Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah pembangunan di

bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya (Kemenkes RI, 2017).

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator

penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat, baik pada

tatanan provinsi maupun nasional. Jumlah kasus kematian Bayi turun dari

33.278 di tahun 2015 menjadi 32.007 pada tahun 2016, dan di tahun 2017

di semester I sebanyak 10.294 kasus (Kemenkes RI, 2017). Sesuai hasil

Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) melaporkan AKB di

Indonesia adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup. Kendati terus mengalami

penurunan, AKB di Indonesia masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan

dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya, AKB di Singapura yaitu 3

per 1.000 kelahiran hidup, Brunei Darussalam 8 per 1.000, Malaysia 10

per 1.000, Vietnam 18 per 1.000 dan Thailan 20 per 1.000 (Depkes RI

dalam Haryono & Setianingsih, 2014).

Proporsi penyebab kematian Bayi usia 0-11 bulan yang tertinggi

adalah karena diare yaitu sebesar 42%, diikuti pneumoni 24%, meningitis /

1
2

ensefalitis 9%, kelainan saluran pencernaan sebesar 7%, kelainan jantung

congenital dan hidrosefalus 6%, sepsis 4%, tetanus 3%, dan penyebab lain

(malnutsiri, TB, campak) sebesar 5% (Riskerdas dalam Haryono &

Setianingsih, 2014).

Kematian bayi bisa diturunkan dengan pemberian ASI Ekslusif.

Hasil penelitian Story dan Parish dalam Estiwidani (2011) menyatakan

bahwa secara signifikan ASI menurunkan insiden diare dan infeksi saluran

pernafasan. Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Arifeen

et al. dalam Estiwidani (2011) yang mengungkapkan bahwa pemberian

ASI ekslusif pada beberapa bulan pertama dapat menurunkan resiko

kematian akibat diare sebesar 3,9 kali dan kematian akibat infeksi saluran

pernafasan akut (ISPA) sebesar 2,4 kali. Dengan ASI Ekslusif, 55% dari

kematian bayi akibat penyakit diare dan ISPA dapat dicegah pada bayi

umur 0-3 bulan dan 66% pada bayi umur 4-11 bulan di amerika latin

(Betran et al. dalam Haryono & Setianingsih, 2014).

Pemberian ASI Eksklusif dapat mencegah 13% kematian balita.

Anak yang mendapat ASI memiliki resiko lebih rendah menderita

penyakit infeksi, diare maupun alergi (Puslitbang gizi dan makanan,

2010). Sedangkan menurut Roesli (2013), pemberian ASI secara Eksklusif

dapat mencegah kematian balita sebanyak 13%. Pemberian makanan

pendamping ASI pada saat dan jumlah yang tepat dapat mencegah

kematian balita sebanyak 6 % sehingga pemberian ASI secara eksklusif

selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia > 2 tahun bersama makanan
3

pendamping ASI yang tepat dapat mencegah kematian balita sebanyak

19%.

Para ahli meneliti 1.204 bayi yang meninggal pada usia 24 hari

sampai 1 tahun akibat kelainan bawaan atau tumor berbahaya 7.740 bayi

yang masih hidup pada usia satu tahun. Mereka menelusuri angka

kematian bayi tersebut keterkaitan dengan ASI dan durasi dampak

reaksinya. Bayi yang tidak pernah mendapat ASI beresiko meninggal 21%

lebih tinggi dalam periode sesudah kelahiran daripada bayi yang mendapat

ASI. Memperomosikan pemberian ASI berpotensi menyelematkan 720

kematian sesudah kelahiran (Haryono & Setianingsih, 2014).

