan sebagai alat pengumpulan data untuk memperoleh suatu

informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian (Notoatmojo 2012).

Kuesioner ini digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan tentang

perilaku lansia terhadap Vaksinasi Covid-19 didapatkan dari penelitian

Febriyanti (2021) dengan judul hubungan tingkat pengetahuan dengan

kesediaan Vaksinasi Covid-19 pada warga kelurahan dukuh mananggal

Kota Surabaya dan di modifikasi oleh peneliti. Selanjutnya kuesioner yang

digunakan untuk mengukur sikap dan perilaku, tentang perilaku lansia

terhadap Vaksinasi Covid-19 di ambil dari penelitian Setyaningsih (2020)

dengan judul gambaran persepsi, sikap, serta perilaku lansia tentang

pencegahan penularan Covid-19 di daerah Jabodetabek dan dimodifikasi

oleh peneliti.

3.8 Validasi dan Reliabilitas

3.8.1 Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Instrumen

60
yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah kuesioner atau angket.

Untuk mendapatkan data yang valid dan realibel maka kuesioner harus

diuji validitas dan reabilitas. Sebelum kuesioner digunakan dalam

penelitian, Kuesioner tersebut akan uji validitas dengan rumus korelasi

Pearson product moment. Kita dapat mengetahui apakah instrumen yang

akan digunakan valid atau tidak, maka kita dapat melakukan dengan

melihat hasil perhitungan rhitung. Apabila rhitung>rtabel (0,05) dengan

nilai signifikansi < 0,05 , maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid

sedangkan jika nilai r hitungnya lebih kecil dari r tabel berarti tidak valid

(Heriyanto, 2012).

Pada penelitian ini akan direncanakan menggunakan kuosioner,

dimana menggunakan 3 kuesioner mengenai kuesioner prilaku 2

pertanyaan, sikap 25 pertanyaan dan pengetahuan 15 pertanyaan, dengan

total 43 item yang melibatkan responden warga RT/RW 004/06 dengan

usia 60-85 tahun kemudian di analisis menggunakan uji validitas dan

realibilitas dengan alat bantu SPSS 25.

3.8.1.1 Hasil Uji Sikap

Kuesioner sikap sebelum dilakukan uji validitas sebanyak 10

pertanyatan. Hasil uji validitas pada kuesioner sikap diketahui memiliki

koefisien terendah 0,342 dan koefisien tertinggi 0,876. Dari hasil tersebut

dapat di simpulkan 25 dari 25 pertanyaan tersebut valid. Sehingga 25

pertanyaan tersebut dapat digunakan untuk penelitian.

61
3.8.1.2 Hasil Uji Validitas Pengetahuan

Kuesioner pengetahaun sebelum dilakukan uji validitas sebanyak

15 pertanyatan. Hasil uji validitas pada kuesioner pengetahuan diketahui

memiliki koefisien terendah 0,375 dan koefisien tertinggi 0,803. Dari hasil

tersebut dapat di simpulkan 15 dari 15 pertanyaan tersebut valid. Sehingga

15 pertanyaan tersebut dapat digunakan untuk penelitian

3.8.1.3 Hasil Uji Validitas Perilaku

Kuesioner perilaku sebelum dilakukan uji validitas sebanyak 2

pertanyatan. Hasil uji validitas pada kuesioner perilaku diketahui memiliki

koefisien terendah 0,614 dan koefisien tertinggi 0,703. Dari hasil tersebut

dapat di simpulkan 2 dari 2 pertanyaan tersebut valid. Sehingga 15

pertanyaan tersebut dapat digunakan untuk penelitian.

3.8.2 Releabilitas

Reliabilitas berasal dari kata reliability yang berarti sejauh mana

hasil suatu pengukuran memiliki keterpercayaan, keterandalan, keajegan,

konsistensi, kestabilan yang dapat dipercaya. Hasil ukur dapat dipercaya

apabiladalam beberapakali pengukuran terhadap kelompok subjek yang

sama diperoleh hasil yang relatif sama.

62
Menurut Sugiyono (2017:130) menyatakan bahwa uji reliabilitas

adalah sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan objek yang

sama, akan menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas dilakukan secara

bersama-sama terhadap seluruh pernyataan. Untuk uji reliabilitas

digunakan metode split half, hasilnya bisa dilihat dari nilai Correlation

Between Forms. Hasil penelitian reliabel terjadi apabila terdapat kesamaan

data dalam waktu yang berbeda. Instrument yang reliabel adalah instrumen

yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan

menghasilkan data yang sama.

a. Nilai Cronbach’s alpha 0,00 s/d 0,20 artinya kurang realibel.

b. Nilai Cronbach’s alpha 0,21 s/d 0,40 artinya agak realibel.

c. Nilai Cronbach’s alpha 0,41 s/d 0,60 artinya cukup realibel

d. Nilai Cronbach’s alpha 0,61 s/d 0,80 artinya realibel

e. Nilai Cronbach’s alpha 0,81 s/d 1,0 artinya sangat reliable

Uji reliabilitas pada kuesioner ini dilakukan setelah melakukan uji

validitas:

a Setelah dilakukan uji relebilitas, didapatkan hasil bahwa lampiran

pernyataan pada angket pengetahuan menunjukan bahwa nilai

reabilitas kuesioner sebesar 0,884 (alpha Cronbach’s) dan lebih dari

0,80. Hasil pengujian ini menunjukan semua item pertanyaan yang

digunakan realibel sehingga alat ukur bisa digunakan untuk menukur

variabel Perilaku

63
b Setelah dilakukan uji relebilitas, didapatkan hasil bahwa lampiran

pernyataan pada angket sikap menunjukan bahwa nilai reabilitas

kuesioner sebesar 0,952 (alpha Cronbach’s) dan lebih dari 0,80.

Hasil pengujian ini menunjukan semua item pertanyaan yang

digunakan realibel sehingga alat ukur bisa digunakan untuk menukur

variabel sikap.

c Setelah dilakukan uji relebilitas, didapatkan hasil bahwa lampiran

pernyataan pada angket perilaku menunjukan bahwa nilai reabilitas

kuesioner sebesar 0,884 (alpha Cronbach’s) dan lebih dari 0,80.

Hasil pengujian ini menunjukan semua item pertanyaan yang

digunakan realibel sehingga alat ukur bisa digunakan untuk menukur

variabel pengetahuan.

3.9 Prosedur Pengumpulan Data

a Melakukan konnsultasi dengan pembimbing

b Meminta surat pengantar dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Nasional untuk di berikan ke perangkat Rt/Rw 04.06 Kelurahan

Pejetaten Barat.

c Penelitian menyebar kuesioner kepada responden dalam kurun

waktu satu minggu

d Melakukan pengecekan ulang untuk kelengkapan kuesioner yang

telah diisi responden

e Data dapat di proses dan analisa

64
3.10 Analisa Data

Analisis data ialah proses penelitian yang sangat sukar dilakukan

hal ini lantaran membutuhkan kerja keras, fikiran yang kreatif, dan

kemampuan pengetahuan yang tinggi. Dalam pandangannya dalam teknik

analisis data tidak bisa disamakan antara satu penelitian dengan peneliti

yang lainnya, terutama mengenai metode yang dipergunakan (Sugiyono,

2010)

