Anda di halaman 1dari 54

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan
kenaikan tekanan darah di atas normal yaitu 140/90 mmHg (Rachmawati, 2013).
Di dunia diperkirakan 7,5 juta kematian disebabkan oleh tekanan darah tinggi.
Pada tahun 1980 jumlah orang dengan hipertensi ditemukan sebanyak 600 juta
dan mengalami peningkatan menjadi hampir 1 milyar pada tahun 2008 (WHO,
2013). Hasil riset WHO pada tahun 2007 menetapkan hipertensi pada peringkat
tiga sebagai faktor resiko penyebab kematian dunia (Syahrini, et al., 2012).
Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas
di Indonesia. Hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi yang penyebab
awalnya tidak diketahui. Hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius
serta cenderung meningkat di masa yang akan datang karena tingkat
keganasannya yang tinggi berupa kematian mendadak atau kecacatan permanen.
Meningkatnya arus globalisasi di segala bidang dengan pengembangan teknologi
dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan gaya hidup
masyarakat (Ezzati, 2013).
Prevalensi terjadinya hipertensi pada kelompok orang dewasa adalah 6-
15% yang merupakan bagian dari proses degeneratif. Terdapat 50% penderita
hipertensi tidak menyadari dirinya sebagai penderita hipertensi. Di Indonesia
sendiri, prevalensi terjadinya hipertensi menurut Depkes (2010) mencapai 21%
dan diperkirakan akan meningkat menjadi 42% pada tahun 2025. Menurut Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 Kementerian Kesehatan RI, prevalensi
hipertensi di Jawa Tengah mencapai 26,4%.
Data kasus hipertensi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas
menunjukkan bahwa jumlah kasus hipertensi pada tahun 2015 sebesar 40.254 kasus.
Salah satu daerah di kabupaten Banyumas yang memiliki angka kejadian hipertensi
adalah wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja, dengan angka kejadian 422
2

kasus pada periode Agustus hingga Oktober 2017. Penyakit hipertensi termasuk
ke dalam kategori 10 besar diagnosis penyakit rawat jalan di Puskesmas 1
Sokaraja, yakni ada di posisi kedua setelah ISPA sepanjang periode ini.
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi dibedakan
menjadi faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol. Faktor
yang dapat dikontrol beberapa diantaranya gaya hidup, pola makan dan aktivitas
fisik. Sedangkan faktor yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat penyakit
keluarga, umur dan jenis kelamin (Ngandu, 2015). Hipertensi merupakan
penyebab kematian nomor tiga pada semua umur di Indonesia, yakni mencapai
6,8% setelah stroke (15,4%) dan tuberkulosis (7,5%) (Depkes RI, 2010). Oleh
karena itu, perlu adanya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan yang adekuat
untuk penderita hipertensi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan analisis kesehatan komunitas tentang faktor risiko hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja, Banyumas.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang banyak terjadi di
wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
b. Menyusun rencana penyelesaian masalah hipertensi dalam masyarakat
secara komprehensif
c. Melakukan penatalaksanaan masalah hipertensi dalam masyarakat
d. Menentukan faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja, Banyumas.
e. Mencari alternatif pemecahan masalah hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas 1 Sokaraja, Banyumas.
3

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan di bidang kesehatan dalam mencegah penyakit
hipertensi, terutama faktor risiko yang dapat menimbulkan terjadinya
penyakit hipertensi.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi masyarakat
Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai penyakit hipertensi,
faktor risiko dan cara untuk mencegah penyakit tersebut sehingga
diharapkan dapat mengontrol tekanan darah dan mengurangi komplikasi
hipertensi.
b. Manfaat bagi puskesmas
Membantu program enam dasar pelayanan kesehatan puskesmas yang
berkaitan dengan masalah hipertensi seperti promosi kesehatan sehingga
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan menentukan kebijakan
yang harus diambil untuk menyelesaikan masalah.
c. Manfaat bagi mahasiswa
Menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai masalah kesehatan
di wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja, Banyumas.
4

II. ANALISIS SITUASI

A. Deskripsi Situasi, Kondisi, dan Wilayah Kerja Puskesmas


1. Keadaan Geografi

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas 1 Sokaraja

Puskesmas 1 Sokaraja berada di wilayah Kecamatan Sokaraja. Wilayah


Puskesmas 1 Sokaraja meliputi 10 desa dari sejumlah 18 desa yang ada di
2
Kecamatan Sokaraja. Luas wilayah Kecamatan Sokaraja 29,92 km dengan
ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 140 600 M.
Sedangkan Wilayah Kecamatan Sokaraja dibatasi oleh :
Di sebelah Utara : Kembaran
Di sebelah Selatan : Kecamatan Kalibagor
Di sebelah Timur : Kabupaten Purbalingga
Di sebelah Barat : Kecamatan Purwokerto Timur
Penggunaan lahan di wilayah Kecamatan Sokaraja dapat dirinci sebagai
berikut :
Tanah sawah : 1.634,22 ha
Tanah pekarangan/bangunan : 619,97 ha
Tanah perkebunan : 583,48 ha
Kolam : 29,34 ha
Lain-lain : 124,77 ha
5

2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan data dari Kecamatan Sokaraja pada akhir tahun 2016,
Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja sebanyak 53.886
jiwa yang terdiri dari 27.000 laki-laki (50,1%) dan 26.886 perempuan
(49,9%) tergabung dalam 13.665 rumah tangga / KK.
Jumlah penduduk tertinggi di desa Sokaraja kulon sebesar 8.747
jiwa sedangkan terendah di desa Karangkedawung sebesar 2.620 jiwa.
b. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur
Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja berdasarkan
golongan umur dan jenis kelamin tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel l. Jumlah Penduduk di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja tahun 2015


No Golongan Umur Jumlah Penduduk Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 0 4 2.317 2.233 4.550
2 5 9 2.299 2.131 4.430
3 10 14 2.112 2.997 4.109
4 15 19 2.257 2.318 4.575
5 20 24 2.288 2.107 4.395
6 25 29 2.091 1.923 4.014
7 30 34 2.121 2.104 4.225
8 35 39 2.048 2.039 4.087
9 40 44 1.906 1.834 3.740
10 45 49 1.717 1.819 3.536
11 50 54 1.627 1.785 3.412
12 55 59 1.471 1.446 2.917
13 60 64 1.024 1.020 2.044
14 65 69 737 750 1.487
6

15 70 74 466 546 1.012


16 75+ 519 834 1.353

Jumlah 27.000 26.886 53.886

Jika dilihat dari jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur


pada tabel 1, maka jumlah penduduk dalam kelompok umur 15-19 tahun
adalah yang tertinggi yaitu sebesar 4.575 jiwa.
c. Kepadatan Penduduk
Penduduk di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja adalah bervariasi
kepadatannya. Desa terpadat penduduknya adalah Desa Wiradadi
dengan tingkat kepadatan sebesar 6.502,5 jiwa setiap kilometer persegi,
sedangkan yang tingkat kepadatannya paling rendah adalah desa setiap
kilometer persegi.
3. Keadaan Sosial Ekonomi
a. Tingkat Pendidikan
Data pendidikan penduduk di Wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Penduduk Melek Huruf di Puskesmas 1 Sokaraja tahun 2016


Jumlah Persentase
No Variabel L P Jml L P Jml

Penduduk
1 berumur 10 34.427 33.630 68.057
tahun ke atas
Penduduk
berumur 10
2 tahun ke atas 31.639 31.536 63.175 91,90 93,77 92,83
yang melek
huruf
7

Persentase
pendidikan
3
tertinggi yang
ditamatkan:
a. Tidak
memiliki 9.077 8.934 18.011 26,37 26,57 26,46
ijazah SD
b. SD/MI 12.162 11.107 23.269 35,33 33,03 34,19

c. SMP/ MTs 5.839 7.469 13.308 16,96 22,21 19,55

d. SMA/ MA 9.268 7.531 16.799 26,92 22,39 24,68

e. Sekolah

Menengah 0 0,00 0,00 0,00


Kejuruan
f. Diploma
I/Diploma 0 0,00 0,00 0,00
II
g. Akademi / 0 0,00 0,00 0,00
Diploma III
h. Universitas / 2.129 2.597 4.726 6,18 7,72 6,94
Diploma IV
8

III. PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN

A. Derajat Kesehatan Masyarakat

1. Angka Kesakitan
a. Penyakit Menular yang Diamati
1) DBD
Jumlah kasus DBD yang ditemukan di wilayah Puskesmas 1
Sokaraja sebanyak 25 kasus (terdidari dari laki-laki 11 kasus dan
perempuan 14 kasus) sedangkan pada tahun 2016 kasus DBD yang
ditemukan di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja adalah sebanyak 17
kasus, dengan demikian maka terjadi peningkatan angka kejadian.
a) Penderita DBD yang Ditangani

%. Target IS 2010 adalah 100%.


