Anda di halaman 1dari 31

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

HIPERTENSI PADA USIA DEWASA MENENGAH DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS SE-KABUPATEN KUDUS
TAHUN 2022
MUSTIKO WIBOWO
0613522021
BAB I Pendahulan
1.1 Latar Belakang Masalah

1. Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang menjadi masalah serius saat ini. Hipertensi
merupakan silent disease karena penderita tidak menyangka atau tidak mengetahuinya sampai
tekanan darahnya diperiksa. Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia .
2. Faktor risiko hipertensi yang tidak dapat diubah meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan dan riwayat keluarga. Sedangkan faktor risiko hipertensi yang dapat diubah meliputi
status gizi, merokok, pola makan, stress, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, konsumsi garam dan
konsumsi makanan tinggi lemak
1.2 Identifikasi Masalah

1. Hipertensi di Kabupaten Kudus semakin meningkat jumlahnya. Hal ini terlihat dari pendataan
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK). Program PIS PK dilakukan oleh
19 Puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Kudus. Salah satu isi dari pendataan program PIS PK
adalah penyakit Hipertensi
2. Hipertensi di Kabupaten Kudus menjadi masalah penting untuk mendapat perhatian, tidak saja
karena angka kesakitan yang cukup tinggi, tetapi juga karena akibat atau komplikasi dari penyakit
hipertensi
3. Untuk dapat mengatasi penyakit hipertensi di Kabupaten Kudus, diperlukan usaha yang
komprehensif. Pengobatan dan pemantauan secara rutin diperlukan untuk mengontrol pasien
hipertensi agar tidak timbul komplikasi penyakit lain.
1.3 Cakupan Masalah

Penelitian ini akan meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan


kejadian hipertensi. Faktor-faktor tersebut meliputi jenis kelamin,
riwayat keluarga, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, kebiasaan merokok,
konsumsi garam, dan stress. Penelitian dilakukan pada populasi
penderita hipertensi usia dewasa menengah pada 19 Puskesmas di
Kabupaten Kudus. Batasan usia dewasa menengah yaitu umur 40-60
tahun (menurut Hurlock).
1.4 Perumusan Masalah
1. Apakah jenis kelamin merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi pada usia
dewasa menengah di wilayah kerja puskesmas se-Kabupaten Kudus tahun
2022?
2. Apakah riwayat keluarga merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi pada usia
dewasa menengah di wilayah kerja puskesmas se-Kabupaten Kudus tahun
2022?
3. Apakah aktivitas fisik merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi pada usia
dewasa menengah di wilayah kerja puskesmas se-Kabupaten Kudus tahun
2022?
4. Apakah konsumsi alkohol merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi pada
usia dewasa menengah di wilayah kerja puskesmas se-Kabupaten Kudus tahun
2022?
5. Apakah kebiasaan merokok merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi pada
usia dewasa menengah di wilayah kerja puskesmas se-Kabupaten Kudus tahun
2022?
6. Apakah konsumsi garam merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi pada usia
dewasa menengah di wilayah kerja puskesmas se-Kabupaten Kudus tahun
2022?
7. Apakah stress merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi pada usia dewasa
menengah di wilayah kerja puskesmas se-Kabupaten Kudus tahun 2022?
1.5 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui jenis kelamin sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi pada usia
dewasa menengah di wilayah kerja puskesmas se-Kabupaten Kudus tahun
2022.
2. Mengetahui riwayat keluarga sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi pada
usia dewasa menengah di wilayah kerja puskesmas se-Kabupaten Kudus
tahun 2022.
3. Mengetahui aktivitas fisik sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi pada usia
dewasa menengah di wilayah kerja puskesmas se-Kabupaten Kudus tahun
2022.
4. Mengetahui konsumsi alkohol sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi pada
usia dewasa menengah di wilayah kerja puskesmas se-Kabupaten Kudus
tahun 2022.
5. Mengetahui kebiasaan merokok sebagai merupakan faktor risiko terjadinya
hipertensi pada usia dewasa menengah di wilayah kerja puskesmas se-
Kabupaten Kudus tahun 2022?
6. Mengetahui konsumsi garam sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi pada
usia dewasa menengah di wilayah kerja puskesmas se-Kabupaten Kudus
tahun 2022.
7. Mengetahui stress sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi pada usia dewasa
menengah di wilayah kerja puskesmas se-Kabupaten Kudus tahun 2022.
1.6 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi


terjadinya hipertensi pada usia dewasa menengah tahun di
Kabupaten Kudus.
2. Dapat memacu masyarakat untuk lebih menambah pengetahuan
mengenai faktor risiko hipertensi agar dapat melakukan perilaku
hidup sehat.
3. Diharapkan masyarakat yang berisiko hipertensi rutin
memeriksakan tekanan darah serta minum obat, aktif mengikuti
penyuluhan yang diberikan petugas dan instansi kesehatan dalam
upaya pengendalian hipertensi.
4. Diharapkan masyarakat untuk merubah gaya hidup yang berisiko
menimbulkan penyakit hipertensi terutama memiliki riwayat
hipertensi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA
TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR
2.1. Kajian Pustaka
2.1.1. Hipertensi
2.1.2. Faktor Resiko Hipertensi
2.1.2.1. Faktor yang Tidak Dapat Diubah
2.1.2.1.1. Umur
2.1.2.1.2. Jenis Kelamin
2.1.2.1.3. Keturunan
2.1.2. Faktor yang dapat diubah
2.1.2.2.1. Obesitas / Kegemukan
2.1.2.2.2. Stres
2.1.2.2.3. Merokok
2.1.2.2.4. Kurang Olahraga / Aktivitas Fisik
2.1.2.2.5. Alkohol
2.1.2.2.6. Konsumsi Garam
2.1.2.2.7. Klasifikasi Hipertensi
2.2. Kerangka Teoritis
2.3. Kerangka Berfikir
2.1.1 Hipertensi

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan salah satu


penyakit yang paling sering muncul di negara berkembang seperti
Indonesia. Seseorang dikatakan hipertensi dan berisiko mengalami
masalah kesehatan apabila setelah dilakukan beberapa kali pengukuran,
nilai tekanan darah tetap tinggi, nilai tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
atau diastolik ≥90 mmHg (Prasetyaningrum, 2020).
2.1.2.1.1. Umur
Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan
bertambahnya umur seseorang. Individu yang berumur diatas 60
tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama
dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang
terjadi pada orang yang bertambah usianya (Susilo, 2016).
2.1.2.1.2. Jenis Kelamin

Setiap jenis kelamin memiliki struktur organ dan hormone


yang berbeda. Demikian juga pada perempuan dan laki-laki. Berkaitan
dengan hipertensi, laki-laki mempunyai risiko lebih tinggi untuk
menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai risiko yang
lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.
Sedangkan pada perempuan, biasanya lebih rentan terhadap hipertensi
ketika mereka sudah berumur diatas umur 50 tahun.
2.1.2.1.3. Keturunan
Adanya faktor genetic/keturunan pada keluarga tertentu akan
menyebabkan keluarga tersebut mempunyai risiko menderita hipertensi.
Individu dengan orang tua hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih
besar untuk menderita hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi (Susilo, 2019).
2.1.2.2.1. Obesitas / Kegemukan

Ada beberapa sebab mengapa kelebihan berat badan


bisa memicu hipertensi. Masa tubuh yang besar
membutuhkan lebih banyak darah untuk menyediakan
oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Artinya, darah
yang mengalir dalam pembuluh darah semakin banyak
sehingga dinding arteri mendapatkan tekanan lebih besar.
2.1.2.2.2. Stres

Stres adalah salah satu faktor penyebab hipertensi. Responden


dengan hipertensi kebanyakan juga mengalami tingkat stres
pengasuhan yang tinggi (53,6% pada ayah dan 64,5% pada ibu). Faktor
psikologi, Khususnya stres, dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.
Ini karena emosi yang kuat dan kecemasan yang berkelanjutan
ditransformasikan menjadi reaksi somatik langsung dari sistem
peredaran darah yang mempengaruhi denyut jantung, darah sirkulasi,
dan tekanan darah (Kamerawati C, 2018).
2.1.2.2.3. Merokok

Merokok adalah faktor risiko penting, terutama di kalangan individu


non-obesitas dan mereka yang tidak memiliki riwayat hipertensi, menarik
dan harus dikonfirmasi pada populasi lain (Cote et al, 2019). Merokok
dapat meningkatkan risiko hipertensi. Merokok mampu merusak jantung
secara langsung dengan memicu vasokonstriksi dan mempercepat
detak jantung yang akan menyebabkan jantung bekerja keras dan
meningkatkan tekanan darah (Martiani A & Rosa L, 2017).
2.1.2.2.4. Kurang Olahraga / Aktivitas Fisik