3.10.1 Analisa Unvariat

Analisis jenis ini digukan unutk mendiskripkan karakteristik dari

setiiap variabel dependen dan independen (Sarwono 2009). Menetapkan

prevalansi atau distribusi frekuensi variabel , jenis kelamin, pendidikan,

pengetahuan , sikap

3.10.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat menggunakan tabel silang untuk menyoroti dan

menganalisis perbedaan atau hubungan antara dua variabel. Analisis

bivariat juga menggunkan uji Chi Square dengan tingkat kemaknaan à

=,0,05

Hasil yang diperoleh pada analisis Chi Square denga menggunakan

program SPSS yaitu nilai p, kemudian dengan à =0,05. Apabila nila p

lebih kecil dari ά = 0’,05 maka ada hubungan atau perbedaan antara dua

variabel tersebut. (Agung1993)

65
Sedangkan untuk mengetahui kuatnya perbedaan antara variabel

dikonsultasikan dengan Contingency Coefficient (untuk varibel dengan

data nominal) sementara untuk mengetahui pola dan dan kuatnya

hubungan natara variabel dikonsultasikan dengan uji Spearman

Correlation (untuk varibael dengan data interval) Nilai Chi Square,

Contingency Coefficient, Spearman Correlation diperoleh dari hasil

pengolahan program SPSS (Santoso, 2000:30)

3.11 Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan rekomendasi dari

institusi tempat penelitian. Penelitian menggunakan etika sebagai berikut

(Loiselle et al., (2004) dalam Palestin (2007):

3.11.1 Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for

human dignity)

Peneliti mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan

informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta

memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk

berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa tindakan

yang terkait denganprinsip menghormati harkat dan martabat manusia,

adalah: peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed

consent).

66
3.11.2 Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian

(respect for privacy and confidentiality)

Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanya

informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi, sehingga

peneliti memperhatikan hak-hak dasar indivsssidu tersebut.

3.11.3 Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)

Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional,

berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,

keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius

subyek penelitian. Menekankan kebijakan penelitian, membagikan

keuntungan dan beban secara merata atau menurut kebutuhan,

kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas masyarakat. Peneliti

mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak subyek untuk

mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum, selama, maupun sesudah

berpartisipasi dalam penelitian.

3.11.4 Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

(balancing harms and benefits)

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian

guna mendapatkan hasil yang bennanfaat semaksimal mungkin bagi

subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi

67
(beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi

subyek (nonmaleficence

68
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian

Bab ini membahas hasil dari pelaksanaan penelitian yang dilakukan

kepada warga RT/RW 004/06 Kelurahan Pejaten Barat terkait Perilaku

Lansia Terhadap Vaksinasi Covid-19.

Bab ini juga akan mengurai data statistik hasil penelitian yaitu

Analisis univariat dan bivariat yang disajikan dalam bentuk tabel

distribusi.

4.1.1 Analisa Univariat

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
Di Rt/Rw 04/06 Kel. Pejaten Barat Kec. Pasar Minggu

Jenis Kelamin F %
Perempuan 14 35
Laki-laki 26 36
Total 40 100
Sumber : Data Primerr 2021

Berdasarkan tabel 4.1 jenis kelamin pada responden didapatkan hasil

bahwa responden dengan jeni kelamin perempuan berjumlah 14 (35,0%) dan

responden berjenis kelamin laki-laki 26 (36,0%)

69
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden
Di Rt/Rw 04/06 Kel. Pejaten Barat Kec. Pasar Minggu

Pendidikan F %
Rendah 12 30
Tinggi 28 70
Total 40 100
Sumber : Data Primerr 2021

Berdasarkan tabel 4.2 tingkat pendidikan responden didapatkan

hasil bahwa responden yang berpendidikan rendah berjumlah 12 (30,0%),

responden yang berpendidikan tinggi yaitu berjumlah 28 (70,0%).

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Beradasarkan Pengetahuan Responden
Di Rt/Rw 04/06 Kel. Pejaten Barat Kec. Pasar Minggu

Pengetahuan F %
Baik 34 85
Kurang 6 15
Total 40 100
Sumber : Data Primer 2021
Berdasarkan tabel 4.3 pengetahuan pada responden didapatkan

hasil bahwa responden yang berpengetahuan baik berjumlah 34 orang

(85,0%) dan responden yang berpengetahuan kurang berjumlah 6 orang

(15,0%).

70
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Responden
Di Rt/Rw 04/06 Kel. Pejaten Barat Kec. Pasar Minggu

Sikap F %
Positif 39 99
Negatif 1 1
Total 40 100
Sumber : Data Primer 2021
Berdasarkan tabel 4.4 sikap pada responden didapatkan hasil

bahwa responden yang mempunyai sikap baik 39 orang (99%) dan yang

mempunyai sikap negatif 1 orang (1,2%).

. Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Responden
Di Rt/Rw 04/06 Kel. Pejaten Barat Kec. Pasar Minggu

Perilaku Vaksin F %
Ya 36 90
Tidak 4 10
Total 40 100
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 4.5 perilaku pada responden didapatkan hasil

bahwa responden yang perilaku baik 36 orang (90%) dan yang berperilaku

kurang 4 orang (10,0%).

71
4.1.2 Analisa Bivariat

Tabel 4.6

Hubungan Antara Jenis Kelamin Dan Perilaku Lansia Terhadap

Vaksinasi Covid-19

Perilaku Vaksin

Baik Kurang Jumlah P.Value OR

Jenis Kelamin N % N % N %

Positif 14 100,0 0 0,0 34 100,0 ,276 000

Negatif 22 89,3 4 10,7 6 100,0

Total 36 189,3 4 10,7 40 100,0

Sumber: Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan bahwa 14 (100,0%) responden berjenis

kelamin perempuan dan perilaku baik terhadap Vaksinasi Covid-19 dan 0 (

0.0%) responden berjenis kelamin perempuan dan perilaku kurang terhadap

Vaksinasi Covid-19. 22 (89,3) responden yang berjenis kelamin laki-laki dan

perilaku baik terhadap Vaksinasi Covid-19. 4 (10,7%) responden yang

memiliki tingkat pendidikan tinggi namun perilaku kurang terhadap

Vaksinasi Covid-19..Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil analisis chi-

square diperoleh nilai p= ,276 atau (p>0,005) artinya tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara tingkat pendidikan dan perilaku lansia terhadap

Vaksinasi Covid-19.

72
Tabel 4.7

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dan Perilaku Lansia


TerhadapVaksinasi Covid-19

Perilaku Vaksin

Baik Kurang Jumlah P.Valu OR


e
Tingkat Pendidikan
N % N % N %

Rendah 11 91,7 1 8,3 34 100,0 1,000 .758

Tinggi 25 89,3 4 10,7 6 100,0

Total 36 96,12 4 15,10 40 100,0

Sumber: Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan bahwa 11 (91,7%) responden memiliki

tingkat pendidikan rendah namun perilaku baik terhadap Vaksinasi Covid-19

dan 1 ( 8.3%) responden memiliki tingkat pendidikan rendah dan perilaku

kurang terhadap Vaksinasi Covid-19. 25 (89,3) responden yang memiliki

tingkat pendidikan tinggi dan perilaku baik terhadap Vaksinasi Covid-19. 3

(10,7%) responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi namun perilaku

kurang terhadap Vaksinasi Covid-19..Sehingga dapat disimpulkan bahwa

hasil analisis chi-square diperoleh nilai p= 1,000 atau (p>0,005) artinya tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan perilaku

lansia terhadap Vaksinasi Covid-19.