b) Angka Kematian DBD/CFR
Jumlah kematian karena DBD di wilayah Puskesmas 1
Sokaraja selama tahun 2015 sebanyak 2 orang (terdiri dari laki-
laki 1 orang dari Desa Sokaraja Kulon dan wanita 1 orang dari
Karangkedawung), sedangkan pada tahun 2016 sebanyak 1
orang.
2) Malaria
a) Malaria Positif
Tidak ditemukan kasus malaria positif di wilayah
Puskesmas 1 Sokaraja tahun 2016, 2015 dan 2014. Sedangkan
kasus malaria positif tahun 2011 adalah sebanyak 3 kasus.
Dengan demikian terjadi penurunan kasus.
9

b) Malaria Klinis
Tidak ditemukan kasus malaria klinis di wilayah
Puskesmas 1 Sokaraja.
c) Penderita Malaria yang Diobati
3) TB Paru
Jumlah kasus penderita TB Paru Positif (BTA Positif) Baru
di Puskesmas 1 Sokaraja pada tahun 2016 sebanyak 25 kasus
(terdiri dari 13 kasus pada terjadi pada laki-laki dan 12 kasus pada
perempuan). Sedangkan pada tahun 2014 kasus TB Paru positif
adalah 25 kasus .
Adapun target penemuan pendeita baru TB Paru dengan BTA
positif adalah 80 % dari perkiraan jumlah Penderita TB Paru BTA
positif yaitu sebanyak 40 kasus. Dengan demikian bila
dibandingkan dengan target IS 2008, maka CDR untuk Puskesmas 1
Sokaraja adalah 62,5 % masih belum memenuhi target penemuan
hal ini terjadi karena masih belum maksimalnya pelaksanaan
program P2 TB Paru, khususnya karena belum dioptimalkannya
jejaring P2 TB untuk dapat meningkatkan jangkauan penemuan
penderita baru TB Paru positif khususnya dengan bidan desa dan
yang lain dan juga banyak penderita TB yang memilih berobat ke
RS atau sarana kesehatan lainnya.
Untuk itu dalam waktu dekat perlu segera dioptimalkan
jejaring program P2 TB Paru dengan melibatkan seluruh bidan desa
yang ada dan BP serta dokter praktik swasta dalam wilayah
Puskesmas 1 Sokaraja.
4) Hepatitis
Kasus hepatitis tidak ditemukan di wilayah Puskesmas 1
Sokaraja pada tahun 2016.
10

5) Diare
Jumlah kasus penderita diare di Puskesmas 1 Sokaraja pada
tahun 2015 sebanyak 760 kasus (terdiri dari 365 kasus pada terjadi
pada laki-laki dan 395 kasus pada perempuan), sedangkan pada tahun
2014 kasus diare adalah 760 kasus.
6) Kusta
Jumlah kasus kusta adalah 1 orang dengan angka prevalensi
0,39 per 10.000 penduduk.
7) HIV AIDS
Kasus HIV/AIDS tidak ditemukan di wilayah Puskesmas 1
Sokaraja pada tahun 2015.
8) Filariasis
Jumlah penderita filariasis yang ditangani adalah 1 orang
dengan angka kesakitan 4 per 100.000 penduduk.

2. Angka Kematian
a. Angka Kematian Bayi
Jumlah bayi lahir mati di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja pada tahun
2015 = 5 terdiri dari 3 bayi laki-laki dan 2 bayi perempuan (angka lahir
mati = 4) sedangkan jumlah lahir Mati pada tahun 2014 = 5, ini berarti
terjadi penurunan, sedangkan target Indonesia Sehat 2010 sebesar 40 per
1.000 kelahiran hidup. Jumlah bayi lahir hidup pada tahun 2014 sebanyak
1255 bayi. Sedangkan jumlah lahir hidup pada tahun 2013 sebanyak 1188
bayi ini berati terjadi kenaikan angka kelahiran sebanyak
67 bayi.
b. Angka Kematian Ibu Melahirkan / Maternal
Tidak ada kematian ibu melahirkan / maternal di wilayah
Puskesmas 1 Sokaraja Tahun 2016 dan tahun 2015.
11

3. Status Gizi
a. Status Gizi Bayi Baru Lahir
Dari jumlah bayi yang lahir hidup pada tahun 2014 sebanyak 1255
dan ditemukan bayi lahir hidup dengan Berat Badan Lahir Rendah 46
bayi. Sedangkan bayi lahir hidup dengan BBLR pada tahun 2013
sebanyak 56 bayi, ini berati ada penurunan.
b. Status Gizi Balita
Pada tahun 2016 jumlah balita yang ada di wilayah Puskesmas 1
Sokaraja sebanyak 4051 balita dengan perincian sebagai berikut:
1) Balita Datang Ditimbang D/S
Di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja pada tahun 2016 Balita
yang datang ditimbang adalah sebanyak 2952 orang atau sebesar
72,87%. Adapun target IS 2010 adalah 80 %.
2) Balita yang Naik Berat Badannya atau N/D
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas 1 Sokaraja balita yang
Naik Berat Badannya adalah sebanyak 2241 orang sebesar 76 % dari
Balita yang ditimbang. Sedangkan target IS 2010 adalah 80%.
3) Balita Bawah Garis Merah/BGM
Di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja pada tahun 2016 balita
yang status gizinya di bawah garis merah adalah sebanyak 13 orang
atau sebesar 0,4 %. Sedangkan target IS 2010 adalah < 15%.

B. Perilaku Masyarakat
Perilaku masyarakat ditekankan pada Peran Serta masyarakat di bidang
kesehatan melalui penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) baik di
masyarakat maupun institusi dalam rangka penurunan angka kematian bayi,
balita dan ibu serta berbagai upaya mewujudkan derajat kesehatan yang tinggi.
12

a. Desa yang Melaksanakan PHBS


Dari jumlah 15.052 rumah tangga yang ada, rumah tangga yang
dipantau pada tahun 2014 sebanyak 11.276 dan rumah tangga yang melakukan
PHBS sebanyak 8.317 (73,76%).
b. Posyandu
Di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja terdapat 74 buah posyandu. Adapun
menurut tingkat perkembangan posyandu dapat dirinci sebagai berikut:
1) Posyandu Pratama
Dari 76 Posyandu yang ada di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
tedapat 10 Posyandu Pratama atau sebesar 13,16 %.
2) Posyandu Madya
Dari 76 posyandu yang ada di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
terdapat 15 Posyandu Madya atau 19,74 %.
3) Posyandu Purnama
Dari 76 posyandu yang ada di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
terdapat 23 Posyandu Purnama atau sebesar 30,26 %.
4) Posyandu Mandiri
Dari 76 posyandu yang ada di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
terdapat 28 Posyandu Mandiri atau sebesar 36,84 %.

C. Penduduk yang Menggunakan Sarana Kesehatan


Dari jumlah penduduk sebanyak 53.886 orang yang menggunakan sarana
pelayanan kesehatan di Puskesmas pada tahun 2016 adalah yang berobat rawat
jalan sebanyak 44.963 orang, terdiri dari laki-laki sejumlah 22.500 orang dan
perempuan sejumlah 22.463 orang.
Jumlah pasien rawat inap pada tahun 2014 adalah 5.376 orang terdiri dari
pasien laki-laki 2.680 orang dan perempuan 2.696 orang.
13

D. Kesehatan Lingkungan
Keadaan lingkungan sangat berperan dalam penentuan derajat kesehatan di
samping perilaku dari masarakat itu sendiri sebagai upaya untuk meningkatkan
kesehatan lingkungan masyarakat. Beberapa indikator penting yang dapat
mempengaruhi kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Rumah dan Sarana Pendidikan
a. Rumah Sehat
Dari 15.052 buah rumah, yang diperiksa sebanyak 11.276 buah
rumah (74,9%), ternyata yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 8.317
buah rumah atau sebesar 73,76 %. Sedangkan target IS 2010 adalah
65 %.
b. Sekolah Sehat
Jumlah sekolah yang ada di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
sebanyak 56 buah sekolah. Dari jumlah sekolah tersebut sebanyak 56
buah sekolah adalah sekolah sehat atau sebesar 100 %.
2. Tempat Umum (TUPM) dan Pengelolaan Makanan Sehat
a. Hotel
Jumlah hotel yang ada di wilayah Puskersmas 1 Sokaraja
sebanyak 2 buah. Sedangkan yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak
2 buah atau 100%.
b. Restoran/Rumah Makan
Jumlah restoran atau rumah makan yang ada di wilayah
Puskesmas 1 Sokaraja sebanyak 3 buah, sedangkan yang memenuhi
syarat kesehatan sebanyak 3 buah atau 100%.
c. Pasar
Jumlah pasar yang ada di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja sebanyak
2 buah dan diperiksa 2 buah adapun yang memenuhi sarat kesehatan
sebanyak 2 buah atau 100%.
14

d. TUPM lainnya
Jumlah TUPM lainnya yang ada di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
sebanyak 11 buah dan diperiksa 11 buah adapun yang memenuhi sarat
kesehatan sebanyak 11 buah atau sebesar 100%.
3. Keluarga yang Memiliki Akses air Bersih
Pembuangan air limbah dan tinja yang tidak memenuhi sarat kesehatan
dapat menyebabkan rendahnya kualitas air dan dapat menimbulkan penyakit
di lingkungan masyarakat. Dari 15.488 rumah tangga yang ada di wilayah
Puskesmas 1 Sokaraja dan dari 9.805 buah rumah yang diperiksa diperoleh
jumlah keluarga yang memiliki akses air bersih sebagai berikut.
a. Ledeng
Dari 9.805 rumah yang diperiksa yang memiliki ledeng sebanyak
1.192 rumah atau sebesar 12,2%.
b. SGL
Dari jumlah 9.805 rumah yang diperiksa yang memiliki sumur
gali/sgl sebanyak 8.613 atau sebesar 87,8%.
c. Kemasan
Dari jumlah 9.805 rumah yang diperiksa tidak ditemukan rumah
yang memiliki air kema
d. Lainnya
Dari jumlah 9.805 rumah yang diperiksa akses air bersih lainnya
sebanyak 0.
4. Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar
a. Persediaan Air Bersih
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja jumlah yang
diperiksa sebanyak 9.805 KK dari 15.488 KK yang ada dan yang
mempunyai persediaan air bersih sebanyak 8.362 KK atau sebesar 85,3%.
b. Jamban
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja jumlah KK yang
diperiksa sebanyak 9.805 dan yang mempunyai jamban sebanyak 8.407
15