Dalam Undang–Undang Republik Indonesia nomor 36 tentang

kesehatan, khususnya pada Bab VII tentang gizi, pada pasal 142 ayat 1,

menyatakan : upaya perbaikan gizi dilakukan pada seluruh siklus

kehidupan sejak dalam kandungan sampai dengan lanjut usia dengan

prioritas kepada kelompok rawan, meliputi bayi dan balita, remaja

perempuan, ibu hamil, dan ibu menyusui. Bayi, salah satu yang termasuk

kedalam usia kelompok rawan gizi. Oleh sebab itu, sudah menjadi

kewajiban bersama untuk memperhatikan keadaan gizi penerus bangsa

pada usia bayi, balita dan seterusnya. Masih dalam Undang–Undang yang

sama, di dalam pasal 128 ayat 1 menyatakan setiap bayi berhak

mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif sejak dilahirkan selama 6

bulan, kecuali atas indikasi medis (UU RI No 36 tentang kesehatan tahun

2009).
4

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

450/Men.Kes/SK/IV/2004 menyatakan bahwa bahwa Air Susu Ibu (ASI)

adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat gizi paling

sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Selanjutnya untuk

mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal ASI perlu

diberikan secara Eksklusif sampai umur 6 (enam) bulan dan dapat

dilanjutkan sampai anak berumur 2 (dua) tahun.

World Health Organization (WHO) telah mengkaji atas lebih dari

3.000 penelitian menunjukan pemberian ASI selama 6 bulan adalah jangka

waktu yang paling optimal untuk pemberian ASI Ekslusif. Hal ini

didasarkan pada bukti ilmiah bahwa ASI Ekslusif mencukupi kebutuhan

gizi bayi dan pertumbuhan bayi lebih baik. Menurut Allen dalam Haryono

dan Setianingsih (2014) bahwa ASI sebagai penyelamat kehidupan. Di

Indonesia setiap tahunnya lebih dari 25.000 bayi dan 1,3 juta bayi di

seluruh dunia dapat diselamatlan dengan pemberian ASI Ekslusif.

Pemberian ASI Ekslusif yang kurang sesuai di Indonesia

menyebabkan bayi menederita gizi kurang dan gizi buruk. Padahal

kekurangan gizi pada bayi kan berdampak pada gangguan psikomotor

kognitif dan social serta secara klinis terjadi gangguan pertumbuhan.

Dampak lainnya adalah derajat kesehatan dan gizi anak di Indonesia masih

memperhatinkan.

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 33 Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak
5

dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti

dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral).

ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung

protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi

sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada

bayi. Kolostrum berwarna kekuningan dihasilkan pada hari pertama

sampai hari ketiga. Hari keempat sampai hari kesepuluh ASI mengandung

immunoglobulin, protein, dan laktosa lebih sedikit dibandingkan

kolostrum tetapi lemak dan kalori lebih tinggi dengan warna susu lebih

putih (Kemenkes RI, 2017).

Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 menjelaskan lebih

lanjut mengenai ASI Ekslusif bahwa, selain mengandung zat-zat makanan,

ASI juga mengandung zat penyerap berupa enzim tersendiri yang tidak

akan menganggu enzim di usus. Susu formula tidak mengandung enzim

sehingga penyerapan makanan tergantung pada enzim yang terdapat di

usus bayi (Kemekes RI, 2017).

ASI merupakan makan utama bagi bayi sehingga sangat penting

untuk kesehatan bayi, namun tidak semua bayi mendapatkan ASI dari

ibunya. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007

menunjukan bahwa pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan hanya

mencapai 31%, Riskesdas 2010 juga melaporkan jumlah bayi yang

menyusui ASI Ekslusif sampai usia 6 bulan di Indonesia hanyalah 15,3%

(Riskesdas, 2013).
6

Tahun 2016 di Indonesia cakupan pemberian ASI eksklusif pada

bayi usia kurang dari enam bulan sebesar 55,7%. Sedangkan pada tahun

2017 persentase bayi 0-5 bulan yang masih mendapat ASI eksklusif

sebesar 54,0%. Di Jawa Barat sendiri cakupan pemberian ASI Ekslusif

pada bayi usia 0-5 bulan hanya mencapai 48,4%, dimana jawa barat

menduduki urutan ke 13 terendah cakupan pemberian ASI Ekslusif pada

bayi 0-5 bulan tahun 2017 (Kemekes RI, 2017).