73
Tabel 4.8
Hubungan Antara Pengetahuan Dan Perilaku Lansia Terhadap

Vaksinasi Covid-19

Perilaku Vaksin

Baik Kurang Jumlah P.Value OR

Pengetahuan N % N % N %

Baik 34 100,0 0 30,6 34 100,0 0,000 ,000

Kurang 2 20,0 4 66,7 6 100,0

Total 36 30,0 4 96,10 40 100,0

Sumber: Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan bahwa responden yang memiliki

pengetahuan baik terhadap Vaksinai Covid-19 sebanyak 34 responden

(60.0) terdapat 34 (33,3%) responden memiliki pengetahuan yang baik

terhadap Vaksinasi Covid-19 dan 0 responden ( 0.0%) memiliki

pengethuan yang kurang terhadap Vaksinasi Covid-19. Responden yang

memiliki pengetahuan terhadap Vaksinasi Covid-19 yang kurang sebanyak

4 orang (66.7%) terdapat 2 orang (20.0%) memiliki sikap baik terhadap

Vaksinasi Covid-19 .Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil analisis chi-

square diperoleh nilai p= 0,000 atau (p<0,005) artinya Ha diterima dan Ho

ditolak yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan

sikap terhadap perilaku lansia terhadap Vaksinasi Covid-19.

74
Tabel 4.9

Hubungan Antara Sikap Dan Perilaku Lansia Terhadap

Vaksinasi Covid-19

Perilaku Vaksin

Baik Kurang Jumlah P.Value OR

Sikap

N % N % N %

Positif 30 100,0 0 0,0 30 100,0 0,002 ,000

Negatif 6 60,0 4 40,0 10 100,0

Total 40 160,0 4 40 40 100,0


Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan bahwa responden yang memiliki

sikap baik terhadap Vaksinai Covid-19 sebanyak 30 responden (60.0)

terdapat 30 (100,0%) responden memiliki sikap yang baik terhadap

Vaksinasi Covid-19 dan 0 responden ( 0.0%) memiliki perilaku yang

kurang terhadap Vaksinasi Covid-19. Responden yang memiliki sikap

terhadap Vaksinasi Covid-19 yang kurang sebanyak 4 orang (40.0%)

terdapat 6 orang (60.0%) memiliki sikap baik terhadap Vaksinasi Covid-

19 .Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil analisis chi-square diperoleh

nilai p= 0,000 atau (p<0,005) artinya Ha diterima dan Ho ditolak yang

artinya terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan sikap terhadap

perilaku lansia terhadap Vaksinasi Covid-19.

75
4.2 Pembahasan

4.2.1 Hasil Uji Univariat

4.2.1.1 Distribusi frekuensi berdasarkan perilaku lansia terhadap Vaksin

Covid-19 di Kelurahan Pejaten Barat

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme

(makhluk hidup) yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada

hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas (Notoatmodjo, 2010).. Perilaku

merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal

dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmojo, 2012)

Hasil penelitian pada 40 responden menunjukan bahwa tingkat

perilaku responden terhadap Vaksinasi Covid-19 yang baik sebanyak 36

(90,0%) dan responden yang memiliki perilaku kurang sebanyak 4 (10,0%).

Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa sebagagian besar responden

memiliki perilaku yang baik terhadap Vaksinasi Covid-19. Perilaku yang

baik tersebut didapatkan dari berbagai faktor seperti lingkungan atau atau

latar belakang pendidikan.

Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Mujiburrahman et al (2020),

Hubungan Pengetahuan Dan Perilaki Terhadap Vaksinasi Covid-19 Di

Mayarakat. diperoleh hasil bahwa sebagia besar responden mempunyai

perilaku baik yaitu dengan presentase (88,7%) yang berperilaku baik,

responden yang berperilaku baik disebabkan kareana berbagai faktor seperti

76
lingkungan, media masa dan juga latar belakang pendidikan serta

pengetahuan. Peneltian ini juga menunjukan bahwa responden yang tidak

mau untuk divaksin dikarenakan takut akan efek samping yang di

timbulakan

Dalam penelitian ini terdapat responden yang mempunyai perilkau

baik terhadap Vaksinasi Covid-19 dan ada juga responden yang masih takut

akan Vaksinasi Covid-19. Sehingga peneliti berpendapat bahwa perilaku

pada responden yang mau untuk Vaksin Covid-19 dikarenakan tingkat

pendidikan yang memadai, lingkungan yang mendukung, serta pengaruh

dari media masa atau sosial media yang memberikan info perihal Vaksinasi

Covid-19 dan pada akhirnya membentuk suatu pengetahuan baik terhadap

individu atau responden

4.2.1.2 Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan lansia terhadap

Vaksin Covid-19 di Kelurahan Pejaten Barat

(Notoatmojo, 2010) Pengetahuan adalah hasil dari informasi

yang kemudia diperhatikan, dimengerti dan ingat. Informasi dapat

bermacam-macam bentuknya, baik pendidikan fomal maupun informal,

seperti membaca surat kabar, mendengar radio, nonton Tv. Pengetahuan

merupakan hasil setelah orang melakukan penginderaan terjadi melalui

panca indera yaitu sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga.

Hasil penelitian pada 40 responden menunjukan bahwa tingkat

pengetahuan responden terhadap Vaksinasi Covid-19 yang baik sebanyak

77
34 (85,0%) dan responden yang memiliki sikap kurang sebanyak 6

(15,0%). Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa sebagagian besar

responden memiliki sikap yang baik terhadap Vaksinasi Covid-19.

Pengetahuan yang baik tersebut didapatkan dari berbagai faktor seperti

media masa, buku, dan jyga puskesmas terdekat yang memberikan

penyuluhan tentang Vaksinasi Covid-19 pada masyarakat yang masih

menganggap bahwa vaksin merupakan salah satu alat yang dapat

membahayakan tubuh.

Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Noer Febriyanti (2021).

Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Vaksinasi Covid-19 Pada

Warga Kelurahan Duku Mananggal Kota Surabaya, doperoleh hasil bahwa

sebagia besar responden mempunyai pengetahuan baik yaitu didapatkan

nila dari 37 responden dengan presentase (83,8%) yang berpengetahuan

baik, responden yang berpengethuan baik disebabkan kareana berbagai

faktor seperti lingkungan, media masa dan juga latar belakang pendidikan.

Peneltian ini juga melaporkan bahwa responden yang tidak mau untuk

divaksin dikarenakan takut akan efek samping yang di timbulakan

Dalam penelitian ini terdapat responden yang mempunyai

pengetahuan baik terhadap Vaksinasi Covid-19 dan ada juga responden

yang masih takut akan Vaksinasi Covid-19. Sehingga peneliti berpendapat

bahwa tingkat pengetahuan pada responden yang mau untuk Vaksin

Covid-19 dikarenakan tingkat pendidikan yang memadai, lingkungan

yang mendukung, serta pengaruh dari media masa atau sosial media yang

78
memberikan info perihal Vaksinasi Covid-19 dan pada akhirnya

membentuk suatu pengetahuan baik terhadap individu atau responden.

4.2.1.5 Distribusi frekuensi berdasarkan sikap lansia terhadap Vaksin


Covid-19 di Kelurahan Pejaten Barat

Menurut teori Sunaryo (2004) Sikap adalah kecenderungan dari

respon untuk bertindak dari individu berupa respon tertutup terhadap

stimulus atau objek tertentu. Sikap merupakan perasaan mendukung atau

memihak (forvorabel) maupun perasaan tidak mendukung (unforvorabel)

pada suatu objek.