KK atau sebesar 87,74%. Jumlah KK yang mempunyai jamban kategori


sehat sebanyak 6723 atau sebesar 80%.
c. Tempat Sampah
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja jumlah KK
yang diperiksa sebanyak 9.805 dan yang memiliki tempat sampah
sebanyak 9.805 KK atau sebesar 100%. Jumlah KK yang mempunyai
tempat sampah kategori sehat sebanyak 9.187 atau sebesar 93,7%.
d. Pengelolaan Air Limbah
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja jumlah KK
yang diperiksa sebanyak 9.805 dan yang memiliki pengelolaan air limbah
sebanyak 7.430 KK atau sebesar 75,8%. Jumlah KK yang mempunyai
pengelolaan air limbah kategori sehat sebanyak 5.952 atau sebesar 80,1%.

E. Pelayanan Kesehatan
1. Pelayanan Persalinan
Jumlah persalinan yang ada di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
sebanyak 1.265 persalinan yang semuanya ditolong oleh tenaga kesehatan
(100 %). Sedangkan target IS 2010 adalah 77 %.
2. Bayi yang Telah Diimunisasi
a. BCG
Bayi yang diimunisasi BCG yang dilayani di posyandu sebanyak
1216 bayi yang terdiri 586 bayi laki-laki dan 630 bayi perempuan.
b. DPT l
Bayi yang di imunisasi DPT 1 pada tahun 2014 sebanyak 1.222
yang terdiri dari 584 bayi laki-laki dan 638 bayi perempuan.
c. DPT 3
Bayi yang di imunisasi DPT 3 sebanyak 1.229 yang terdiri dari 568
bayi laki-laki dan 661 bayi perempuan.
16

d. Polio 3
Bayi yang di imunisasi Polio 3 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
pada tahun 2014 sebanyak 1.216 yang terdiri dari 588 bayi laki-laki dan
628 bayi perempuan
e. Campak
Bayi yang di imunisasi campak di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
pada tahun 2014 sebanyak 1.221 yang terdiri dari 572 bayi laki-laki dan
649 bayi perempuan
3. Peserta KB Terhadap PUS
Jumlah PUS berdasarkan data dari Bapermas PKB Kecamatan Sokaraja
untuk wilayah Puskesmas 1 Sokaraja adalah sebanyak 9.319 PUS, sedangkan
jumlah peserta KB baru sebanyak 1.361 orang atau 14,60 % dari PUS dan
jumlah peserta KB aktif sebanyak 6.359 atau sebesar 68,24% dari PUS.
4. Cakupan Desa UCI
Pada tahun 2016 wilayah Puskesmas 1 Sokaraja pencapaian Desa UCI
adalah 100% secara keseluruhan.
5. Desa Terkena KLB yang Ditangani Kurang dari 24 Jam
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja terjadi KLB DBD
di Desa Karangkedawung dan Desa Sokaraja Kulon.
6. Penderita dan Kematian, CFR KLB Menurut Jenis KLB dan Desa yang
Terserang
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja terjadi KLB DBD
dengan kematian 2 orang yaitu 1 orang laki- laki dari Desa Sokaraja Kulon
dan 1 orang perempuan dari Desa Karangkedawung.

7. Ibu Hamil yang Mendapat Pelayanan Fe 1, Fe 3, Imunisasi TT4 dan TT5


Menurut Desa
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja terdapat ibu hamil
sebanyak 1.325 orang dan yang mendapatkan pelayanan Fe 1 sebanyak 1.325
17

orang atau sebesar 100%. Ibu hamil yang mendapat pelayanan TT 5 sebanyak 0
atau sebesar 0 %. Sedangkan jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan Fe
3 sebanyak 1.304 orang atau sebesar 98,4 % . Ibu hamil yang mendapat
pelayanan TT 5 sebanyak 1.141 atau sebesar 80,8 % ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan TT 2+ sebanyak 1.257 orang atau sebesar 88,96 %.
8. Bayi yang Diberi ASI Eksklusif
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja terdapat bayi yang
lahir sebanyak 448 bayi dan yang mendapat ASI eksklusif sebanyak 243 bayi
atau sebesar 54,2 %.
9. Pelayanan Kesehatan Gigi dan
Mulut a. Pelayanan Dasar Gigi
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja jumlah penderita
dengan tumpatan gigi tetap sebanyak 139 orang dan pencabutan gigi tetap
sebanyak 130 dengan demikian rasio tambal/cabut sebesar 1,1.
b. UKGS (PROM PREV)
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja terdapat jumlah
murid SD yang diperiksa adalah sebanyak 2.088 orang, murid SD yang
perlu perawatan sebanyak 315 orang dan yang mendapat perawatan
sebanyak 315 orang atau 100 %.
10. KK Miskin Mendapat Pelayanan Kesehatan
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja jumlah KK miskin
sebanyak 30.807 orang dan keluarga yang mendapat pelayanan kesehatan
sebanyak 30.807 orang.

11. Penduduk Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan


Pada tahun 2016 jumlah penduduk yang menjadi peserta Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan berupa BPJS ASKES sebanyak 7.211 orang, BPJS
mandiri sebanyak 5.124 orang, BPJS PBI sebanyak13.222 orang, KBS
sebanyak 4.596 orang, lainnya sebanyak 654 orang.
12. Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi
18

a. Jumlah Peserta KB Aktif


1) MKJP
a) IUD
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
peserta KB IUD sebanyak 1.146 orang atau sebesar 16,1 %.
b) MOP/MOW
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
peserta KB MOP sebanyak 26 orang atau sebesar 0,4 % dan
KB MOW sebanyak 395 orang atau sebesar 5,6 %.
c) Implan
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
sebanyak 663 orang atau sebesar 9,3 %.
2) Non-MKJP
a) Suntik
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
peserta KB suntik sebanyak 4.016 orang atau sebesar 56,5 %.
b) Obat Vagina
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
peserta KB obat vagina adalah 0 orang / nihil.
c) Pil
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
peserta KB pil sebanyak 679 orang atau sebesar 9,5%.

d) Kondom
Pada tahun 2016 peserta KB kondom di wilayah
Puskesmas 1 Sokaraja sebanyak 187 orang atau sebesar 2.6 %.
e) Lainnya
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
peserta KB lainnya adalah nihil / 0 orang atau sebesar 0%.
19

b. Jumlah Peserta KB Baru


1) MKJP
a) IUD
Pada tahun 2016 peserta KB baru dengan kontrasepsi
IUD sebanyak 180 orang atau sebesar 13,2%.
b) MOP/MOW
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja peserta
KB baru dengan kontrasepsi MOP sebanyak 1 orang atau 0,1 %
dan kontrasepsi MOW sebanyak 44 orang atau sebesar 3,2 %.
c) Implan
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
peserta KB baru dengan kontrasepsi implan sebanyak 130
orang atau sebesar 9,6%.
2) Non-MKJP
a) Suntik
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja peserta
KB baru suntik sebanyak 630 orang atau sebesar 46,3%.
b) Pil
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
peserta KB baru pil sebanyak 237 orang atau sebesar 217,4 %.

c) Kondom
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
peserta KB baru kondom sebanyak 139 orang atau 10,2 %.
d) Obat Vagina
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
peserta KB baru obat vagina sebanyak adalah 0 orang atau 0%.
20

e) Lainnya
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
peserta KB baru lainnya adalah 0 orang atau 0 %.
21