Kota Sukabumi merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi

Jawa Barat, dimana berdasarkan data bahwa cakupan pemberian ASI

Ekslusif pada Bayi usia 0-6 bulan secara keseluruhan sudah memenuhi

standar, namun masih ada salah satu wilayah kerja Puskesmas yang masih

dibawah standar. Berikut data cakupan pemberian ASI Ekslusif di Kota

Sukabumi tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 1.1


7

Tabel 1.1 Cakupan Pemberian ASI Ekslusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan
Menurut Jenis Kelamin di Kota Sukabumi Tahun 2017

Jml Bayi 0-6 Jml Bayi Yg Diberi Asi Ekslusif 0-6


Bulan Bulan
No Puskesmas
L P L+P
L P L+P
Jml % Jml % Jml %
1 Baros 429 394 823 429 100 394 100 823 100
2 Benteng 227 198 425 169 74,45 120 60,61 289 68
3 Cibeureum 181 200 381 151 83,43 152 76 302 79,53
4 Cikundul 140 159 299 101 72,14 118 74,21 219 73,24
5 Cipelang 86 119 205 86 100 117 98,32 203 99,02
6 Gedongpanjang 178 168 346 173 97,19 108 100 341 98,55
7 Karangtengah 198 198 396 138 69,70 153 77,27 291 73,48
8 Lembursitu 127 140 267 127 100 140 100 267 100
9 Limusnunggal 225 182 407 225 100 182 100 407 100
10 Nanggeleng 49 49 98 45 91,84 45 91,84 90 91,84
11 Pabuaran 66 81 147 66 100 81 100 147 100
12 Selabatu 112 99 211 112 100 98 98,99 210 99,53
13 Sukabumi 290 227 517 268 92,41 202 88,99 470 90,91
14 Sukakarya 137 70 207 125 91,24 59 84,29 184 88,89
15 Tipar 162 145 307 103 64,58 75 51,72 178 57,98
Total 2607 2429 5036 2318 88,91 2044 84,15 4362 86,62
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2017

Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukan bahwa secara keseluruhan

cakupan pemberian ASI Ekslusif pada Bayi 0-6 bulan tahun 2017 di Kota

Sukabumi sebesar 86,62%. Angka tersebut sudah memenuhi target

nasional yaitu sebesar 80%. Namun, berdasarkan Tabel 1.1 diatas, dapat

dilihat bahwa Puskesmas Tipar merupakan salah satu Puskesmas di Kota

Sukabumi, yang mana cakupan pemberian ASI Ekslusif pada Bayi 0-6

bulan yaitu sebesar 57,98%. Angka ini masih jauh dari target pencapain

pemberian ASI Eksklusif di Kota Sukabumi sebesar 80%.

Wilayah kerja Puskesmas Tipar memiliki 2 kelurahan yaitu

Kelurahan Cikondang dan Kelurahan Tipar. Berikut data cakupan

pemberian ASI Ekslusif pada Bayi usia 0-6 bulan per-kelurahan di wilayah
8

kerja Puskesmas Tipar Kota Sukabumi Tahun 2017 dapat dilhat pada tabel

1.2 dibawah ini.

Tabel 1.2 Cakupan Pemberian ASI Ekslusif Pada Bayi Usia 0-6
Bulan Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas
Tipar Kota Sukabumi Tahun 2017

Jml Bayi 0-6 Jml Bayi Yg Diberi Asi Ekslusif 0-6


Bulan Bulan
No Kelurahan
L P L+P
L P L+P
Jml % Jml % Jml %
1 Cikondang 81 69 150 33 40,74 26 37,68 59 39,33
2 Tipar 81 76 157 70 86,42 49 64,47 119 75,78
Total 162 145 307 103 64,58 75 51,72 178 57,98
Sumber: Puskesmas Tipar Kota Sukabumi Tahun 2017

Berdasarkan Tabel 1.2 diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2017

periode Januari-Desember di Wilayah Kerja Puskesmas Tipar Kota

Sukabumi, cakupan pemberian ASI Ekslusif terendah pada Bayi usia 0-6

bulan terdapat di Kelurahan Cikondang dengan persentase sebesar

39,33%.