Sikap adalah bagaimana pendapat atau penilaian orang atau

responden terhadap hal yang terkait dengan kesehatan, sehatsakit dan

factor resiko kesehatan. Sikap merupakan suatu sindrom atau kumpulan

gejala dalam merespons stimulus atau objek sehingga sikap itu melibatkan

pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain (Notoatmodjo,

2012)

Hasil penelitian pada 40 responden menunjukan bahwa sikap

responden positif terhadap Vaksinasi Covid-19 dengan jumlah pertanyaan

benar yaitu 66 sedang kan responden yang menunjukan sikap negatif

menjawab pertanyaan dengan jumlah benar yaitu 59. Hasil penelitian

tersebut menunjukan bahwa sebagagian besar responden memiliki sikap

yang baik terhadap Vaksinasi Covid-19. sikap yang baik tersebut

didapatkan dari pengetahuan yang baik sehinggan terbentuk suatu

79
pemahaman matang yang pada akhirnya berpengaruh pada sikap dari para

responden tersebut.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Resa Andriyani Utami et al,

(2020). Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Keterampilan Lansia Di Dki

Jakarata Terhadap Vaksinasi Covid-19. Diperoleh hasil bahwa sebagian

besar responden mempunyai sikap baik yaitu didapatkan dengan nilai

maksimun 70%, akan tetapi masih banyak berita tidak hoax yang

bersebaran terakait Vaksinasi Covid-19. Hal ini menunjukan bahwa masih

perlu adanya perhatian lebih terkait Vaksinasi Covid-19 pada lansia oleh

Puskesmas.

Dalam penelitian ini terdapat responden yang mempunyai sikap

baik terhadap Vaksinasi Covid-19 dan ada juga responden yang memiliki

sikap kurang terhadap Vaksinasi Covid-19. Sehingga peneliti berpendapat

bahwa sikap baik terhadap Vaksinasi Covid-19 yang ditimbulkan oleh

responden dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu latar belakang

pendidikan, pengetahuan serta lingkungan yang mempunyai kepedulian

yang tinggi akan kesehatan

4.2.2 Hasil Uji Bivariat

4.2.2.1 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Lansia Terhadap

Vaksinasi Covid-19

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di RT/RW 04/06

Kelurahan Pejaten Barat Agustus 2021 berdasarkan hasil pengolahan data

80
dengan bantuan program spss yang menggunakan perhitungan korelasi Uji

Chi Square dari 40 responden dengan tingkat pengetahuan yang baik

terhadap Vaksnasi Covid-19 sebanyak 34 orang responden (60.0) terdapat

34 (33,3%) responden memiliki pengetahuan yang baik terhadap

Vaksinasi Covid-19 dan 0 responden ( 0.0%) memiliki pengethuan yang

kurang terhadap Vaksinasi Covid-19. Responden yang memiliki

pengetahuan terhadap Vaksinasi Covid-19 yang kurang sebanyak 4 orang

(66.7%) terdapat 2 orang (20.0%) memiliki sikap baik terhadap Vaksinasi

Covid-19 .Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil analisis chi-square

diperoleh nilai p= 0,000 atau (p<0,005) terdapat hubungan yang signifikan

antara hubungan pengetahuan terhadap perilaku lansia terhadap Vaksinasi

Covid-19.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mujiburrahman

et al (2020), yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara pengetahuan responden dengan perilaku responden

terhadap Vaksinasi Covid-19. Nilai probabilitas yang didapatkan bersifat

signifikan yaitu (0,001 < 0,05) artinya ada korelasi yang kuat kuat dan

searah semakin baik sikap masyarakat maka semakin baik tindakan

pencegahan yang dilakukan.

Notoatmodjo (2007) memiliki pendapat yang sama yaitu sikap dan

praktek yang tidak didasari oleh pengetahuan yang adekuat tidak akan

bertahan lama pada kehidupan seseorang, sedangkan pengetahuan yang

adekuat jika tidak diimbangi oleh sikap dan praktek yang

81
berkesinambungan tidak akan mempunyai makna yang berarti bagi

kehidupan.

Berdasarkan hasil analisa mengenai hubungan perilaku lansia

terhadap Vaksinasi Covid-19 pada masyarakat Rt/Rw 04/06 dapat

disimpulkan sesuai dengan teori dan penelitian terkait bahwa responden

dengan tingkat pengetahuan yang baik dan. perilaku yang baik memiliki

tingkat peduli yang baik akan terhadap kesehatan di era pandemic ini.

4.2.3.1 Hubungan Sikap Dan Perilaku Lansia Terhadap Vaksinasi Covid-

19

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di RT/RW 04/06

Kelurahan Pejaten Barat Agustus 2021 berdasarkan hasil pengolahan data

dengan bantuan program spss yang menggunakan perhitungan korelasi Uji

Chi Square dari 40 responden dengan tingkat pengetahuan yang baik

terhadap Vaksnasi Covid-19 sebanyak 30 (60,0%) terdapat 30 (100,0%)

responden memiliki sikap yang baik terhadap Vaksinasi Covid-19 dan 0

responden ( 0.0%) memiliki perilaku yang kurang terhadap Vaksinasi

Covid-19. Responden yang memiliki sikap terhadap Vaksinasi Covid-19

yang kurang sebanyak 4 orang (40.0%) terdapat 6 orang (60.0%) memiliki

sikap baik terhadap Vaksinasi Covid-19 .Sehingga dapat disimpulkan

bahwa hasil analisis chi-square diperoleh nilai p= 0,000 atau (p<0,005)

artinya terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan sikap terhadap

perilaku lansia terhadap Vaksinasi Covid

82
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Azrimaidaliza et

al (2021). yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara sikap responden dengan perilaku responden terhadap Vaksinasi

Covid-19. Nilai probabilitas yang didapatkan bersifat signifikan yaitu

(0,003 < 0,05) artinya korelasi kuat dan searah semakin baik sikap

masyarakat maka semakin baik tindakan pencegahan yang dilakukan.

Sikap adalah bagaimana pendapat atau penilaian orang atau

responden terhadap hal yang terkait dengan kesehatan, sehatsakit dan

factor resiko kesehatan. Sikap merupakan suatu sindrom atau kumpulan

gejala dalam merespons stimulus atau objek sehingga sikap itu melibatkan

pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain (Notoatmodjo,

2012).

Notoatmodjo (2014) menyebutkan bahwa sikap merupakan konsep

yang sangat penting dalam komponen sosio-psikologis, karena merupakan

kecenderungan bertindak, dan berpersepsi. Sikap adalah respon tertutup

seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan

faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang – tidak senang,

setuju – tidak setuju, baik – tidak baik dan sebagainya)

Berdasarkan hasil analisa mengenai hubungan sikap lansia

terhadap Vaksinasi Covid-19 pada masyarakat Rt/Rw 04/06 dapat

disimpulkan sesuai dengan teori dan penelitian terkait bahwa responden

83
dengan sikap yang baik dan. perilaku yang baik memiliki kesadaran serta

kepedulian akan kesehatan yang tinggi.

