Anda di halaman 1dari 10

KLASIFIKASI KATARAK

Klasifikasi katarak dapat berdasarkan bermacam-macam kondisi, yaitu


(Kanski, 2011; Ilyas, 2004):
A. Menurut kejadian
1. Katarak Developmental
2. Katara Degeneratif
B. Menurut Umur
1. Katarak kongenital
2. katarak juvenil
3. katarak senil
C. Menurut Konsistensi
1. Katarak cair
2. Katarak lunak
3. Katarak keras
D. Menurut lokasi kekeruhannya
1. Katarak nukleus
2. Katarak kortikal
3. Katarak subskapular
E. Menurut warna
1. Katarak nigra ( Hitam)
2. Katarak rubra (Merah)
3. Katarak Brusnesecent (coklat)
F. Menurut bentuk kekeruhan
1. Katarak pungtata
2. Katarak stelata
3. Katarak linier

KATARAK DEVELOPMENTAL
Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika
lahir (atau beberapa saat kemudian) dan berkembang pada tahun pertama
dalam hidupnya. Katarak kongenital bisa merupakan penyakit keturunan
(diwariskan secara autosomal dominan) atau bisa disebabkan oleh infeksi
kongenital, seperti campak Jerman, berhubungan dengan penyakit anabolik,
seperti galaktosemia. Katarak kongenital dianggap sering ditemukan pada
bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit misalnya
Diabetes Melitus. Jenis katarak ini jarang sering terjadi. Faktor risiko
terjadinya katarak kongenital adalah penyakit metabolik yang diturunkan,
riwayat katarak dalam keluarga, infeksi virus pada ibu ketika bayi masih
dalam kandungan (Kanski, 2011).

Gambar 7. Katarak Kongenital (Kanski, 2011)