Masih rendahnya cakupan pemberian ASI Ekslusif pada Bayi 0-6

bulan di wilayah kerja Puskesmas Tipar khusunya Kelurahan Cikondang

dapat disebakan karena beberapa faktor diantaranya yaitu sikap ibu. Sikap

dapat digunakan untuk memprediksikan tingkah laku apa yang mungkin

terjadi, dengan demikian sikap dapat diartikan sebagai suatu predisposisi

tingkah laku yang akan tampak aktual apabila kesempatan untuk

mengatakan terbuka luas (Azwar, 2009).

Menurut Notoatmojo, (2010), sikap adalah reaksi atau respon

seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

Sedangkan menurut Sunaryo (2009), sikap adalah respon tertutup


9

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang bersikap intern

maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat,

tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup

tersebut.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi sikap ibu dalam

pemberian ASI Ekslusif pada bayi. Diantaranya menurut Haryono dan

Setianingsih (2014), faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI

Ekslusif dibedakan menjadi 3, yaitu : 1) faktor pemudah (predisposing

factors) terdiri dari pendidikan dan pengetahuan, 2) faktor pendukung

(enabling factors) yaitu status pekerjaan, 3) faktor pendorong (reinforcing

factors) terdiri dari dukungan keluarga termasuk suami dan dukungan

petugas kesehatan.

Sikap ibu dalam pemberian ASI EKslusif pada Bayi usia 0-6 bulan

dipengaruhi oleh pendidikan. Pendidikan mempengaruhi pemberian ASI

EKslusif. Ibu yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah menerima suatu

ide baru disbanding dengan ibu yang berpendidikan rendah. Sehingga

promosi dan informasi mengenasi ASI Ekslusif dengan mudah dapat

diterima dan dilaksanakan (Haryono & Setianingsih, 2014).

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam

pemberian ASI Ekslusif dalam 6 bulan setelah melahirkan, menunjukan

bahwa ibu dengan pendidikan SMP atau yang lebih tinggi memiliki

kemungkinan lebih besar untuk memberikan ASI Ekslusif dibandungkan


10

ibu yang memiliki tingkat pendidikan lebih rendah (Haryono &

Setianingsih, 2014).

Selain faktor pendidikan, faktor yang mempengaruhi ibu dalam

pemberian ASI Ekslusif pada Bayi usia 0-6 bulan adalah pengetahuan.

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan yang dimiliki akan membentuk suatu keyakinan untuk

melakukan perilaku tertentu, dalam hal ini adalah sikap ibu dalam

pemberian ASI Ekslusif terhadap bayi dalam 6 bulan setelah melahirkan

(Haryono & Setianingsih, 2014). Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Susmaneli (2013) bahwa pengetahuan tentang ASI memiliki

hubungan terhadap pemberian ASI Eksklusif.

Sikap ibu dalam pemberian ASI Ekslusif dipengaruhi juga oleh

pekerjaan ibu. Status pekerjaan ini berkaitan erat dengan ketersediaan

waktu seorang ibu untuk menyusui secara ekslusif. Banyak ibu yang tidak

memberikan ASI karena berbagai alasan, diantaranya karena harus

kembali bekerja setelah cuti melahirkannya selesai. Padahal istilah harus

kembali bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI secara

ekslusif. Bagi ibu yang bekerja, ASI bisa diperah setiap 3-4 jam sekali

untuk disimpan dalam lemari pendingin. Hal ini sesuai dengan pendapat

Pawenrusi (2009) mengatakan, pekerjaan ibu memiliki hubungan terhadap

pemberian ASI Eksklusif.


11

Faktor lain yang mempengaruhi sikap ibu dalam pemberian ASi

Ekslusif, adalah dukungan keluarga dalam hal ini adalah suami dan

dukungan petugas kesehatan. Dukungan dari lingkungan keluarga

termasuk suami sangat menentukan keberhasilan menyusui. Karena

pengaruh suami berdampak pada kondisi emosi ibu sehingga secara tidak

langsung mempengaruhi produksi ASI. Hal ini selaras dengan penelitian

Susmaneli (2013) mengatakan dukungan suami memiliki hubungan

terhadap pemberian ASI Eksklusif.