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Li W et


al., 2017) bahwa kedua IMT meningkat dan berkurangnya
aktivitas fisik tampaknya memainkan peran penting dalam
risiko hipertensi di kalangan orang Cina populasi setengah
baya dan lebih tua. Risiko hipertensi terkait dengan
kelebihan berat badan dan obesitas bisa berkurang secara
signifikan dengan meningkatnya tingkat aktivitas fisik.
2.1.2.2.5. Alkohol

Sekitar 5-20% kasus hipertensi disebabkan oleh alkohol.


Hubungan alkohol dan hipertensi memang belum jelas. Tetapi penelitian
menyebutkan, risiko hipertensi meningkat dua kali lipat jika
mengkonsumsi alkohol tiga gelas atau lebih (Sutomo, 2019 )..
2.1.2.2.6. Konsumsi Garam

Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya


hipertensi terjadi melalui peningkatan volume
plasma,curah jantung dan tekanan
darah.Peningkatan asupan garam ini akan diikuti
oleh peninggian ekskresi garam sehingga tercapai
kembali keadaan hemodinamik yang normal,pada
pasien hipertensi primer,mekanisme peningkatan
ekskresi garam tersebut terganggu,selain adanya
faktor lain yang ikut berperan (Suyono, 2020).
2.1.3. Klasifikasi Hipertensi
The Join National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure (JNC 7) dalam (Kemenkes, 2020). Menyebutkan
klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi, sebagai berikut:
Tabel 1
Klasifikasi Berdasarkan Derajat Hipertensi

Derajat Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik

(mmHg) (mmHg)

Normal < 120 < 85

Pre- Hipertensi 120 – 139 85 – 89

Hipertensi Derajat 1 140 – 159 90 – 99

Hipertensi Derajat 2 >100


2.2. Kerangka Teoritis
Rina Efrina Sinurat et al., 2022, Faktor Risiko Kejadian
Hipertensi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Lalang Kecamatan
Medang Deras Batubara menyimpulkan bahwa hasil analisis faktor
aktivitas fisik, kebiasaan merokok, obesitas dan stres didapatkan
yang berarti ada hubungan faktor aktivitas fisik, kebiasaan merokok,
obesitas dan stres dengan timbulnya hipertensi.
Fitria, 2022, Evaluasi Perilaku Masyarakat terhadap Faktor
Risiko Kejadian Hipertensi Desa Purwodadi Tahun 2022
menyimpulkan bahwa faktor risiko hipertensi yang memiliki
hubungan yang signifikan terhadap tingginya angka kejadian
hipertensi adalah konsumsi garam dan gaya hidup dari masyarakat.
Konsumsi garam, aktivitas fisik, perilaku merokok, tingkat
pengetahuan, Obesitas, Riwayat Hipertensi, dan juga jenis kelamin
memiliki hubungan terhadap kejadian hipertensi.
2.3. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir dalam penelitian tentang Faktor - Faktor yang Berhubungan
dengan Hipertensi pada Usia Dewasa Menengah di Wilayah Kerja Puskesmas Se-
Kabupaten Kudus Tahun 2022.

Variabel Independen
Variabel Dependen
BAB III Metode Penelitian

3.1 Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kuantitatif dengan jenis deskriptif analitik
rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini
adalah subyek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
yakni pasien hipertensi usia dewasa menengah di Puskesmas
se-Kabupaten Kudus.
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti
semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang terdaftar
di Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK) puskesmas se
Kabupaten Kudus. Tabel populasi ditampilkan sebagai berikut ini.

No Puskesmas Jumlah
1 Puskesmas Kaliwungu 228 Tabel 1
2 Puskesmas Sidorekso 329
3 Puskesmas Wergu Wetan 330 Data Program Indonesia Sehat
4 Puskesmas Purwosari 114 dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK)
5 Puskesmas Rendeng 210 pada Puskesmas se- Kabupaten Kudus
6 Puskesmas Jati 215
7 Puskesmas Ngemplak 219 Tahun 2022
8 Puskesmas Mejobo 311
9 Puskesmas Ngembal Kulon 213
10 Puskesmas Undaan 222
11 Puskesmas Jepang 119 Sumber : Puskesmas se Kabupaten
12 Puskesmas Jekulo 218 Kudus, 2021.
13 Puskesmas Tanjung rejo 215
14 Puskesmas Bae 219
15 Puskesmas Dersalam 218
16 Puskesmas Gribig 214
17 Puskesmas Gondosari 251
18 Puskesmas Dawe 201
19 Puskesmas Rejosari 212
Jumlah 4258
3.2.2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi


yang mewakilinya. Dalam metode ini ukuran
sampel mengacu pada pendapat dengan
menggunakan rumus Slovin, yaitu:

Sebagai penelitian dengan jumlah populasi yang


tidak terlalu besar, maka presisi yang ditetapkan dalam
penelitian ini cukup kecil yaitu sebesar 5% atau dapat
dikatakan pula penelitian ini menggunakan taraf
Dimana : kepercayaan sebesar 95%, maka besarnya sampel (n)
n = Jumlah sampel adalah:
N=Jumlah populasi n=N/ (1 + N.e²) = 4258 / ( 1 + 4258 x 0,05 x 0,05 )
e = presisi yang ditetapkan (5 % / 0.05 ) = 4258 : 11,65
= 365,49
= 366 responden
3.3. Variabel Penelitian

.Jenis variabel
Variabel dalam penelitian ini meliputi berikut ini.
1. Variabel Independen (X) yang meliputi: jenis kelamin, riwayat
keluarga, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, kebiasaan merokok,
konsumsi garam dan stress
2. Variabel dependen dengan simbol Y adalah kejadian
hipertensi
Definisi Operasional Variabel
3.4. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan sesuai dengan sumber yang diperoleh dalam
penelitian, terdiri dari:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung, yang diamati
dan dilakukan untuk pertama kali baik individu atau perseorangan seperti
hasil wawancara atau hasil kuesioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang diolah lebih lanjut dan
disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain.
3.5.Metode Pengumpulan Data
Data yang lengkap diperlukan suatu metode dalam pengumpulannya. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara
Wawancara adalah memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden yang sifatnya
terarah dengan baik dan efektif.
2. Kuesioner
Kuesioner adalah suatu metode pengumpulan data yang memberikan sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang
masalah yang telah diteliti.
3. Metode Skala Ukur
Pernyataan-pernyataan dalam angket tertutup dibuat dengan menggunakan skala 1-5
untuk mendapat data yang bersifat interval dan diberi skor atau nilai sebagai berikut untuk
kategori pernyataan dengan jawaban sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju
dengan :

1 2 3 4 5

Sangat tidak Tidak Setuju Netral Setuju Sangat Setuju


setuju
3.6. Analisis Data

3.6.1. Deskripsi Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
3.6.2. Analisis Kuantitatif
a. Analisis Univariat
Analisis Univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap
masing masing variabel dan hasil penelitian dan dianalisis untuk
mengetahui distribusi dan persentase dari tiap variabel. Kemudian
hasil sampel 366 didapatkan dimasukan dalam tabel frekuensi.
Analisis univariat dilakukan menggunakan rumus berikut:
P = N X x 100 %.
Keterangan : P : Presentase
X : Jumlah kejadian pada responden
N : Jumlah seluruh responden
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis data yang dilakukan untuk mencari korelasi atau pengaruh
antara 2 variabel atau lebih yang diteliti. Pada penelitian ini sebelum dilakukan analisis data,
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data untuk mengetahui normal atau tidaknya data
yang ada. Bila data telah berdistribusi normal maka analisis bivariat dilakukan menggunakan
uji korelasi product moment karena data berbentuk interval. Namun bila data tidak
berdistribusi normal maka skala data diturunkan menjadi ordinal atau nominal sehingga
analisis bivariat yang digunakan adalah uji korelasi product moment

Keterangan : Berdasarkan perhitungan didapatkan


N : jumlah responden nilai signifikansi (p) lebih kecil dari taraf
X : pertanyaan nomor ke-x kesalahan 5% (0,05) maka hipotesis (H1)
Y : skor total diterima dan H0 ditolak yang artinya ada
XY : skor pertanyaan nomor ke- pengaruh variabel bebas terhadap variabel
x dikali skor total terikat. Jika didapatkan nilai signifikansi (p)
lebih besar dari taraf kesalahan 5% (0,05)
maka hipotesis (H1) ditolak dan H0 diterima
yang artinya tidak ada pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat

Anda mungkin juga menyukai