Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Visi Indonesia sehat 2025 adalah tercapainya hak hidup sehat bagi

seluruh masyarakat melalui system kesehatan yang dapat menjamin hidup

dalam lingkungan yang sehat, perilaku masyarakat proaktif memelihara

kesehatan serta mampu melakukan akses dalam pelayanan kesehatan yang

bermutu sesuai yang tertera dalam kebijakan pembangunan jangka panjang

bidang kesehatan tahun 2005 – 2025. Pembangunan kesehatan pada

hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa

Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi – tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan

sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi

(Kemenkes RI, 2010).

Derajat kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia bangsa Indonesia. Sementara

itu derajat kesehatan tidak hanya diwujudkan oleh petugas kesehatan yang

selalu aktif, tetapi individu atau keluarga juga harus bersikap pro aktif

dalam meningkatkan dan mempertahankan kelangsungan hidup. Maka kita

dituntut untuk bisa membangun masyarakat yang sehat dan menurunkan

angka kesakitan yang semakin tinggi dann anga kematian yang disebabkan

oleh gaya hidup manusia, dan lingkungan sekitar penduduk yang tidak
terawat yang dapat menimbulkan penyakit system pencernaan

salah satunya adalah diare (Kemenkes RI, 2018).

World Health Organization (WHO) mengatakan diare adalah

kejadian buang air besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya,

dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam periode 24 jam. Ini biasanya

gejala infeksi gastrointestinal, yang dapat disebabkan oleh berbagai

organisme bakteri, virus, dan parasit. Infeksi menyebar melalui makanan

atau air minum yang terkontaminasi dan penularannya secara fekal-oral.

Diare dapat mengenai semua kelompok umur baik balita, anak-anak dan

orang dewasa dengan berbagai golongan sosial. Diare merupakan

penyebab kematian utama pada anak dibawah lima tahun. Secara global

terjadi peningkatan kejadian diare dan kematian akibat diare pada balita

dari tahun 2015-2017. Pada tahun 2015, diare menyebabkan sekitar 688

juta orang sakit dan 499.000 kematian di seluruh dunia tejadi pada anak-

anak dibawah 5 tahun. Data WHO (2017) menyatakan, hampir 1,7 miliar

kasus diare terjadi pada anak dengan angka kematian sekitar 525.000 pada

anak balita tiap tahunnya.

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

dinegara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan

mortalitas-nya yang masih tinggi. Diare merupakan penyakit endemis di

Indonesia dan merupakan penyakit Kejadian Luar Biasa (KLB) yang

sering disertai dengan kematian. KLB diare setiap tahunnya mengalami

peningkatan dan juga disertai peningkatan Case Fatality Rate (CFR). Pada
tahun 2016, CFR diare adalah 3,03 %, pada tahuun 2017 tercatat sebanyak

21 kali yang tersebar di 12 provinsi dan 17 kabupaten/kota dengan jumlah

penderita 1725 orang dan kematian sebanyak 34 orang (CFR 1,97%),

angka CFR mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, dan pada tahun

2018 terjadi peningkatan CFR yang sangat tinggi yaitu 4,76. Angka CFR

ini belum sesuai dengan yang diharapkan yaitu <1% (Kemenkes RI, 2018).

Tahun 2017 di Indonesia cakupan pelayanan penderita diare pada

balita sebesar 40,07%. Sedangkan pada tahun 2018 persentase cakupan

pelayanan untuk penderita diare sebesar 40,90%. Di Jawa Barat sendiri

cakupan pemberian pelayanan penderita diare pada balita usia 1 – 5 tahun

mencapai 46,35%, dimana jawa barat menduduki urutan ke 25 terendah

cakupan pelayanan penderita diare pada balita dengan jumlah kasus diare

paling tinggi yaitu 732.324 balita (Kemekes RI, 2018).