Dukungan penting laniinya adalah dukungan petugas kesehatan.

Petugas kesehatan yang professional bisa menjadi faktor pendukung ibu

dalam memberikan ASI. Dukungan tenaga kesehatan kaitannya dengan

nasehat kepada ibu untuk memberikan ASI pada bayinya menentukan

keberlanjutan ibu dalam pemberian ASI. Penelitian Sahusilawane dkk.

(2013), menyebutkan bahwa dukungan tenaga kesehatan memiliki

hubungan dengan ibu dalam memberikan ASI Ekslusif.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti tanggal 15

maret 2018 di Kelurahan Cikondang Wilayah kerja Puskesmas Cikondang

dengan cara wawancara pada 10 ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan

diperoleh hasil bahwa 3 dari 10 ibu mengatakan setuju terhadap

pemberian ASI Ekslusif dan 7 ibu mengatakan tidak setuju terhadap

pemberian ASI Ekslusif saja tanpa tambahan makanan dan minuman lain.

Hasil wawancara lebih lanjut mengenai status pendidikan dari 3 ibu

yang setuju terhadap pemberian ASI Ekslusif, 2 diantaranya berpendidikan


12

SMP dan 1 berpendidikan SMA. Sedangkan dari 7 ibu yang tidak setuju

terhadap pemberian ASI Ekslusif, 4 diantaranya berpendidikan SD, 2 ibu

berpendidikan SMP, dan 1 berpendidikan SMA. Dilihat dari pengetahuan

ibu tentang ASI Ekslusif, 3 ibu yang setuju terhadap pemberian ASI

Ekslusif, 2 ibu mengetahui pengertian ASI, manfaat ASI, kandungan ASI,

dan cara pengeluaran dan penyimpanan ASI, dan 1 ibu hanya mengetahui

pengertian ASI Ekslusif dan manfaat ASI Ekslusif saja. Dari 7 ibu yang

tidak setuju terhadap pemberian ASI Ekslusif, 2 ibu mengetahui

pengertian ASI, manfaat ASI, kandungan ASI, sedangkan 5 ibu hanya

mengetahui pengertian ASI Ekslusif saja.

Hasil wawancara mengenai dukungan suami dan dukungan petugas

kesehatan, 3 ibu yang setuju terhadap pemberian ASI Ekslusif pada bayi

usia 0-6 bulan, ke 3 ibu mendapatkan dukungan dari suami dan petugas

kesehatan. Suami memberikan dukungan seperti suami setuju terhadap

pemberian ASI Ekslusi, memotivasi ibu untuk memberikan ASI saja

sampai usia bayi 6 bulan, dan tidak pernah menyarankan untuk

memberikan susu formula. Begitupun petugas kesehatan memberikan

dukungan terhadap ibu yang meliputi pemberian nasihat pada untuk tetp

memberikan ASI saja sampai bayi usia 6 bulan, danmemberikan

penjelasan pentingnya ASI Ekslusif. Sedangkan 7 ibu yang tidak setuju

terhadap pemberian ASI Ekslusif, hanya 2 ibu yang mendapatkan

dukungan dari suami dan petugas kesehatan dan sisanya yaitu 5 ibu tidak
13

mendapatkan dukungan dari suami tetapi hanya mendapatkan dukungan

dari petugas kesehatan.

Berdasarkan dari uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “faktor-faktor yang berhubungan

dengan sikap Ibu dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan

di Kelurahan Cikondang Wilayah Kerja Puskesmas Tipar Kota

Sukabumi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan

sikap Ibu dalam pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 bulan di

Keluarahan Cikondang Wilyah Kerja Puskesmas Tipar Kota Sukabumi”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap ibu

dalam pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 bulan di

Kelurahan Cikondang Wilayah Kerja Puskesmas Tipar Kota

Sukabumi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pendidikan Ibu di Kelurahan Cikondang

Wilayah Kerja Puskesmas Tipar Kota Sukabumi.