IV. ANALISIS MASALAH

A. Analisis Potensi dan Kebutuhan


Upaya kesehatan Puskesmas 1 Sokaraja tahun 2017,
meliputi: 1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a. Pelayanan K-4
Jumlah sasaran bumil tahun 2017 pada tiga bulan terakhir, yaitu
bulan Agustus, September, dan Oktober sebanyak 1.046. Bumil yang
mendapat pelayanan K4 pada bulan Agustus sebanyak 621 atau 59,37%,
kemudian pada bulan September meningkat sebanyak 694 atau 66,35%
dan bulan Oktober sebanyak 765 atau 73,14%.
b. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan (NAKES)
Persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2016 mencapai 1.265
persalinan yang semuanya ditolong oleh tenaga kesehatan (100 %).
Sedangkan berdasarkan data tiga bulan terakhir, yaitu Agustus,
September, dan Oktober tahun 2017 mencapai 998 persalinan yang
semuanya ditolong oleh tenaga kesehatan (100%).
c. Bumil Resti yang Dirujuk
Jumlah ibu hamil risiko tinggi di Puskesmas 1 Sokaraja bulan
Agustus tahun 2017 sebanyak 221 orang, yang ditangani sebanyak 221
orang (100%). Pada bulan September tahun 2017 sebanyak 247 orang
dan semuanya mendapatkan penanganan. Kemudian pada bulan Oktober
tahun 2017 meningkat sebanyak 268 orang dan yang mendapat
penanganan sebanyak 268 orang (100%).
2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) pada bulan Agustus-September
tahun 2017 sebanyak 9.587 dan peserta KB aktif sebanyak 7.056 atau
sebesar 73.6%, kemudian pada bulan Oktober jumlah Pasangan Usia Subur
(PUS) sebanyak 9597 dan peserta KB aktif meningkat sebanyak 7087 atau
sebesar 73,85%.
22

3. Pelayanan Imunisasi
Jumlah desa di Kecamatan Sokaraja sebanyak 13 desa. Desa Universal
Child Imunization (UCI) adalah 100% secara keseluruhan. Bayi yang
diimunisasi BCG yang dilayani di Posyandu sebanyak 1.216 bayi yang terdiri
586 bayi laki-laki dan 630 bayi perempuan. Bayi yang di imunisasi DPT pada
tahun 2016 sebanyak 1.222 yang terdiri dari 584 bayi laki-laki dan 638 bayi
perempuan. Bayi yang diimunisasi DPT 3 sebanyak 1.229 yang terdiri dari 568
bayi laki-laki dan 661 bayi perempuan. Bayi yang di imunisasi Polio
3 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja pada tahun 2016 sebanyak 1.216 yang
terdiri dari 588 bayi laki-laki dan 628 bayi perempuan. Bayi yang di
imunisasi Campak di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja pada tahun 2016
sebanyak 1.221 yang terdiri dari 572 bayi laki-laki dan 649 bayi perempuan.
4. Pelayanan Gizi
Jenis pelayanan yang telah diberikan oleh petugas gizi Puskesmas 1
Sokaraja antara lain:
a. Pemberian Vitamin A pada Masa Nifas
Berdasarkan data yang kami peroleh dari petugas gizi Puskesmas
1 Sokaraja jumlah pasien nifas yang mendapat vitamin A pada bulan
Agustus 2017 sebesar 635 orang, yang mendapat vitamin A sebanyak
635 orang, sehingga pencapaian sudah mencapai 100%. Pada bulan
September, sebanyak 701 orang dan bulan Oktober sebanyak 766 orang
telah mendapat vitamin A.
b. Pemberian Fe pada Ibu Hamil
Jumlah sasaran ibu hamil di Puskesmas 1 Sokaraja adalah 1.046. Ibu
hamil yang mendapatkan tablet Fe 1 pada bulan Agustus 2017 adalah 666
atau sebesar 63,67 % sedangkan yang mendapatkan tablet Fe 3 sebanyak
621 atau sebesar 59,37%. Pada bulan September 2017 terdapat 751 atau
sebesar 71,8% pemberian Fe 1 dan 711 atau sebesar 69,97% pemberian Fe
3. Pemberian tablet Fe 1 pada bulan Oktober 2017 sebesar 832 atau 79,54%
dan pemberian tablet Fe 3 sebanyak 782 atau 74,76%.
23

c. Pemberian ASI Ekslusif pada Bayi Usia 0 6 bulan


Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja terdapat bayi
yang lahir sebanyak 448 bayi dan yang mendapat ASI eksklusif
sebanyak 243 bayi atau sebesar 54,2 %. Sedangkan data pada tahun
2017, belum diketahui.
5. Penyelenggaraan dan Penanggulangan KLB dan Gizi Buruk
Kasus kesakitan dan gizi buruk yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas
Sokaraja telah ditangani dan apabila memerlukan pengobatan lebih lanjut
pasien dirujuk ke Rumah Sakit rujukan terdekat. Pada tahun 2016 di Wilayah
Puskesmas 1 Sokaraja terjadi KLB DBD di Desa Karangkedawung dan Desa
Sokaraja Kulon.
6. Promosi Kesehatan (Promkes)
a. Penyuluhan
Di Puskesmas 1 Sokaraja penyuluhan dilaksanakan tiap bulan di masing-
masing desa pada setiap pertemuan PKK / Rakor desa, dan pertemuan
rakor setiap 1 bulan sekali yang dilaksanakan di Puskesmas 1 Sokaraja.
Materi penyuluhan beragam disesuaikan dengan sasaran.
b. Pelayanan Pengendalian Vektor
Pengendalian vektor yang dilakukan di Puskesmas 1 Sokaraja yaitu
dengan gerakan PSN, Fogging dan Penyuluhan.
7. Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Penduduk
Pada tahun 2016 jumlah penduduk yang menjadi peserta Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan berupa BPJS ASKES sebanyak 7.211 orang, BPJS
mandiri sebanyak 5.124 orang, BPJS PBI sebanyak 13.222 orang, KBS
sebanyak 4.596 orang, lainnya sebanyak 654 orang.
24

B. Perumusan Masalah
1. Ruang Lingkup
a. Ruang Lingkup Tempat
Survei ini dilakukan di 3 desa yaitu Sokaraja Kidul, Sokaraja Tengah,
dan Sokaraja Wetan.
b. Ruang Lingkup Waktu
Survei ini dilakukan pada tanggal 7 hingga 8 November 2017.
2. Metode Pengumpulan
Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dimana melakukan
observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi survei adalah masyarakat desa Sokaraja Kidul, Sokaraja
Tengah, dan Sokaraja Wetan.
b. Sampel
Sampel survei adalah masyarakat 3 desa di Kecamatan Sokaraja yang
terpilih yaitu kidul, tengah dan wetan yang pernah menderita hipertensi
dan tercatat dalam data sekunder puskesmas. Metode pengumpulan
sampel adalah purposes sampling non-random, yaitu menggunakan
sampel sejumlah semua orang yang kompeten atau berhubungan
langsung dengan suatu kejadian, dalam praktik lapangan kali ini, yang
dipilih sebagai sampel adalah 3 warga desa Sokaraja yang terpilih yang
pernah mengalami hipertensi pada bulan Agustus Oktober 2017, yaitu
sebanyak 40 orang.
4. Variabel
Variabel survei adalah aktivitas fisik, asupan garam, asupan lemak,
asupan kafein, tingkat stres, perilaku merokok, dan kualitas tidur.
25

C. Prioritas Masalah
Masalah didefinisikan sebagai kesenjangan antara harapan dan apa yang
dicapai, oleh karena itu seringkali menimbulkan sebuah perasaan tidak puas.
Dalam penetapan masalah sebuah masalah diperlukan tiga syarat yang harus
dipenuhi, antara lain: adanya kesenjangan, adanya rasa tidak puas, adanya rasa
tanggung jawab untuk menanggulangi masalah. Berikut adalah sepuluh
permasalahan kesehatan yang ada di Puskesmas 1 Sokaraja berdasarkan data
sekunder Puskesmas 1 Sokaraja bulan Agustus hingga Oktober 2017.

Tabel 3. Permasalahan Kesehatan di Puskesmas 1 Sokaraja


No Penyakit Jumlah Kunjungan Tiap Kasus
1 ISPA 737
2 Hipertensi primer 422
3 Supervision of normal pregnancy 330
4 Necrosis of pulp 194
5 Dispepsia 154
6 Dermatitis 140
7 Mialgia 140
8 Sakit kepala 137
9 Nasofaringitis 125
10 Faringitis 122

Penentuan prioritas masalah di wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja


dilakukan dengan menggunakan metode Hanlon kuantitatif. Untuk keperluan ini
digunakan 4 kelompok kriteria sebagai berikut.

Kelompok kriteria A : besarnya masalah didasarkan pada ukuran besarnya
populasi yang mengalami masalah tersebut.

Kelompok kriteria B : keseriusan masalah dilihat dari aspek urgensi,
keparahan (severity), dan ekonomi (cost).
26

Kelompok kriteria C : ketersediaan solusi yang efektif menyelesaikan


masalah.

Kelompok kriteria D : kriteria PEARL, yaitu penilaian terhadap propriety,

economic, acceptability, resources availability,


legality.
Adapun perincian masing-masing bobot kriteria pada prioritas masalah di
Puskesmas 1 Sokaraja adalah sebagai berikut.
1. Kriteria A
Untuk menentukan besarnya masalah kesehatan diukur dari besarnya
penduduk yang terkena efek langsung.