4.2.3.2 Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Perilaku Lansia Terhadap

Vaksinasi Covid-19

Dari hasil penelitian di Rt/Rw 04/06 Kelurahan Pejaten Barat

Agustus 2021 menunjukan bahwa 11 (91,7%) responden memiliki tingkat

pendidikan rendah namun perilaku baik terhadap Vaksinasi Covid-19 dan 1 (

8.3%) responden memiliki tingkat pendidikan rendah dan perilaku kurang

terhadap Vaksinasi Covid-19. 25 (89,3) responden yang memiliki tingkat

pendidikan tinggi dan perilaku baik terhadap Vaksinasi Covid-19. 3 (10,7%)

responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi namun perilaku kurang

terhadap Vaksinasi Covid-19..Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil

analisis chi-square diperoleh nilai p= 1,000 atau (p>0,005) artinya tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dan perilaku

lansia terhadap Vaksinasi Covid-19.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Tasnim (2021) Perilaku

Masyarakat Terhadap Vaksin Covid-19 Di Wilayah Provinsi Sulawesi

Tenggara dengan nilai p value 0,467 (>0,005) yang berarti tidak ada

hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dan perilaku lansia terhadap

Vaksinasi Covid-19 penelitian ini juga menjelaskan bahwa tingkat

pendidikan tidak semerta-merta dapat mempengaruhi perilaku responden

terhadap Vaksin Covid-19.

84
Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai

dan kemauan yang dikembangkan. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap

perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih

tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap

informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup

sehari- hari, khususnya dalam hal kesehatan(Suhardjo, 2007)

Menurut H. Horne (2015), pendidikan adalah proses yang terus menerus

(abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah

berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan,

seperti termanifestasi (terwujud) dalam alam sekitar intelektual, emosional

dan kemanusiaan dari manusia. Setiap negara maju tidak akan pernah

terlepas dengan dunia pendidikan. Semakin tinggi kualitas pendidikan suatu

negara, maka semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang dapat

memajukan dan mengharumkan negaranya.

Berdasarkan hasil analisa mengenai hubungan tingkat pendidikan dan

perilaku lansia terhadap Vaksinasi Covid-19 di Rt/Rw 04/06 peneliti

berpendapat bahwa tingkat pendidikan tidak menjamin bahwasannya

seseorang akan berperilaku baik karena banyak faktor yang mempengaruhi

seperti lingkungan media sosial dan juga profesi.

85
4.2.3.3 Hubungan Jenis Kelamin Dan Perilaku Lansia Terhadap Vaksinasi
Covid-19

Dari hasil peneltian di Rt/Rw 04/06 menunjukan bahwa 14

(100,0%) responden berjenis kelamin perempuan dan perilaku baik

terhadap Vaksinasi Covid-19 dan 0 ( 0.0%) responden berjenis kelamin

perempuan dan perilaku kurang terhadap Vaksinasi Covid-19. 22 (89,3)

responden yang berjenis kelamin laki-laki dan perilaku baik terhadap

Vaksinasi Covid-19. 4 (10,7%) responden yang memiliki tingkat

pendidikan tinggi namun perilaku kurang terhadap Vaksinasi Covid-

19..Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil analisis chi-square diperoleh

nilai p value ,276 atau (p>0,005) artinya tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara tingkat pendidikan dan perilaku lansia terhadap Vaksinasi

Covid-19.

Hasil penelitian ini sejalan dengan dengan penelitian Tasnim

(2021) Perilaku Masyarakat Terhadap Vaksin Covid-19 Di Wilayah

Provinsi Sulawesi Tenggara dengan nilai p value 0,281 atau (p>0,005)

yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis

kelamin dan perilaku lansia terhadap Vaksinasi Covid-19.

Menurut Hungu (2016:43) jenis kelamin adalah perbedaan antara

perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seorang itu dilahirkan.

Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan perempuan tidak

dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan fungsinya tetap dengan laki-

laki dan perempuan yang ada di muka bumi.

86
Berdasarkan hasil analisa mengenai hubungan tingkat pendidikan

dan perilaku lansia terhadap Vaksinasi Covid-19 di Rt/Rw 04/06 dan teori

diatas peneliti berpendapat bahwa jenis kelamin merupakan perbedaan

biologis semata bukan sebagai faktor penunjang yang signifikan dan dapat

mempengaruhi perilaku.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Peneltian yang telah dilakukan ini masih banyak terdapat

kekurangan dan keterbatasan. Penelitian ini tidak menggunakan kelompok

pembannding dan juga saat waktu pengambilan data bersamaan dengan

tinggi kasus Covid-19 di Jakarta serta sangat sulit bertemu dengan

responden dikarenakan ketakutan akan Covid-19 dan juga harus menjaga

social distancing.

87
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan

Berdasarkan asumsi peneliti disimpulkan bahwa penelitian

mengenai Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Lansia

Terhadap Vaksinasi Covid-19 Di Rt/Rw 004/06 Kelurahan Pejaten Barat

Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan.

5.1.1 Dalam penelitian ini diketahui jenis kelamin terbanyak dengan

presentase yaitu laki-laki sebanyak 26% sedangkan tingkat

pendidikan tinggi sebanyak 28% . Diketahui pengetahuan baik

sebanyak 34%, diketahui sikap positif sebanyak 39%, diketahui

perilaku responden yang di Vaksin lengkap sebanyak 36%.

5.1.2 Ada Hbungan yang signifikan antara Pengetahaun dan Sikap

terhadap Perilaku Lansia Terhadap Vaksin Covid-19 dengan p value

≤ 0,05

5.1.3 Dalam penelitian ini dapat diketahui hasil p value 0,000 ≥ 0,005

pada sikap

88
5.2 Saran

5.2.1 Bagi Responden

Diharapkan responden khususnya Rt/Rw 004/06 Kelurahan Pejaten

Barat dapat aktif mengikuti program-program edukasi tentang Vaksinasi

Covid-19 yang bekerja sama dengan pihak Puskemas agar para lanisa

dapat memperoleh informasi yang benar dari sumber yang dapat

dipercaya.

5.2.2 Bagi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan pelayanan kesehatan lebih aktif memberikan edukasi-

edukasi kesehatan pada lansia terutama terkait dengan informasi

keamanan dalam pemberian vaksin pada lanisa, sehingga para lansia

merasa aman dan tidak cemas dalam melakukan vaksin selain itu juga

nakes dapat meminimalisir berita-berita hoax yang beredar di media sosial

sehingga sikap dan perilaku lansia terhadap vaksin menjadi baik.

5.2.3 Bagi Peneliti Berikutnya

Diharapkan hasil peneltian ini dapat dikembangkan dengan

menambah faktor-faktor lain atau malakukan penelitian dengan metode

lain agar hasil penelitian dapat berkembang sehinggga dapat dimanfaatkan

oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

89
90
91
92
Lembar Konsultasi/ Bimbingan Skrpsi
Nama : Nurmansyah Amir
Npm : 173112420150048
Program Studi : Keperawatan
Judul Skripsi : Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan
Perilaku Lansia Terhadap Vaksinasi Covid-19
Di Rt/Rw 004/06
Dosen Pembimbing 1 : Ns Milla Evelianti, S.Kep., M.KM
Dosen Pembimbing 2 : Ns Toto Suharyanto, S.Kep., M.Kep

No Hari/Tanggal Materi Konsultasi Tanda Tangan

Pembimbing

1 15 April 2021 Judul Skripsi

Ns Toto Suharyanto,
S.Kep., M.Kep

2 30 Juli 2021 Bab 1-3


Ns Toto Suharyanto,
S.Kep., M.Kep

3 7 September Bab 1-5

2021 Ns Toto Suharyanto,


S.Kep., M.Kep

4 8 September Persetujuan Sidang

Ns Toto Suharyanto,

S.Kep., M.Kep

93
Lampiran 2

Suarat Balasan Izin Penelitian

94
Lmapiran 3

Surat Izin Penelitian

95
Lampiran 4

FORMAT PERSETUJUAN

(Informed consent)

Dengan Ini saya menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini
dan bersedia untuk mengisi kuesioner

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Tingkat Pendidikan :

96
Lampiran 5

LEMBARAN KUESIONER

PERILAKU VAKSIN

Menggunakan pertanyaan Ya/Tidak

No Pernyataan Iya Tidak

1 Saya melakukan Vaksinasi


Covid-19 dosis pertama dan
dosis kedua

2 Saya melakukan Vaksinasi


dosis pertama saja atau tidak
Vaksin sama sekali

LEMBAR KUESIONER SIKAP

Menggunakan bentuk pertanyaan Sangat

Setuju, Setuju, Netral, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan SS S N TS STS

1 Saya perduli dan mengikuti informasi


tentang Vaksinasi Covid-19 saat
ini.dengan seksama

2 Kebijakan pemerintah perlu diikuti untuk


dapat menekan angka kejadian Covid-19
dengan Vaksinasi.