Kekeruhan pada katarak kongenital dijumpai dalam berbagai bentuk, antara


lain:
o Katarak Hialoidea yang persisten
Arteri hialoidea merupakan cabang dari arteri retina sentral
yang memberi makan pada lensa. Pada usia 6 bulan dalam
kandungan, arteri hialoidea mulai diserap sehingga pada keadaan
normal, pada waktu bayi lahir sudah tidak nampak lagi. Kadang-
kadang penyerapan tidak berlangsung sempurna, sehingga masih
tertinggal sebagai bercak putih dibelakang lensa, berbentuk ekor
yang dimulai di posterior lensa. Gangguan terhada visus tidak begitu
banyak. Visus biasanya 5/5, kekeruhannya statisioner, sehingga
tidak memerlukan tindakan (Ilyas, 2004).
o Katarak Polaris Anterior
Berbentuk piramid yang mempunyai dasar dan puncak,
karena itu disebut juga katarak piramidalis anterior. Puncaknya
dapat kedalam atau keluar. Keluhan terutama mengenai penglihatan
yang kabur waktu terkena sinar, karena pada waktu ini pupil
mengecil, sehingga sinar terhalang oleh kekeruhan di polus anterior.
Sinar yang redup tidak terlalu mengganggu, karena pada cahaya
redup, pupil melebar, sehingga lebih banyak cahaya yang dapat
masuk. Pada umumnya tiddak menimbulkan gangguan stationer,
sehingga tidak memerlukan tinakan operatif. Dengan pemberiann
midriatika, seperti sulfas atropin 1% atau homatropin 2% dapat
memperbaiki visus, karena pupil menjadi lebih lebar, tetapi terjadi
pula kelumpuhan dari Mm. Siliaris, sehingga tidak dapat
berakomodasi (Ilyas, 2004).
o Katarak Polaris Posterior
Kekeruhan terletak di polus posterior. Sifat-sifatnya sama
dengan katarak polaris anterior. Juga stationer, tidak menimbulkan
banyak ganggan visus, sehingga tidak memerlukan tindakan operasi.
Tindakan yang lain sama dengan katarak polaris anterior (Ilyas,
2004; Pascolini D, 2011).
o Katarak Aksialis
Kekeruhan terletak pada aksis pada lensa. Kelainan dan
tindakan sama dengan katarak polaris posterior (Ilyas, 2004).
o Katarak Zonularis
Mengenai daerah tertentu, biasanya disertai kekeruhan yang
lebih padat, tersusun sebagai garia-garis yang mengelilingi bagian
yang keruh dan disebut riders , merupakan tanda khas untuk katarak
zonularis. Paling sering terjadi pada anak-anak, kadang herediter
dan sering disertai anamnesa kejang-kejang. Kekeruhannya berupa
cakram (diskus), mengelilingi bagian tengah yang jernih (Kanski,
2004; Vaughan, 2000).
o Katarak Stelat
Kekeruhan terjadi pada sutura, dimana serat-serat dari
substansi lensa bertemu, yang merupakan huruf Y yang tegak di
depan dan huruf Y terbalik di belakang. Biasanya tidak banyak
mengganggu visus, sehingga tidak memerlukan pengobatan
(Pascolini D, 2011).
o Katarak kongenital membranasea
Terjadi kerusakan dai kapsul lensa, sehingga substansi lensa
dapat keluar dan di serap, maka lensa semakin menadi tipis dan
akhirnya timbul kekeruhan seperti membrane (Ilyas, 2004).
o Katarak kongenital total
Katarak kongenital total disebabkan gangguan pertumbuhan
akibat peradangan intrauterin. Katarak ini mungkin herediter atau
timbul tanpa diketahui sebabnya. Lensa tampak putih, rata, keabu-
abuan seperti Mutiara (Vaughan, 2000).
Katarak Juvenil
Katarak juvenil terjadi pada anak-anak sesudah lahir, termasuk
kedalam katarak Developmental, karena terjadi pada waktu masih
terjadinya perkembangan serat-serat lensa. Konsistensinya lembek seperi
bubur disebut juga soft cataract . katarak juvenil biasanya merupakan
kelanjutan katarak kongenital (Vaughan, 2000).
Pada katarak kongenital bilateral yang lengkap, operasi harus
dikerjakan pada bulan pertama, sejarak katarak itu diketahui pada kedua
mata. Katarak unilateral lengkap biasanya akibat trauma. Tindakan
pembedahan harus dilakukan jangan melebihi 6 bulan setelah katarak itu
diketahui, untuk menghindari ambliopia dan terjadinya strabismus
(Vaughan, 2000).

KATARAK DEGENERATIF
Katarak degeneratif dibagi menjadi dua, yaitu primer dan komplikata.
Katarak Primer
Katarak primer menurut usia terbagi menjadi katarak presenile biasanya
pada usia 40-50 tahun dan katarak senilis, usia lebih dari 50 tahun (Ilyas,
2004).

a) Katarak Senilis Kortikal


Katarak senilis semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu diatas usia 50 tahun keatas (Vaughan, 2000).

Gambar 6. Katarak Senilis


Katarak senilis merupakan katarak yang sering dijumapai. Satu-
satunya gejala adalah distorsi penglihatan dan pengihatan yang semakin
kabur. Katarak ini biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun,
dan pasien mungkin meninggal sebelum timbul indikasi pembedahan.
Apabila diindikasikan pembedahan, maka eksraksi lensa akan secara
definitif akan memperbaiki ketajaman penglihatan pada lbih dari 90%
kasus. Sisanya (10%) mungkin telah mengalami kerusakan retina atau
mengalami penyulit pasca bedah serius misalnya glaukoma, ablasi
retina, perdarahan korpus vitreum, infeksi atau pertumbuhan epitel ke
bawah kamera okuli anterior yang menghambat pemulihan visual
(Vaughan, 2000).
Perubahan lensa pada usia lanjut (Eva PR, 2007):
o Kapsul : menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak), mulai
presbiopia, bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur, terlihat bahan
granular.
o Epitel : sel epitel pada equator bertambah berat dan besar
o Serat lensa : lebih iregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel,
brown slerosis nucleus , sinar UV lama kelamaan merubah protein
nukleus lensa, korteks tidak bewarna.