Tabel 4. Indikator Penilaian Kriteria A


Besarnya Masalah Skor
25 % 5
10 -24,9 % 4
1 9,9 % 3
0,1 0,9 % 2
< 0,1 % 1

Tabel 5. Penilaian Kriteria A

Masalah Besarnya Masalah


ISPA 5
Hipertensi primer 3
Supervision of normal pregnancy 3
Necrosis of pulp 3
Dispepsia 3
Dermatitis 3
Mialgia 3
Sakit kepala 3
27

Nasofaringitis 3
Faringitis 3

2. Kriteria B
a. Kegawatan (paling cepat mengakibatkan kematian), terdiri dari:
Tidak gawat
Kurang gawat
Cukup gawat
Gawat
b. Urgensi (harus segera ditangani, apabila tidak ditangani dapat
menyebabkan kematian), terdiri dari:
Tidak urgen
Kurang urgen
Cukup urgen
Urgen
Sangat urgen
c. Biaya (biaya penanggulangan), terdiri dari:
Sangat murah
Murah
Cukup mahal
Mahal
Sangat mahal

Tabel 6. Indikator Penilaian Kriteria B


Urgency Skor Severity Skor Cost Skor
Very urgent 10 Very Severe 10 Very costly 10
Urgent 8 Severe 8 Costly 8
Some urgent 6 Moderate 6 Moderate cost 6
28

Little urgent 4 Minimal 4 Minimal cast 4


Not urgent 2 None 2 No cost 2

Tabel 7. Penilaian Kriteria B


Masalah Kegawatan Urgensi Biaya Nilai
ISPA 4 4 6 4.7
Hipertensi primer 8 6 6 6.7
Supervision of normal pregnancy 4 4 6 4.7
Necrosis of pulp 4 6 4 4.7
Dispepsia 6 4 6 5.3
Dermatitis 4 4 6 4.7
Mialgia 4 6 6 4.7
Sakit kepala 4 6 4 4.7
Nasofaringitis 4 4 4 4
Faringitis 4 4 4 4

3. Kriteria C (penanggulangan masalah)


Untuk menilai kemudahan dalam penanggulangan, pertanyaan yang
harus dijawab adalah apakah sumber-sumber dan teknologi yang tersedia
mampu menyelesaikan masalah, jika makin sulit dalam penanggulangan,
skor yang diberikan makin kecil.

Tabel 8. Indikator Penilaian Kriteria C


Ketersediaan Solusi Skor
Sangat efektif ( 80-100%) 10
Efektif (60-80%) 8
Cukup efektif (40-60 %) 6
Kurang efektif(20-40%) 4
Tidak efektif (0-20%) 2
29

Pada tahap ini dilakukan penentuan skor berdasarkan kesepakatan 14


orang anggota kelompok. Skor tertinggi merupakan masalah yang dianggap
paling mudah ditanggulangi. Adapun hasil kesepakatan tersebut adalah
sebagai berikut.

Tabel 9. Penilaian Kriteria C


Masalah Penganggulangan Masalah
ISPA 6
Hipertensi primer 8
Supervision of normal pregnancy 6
Necrosis of pulp 8
Dispepsia 8
Dermatitis 6
Mialgia 8
Sakit kepala 8
Nasofaringitis 6
Faringitis 6

4. Kriteria D
Kriteria D dinilai berdasarkan penilaian kriteria PEARL. Kriteria
PEARL berisi penilaian terhadap lima aspek, yaitu:
Propriety: kesesuaian program dengan masalah
Economic: besar manfaat secara ekonomi
Acceptability: bisa diterima masyarakat
Resources: ketersediaan sumber daya untuk menyelesaikan masalah
Legality: ada atau tidaknya pertentangan dengan hukum
Berikut adalah kriteria PEARL untuk sepuluh penyakit terbanyak di
Puskesmas I Sokaraja.
30

Tabel 10. Kriteria PEARL


Masalah P E A R L Hasil
ISPA 1 1 1 1 1 1
Hipertensi primer 1 1 1 1 1 1
Supervision of normal pregnancy 1 1 1 1 1 1
Necrosis of pulp 1 1 1 1 1 1
Dispepsia 1 1 1 1 1 1
Dermatitis 1 1 1 1 1 1
Myalgia 1 1 1 1 1 1
Sakit kepala 1 1 1 1 1 1
Nasofaringitis 1 1 1 1 1 1
Faringitis 1 1 1 1 1 1

Setelah nilai dari kriteria A, B, C, dan D didapatkan, nilai tersebut dihitung


menggunakan formula sebagai berikut.
Nilai Prioritas Dasar (NPD) = (A+B) x C
Nilai Prioritas Total (NPT) = [(A+B) x C] x D

Tabel 11. Penetapan Prioritas Masalah


No Kasus A B C D NPD NPT Prioritas
1 ISPA 5 4,7 6 1 58,2 58,2 IV
2 Hipertensi primer 3 6,7 8 1 77,6 77,6 I
3 Supervision of 3 4,7 6 1 46,2 46,2 V
normal pregnancy
4 Necrosis of pulp 3 4,7 4 1 30,8 30,8 VII
5 Dispepsia 3 5,3 8 1 66,4 66,4 II
6 Dermatitis 3 4,7 6 1 46,2 46,2 V
7 Mialgia 3 4,7 8 1 61,6 61,6 III
8 Sakit kepala 3 4,7 8 1 61,6 61,6 III
31

9 Nasofaringitis 3 4 6 1 42 42 VI
10 Faringitis 3 4 6 1 42 42 VI

Dari hasil perhitungan menggunakan metode Hanlon yang telah dilakukan


didapatkan nilai prioritas dasar (NPD) dan nilai prioritas total (NPT) tertinggi
adalah hipertensi primer. Oleh karena itu, hipertensi primer merupakan masalah
kesehatan yang menjadi prioritas di wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja.

D. Analisis Penyebab Masalah


Tabel 12. Hasil Resume Survei Kesehatan di Kecamatan Sokaraja tahun 2017

Variabel Kategori N %
Hipertensi a. Hipertensi 40 100
b. Tidak Hipertensi 0 0
Jenis Kelamin a. Perempuan 28 70
b. Laki-laki 12 30
Status Merokok a. Tidak Merokok 33 82,5
b. Merokok 4 10
c. Mantan Perokok 3 7,5
Derajat Merokok a. Bukan Perokok 33 82,5
b. Perokok Berat 2 5
c. Perokok Sedang 3 7,5
d. Perokok Ringan 2 5
Genetik a. Memiliki Predisposisi Genetik 29 72,5
b. Tidak Memiliki Predisposisi
Genetik 11 22,5
Tingkat Stres a. Stres 22 55
b. Tidak Stres 18 45
Aktivitas Fisik a. Melakukan Aktivitas Fisik 19 47,5
b. Tidak Melakukan Aktivitas Fisik 21 52,5
32

Kualitas Tidur a. Baik 27 67,5


b. Buruk 13 32,5
Asupan Garam a. Ya 31 77,5
b. Tidak 9 22,5
Asupan Lemak a. Ya 28 70
b. Tidak 12 30
Asupan Kafein a. Sering 35 87,5
b. Jarang 5 12,5

Tabel 13. Hasil Root Cause Analysis Data Survei Kesehatan di Kecamatan Sokaraja
tahun 2017

Faktor Direct Contributing Factor Indirect Contributing


Resiko Factor

Gaya hidup Asupan garam berlebih (77,5%) Kurang pengetahuan


yang kurang terkait makanan sehat
baik dan bergizi
Asupan lemak berlebih (70%) Kebiasaan buruk
Asupan kafein berlebih (87,5%)
Aktivitas fisik kurang (52,5%) Kesibukan
Fisik yang kurang
mendukung akibat
komorbiditas tertentu
Penggunaan rokok dalam Faktor Ekonomi
kehidupan sehari-hari (17,5%)

Bawaan Jenis Kelamin (70%)


Genetik (72,5%)

Kualitas Kualitas tidur kurang baik (67,5%) Faktor masalah keluarga


Hidup
33

Tingkat stress yang masih tinggi Faktor ekonomi


(55%)
Berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner survei lapangan secara
home visit dengan pasien hipertensi di daerah Sokaraja periode bulan Agustus-
Oktober 2017, berikut rincian yang didapat :

1. Jenis Kelamin

Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan

30%

70%

Gambar 2. Diagram Jenis Kelamin


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penderita hipertensi yang
terletak pada desa Sokaraja mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak
28 orang (70%) dan sisanya sebanyak 12 orang (30%) adalah yang berjenis
kelamin laik-laki. Menurut Pollow (2014), pria memiliki kecenderungan untuk
mengalami hipertensi dibandingkan wanita. Namun, pada data yang didapat,
perempuan memiliki jumlah lebih banyak dibandingkan laki-laki. Faktor
penyebab dari banyaknya wanita dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti
frekuensi kunjungan ke Puskesmas selama periode bulan Agustus-Oktober
2017 yang didominasi perempuan pada saat penelitian dilakukan.
34

2. Status Hipertensi

Status Hipertensi
Hipertensi Tidak Hipertensi
0%

100%

Gambar 3. Diagram Status Hipertensi


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penderita hipertensi yang
terletak pada desa Sokaraja secara keseluruhan 40 orang tersebut (100%)
memang telah atau sempat didiagnosis terkena hipertensi.
3. Status Merokok

