Anda di halaman 1dari 5

Partus normal

Partus, pelahiran bayi, memerlukan serangkaian transformasi dalam fungsi


uterus dan serviks.
1. Diagnosis presentasi dan posisi janin
a. Leopold 1
Maneuver pertama untuk mengidentifikasi preseenasi janin yang
menempati funsuf uterus. Jika bokong, memberikan sensasi masssa
besar nodular , sedangkan kepala terasa keras dan bulat serta lebih
mudah digerakkan.
b. Leopold 2
Setelah menentukan letak janin, dengan meletakkan salah satu
tangan di satu sisi di abdomen ibu, dengan memberikan tekanan
lembut tetapi dalam. Jika di satu sisi dirasakan struktur yang keras,
menunjukkan posisi punggung dari bayi. Pada sisi lain dirasakan
bagian kecil ireguler menunjukkan ekstremitas janin.
c. Leopold 3
Maneuver yang dilakukan untuk mengetahui apakah bagian
terendah janin sudah memasukki jalan lahir dari ibu atau belum dan
rinciannya ditentukan melalui maneuver yang selanjutnya.
d. Leopold 4
Maneuver yang dilakukan dengan memberikan tekanan yang dalam
searah aksis aperture perlvis superior. Pada berbagai keadaan, ketika
kepala telah berjalan turun ke dalam perlvis, bagian anterior bahu
mudah di bedakan melalui maneuver ke tiga.
Karakteristik persalinan normal
Pada kehamilan aterm, megnharuskan adanya kontraksi uterus uamg nyeri
disertai salah satu tanda berikut:
a. Rupture membrane
b. Bloody show
c. Pembukaan serviks komplet
1. Persalinan kala 1
a. Fase laten
Titik ketika ibu mengalami kontraksi regular, untuk sebagian besar
perempuan berakhir pada dilatasi 3 dan 5 cm. ambang batas ini dapat
bermanfaat secara klinis karena dapat menentukan batas dilatasi
serviks persalinan aktif.

Fase laten memanjang merupakan fase laten yang lebih dari 20 jam
pada nulipara dan 14 jam pada multipara. Faktor yang dapat
memengaruhi durasi dase laten meliputi sedasi atau analgesia
wpidural yang berlebihan; kondisi serviks yang tidak baik, yaitu
tebal, tidak mendatar, atau tidak berdilatasi; dan persalinan palsu.

b. Fase aktif
Batas untuk persalinan aktif dapat ditunjukkan dengan dilatasi
serviksa 3-5 cm atau lebih disertai dengan kontraksi uterus. Rata-
rata durasu persalinan fase aktif pada nulipara adalah 4,9 jam. Akan
tetapi mempunya standar defiasi yag cukup panjang yaitu 3,4 jam,
sehingga secara statistic nilai maksimumnya adalah 11,7 jam.

2. Persalinan kala II
Fase ini dimulai ketika dilatasi serviks lengkap dan berakhir dengan
pelahiran janin.
3. Kala III
Tanda-tanda pelepasan plasenta:
a. Uterus menjadi globular dan lebih kaku
b. Umumnya sering keluar sejumlah darah yang abnyak dan tiba-
tiba
c. Uterus naik di dalam am=bdomen karena plasenta
d. Tali pusat menonjol lebih jauh keluar vagina
Tanda-tanda tesebut kadang muncul dalam 1 menit setelah pelahiran
normal dan biasanya dalam 5 menit. Ibu dapat dianjurkan untuk
mengedan dan tekanan intraabdominal dapat mengeluarkan
plasenta. Pelahiran plasenta tidak boleh dipasa sebelum adanya
pelepasan plasenta karena apat menyebabkan inversi uterus. Traksi
talu pusar tidak boleh digunakan untuk menarik plasenta keluar dari
uterus. Kadang-kadang plasenta tidak dapat keluar secara sempurna,
sehingga diindikasikan dilakukan pelepasan palsenta secara manual.
Pemijatan uterus setelah pelahiran direkomendasikan oleh abnyak
orang untuk emncegah terjadinya perdarahan post partum.
e. Kala IV
Plasenta, membrane dan tali pusat harus diperiksa
kelengkapannya dan ada tidaknya anomaly.

Pesalinan abnormal
Distosia merupakan persalinan yang sulit dan ditandai dengan kemajuan
persalinan yang lambat. Keadaan ini diakibatkan empat abnormalitas, yaitu:
1. Abnormalitas kekuatan mendorong
2. Abnormalitas presentasi, posisi, atau perkembangan janin
3. Abnormalitass tulang panggul ibu
4. Abnormalitas jaringan lunak saluran reproduksi yang menjadi penghambat
untuk penurunan bayi
- Disproporsi sefalopelvik
Persalinan yang terhambat akibat disparitas antara ukuran kepala
janin dengan pelvis ibu.
- Kegagalan kemajuan
Kurangnya kemajuan dilatasi serviks atau kurangnya penurunan
janin.
Kriteria diagnostic distosia
Pola persalinan Nulipara Multipara Penatalaksanaan Penatalaksanaan
pilihan khusus
Kelainan karena >20 jam >14 jam Tirah baring Oksitosin atau
perpanjangan pelahiran sesaruntuk
Fase laten yang masalah yang
memanjang mendesak
Kelainan karena
perlambatan

- Dilatasi fase <1,2 <1,5 cm/


aktif yang cm/jam jam
melambat Menunggu Pelahiran sesar
- Penurunan <1 cm/jam <2 cm/jam dukungan untuk CPD
yang
melambat
Kelainan karena - Istirahat jika
berhenti kelelahan
- Pelahiran
- Fase >3 jam >1 jam sesar
deselerasi Evaluasi utnuk
yang CPD:
memanjang CPD: pelahiran
- Berhentinya >2 jam >2 jam sesar
dilatasi Bukan CPD:
sekunder oksitosin
- Berhentinya >1 jam >1 jam
penuruna
- Kegagalan Tidak ada
penurunan penurunan
pada fase
deselerasi
atau kala
dua

Cunningham, F.G., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Hauth, J. C., Rouse, D. J., Spong,
C.Y. 2014. Obstetri William 23rd Edition. Indonesia: EGC.

Anda mungkin juga menyukai