Secara klinis katarak senilis dapat dibagi dalam 4 stadium, yaitu


(Vaughan, 2000):
Stadium Insipien
Pada stadium ini belum menimbulkan gangguan visus. Visus
pada stadium ini bisa normal atau 6/6 6/20. Dengan koreksi, visus
masih dapat 5/5 5/6. Kekeruhan terutamaterdapat pada bagian
perifer berupa bercak-bercak seperti baji (jari-jari roda), terutama
mengenai korteks anterior, sedangkan aksis masih terlihat jernih.
Gambaran ini disebut Spokes of wheel, yang nyata bila pupil
dilebarkan (Vaughan, 2000).
Stadium Imatur
Sebagian lensa keruhtetapi belum mengenai seluruh lapis
lensa. Visus pada stadium ini 6/60 1/60. Kekeruhan ini terutama
terdapat dibagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa.
Kalau tidak ada kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk ke
dalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan
berada di posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian
yang keruh ini, akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan
terlihat di pupil, ada daerah yang terang sebagai reflek pemantulan
cahaya pada daerah lensa yang eruh dan daerah yang gelap, akibat
bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut
shadow test (+) (Vaughan, 2000).
Pada stadium ini mungkin terjadi hidrasi korteks yang
mengakibatkan lensa menjadi cembung, sehingga indeks refraksi
berubah karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi miopia.
Keadaan ini dinamakan intumesensi. Dengan mencembungnya
lensa iris terdorong kedepan, menyebabkan sudut bilik mata depan
menjadi lebih sempit, sehingga dapat menimbulkan glaukoma
sebagai penyulitnya (Vaughan, 2011).
Stadium Matur
Kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa, sehingga
semua sinar yang melalui pupil dipantulkan kembali ke permukaan
anterior lensa. Kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan
mengakibatkan klasifikasi lensa. Visus pada stadium ini 1/300. Bilik
mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak
terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan
iris negatif (shadow test (-)). Di pupil tampak lensa seperti Mutiara
(Vaughan, 2000; Ilyas, 2004).
Stadium Hipermatur
Pada stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut
yang dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Massa lensa
yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi
mengecil, bewarna kuning dan kering. Visus pada stadium ini 1/300
1/~. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul
lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga
berhubungan dengan zonula zinii menjadi kendur. Bila proses
kekeruhan berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal maka korteks
yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihtkan bentuk sebagai sekantung susu disertai dengan
nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat.
Keadaan ini disebut katarak Morgagni (Vaughan, 2011).
Pada katarak senil, dikenal 4 stadium yaitu seusai dengan tabel berikut (Vaughan,
2000; Pascolini D, 2011):

Tabel 1. Stadium Maturitas pada Katarak

b) Katarak senilis nuklear


Terjadi proses sklerotik dari nukleus lensa. hal ini menyebabkan
lensa menjadi keras dan kehilangan daya akomodasi. Maturasi pada
katarak senilis nuklear terjadi melalui proses sklerotik, dimana lensa
kehilangan daya elastisitas dan keras, yang mengakibatkan menurunnya
kemampuan akomodasi lensa, dan terjadi obtruksi sinar cahaya yang
melewati lensa mata. Maturasi dimulai dari sentral menuju perifer.
Perubahan warna terjadi akibat adanya deposit pigmen. Sering terlihat
gambaran nukleus berwarna coklat (katarak brunesens) atau hitam
(katarak nigra) akibat deposit pigmen dan jarang berwarna merah
(katarak rubra) (Vaughan, 2000).
Gambar 8. Katarak Nigra, Brunescens dan Rubra pada Katarak Nuklear

1. Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment: 2011. BR J Ophthalmology.


2. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asburys General Ophthalmology. 17th ed. USA : Mc
Graw-Hill; 2007.
3. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7th ed. China:
Elsevier : 2011.
4. Ilyas, H.S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2004. Hal: 200-10.
5. Voughan, D.G.Asbury, T. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Penerbit Widya
Medika. Jakarta. 2000. Hal : 175-81.

Anda mungkin juga menyukai