Status Merokok
Bukan Perokok Perokok Mantan Perokok
8%
10%

82%

Gambar 4. Diagram Status Merokok


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penderita hipertensi yang
terletak pada desa Sokaraja memiliki riwayat penggunaan rokok yang
cukup bervariatif. Sebagian besar data yang didapatkan dari sampel, yaitu
sebanyak 33 orang (82,5%) tidak merokok. Penderita hipertensi yang
merokok memuat sebanyak 4 orang (10%) dan yang pernah merokok
sebanyak 3 orang (7,5%). Walaupun merokok merupakan salah satu
faktor resiko yang sangat berkaitan dengan keadaan hipertensi, namun
pada penelitian kali ini justru didominasi oleh orang-orang yang tidak
merokok (de Oliveira, 2015; Iwasaki, 2017).
35

4. Derajat Merokok

Derajat Merokok
Bukan Perokok Perokok Berat Perokok Sedang Perokok Ringan

5% 8% 5%

82%

Gambar 5. Diagram Derajat Merokok


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penderita hipertensi yang
terletak pada desa Sokaraja memiliki riwayat penggunaan rokok yang
cukup bervariatif dengan derajat penggunaan yang juga bervariatif.
Pembagian berdasarkan derajat penggunaan rokok sebagian besar tidak
merokok dengan kuantitas sebanyak 33 orang (82,5%). Penderita
hipertensi yang memiliki derajat merokok berat memuat sebanyak 2 orang
(5%), derajat merokok sedang sebanyak 3 orang (7,5%) dan yang derajat
merokok ringan sebanyak 2 orang (5%).

5. Genetik

Genetik
Keturunan Hipertensi Bukan Keturunan Hipertensi

24%

76%

Gambar 6. Diagram Genetik


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penderita hipertensi yang
terletak pada desa Sokaraja memiliki beberapa riwayat keluarga yang
bervariatif, terutama yang berkaitan dengan keturunan hipertensi.
36

Sebanyak 29 orang (72,5%) memiliki faktor predisposisi genetik herediter


terkait dengan hipertensi. Sisa responden sebanyak 11 orang (22,5%)
tidak memiliki faktor predisposisi herediter terkait dengan hipertensi.
Faktor keturunan sendiri menjadi salah satu faktor yang juga berpengaruh
terhadap angka kejadian hipertensi terutama jika dikombinasikan dengan
gaya hidup yang kurang baik (Dickson, 2006; Shih, 2008).

6. Tingkat Stres

Tingkat Stres
Riwayat Stres Positif Riwayat Stres Negatif

45%
55%

Gambar 7. Diagram Tingkat Stres


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penderita hipertensi yang
terletak pada desa Sokaraja memiliki beberapa riwayat manajemen stress
yang juga bervariatif. Sebanyak 22 orang (55%) memiliki riwayat stres.
Sisa responden sebanyak 18 orang (45%) tidak memiliki faktor
predisposisi riwayat stres. Faktor stres menjadi salah satu faktor yang juga
berpengaruh terhadap angka kejadian hipertensi dikarenakan adanya
respon tubuh dan juga regulasi hormon yang akan memburuk ketika
keadaan stres timbul yang akan memicu munculnya peningkatan tekanan
darah yang berujung kepada hipertensi (Hicken, 2013; Babu, 2014).
37

7. Aktivitas Fisik

Aktivitas Fisik
Aktivitas Fisik Berjalan Aktivitas Fisik Tidak Berjalan

47%
53%

Gambar 8. Diagram Aktivitas Fisik


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penderita hipertensi yang
terletak pada desa Sokaraja juga memiliki riwayat aktivitas fisik yang
bervariasi. Sebanyak 19 orang (47,5%) melakukan kegiatan atau aktivitas
fisik rutin dalam menjaga kondisi tubuh. Sisa responden sebanyak 21
orang (52,5%) tidak melakukan aktivitas fisik yang juga disebabkan
karena beberapa faktor tertentu. Aktivitas fisik menjadi salah satu faktor
yang juga berpengaruh terhadap angka kejadian hipertensi karena
berkaitan dengan pengaturan lemak dan kolesterol tubuh. Pentingnya
menjaga regulasi ini adalah untuk mengurangi pembentukan plak
atherosclerosis pada pembuluh darah untuk mencegah hipertensi serta
progresivitasnya. Aktivitas fisik yang baik akan membantu mengurangi
faktor resiko hipertensi (Howard, 2014).

8. Kualitas Tidur

Kualitas Tidur
Kualitas Tidur Baik Kualitas Tidur Kurang

33%

67%

Gambar 9. Diagram Kualitas Tidur


38

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penderita hipertensi yang


terletak pada desa Sokaraja juga memiliki riwayat kualitas tidur sebagau
berikut. Sebanyak 27 orang (67,5%) memiliki kualitas tidur yang cukup
baik, sedangakan sisa responden sebanyak 13 orang (32,5%) tidak memiliki
kualitas tidur yang baik pada kesehariannya. Tidur yang cukup menjadi salah
satu faktor yang juga berpengaruh terhadap angka kejadian hipertensi
terutama berfungsi sebagai manajemen hormone, antioksidan, serta
penanggulangan stres. Pentingnya menjaga regulasi ini adalah untuk
menjaga tekanan darah tetap stabil lewat pengaturan dari beberapa hal yang
sudah disebutkan sebelumnya.

9. Asupan Garam

Asupan Garam
Asupan Garam Berlebih Asupan Garam Kurang

23%

77%

Gambar 10. Diagram Asupan Garam

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penderita hipertensi yang


terletak pada desa Sokaraja juga memiliki riwayat konsumsi garam sebagai
berikut. Sebanyak 31 orang (77,5%) memiliki konsumsi garam yang cukup
baik, sedangakan sisa responden sebanyak 9 orang (22,5%) mampu menjaga
konsumsi garam pada kesehariannya. Tidur yang cukup menjadi salah satu
faktor yang juga berpengaruh terhadap angka kejadian hipertensi terutama
berfungsi sebagai manajemen hormone, antioksidan, serta penanggulangan
stres. Pentingnya menjaga regulasi ini adalah untuk menjaga tekanan darah
tetap stabil lewat pengaturan dari beberapa hal yang sudah disebutkan
39

sebelumnya. Berlebihnya konsumsi garam dapat menginduksi munculnya


+
hipertensi lewat axis pengaturan cairan di ginjal melalui kadar Na (Geurts,
2015).

10. Asupan Lemak

Asupan Lemak
Asupan Lemak Berlebih Asupan Lemak Cukup

30%

70%

Gambar 11. Diagram Asupan Lemak


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penderita hipertensi yang
terletak pada desa Sokaraja memiliki riwayat konsumsi lemak sebagai
berikut. Sebanyak 28 orang (70%) mengkonsumsi lemak berlebih setiap
harinya, sedangkan 12 orang (30%) lainnya mampu menjaga asupan lemak
sesuai dengan takaran normal. Konsumsi lemak yang perlu diatur sendiri
menjadi salah satu faktor yang perlu diperhatikan karena konsumsi lemak
berkaitan dengan peningkatan kadar lemak dan kolesterol dalam tubuh yang
turut andil dalam pembentukan plak atherosclerosis (Leong, 2015).

11. Asupan Kafein

Asupan Kafein
Asupan Kafein Berlebih Asupan Lemak Cukup
13%

87%

Gambar 12. Diagram Asupan Kafein


40

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penderita hipertensi yang


terletak pada desa Sokaraja memiliki riwayat konsumsi minuman berkafein
sebagai berikut. Sebanyak 35 orang (87,5%) mengkonsumsi kafein lewat the
dan kopi setiap harinya dengan frekuensi yang cukup sering, sedangkan 5
orang (12,5%) lainnya jarang mengonsumsi minuman berkafein. Konsumsi
kafein sendiri juga ikut berpengaruh terhadap riwayat hipertensi yang
dikarenakan adanya kaitan antara kafein dengan regulasi hormon adrenalin
dan juga berpengaruh terhadap reseptor pada pembuluh darah (Rhee, 2016).

E. Pemecahan Masalah
Dengan melihat analisis data maka dapat dibuat beberapa alternatif
pemecahan masalah terkait dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas 1 Sokaraja, yaitu:
1. Penyuluhan tentang hipertensi, dengan materi penyebab terjadinya
hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, faktor risiko hipertensi, komplikasi
hipertensi, serta penanggulangan hipertensi dengan cara mengubah gaya
hidup menjadi lebih sehat.
2. Penyuluhan manajemen stress berikut konsultasi dengan psikolog.
3. Mengadakan kegiatan senam lansia rutin saat dilaksanakannya kegiatan
posyandu lansia.
4. Pembagian leaflet antihipertensi.
5. Mengadakan bakti sosial berkelanjutan (tahunan), kegiatan bakti sosial
yang dilakukan adalah edukasi mengenai hipertensi, skrining kolesterol,
pengukuran tekanan darah dan pemberian obat gratis.