3 Saya tidak simpati dengan orang-orang


yang tidak mau untuk di Vaksin Covid-19.

97
4 Selalu berpikir positif dapat menjaga
imunitas tubuh tetap baik.

5 Kegiatan Vaksinasi Covid-19 bermanfaat


dalam menjaga kesehatan di era pandemic

6 Melakukan Vaksinasi Covid-19 pada


dosis pertama dan dosis ke kedua

No Pernyataan SS S N TS STS

7 Melakukan Vaksinasis Covid-19 untuk


dosis pertama saja

8 Melakukan Vaksinasi Covid-19 agar


imunitas kelompok bisa tercapai

9 Saya selalu tetap di rumah meskipun


sudah atau belum di Vaksin Covid-19

10 saya selalu menutup mulut dengan tisu


atau lengan atas ketika batuk dan bersin
meskipun sudah atau belum di Vaksin
Covid-19

11 Jika diharuskan pergi keluar rumah, saya


selalu menggunakan masker meskipun
sudah atau belum di Vaksin Covid-19

12 Saya tetap menjaga jarak dengan orang-


orang disekitar meskipun sudah atau
belum di di Vaksin Covid-19

13 Saya tidak berjabat tangan jika bertemu


dengan orang lain meskipun sudah atau
belum di Vaksin Covid-19

14 Setelah di Vaksin Covid-19 saya


menyentuh area wajah seperti mata,

98
hidung, dan mulut setelah kontak dengan
lingkungan sekitar

15 Saya memberitahukan kepada orang


terdekat saya jika mengalami tanda dan
gejala covid-19 meskipun sudah di Vaksin
Covd-19

16 Saya mengajak keluarga untuk ikut


Vaksinasi Covid-19

No Pernyataan SS S N TS STS

17 Saya melarang anggota keluarga dan


kerabat saya untuk tidak di Vaksinasi
Covid-19

18 Saya selalu mencuci tangan ketika mau


masuk ke rumah atau tempat perbelanjan
meskipun sudah di Vaksin Covid-19
19 Saya selalu membawa Hands Sanitizer
ketika bepergian keluar rumah

20 Saya mendukung gerakan dan pernyataan


anti Vaksin Covid-19
21 Saya tidak yakin dengan Vaksin Covid-19
karena banyak yang sakit setelah di
Vaksin
22 Vaksin Covid-19 akan melumpuhkan
badan dari si penerima Vaksin
23 Saya tidak yakin dengan Vaksin karena
banyak informasi yang megatakan bahwa
Vaksin Coovid-19 akan menyebabkan
kelainan dimasa akan datang.
24 Tidak semua Vaksin Covid-19 yang ada di
indonesia memiliki tingkat ke manjuran
yang sama.
25 Saya hanya mau di Vaksin dengan jenis
Sinovac

99
KUESIONER PENGETAHUAN

Menggunakan bentuk pernyataan Ya/Tidak

No Pernyataan Ya Tidak

1 Vaksin adalah produk yang meningkatkan kekebalan


tubuh

2 Orang yang sudah di Vaksin Covid-19 tidak bisa terpapar


Covid-19

3 Vaksin Covid-19 bisa menghilangkan Covid-19 di dalam


tubuh

4 Vaksinasi Covid-19 dosis kedua harus sama jenisnya


dengan Vaksin Covid-19 dosis pertama

5 Ibu hamil dan menyusui bisa melakukan Vaksinasi Covid-


19

6 Orang dengan penyakit jantung koroner bisa melakukan


Vaksinasi Covid-19

7 Vaksinasi Covid-19 di peruntukan untuk usia rentan dan


tenaga medis saja

8 Orang dengan penyakit ISPA bisa melakukan vaksinasi


covid-19

9 Orang yang sudah di Vaksin Covid-19 tidak usah lagi


memakai masker ketika bepergian

10 Orang yang sebelumnya positif terpapar Covid-19 bisa


melakukan Vaksinasi Covid-19

11 Vaksin Covid-19 bisa membuat orang terpapar virus


Covid-19

12 Vaksin Covid-19 terbuat dari salah satu bagian tubuh


Virus Covid-19

13 Orang bisa meninggal karena di Vaksinasi Covid-19

14 Efek dari Vaksinasi Covid-19 ialah, pusing, demam, pegal

100
15 Semua jenis Vaksin Covid-19 mempunyai efek yang sama

Lampiran 6

Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas

➢ Varibel Independen

1. PernyataanValiditas Sikap

Uji Validitas Sikap

NO ITEM R HITUNG R TABEL KRITERIA


1 0,652 0,312 Valid
2 0,660 0,312 Valid
3 0,876 0,312 Valid

4 0,839 0,312 Valid

5 0,657 0,312 Valid

6 0,665 0,312 Valid

7 0,839 0,312 Valid

8 0,695 0,312 Valid

9 0,583 0,312 Valid

10 0,491 0,312 Valid

11 0,750 0,312 Valid

12 0,876 0,312 Valid

13 0,839 0,3120 Valid

14 0,839 0,312 Valid

15 0,569 0,312 Valid

16 0,617 0,312 Valid

17 0,420 0,312 Valid

101
18 0,527 0,312 Valid

19 0,424 0,312 Valid

20 0,876 0,312 Valid

21 0,839 0,312 Valid

22 0,839 0,312 Valid

23 0,876 0,312 Valid

24 0,382 0,312 Valid

25 0,472 0,312 Valid

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.952 25

2 .Pernyataan Validitas Pengetahuan

Uji Validitas Pengetahuan


NO ITEM R HITUNG R TABEL KRITERIA
1 0,375 0,312 Valid
2 0,803 0,312 Valid
3 0,618 0,312 Valid
4 0,361 0,312 Valid
5 0,689 0,312 Valid
6 0,768 0,312 Valid
7 0,586 0,312 Valid
8 0,588 0,312 Valid
9 0,812 0,312 Valid
10 0,812 0,312 Valid
11 0,528 0,312 Valid
12 0.406 0,312 Valid
13 0,423 0,312 Valid
14 0,768 0,312 Valid
15 0,644 0,312 Valid

102
Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.883 15

➢ Varibel Dependen
Pertanyaan Perilaku
Uji Validitas Perilaku

NO ITEM R HITUNG R TABEL KRITERIA


1 0,614 0,312 Valid

2 0,703 0,312 Valid

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alphaa

-.884 2

Uji Reliabilitas Sikap

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.952 25

Item-Total Statistics
Corrected Item- Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted

103
SIKAP 1 91.47 228.634 .609 .951
SIKAP 2 91.55 232.957 .628 .950
SIKAP 3 91.37 225.374 .861 .948
SIKAP 4 91.61 224.786 .819 .948
SIKAP 5 91.47 231.391 .621 .950
SIKAP 6 91.58 230.953 .629 .950
SIKAP 7 91.61 224.786 .819 .948
SIKAP 8 91.66 229.637 .660 .950
SIKAP 9 91.47 236.202 .548 .951
SIKAP 10 91.24 241.645 .463 .952
SIKAP 11 91.05 235.024 .731 .950
SIKAP 12 91.37 225.374 .861 .948
SIKAP 13 91.61 224.786 .819 .948
SIKAP 14 91.61 224.786 .819 .948
SIKAP 15 91.58 236.358 .533 .951
SIKAP 16 91.55 233.065 .579 .951
SIKAP 17 92.37 235.698 .354 .955
SIKAP 18 91.24 240.294 .498 .952
SIKAP 19 91.32 240.168 .381 .953
SIKAP 20 91.37 225.374 .861 .948
SIKAP 21 91.61 224.786 .819 .948
SIKAP 22 91.61 224.786 .819 .948
SIKAP 23 91.37 225.374 .861 .948
SIKAP 24 92.00 239.514 .328 .954
SIKAP 25 92.18 236.533 .423 .953
Uji Reliabilitas Pengetahuan

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.883 15

Item-Total Statistics
Corrected Item- Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted

104
PN 1 5.50 17.662 .254 .886
PN 2 6.08 15.696 .812 .864
PN 3 5.95 16.213 .559 .875
PN 4 5.66 17.528 .222 .889
PN 5 5.92 15.804 .661 .870
PN 6 6.00 15.514 .787 .864
PN 7 6.05 16.538 .528 .876
PN 8 5.79 16.333 .505 .877
PN 9 6.11 15.772 .826 .864
PN 10 6.11 15.772 .826 .864
PN 11 5.89 16.799 .391 .882
PN 12 5.66 17.312 .278 .887
PN 13 5.82 17.073 .316 .886
PN 14 6.00 15.514 .787 .864
PN 15 5.89 16.259 .532 .876

Uji Reliabilitas Perilaku

Reliability Statistics
Cronbach's
Alphaa N of Items
-.884 2

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Corrected Cronbach's


Item Deleted Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Correlation Deleted

PERILAKU .68 .384 -.309 -.378a


1

PERILAKU 1.03 .297 -.240 -.767a


2

105
Lampiran 7

Hasil Outpu Analisa Data


SIKAP
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid NEGATIF 10 25.0 25.0 25.0
POSITIF 30 75.0 75.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

PENGETAHUAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid KURANG 6 15.0 15.0 15.0
BAIK 34 85.0 85.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

PERILAKU
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid KURANG 4 10.0 10.0 10.0
BAIK 36 90.0 90.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

USIA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 60-65 16 40.0 40.0 40.0
66-75 22 55.0 55.0 95.0
76-85 2 5.0 5.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

106
JENINS KELAMIN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid LAKI-LAKI 14 35.0 35.0 35.0
PEREMPUAN 26 65.0 65.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

STATUS PENDIDIKAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 9 22.5 22.5 22.5
SMP 3 7.5 7.5 30.0
SMA 12 30.0 30.0 60.0
PERGURUAN TINGGI 16 40.0 40.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

107
Uji Bivariat

SIKAP* PERILAKU LANSIA TERHADAP VAKSINASI COVID-19

Crosstab
PERILAKU
KURANG BAIK Total
SIKAP NEGATIF Count 4 6 10
Expected Count 1.0 9.0 10.0
% within SIKAP 40.0% 60.0% 100.0%
POSITIF Count 0 30 30
Expected Count 3.0 27.0 30.0
% within SIKAP 0.0% 100.0% 100.0%
Total Count 4 36 40
Expected Count 4.0 36.0 40.0
% within SIKAP 10.0% 90.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 13.333a 1 .000
Continuity Correctionb 9.259 1 .002
Likelihood Ratio 12.546 1 .000
Fisher's Exact Test .002 .002
Linear-by-Linear Association 13.000 1 .000
N of Valid Cases 40
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

108
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
For cohort PERILAKU = .600 .362 .995
BAIK
N of Valid Cases 40

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate


Estimate .a
ln(Estimate) .
Standard Error of ln(Estimate) .
Asymptotic Significance (2-sided) .
Asymptotic 95% Confidence Common Odds Ratio Lower Bound .
Interval Upper Bound .
ln(Common Odds Ratio) Lower Bound .
Upper Bound .
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed
under the common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.
a. Every stratum is such that the first group's second response outcome is 0 or the second
group's first response outcome is 0.

109
PENGETAHAUN* PERILAKU LANSIA TERHADAP VAKSINASI
COVID-19

Crosstab
PERILAKU
KURANG BAIK Total
PENGETAHUAN KURANG Count 4 2 6
Expected Count .6 5.4 6.0
% within PENGETAHUAN 66.7% 33.3% 100.0%
% within PERILAKU 100.0% 5.6% 15.0%
% of Total 10.0% 5.0% 15.0%
BAIK Count 0 34 34
Expected Count 3.4 30.6 34.0
% within PENGETAHUAN 0.0% 100.0% 100.0%
% within PERILAKU 0.0% 94.4% 85.0%
% of Total 0.0% 85.0% 85.0%
Total Count 4 36 40
Expected Count 4.0 36.0 40.0
% within PENGETAHUAN 10.0% 90.0% 100.0%
% within PERILAKU 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 10.0% 90.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 25.185a 1 .000
Continuity Correctionb 18.322 1 .000
Likelihood Ratio 18.368 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 24.556 1 .000
N of Valid Cases 40
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .60.
b. Computed only for a 2x2 table

110
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
For cohort PERILAKU = .333 .108 1.034
BAIK
N of Valid Cases 40

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate


Estimate .a
ln(Estimate) .
Standard Error of ln(Estimate) .
Asymptotic Significance (2-sided) .
Asymptotic 95% Confidence Common Odds Ratio Lower Bound .
Interval Upper Bound .
ln(Common Odds Ratio) Lower Bound .
Upper Bound .
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed
under the common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.
a. Every stratum is such that the first group's second response outcome is 0 or the second
group's first response outcome is 0.

111
TINGKAT PENDIDIKAN * PERILAKU

Crosstab
PERILAKU
KURANG BAIK Total
TINGKAT PENDIDIKAN RENDAH Count 1 11 12
Expected Count 1.2 10.8 12.0
% within TINGKAT 8.3% 91.7% 100.0%
PENDIDIKAN
TINGGI Count 3 25 28
Expected Count 2.8 25.2 28.0
% within TINGKAT 10.7% 89.3% 100.0%
PENDIDIKAN
Total Count 4 36 40
Expected Count 4.0 36.0 40.0
% within TINGKAT 10.0% 90.0% 100.0%
PENDIDIKAN

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .053a 1 .818
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .055 1 .815
Fisher's Exact Test 1.000 .654
Linear-by-Linear Association .052 1 .820
N of Valid Cases 40
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.20.
b. Computed only for a 2x2 table

112
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for TINGKAT .758 .071 8.118
PENDIDIKAN (RENDAH /
TINGGI)
For cohort PERILAKU = .778 .090 6.743
KURANG
For cohort PERILAKU = 1.027 .829 1.271
BAIK
N of Valid Cases 40

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate


Estimate .758
ln(Estimate) -.278
Standard Error of ln(Estimate) 1.210
Asymptotic Significance (2-sided) .819
Asymptotic 95% Confidence Common Odds Ratio Lower Bound .071
Interval Upper Bound 8.118
ln(Common Odds Ratio) Lower Bound -2.649
Upper Bound 2.094
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed
under the common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.