Kota Sukabumi merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi

Jawa Barat, dimana berdasarkan data bahwa jumlah kasus diare pada balita

usia 1 – 4 tahun sudah mulai berkurang, namun masih ada salah satu

wilayah kerja Puskesmas yang angka kejadian diare nya masih tinggi.

Berikut data kejadian diare pada balita usia 1 – 4 tahun di Kota Sukabumi

tahun 2019 dapat dilihat pada Tabel 1.1


Tabel 1.1 Data Kejadian Diare Pada Balita Usia 1 – 4 Tahun Menurut
Jenis Kelamin di Kota Sukabumi Tahun 2019
Jumlah Balita Usia 1 – 4 Tahun Yang
Terkena Diare
No Puskesmas
L P L+P
Jml Jml Jml
1 Baros 299 293 592
2 Benteng 120 129 249
3 Cibeureum 86 112 198
4 Cikundul 35 33 68
5 Cipelang 69 86 155
6 Gedongpanjang 75 82 157
7 Karangtengah 128 134 262
8 Lembursitu 89 98 187
9 Limusnunggal 132 105 237
10 Nanggeleng 61 55 116
11 Pabuaran 71 112 183
12 Selabatu 98 169 267
13 Sukabumi 192 194 386
14 Sukakarya 82 85 167
15 Tipar 83 100 183
Total 1620 1787 3407
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2019

Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukan bahwa angka kejadian diare

pada balita usia 1–4 tahun di kota sukabumi masih tinggi. Namun,

berdasarkan Tabel 1.1 diatas, dapat dilihat bahwa Puskesmas Baros

merupakan salah satu Puskesmas di Kota Sukabumi, yang mana angka

kejadian diare pada balita usia 1-4 tahunnya sangat tinggi yaitu 592 balita.

Masih tingginya angka kejadian diare pada balita usia 1-4 tahun di

wilayah kerja Puskesmas Baros dapat disebabkan oleh infeksi

mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan parasite lainnya seperti jamur,

cacing dan protozoa. Salah satu bakteri penyebab diare adalah bakteri

Enteropathogenic Escherichia Coli (EPEC). Secara klinis penyebab diare

dapat dikelompokan dalam golongan 6 besar yaitu karena infeksi,


malabsorbsi, alergi, keracunan, immune defisiensi, dan penyebab lain,

tetapi yang sering ditemukan dilapangan ataupun klinis adalah diare yang

disebabkan infeksi dan keracunan.

Selain fakor-faktor yang telah dijelaskan diatas, terdapat juga

faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi terjadinya diare, yaitu:

lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, sosial ekonomi, prilaku,

sikap dan peradangan usus oleh agen penyebab. Faktor lingkungan yang

dimaksud adalah kebesihan ligkungan dan perorangan seperti kebersihan

putiig susu, kebersihan botol susu, dan dot susu, maupun kebersihan air

yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan. Faktor gizi seperti

tidak diberikan makanan tambahan meskipun anak telah berusia lebih dari

6 bulan. Faktor kependudukan menunjukan bahwa insiden diare lebih

tinggi pada penduduk perkotaan yang padat dan miskin atau kumuh,

sedangkan factor prilaku orang tua atau masyarakat misalnya kebiasaan

ibu yang tidak cuci tangan sebelum menyiapkan makanan, setelah buang

air besar atau membuang tinja bayi dan anak.

Bayi dan anak merupakan kelompok masyarakat yang dianggap

rentan terhadap penyakit diare, karena itu dalam upaya pencegahan dan

pengobatan diare, peran orang tua sangat menetukan. Orang tua harus

mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya diare

pada bayi dan anak balita. Upaya yang paling mudah dan murah yang

dapat dilakukan ibu adalah dengan pemberian ASI (Air Susu Ibu). Bayi

yang mendapat ASI lebih sedikit dan lebih ringan episode diarenya. Bayi
yang mendapat ASI juga lebih rendah resiko kematiannya karena diare,

dibandingkan bayi yang tidak mendapat ASI. Hal tersebut dapat

dimengerti karena pemberian ASI terjamin kebersihannya, tidak

membutuhkan botol, dot, air, dan formula yang mudah terkontaminasi.