14

b. Mengetahui gambaran pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif di

Kelurahan Cikondang Wilayah Kerja Puskesmas Tipar Kota

Sukabumi.

c. Mengetahui gambaran pekerjaan Ibu di Kelurahan Cikondang

Wilayah Kerja Puskesmas Tipar Kota Sukabumi.

d. Mengetahui gambaran dukungan suami Ibu dalam pemberian ASI

Eksklusif di Kelurahan Cikondang Wilayah Kerja Puskesmas Tipar

Kota Sukabumi.

e. Mengetahui gambaran dukungan petugas kesehatan dalam

pemberian informasi pada Ibu tentang ASI Eksklusif di Kelurahan

Cikondang Wilayah Kerja Puskesmas Tipar Kota Sukabumi.

f. Mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan sikap ibu dalam

pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan

Cikondang Wilayah Kerja Puskesmas Tipar Kota Sukabumi.

g. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif

dengan sikap ibu dalam pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 0-6

bulan di Kelurahan Cikondang Wilayah Kerja Puskesmas Tipar

Kota Sukabumi.

h. Mengetahui hubungan pekerjaan ibu dengan sikap ibu dalam

pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan

Cikondang Wilayah Kerja Puskesmas Tipar Kota Sukabumi.


15

i. Mengetahui hubungan dukungan suami ibu dengan sikap ibu dalam

pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan

Cikondang Wilayah Kerja Puskesmas Tipar Kota Sukabumi.

j. Mengetahui hubungan petugas kesehatan pada ibu dengan sikap ibu

dalam pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan di

Kelurahan Cikondang Wilayah Kerja Puskesmas Tipar Kota

Sukabumi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Tipar

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumbangan

pemikiran dan bahan masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di

pusekesmas sebagai masukan dalam program kerja Puskesmas

mengenai pemberian ASI Eksklusif.

2. Bagi STIKES Sukabumi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi lembaga

pendidikan, dapat menambah referensi perpustakaan untuk bahan

acuan penelitian yang akan datang serta menjadi sumber yang

bermanfaat bagi lulusan berikutnya khususnya mengenai faktor-faktor

yang berhubungan dengan sikap ibu dalam pemberian ASI Ekslusif

pada Bayi usia 0-6 bulan.


16

3. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan akan mendapatkan

tambahan ilmu, pengalaman dan pembelajaran sebagai Perawat

Peneliti (Nurse Researcher), sehingga mendapatkan informasi yang

jelas mengenai faktor-faktor yang berhubungan sikap ibu dalam

pemberian ASI Ekslusif pada Bayi 0-6 bulan.

E. Kerangka Penelitian

Kerangka konsep dibuat dalam bentuk digram yang menunjukan

jenis suatu hubungan antaravariabel yang diteliti dengan variable lainnya

yang terkait ( Notoatmodjo, 2010). Sedangkan menurut Riduwan, (2010),

Kerangka pemikiran adalah dasar pemikiran dari penelitian yang

disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah penelitian.

Angka kematian pada Bayi di Indonesia masih tinggi, walaupun

mengalami penurunan. Hal ini salah satunya disebabkan karena kurangnya

pemberian ASI Ekslusif pada bayi setelah kelahiran yaitu usia 0-6 bulan.

Kematian pada bayi dapat dicegah salah satunya oleh pemberian ASI

secara Ekslusif dalam 0-6 bulan setelah kelahiran. Akan tetapi, akan tetapi

msih banyak ibu yang memberikan ASI pada Bayinya dengan berbagai

alasan. Dimana, persentasi cakupan pemberian ASI Ekslusif di Indonesia

masih dibawah standar, khsusnya di Kota Sukabumi Provinsi Jawa Barat.

Rendahnya pemberian ASI Ekslusif bayi usia 0-6 bulan dapat disebakan

diantaranya oleh sikap ibu.