Pemilihan prioritas pemecahan masalah harus dilakukan karena adanya


berbagai keterbatasan baik dalam sarana, tenaga, dana serta waktu. Salah satu
metode yang dapat digunakan dalam pemilihan prioritas pemecahan masalah
adalah metode Rinke. Metode ini menggunakan dua kriteria, yaitu efektivitas dan
efisiensi jalan keluar.
41

Kriteria efektivitas terdiri dari pertimbangan mengenai besarnya masalah


yang dapat diatasi (M), kelanggengan selesainya masalah (I), dan kecepatan
penyelesaian masalah (V). Efisiensi dikaitkan dengan jumlah biaya yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah (C).

Tabel 14. Kriteria Efektivitas dan Efisiensi Pemecahan Masalah


Skor M I V C
1 Sangat kecil Sangat tidak Sangat Sangat murah
langgeng lambat
2 Kecil Tidak langgeng Lambat Murah
3 Cukup besar Cukup langgeng Cukup cepat Cukup murah
4 Besar Langgeng Cepat Mahal
5 Sangat besar Sangat langgeng Sangat cepat Sangat mahal

Prioritas pemecahan masalah hipertensi primer di wilayah Puskesmas 1


Sokaraja dihitung dengan menggunakan metode Rinke sebagai berikut.

Tabel 15. Prioritas Pemecahan Masalah Metode Rinke


Efisi MxIxV Prioritas
Alternatif Efektivitas Pemecahan
No ensi C
Pemecahan Masalah Masalah

M I V C
1 Penyuluhan tentang 4 1 1 2 2 4
hipertensi, dengan
materi penyebab
terjadinya hipertensi,
tanda dan gejala

hipertensi, faktor
42

risiko hipertensi,
kompli-kasi
hipertensi serta
penanggulangan
hipertensi dengan
cara mengubah gaya
hidup menjadi lebih
sehat
2 Penyuluhan 4 1 3 4 3 3
manajemen stress
berikut konsultasi
dengan psikolog
3 Mengadakan 2 3 2 1 12 2
kegiatan senam
lansia rutin baik saat
dilaksanakannya
kegiatan Prolanis
maupun Posyandu
Lansia
4 Pembagian leaflet 4 1 1 3 1,3 5
antihipertensi
5 Bakti Sosial 4 5 3 4 15 1
(Edukasi mengenai
penyakit hipertensi,

skrining kolesterol,
pengukuran tekanan
darah dan pemberian
obat gratis)
43

Berdasarkan hasil perhitungan prioritas pemecahan masalah menggunakan


metode Rinke, didapatkan proioritas alternatif pemecahan masalah, yaitu mengadakan
bakti sosial, kegiatan bakti sosial yang akan dilakukan yaitu memberikan edukasi
mengenai hipertensi, skrining kolesterol, pengukuran tekanan darah dan pemberian
obat gratis. Jika memungkinkan akan dilakukan prioritas kedua berupa senam lansia.
44

V. PLAN OF ACTION
A. Nama Kegiatan
BAKTI SOSIAL CEGAH HIPERTENSI, SELAMATKAN GENERASI

B. Latar Belakang Kegiatan


Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang memiliki angka kematian
dan angka kesakitan yang tinggi di Indonesia. Angka kejadian hipertensi seiring
dengan berjalannya waktu terus meningkat yang disertai dengan komplikasi yang
cukup serius. Hipertensi menyebabkan kerusakan pada arteri dalam tubuh
sehingga organ dalam tubuh seperti otak, jantung, dan ginjal akan kekurangan
suplai oksigen. Hipertensi dapat mengakibatkan timbulnya penyakit seperti
stroke, aneurisme, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal.
Hipertensi juga dapat menyebabkan penyakit jantung koroner yang masih
menjadi pembunuh nomor satu di dunia (Yogiantoro, 2009).
Prevalensi hipertensi di seluruh dunia diperkirakan sekitar 15-20%.
Hipertensi lebih banyak menyerang pada usia setengah baya pada golongan umur
55-64 tahun. Hipertensi di Asia diperkirakan sudah mencapai 8-18% pada tahun
2009 (Depkes, 2010). Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi hipertensi di
Indonesia hasil pengukuran pada umur 18 tahun sebesar 25,8 persen. Prevalensi
hipertensi di Jawa Tengah mencapai 26,4% (Riskesdas, 2013).
Di Jawa Tengah, Kabupaten Banyumas berada di peringkat ke empat
setelah Wonosobo, Tegal, dan Kebumen untuk persentase hipertensi pada usia
>15 tahun menurut kabupaten atau kota di Provinsi Jawa Tengah tahuin 2015
dengan persentase 39,52 pada pengukuran tekanan darah yang dilakukan kepada
344.033 orang (Rahajeng, et al., 2009; Dinkes Jawa Tengah, 2015).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak
terkontrol dapat menyebabkan tujuh kali lebih berisiko terkena stroke, enam kali
lebih berisiko menderita congestive heart failure (CHF), dan tiga kali lebih
berisiko terkena serangan jantung (Rahajeng, et al., 2009). Hipertensi merupakan
45

penyebab kematian nomor tiga pada semua umur di Indonesia, yakni mencapai
6,8% setelah stroke (15,4 %) dan tuberkulosis (7,5 %) (Depkes RI, 2012).
Berdasarkan data diatas, maka kami merencanakan mengadakan kegiatan
bakti sosial dengan nama Bakti Sosial: Cegah Hipertensi, Selamatkan
Generasi. Dalam bakti sosial tersebut akan dilakukan beberapa kegiatan, di
antaranya edukasi mengenai hipertensi, pencegahan hipertensi, dan screening
hipertensi serta pemberian obat hipertensi gratis.

C. Tujuan
Kegiatan bakti sosial ini memiliki beberapa tujuan, antara lain:
1. Input
Meningkatkan pengetahuan masyarakat Sokaraja tentang hipertensi
terutama mengenai penyebab, faktor risiko, tanda gejala, pencegahan
dan pengendaliannya.
Megetahui kondisi diri masyarakat Sokaraja dengan melakukan
pemeriksaan tekanan darah dan kolesterol, sehingga masyarakat
Sokaraja bisa lebih menjaga kesehatan.
Meningkatkan kesadaran dan motivasi masyarakat Sokaraja untuk hidup
sehat dan rutin memeriksakan kesehatan diri.
2. Process
Diharapkan dalam kegiatan Bakti Sosial ini masyarakat Sokaraja memiliki
antusias yang tinggi dan dapat mengikuti serangkaian acara Bakti Sosial
secara baik dan disiplin.
3. Outcome
Peningkatan kualitas hidup masyarakat Sokaraja
Penurunan angka kejadian hipertensi sebesar 75% dari angka kejadian
sebelumnya setelah 2 tahun mengimplementasikan program ini.
46

D. Sasaran
Sasaran kegiatan Bakti Sosial ini adalah seluruh masyarakat di Kecamatan
Sokaraja, wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja, Kabupaten Banyumas.

E. Pokok Kegiatan
Kegiatan bakti sosial akan diisi dengan dua buah materi, yaitu meteri
penyuluhan hipertensi dan materi manajeman stres. Materi pertama yang diberikan
adalah mengenai hipertensi yang meliputi hal sebagai berikut: pengertian hipertensi,
faktor risiko hipertensi, komplikasi hipertensi, dan pencegahan hipertensi. Peserta
penyuluhan juga akan diberikan leaflet mengenai diet hipertensi yang baik agar
mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya diisi dengan materi
manajemen stres dan kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan tekanan darah dan
kolesterol serta pemberian obat secara gratis.

F. Alat dan Sarana


1. LCD
2. Laptop
3. Sound system
4. Microphone
5. Ruangan (Aula Serbaguna Puskesmas 1 Sokaraja)
6. Tempat duduk peserta dan trainer
7. Print out materi penyuluhan baksos
8. Sphygmomanometer
9. Stetoskop
10. Strip kolesterol (Easy Touch)
11. Alat cek kadar kolesterol (Easy Touch GCU)
12. Brosur diet antihipertensi
13. Obat-obatan antihipertensi
- Captopril
- Amlodipine
47

G. Pelaksanaan
1. Susunan Acara Pelaksanaan Kegiatan
Berikut adalah susunan acara (rundown) pelaksanaan kegiatan bakti sosial.

Tabel 16. Susunan Acara Kegiatan Bakti Sosial


Hari, Tanggal Waktu (WIB) Tempat Kegiatan
Senin, 08.00-08.15 Pembukaan acara
3 Desember
08.15-08.25 Sambutan Ketua
2017 Pelaksana Kegiatan

08.25-08.35 Sambutan Kepala


Puskesmas 1
Sokaraja

08.35-09.05 Materi I (Hipertensi)


09.05-09.10 Diskusi dan tanya-
Puskesmas 1 jawab

09.10-09.40 Sokaraja Materi II (Stress)


09.40-09.45 Diskusi dan tanya-
jawab

09.45-12.00 Pemeriksaan
Kolesterol,
Pemeriksaan
Tekanan Darah dan
Pembagian Obat
gratis

12.00-12.15 Penutupan kegiatan


48

2. Panitia Pelaksanaan

Penanggungjawab : dr. Vidya Dewantari, M.H.


