Fase laten memanjang merupakan fase laten yang lebih dari 20 jam
pada nulipara dan 14 jam pada multipara. Faktor yang dapat
memengaruhi durasi dase laten meliputi sedasi atau analgesia
wpidural yang berlebihan; kondisi serviks yang tidak baik, yaitu
tebal, tidak mendatar, atau tidak berdilatasi; dan persalinan palsu.
b. Fase aktif
Batas untuk persalinan aktif dapat ditunjukkan dengan dilatasi
serviksa 3-5 cm atau lebih disertai dengan kontraksi uterus. Rata-
rata durasu persalinan fase aktif pada nulipara adalah 4,9 jam. Akan
tetapi mempunya standar defiasi yag cukup panjang yaitu 3,4 jam,
sehingga secara statistic nilai maksimumnya adalah 11,7 jam.
2. Persalinan kala II
Fase ini dimulai ketika dilatasi serviks lengkap dan berakhir dengan
pelahiran janin.
3. Kala III
Tanda-tanda pelepasan plasenta:
a. Uterus menjadi globular dan lebih kaku
b. Umumnya sering keluar sejumlah darah yang abnyak dan tiba-
tiba
c. Uterus naik di dalam am=bdomen karena plasenta
d. Tali pusat menonjol lebih jauh keluar vagina
Tanda-tanda tesebut kadang muncul dalam 1 menit setelah pelahiran
normal dan biasanya dalam 5 menit. Ibu dapat dianjurkan untuk
mengedan dan tekanan intraabdominal dapat mengeluarkan
plasenta. Pelahiran plasenta tidak boleh dipasa sebelum adanya
pelepasan plasenta karena apat menyebabkan inversi uterus. Traksi
talu pusar tidak boleh digunakan untuk menarik plasenta keluar dari
uterus. Kadang-kadang plasenta tidak dapat keluar secara sempurna,
sehingga diindikasikan dilakukan pelepasan palsenta secara manual.
Pemijatan uterus setelah pelahiran direkomendasikan oleh abnyak
orang untuk emncegah terjadinya perdarahan post partum.
e. Kala IV
Plasenta, membrane dan tali pusat harus diperiksa
kelengkapannya dan ada tidaknya anomaly.
Pesalinan abnormal
Distosia merupakan persalinan yang sulit dan ditandai dengan kemajuan
persalinan yang lambat. Keadaan ini diakibatkan empat abnormalitas, yaitu:
1. Abnormalitas kekuatan mendorong
2. Abnormalitas presentasi, posisi, atau perkembangan janin
3. Abnormalitass tulang panggul ibu
4. Abnormalitas jaringan lunak saluran reproduksi yang menjadi penghambat
untuk penurunan bayi
- Disproporsi sefalopelvik
Persalinan yang terhambat akibat disparitas antara ukuran kepala
janin dengan pelvis ibu.
- Kegagalan kemajuan
Kurangnya kemajuan dilatasi serviks atau kurangnya penurunan
janin.
Kriteria diagnostic distosia
Pola persalinan Nulipara Multipara Penatalaksanaan Penatalaksanaan
pilihan khusus
Kelainan karena >20 jam >14 jam Tirah baring Oksitosin atau
perpanjangan pelahiran sesaruntuk
Fase laten yang masalah yang
memanjang mendesak
Kelainan karena
perlambatan
Cunningham, F.G., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Hauth, J. C., Rouse, D. J., Spong,
C.Y. 2014. Obstetri William 23rd Edition. Indonesia: EGC.