17

Sikap merupakan respon atau langkah awal untuk memulai

tindakan atau suatu perilaku. Sikap ibu yang negatif cenderung tidak akan

memberikan ASI secara Ekslusif pada bayi dalam rentang usia 0-6 bulan.

banyak faktor yang dapat mempengarih sikap ibu dalam pemberian ASI

Ekslusif. diantaranya yaitu pendidikan ibu, pengetahuan, pekerjaan,

dukungan suami dan dukungan tenaga kesehatan.

Beradasarkan uraian diatas, maka kerangka pemikiran faktor-faktor

yang berhubungan dengan sikap ibu dalam pemberian ASI Ekslusif pada

Bayi usia 0-6 bulan dapat dilihat pada Bagan 1.1 berikut.

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor yang Berhubungan


dengan Sikap Ibu dalam Pemberian ASI Ekslusif Pada
Bayi usia 0-6 Bulan

Pendidikan

Pengetahuan Sikap Ibu


Dalam
Pemberian
Pekerjaan ASI Eksklusif
pada bayi usia
0-6 bulan
Dukungan Suami

Tenaga Kesehatan

Keterangan:

: Faktor yang diteliti

: Arah hubungan
18

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan

dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban

yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan

pada fakta-fakta empiris yang diperoleh (Sugiyono, 2013).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan pendidikan ibu dengan sikap ibu dalam pemberian

ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Cikondang

Wilayah Kerja Puskesmas Tipar Kota Sukabumi.

Bentuk hipotesis adalah :

Ho : Tidak ada hubungan pendidikan ibu dengan sikap ibu

dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6

bulan di Kelurahan Cikondang Wilayah Kerja

Puskesmas Tipar Kota Sukabumi.

H1 : Ada hubungan pendidikan ibu dengan sikap ibu dalam

pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di

Kelurahan Cikondang Wilayah Kerja Puskesmas Tipar

Kota Sukabumi

2. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan sikap ibu dalam pemberian

ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Cikondang

Wilayah Kerja Puskesmas Tipar Kota Sukabumi.


19

Bentuk hipotesis adalah :

Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan ibu dengan sikap ibu

dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6

bulan di Kelurahan Cikondang Wilayah Kerja

Puskesmas Tipar Kota Sukabumi.

H1 : Ada hubungan pengetahuan ibu dengan sikap ibu

dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6

bulan di Kelurahan Cikondang Wilayah Kerja

Puskesmas Tipar Kota Sukabumi.

3. Ada hubungan pekerjaan ibu dengan sikap ibu dalam pemberian

ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Cikondang

Wilayah Kerja Puskesmas Tipar Kota Sukabumi.

Bentuk hipotesis adalah :

Ho : Tidak ada hubungan pekerjaan ibu dengan sikap ibu

dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6

bulan di Kelurahan Cikondang Wilayah Kerja

Puskesmas Tipar Kota Sukabumi.

H1 : Ada hubungan pekerjaan ibu dengan sikap ibu dalam

pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di

Kelurahan Cikondang Wilayah Kerja Puskesmas

Tipar Kota Sukabumi.


20

4. Ada hubungan dukungan suami dengan sikap ibu dalam pemberian

ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Cikondang

Wilayah Kerja Puskesmas Tipar Kota Sukabumi.

Bentuk hipotesis adalah :

Ho : Tidak Ada hubungan dukungan suami dengan sikap

ibu dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-

6 bulan di Kelurahan Cikondang Wilayah Kerja

Puskesmas Tipar Kota Sukabumi.

H1 : Ada hubungan dukungan suami dengan sikap ibu

dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6

bulan di Kelurahan Cikondang Wilayah Kerja

Puskesmas Tipar Kota Sukabumi.

5. Ada hubungan petugas kesehatan dengan sikap ibu dalam

pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan

Cikondang Wilayah Kerja Puskesmas Tipar Kota Sukabumi.

Bentuk hipotesis adalah :

Ho : Tidak Ada hubungan petugas kesehatan dengan sikap

ibu dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-

6 bulan di Kelurahan Cikondang Wilayah Kerja

Puskesmas Tipar Kota Sukabumi.

H1 : Ada hubungan petugas kesehatan dengan sikap ibu

dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6

bulan di Kelurahan Cikondang Kota Sukabumi


21

Anda mungkin juga menyukai