Selain itu, ASI mempunyai sifat imunologi (kekebalan) yang dapat

melindungi bayi terhadap infeksi terutama diare. Sifat imunologi ini tidak

bisa didapatkan dari susu sapi atau formula, untuk itu ibu memiliki

peranan penting terhadap kesehatan anaknya (Haryono & Setianingsih,

2014).

Ibu adalah orang yang paling dekat dengan anak dan

bertanggungjawab dalam merawat anak. Dengan demikian pengetahuan

ibu tentang diare serta penanganannya berkontribusi secara tidak langsung

dalam menurunkan angka terjadinya diare.

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau

disadari oleh seseorang (Wawan, 2010). Pengetahuan muncul ketika

seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda

atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan

sebelumnya. Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit merupakan

pengalaman seseorang tentang keadaan sehat dan sakitnya, yang

menyebabkan seseorang untuk mengambil sikap baik itu bertindak pasif

ataupun aktif untuk mengatasi masalah sakitnya serta mempertahankan

kesehatan dan meningkatkan status kesehatannya.


Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb, salah seorang

ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif

tertentu (Notoatmojo, 2012).

Peningkatan pengetahuan dan pembentukan sikap ibu dalam

penangan diare pada anak, perawat ikut serta berperan dalam hal tersebut.

Dalam hal ini perawat berperan dalam melakukan asuhan keperawatan

pada anak yang diare dan melakukan penyuluhan tentang diare untuk

meningkatkan pengetahuan ibunya, sehingga ibu dapat bertindak dan

mengambil sikap yang tepat.

Berdasarkan dari uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Hubungan pengetahuan dan sikap ibu

dengan terjadinya diare pada anak balita usia 1-4 tahun di puskesmas baros

kota sukabumi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: “Apakah Ada Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu

Dengan Terjadinya Diare Pada Anak Balita Usia 1-4 Tahun Di Puskesmas

Baros Kota Suakabumi.”


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
pengetahuan dan sikap ibu dengan terjadinya diare pada anak balita
usia 1-4 tahun di Puskesmas Baros Kota Sukabumi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang diare pada anak
balita usia 1-4 tahun di Puskesmas Baros Kota Sukabumi.
b. Mengetahui gambaran sikap ibu tentang diare pada anak balita usia
1-4 tahun di Puskesmas Baros Kota Sukabumi.
c. Mengetahui gambaran terjadinya diare pada anak balita usia 1-4
tahun di Puskesmas Baros Kota Sukabumi.
d. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan terjadinya diare
pada anak balita usia 1-4 tahun di Puskesmas Baros Kota
Sukabumi.
e. Mengetahui hubungan sikap ibu dengan terjadinya daire pada anak
balita usia 1-4 tahun di Puskesmas Baros Kota Sukabumi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Baros

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumbangan

pemikiran dan bahan masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di

puskesmas sebagai masukan dalam program kerja Puskesmas

mengenai kejadian diare pada anak balita.

2. Bagi STIKES Sukabumi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi lembaga

pendidikan, dapat menambah referensi perpustakaan untuk bahan

acuan penelitian yang akan datang serta menjadi sumber yang


bermanfaat bagi lulusan berikutnya khususnya mengenai hubungan

pengetahuan dan sikap ibu dengan terjadinya diare pada anak balita

usia 1-4 tahun.

3. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan akan mendapatkan

tambahan ilmu, pengalaman dan pembelajaran sebagai Perawat

Peneliti (Nurse Researcher), sehingga mendapatkan informasi yang

jelas mengenai berhubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan

terjadinya diare pada anak balita usia 1-4 tahun.

Anda mungkin juga menyukai