Susunan Panitia Pelaksana

1. Ketua Panitia : Rio Taruna Jati

2. Wakil Ketua Panitia : M. Yahya Syarifuddin


3. Sekretaris : Caroline Astrid
Laurensia Elsa Nihita
4. Bendahara : Prisilia A. A. Kalalo
Avlya Zelyka Az Zahra
5. Seksi Acara : Hanna Kalita Mahandani
Puji Margiharsari
Titis Pudyatika Destya Andira
6. Seksi Dokumentasi : Nabilah Ramadhini H.
Yayan Ruhdiyanto
7. Seksi Konsumsi : Prastika Dica Izwara
8. Seksi Perlengkapan : M. Azwar Ansori
Kemal M. Ghazali
49

H. Rencana Anggaran
Berikut adalah rencana anggaran kegiatan bakti sosial.

Tabel 17. Rencana Anggaran Kegiatan Bakti Sosial


No. Kebutuhan Jumlah Harga Satuan Pengeluaran
1 Lancet 1 dus Rp. 25.000,00 Rp 25.000,00
2 Kapas alkohol 1 dus Rp. 20.000,00 Rp.20.000,00
3 Stick kolesterol 4 set Rp. 140.000,00 Rp 560.000,00
darah Easy Touch
4 Sphygmomanometer 1 buah Rp. 150.000,00 Rp 150.000,00
dan stetoskop
5 Amlodipin 10 mg 5 dus Rp. 12.000,00 Rp.60.000,00
Tablet
6 Captopril 25 mg 5 dus Rp. 15.000,00 Rp.75.000.00
7 Kertas A4 1 rim Rp. 40.000,00 Rp. 40.000,00
8 Brosur diet 50 lembar Rp. 200,00 Rp.10.000,00
antihipertensi
Total Rp.940.000,00
50

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Kesimpulan dari kegiatan problem solving in community di Puskesmas 1
Sokaraja adalah sebagai berikut.
a. Masalah-masalah kesehatan yang banyak terjadi di wilayah Puskesmas 1
Sokaraja adalah ISPA, hipertensi primer, supervision of normal pregnancy,
necrosis of pulp, dispepsia, dermatitis, mialgia, sakit kepala, nasofaringitis,
dan faringitis. Masalah yang menjadi prioritas setelah dihitung menggunakan
metode Hanlon adalah hipertensi primer.
b. Rencana penyelesaian masalah hipertensi adalah pelaksanaan kegiatan bakti
sosial Cegah Hipertensi, Selamatkan Generasi.
c. Faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas 1 Sokaraja, Banyumas. khususnya di Desa Sokaraja kidul,
Desa Sokaraja Wetan, dan Desa Sokaraja Tengah adalah konsumsi garam
berlebih, stres serta faktor keturunan. Perilaku responden yang sulit untuk tidak
mengkonsumsi makanan tinggi garam, makanan berlemak dan kafein
merupakan faktor utama penyebab kejadian hipertensi tersebut.
d. Alternatif pemecahan masalah hipertensi di wilayah kerja Puskesmas 1
Sokaraja, Banyumas antara lain:
Penyuluhan tentang hipertensi, dengan materi penyebab terjadinya
hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, faktor risiko hipertensi,
komplikasi hipertensi serta penanggulangan hipertensi dengan cara
mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat
Penyuluhan manajemen stress berikut konsultasi dengan psikolog
Mengadakan kegiatan senam lansia rutin baik saat dilaksanakannya
kegiatan Prolanis maupun Posyandu Lansia
Pembagian leaflet antihipertensi
Bakti sosial (edukasi mengenai penyakit hipertensi, skrining kolesterol,
pengukuran tekanan darah dan pemberian obat gratis)
51

B. Saran
Sebaiknya dilakukan pencarian faktor risiko hipertensi primer ke seluruh
desa yang termasuk dalam cakupan wilayah Puskesmas 1 Sokaraja serta kegiatan
bakti sosial dilaksanakan secara rutin agar penurunan angka kejadian hipertensi
primer sebesar 75% dari angka kejadian sebelumnya setelah 2 tahun
mengimplementasikan program ini.
52

DAFTAR PUSTAKA

Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:


Balitbang Kemenkes RI. Dermawan D dan Rusdi. 2013.

De Oliveira, C., Marmot, M.G., Demakakos, P., Vaz de Melo Mambrini, J., Peixoto,
S.V. and Lima-Costa, M.F., 2015. Mortality risk attributable to smoking,
hypertension and diabetes among English and Brazilian older adults (The ELSA
and Bambui cohort ageing studies). The European Journal of Public Health,
26(5), pp.831-835.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Masalah Hipertensi di Indonesia.


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan,Republik Indonesia, Jakarta.

Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Dickson, M.E. and Sigmund, C.D., 2006. Genetic basis of hypertension.


Hypertension, 48(1), pp.14-20.

Dinas Kesehatan Jawa Tengah (Dinkes Jateng). 2015. Buku Saku Kesehatan Tahun
2014. Semarang; Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Ezzati, M. and Riboli, E., 2013. Behavioral and dietary risk factors for
noncommunicable diseases. New England Journal of Medicine, 369(10),
pp.954-964.

Geurts, A.M., Mattson, D.L., Liu, P., Cabacungan, E., Skelton, M.M., Kurth, T.M.,
Yang, C., Endres, B.T., Klotz, J., Liang, M. and Cowley, A.W., 2015. Maternal
Diet During Gestation and Lactation Modifies the Severity of Salt-Induced
Hypertension and Renal Injury in Dahl Salt-Sensitive RatsNovelty and
Significance. Hypertension, 65(2), pp.447-455.
53

Howard, A.G., Gordon-Larsen, P., Herring, A., Du, S. and Popkin, B., 2014. The Role
of Physical Activity in the Hypertension Pathway: A longitudinal pathway-
based analysis across 18 years in modernizing China.

Hu, B., Liu, X., Yin, S., Fan, H., Feng, F. and Yuan, J., 2015. Effects of psychological
stress on hypertension in middle-aged Chinese: a cross-sectional study. PloS
one, 10(6), p.e0129163.Babu, G.R., Jotheeswaran, A.T., Mahapatra, T.,
Mahapatra, S., Kumar, A., Detels, R. and Pearce, N., 2014. Republished: is
hypertension associated with job strain? A meta-analysis of observational
studies. Postgraduate medical journal, 90(1065), pp.402-409.

Iwasaki, A., Takekawa, H., Okabe, R., Suzuki, K., Okamura, M., Nishihira, T.,
Suzuki, A., Tsukahara, Y. and Hirata, K., 2017. Increased maximum common
carotid intima-media thickness is associated with smoking and hypertension in
Tochigi Prefecture residents. Journal of Medical Ultrasonics, pp.1-7.

Leong, X.F., Ng, C.Y. and Jaarin, K., 2015. Animal models in cardiovascular research:
hypertension and atherosclerosis. BioMed research international, 2015.

Ngandu, T., Lehtisalo, J., Solomon, A., Levlahti, E., Ahtiluoto, S., Antikainen, R.,
Bckman, L., Hnninen, T., Jula, A., Laatikainen, T. and Lindstrm, J., 2015. A
2 year multidomain intervention of diet, exercise, cognitive training, and
vascular risk monitoring versus control to prevent cognitive decline in at-risk
elderly people (FINGER): a randomised controlled trial. The Lancet,
385(9984), pp.2255-2263.

Organization WH. A global brief on Hypertension: silent killer, global public health
crises (World Health Day 2013). Geneva: WHO. 2013.

Pollow, D.P., Uhrlaub, J., Romero-Aleshire, M.J., Sandberg, K., Nikolich-Zugich, J.,
Brooks, H.L. and Hay, M., 2014. Sex Differences in T-Lymphocyte Tissue
Infiltration and Development of Angiotensin II HypertensionNovelty and
Significance. Hypertension, 64(2), pp.384-390.
54

Rachmawati, Y.D., 2013. Hubungan antara Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi
pada Usia Dewasa Muda di Desa Pondok Kecamatan Nguter Kabupaten
Sukoharjo.

Rahajeng E, dan Tuminah S. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di


Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian
Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Rhee, J.J., Qin, F., Hedlin, H.K., Chang, T.I., Bird, C.E., Zaslavsky, O., Manson, J.E.,
Stefanick, M.L. and Winkelmayer, W.C., 2016. Coffee and caffeine
consumption and the risk of hypertension in postmenopausal women. The
American journal of clinical nutrition, 103(1), pp.210-217.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.

Shih, P.A.B. and O'connor, D.T., 2008. Hereditary Determinants of Human


Hypertension. Hypertension, 51(6), pp.1456-1464.

Syahrini, E.N., Susanto, H.S. and Udiyono, A., 2012. Faktor-faktor risiko hipertensi
primer di puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 1(2), pp.315-325.

Syahrini, E.N., Susanto, H.S. and Udiyono, A., 2012. Faktor-faktor risiko hipertensi
primer di puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 1(2), pp.315-325.

Yogiantoro M. 2009. Hipertensi Esensial Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. V
ed. Jakarta: InternaPublishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.

Anda mungkin juga menyukai