113
JENIS KELAMIN * PERILAKU

Crosstab
PERILAKU
KURANG BAIK Total
JENIS KELAMIN PEREMPUAN Count 0 14 14
Expected Count 1.4 12.6 14.0
% within JENIS KELAMIN 0.0% 100.0% 100.0%
LAKI-LAKI Count 4 22 26
Expected Count 2.6 23.4 26.0
% within JENIS KELAMIN 15.4% 84.6% 100.0%
Total Count 4 36 40
Expected Count 4.0 36.0 40.0
% within JENIS KELAMIN 10.0% 90.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 2.393a 1 .122
Continuity Correctionb .989 1 .320
Likelihood Ratio 3.682 1 .055
Fisher's Exact Test .278 .164
Linear-by-Linear Association 2.333 1 .127
N of Valid Cases 40
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.40.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
For cohort PERILAKU = 1.182 1.003 1.392
BAIK
N of Valid Cases 40

114
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate
Estimate .000
ln(Estimate) .
Standard Error of ln(Estimate) .
Asymptotic Significance (2-sided) .
Asymptotic 95% Confidence Common Odds Ratio Lower Bound .
Interval Upper Bound .
ln(Common Odds Ratio) Lower Bound .
Upper Bound .
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed
under the common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.

115
Lampiran 8

Tabel Master Tabel Mentah Penelitian

Karakteristik Responden

KODE USIA JENIS STATUS


RESPONDEN KELAMIN PENDIDIKAN
NR 68 PEREMPUAN SMA

MMI 72 LAKI-LAKI SD

PM 67 LAKI-LAKI SD

MF 63 LAKI-LAKI S1

AP 69 LAKI-LAKI SMA

M 68 PEREMPUAN SMA

MS 69 PEREMPUAN S2

RMD 67 LAKI-LAKI S1

AO 70 LAKI-LAKI SMA

RL 67 LAKI-LAKI SMA

AF 75 LAKI-LAKI SD

RS 82 LAKI-LAKI SMA

U 57 LAKI-LAKI SD

HH 70 LAKI-LAKI S1

RM 61 LAKI-LAKI S1

AF 67 PEREMPUAN SD

H 62 LAKI-LAKI SMA

JF 70 LAKI-LAKI SMP

J 66 LAKI-LAKI S1

RW 61 LAKI-LAKI S1

116
JU 69 PEREMPUAN SMA

S 67 LAKI-LAKI SMA

MA 61 PEREMPUAN SMA

SI 71 PEREMPUAN D4

MNB 61 PEREMPUAN SMA

AAM 61 LAKI-LAKI SMA

AR 61 LAKI-LAKI S1

RM 62 PEREMPUAN S1

GHR 65 LAKI-LAKI S2

FF 65 LAKI-LAKI S1

NJ 70 PEREMPUAN SD

AS 68 LAKI-LAKI S1

ALY 64 LAKI-LAKI S1

WY 60 PEREMPUAN S1

Y 63 PEREMPUAN D3

MH 62 LAKI-LAKI S1

KODE USIA JENIS STATUS


RESPONDEN KELAMIN PENDIDIKAN
RR 64 LAKI-LAKI D3

SR 65 PEREMPUAN SD

IS 60 LAKI-LAKI S1

NK 61 PEREMPUAN S2

117
Hasil Uji Pengetahuan

PN 1 PN PN PN PN PN PN PN PN PN PN PN PN PN PN TOTAL
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 6
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 4
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 7
1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 6
1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 9
1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 6
1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 4
0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 5
1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 6
1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 7
1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 5
1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 10
0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8
1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 5
1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 10
0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

118
1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 8
0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 5
1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 6
1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 7
1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 10
1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 9
0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 6
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 7
1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 4
1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 4
1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 6
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 6
1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 5
1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 8
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 6
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

119
Hasil Uji Perilaku

PR1 PR2 TOTAL


1 0 1
1 0 1
1 0 1
1 1 2
0 0 0
0 0 0
1 1 2
1 0 1
0 0 0
0 0 0
1 0 1
1 0 1
0 1 1
1 0 1
1 0 1
1 1 2
1 0 1
1 0 1
0 0 0
1 1 2
1 0 1
1 0 1
1 1 2
0 1 1
1 0 1
0 1 1
1 1 2
0 1 1
1 0 1
1 1 2
1 0 1
1 1 2
1 1 2
1 0 1
0 1 1
1 0 1
1 1 2

120
1 0 1
0 1 1
1 0 1

121
Hasil Uji Sikap

S S S S S S S S S S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S2 S2 S2 S2 S2 TOTA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 L
4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 3 3 4 2 4 90
5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 114
4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 90
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 125
3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 2 4 4 3 4 4 3 3 3 86
3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 77
4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 95
5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 2 5 5 5 4 4 5 5 4 108
3 2 3 3 2 3 3 3 4 3 5 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 79
3 3 4 5 2 2 5 2 3 4 4 4 5 5 4 3 3 4 4 4 5 5 4 5 3 95
4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 2 4 4 5 5 5 5 2 3 106
4 4 4 3 2 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 91
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75
5 5 5 3 5 5 3 5 4 5 5 5 3 3 4 2 5 4 2 5 3 3 5 3 3 100
3 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 73
4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 2 4 4 3 3 3 3 3 4 84
5 5 2 2 5 5 2 4 3 4 5 2 2 2 4 5 1 5 5 2 2 2 2 2 2 80
4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 95
1 3 3 3 3 1 3 1 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 71
5 4 5 5 5 5 5 3 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 3 3 114
4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 95

123
5 4 5 3 5 2 3 5 4 5 5 5 3 3 5 2 5 5 5 5 3 3 5 2 2 99
1 2 1 2 2 2 2 1 5 4 3 1 2 2 2 1 2 5 5 1 2 2 1 4 1 56
3 3 4 2 4 3 2 3 2 3 4 4 2 2 4 4 2 4 5 4 2 2 4 3 3 78
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 122
4 3 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 115
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 101
4 4 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 5 2 4 4 4 4 4 5 5 4 3 2 104
4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 5 3 4 4 4 3 3 4 1 1 87
4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 2 4 1 4 4 4 4 4 4 4 2 97
1 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 2 4 4 5 5 5 5 3 3 106
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 125
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 3 2 116
4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 95
5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 100
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 99
4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 2 2 4 4 2 4 4 4 2 2 4 3 2 83
4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 98
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 2 2 2 90
2 2 2 2 2 2 2 2 5 5 5 3 2 2 2 2 4 4 3 3 2 2 2 4 4 70

124
Lampiran 9

Kegiatan Penelitian

125
Lampiran 10

Biodata Penulis

Nama : Nurmansyah Amir

Npm : 173112420150048

Alamat : Jl Rambutan I No23 Rt/Rw 004/06 Pejaten Barat, Pasar


Minggu, Jakarta Selatan

No Hp : 081218931296

Email : nurmansyahamir@gmail.com

Pendidikan Formal

2004-2010 SDN 2 INDONESIANA KOTA TIDORE

2011-2013 MTS N DOWORA KOTA TIDORE

2014-2016 SMA N 3 KOTA TIDORE

2017-2021 UNIVERSITAS NASIONAL

126

Anda mungkin juga menyukai