Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN MANAJEMEN APRIL 2018

POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR

(POSBINDU PTM )

DisusunOleh :
Siti Rahma Mansur
N 111 16 099

Pembimbing
dr. Diah Mutiarasari, MPH
dr. Benny Siyulan, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan
kesehatan dasar yang menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif),
yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi
semua fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia termasuk Puskesmas.1
Salah satu permasalahan yang dihadapi saat ini dalam pembangunan
kesehatan adalah beban ganda penyakit, yaitu disatu pihak masih banyaknya
penyakit infeksi yang harus ditangani, dilain pihak semakin meningkatnya
penyakit tidak menular (PTM). Berubahnya gaya hidup manusia karena
adanya urbanisasi, modernisasi, dan globalisasi telah menyebabkan terjadinya
peningkatan Penyakit Tidak Menular (PTM). Penyakit tidak menular telah
menjadi penyebab utama kematian secara global pada saat ini . Data WHO
menunjukkan bahwa sebanyak 57 juta (63%) angka kematian yang terjadi di
dunia dan 36 juta (43%) angka kesakitan disebabkan oleh Penyakit Tidak
Menular. Global status report on NCD World Health Organization (WHO)
tahun 2010 melaporkan bahwa 60% penyebab kematian semua umur di dunia
adalah karena PTM dan 4% meninggal sebelum usia 70 tahun. Seluruh
kematian akibat PTM terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun,
29% di negara-negara berkembang, sedangkan di negara-negara maju sebesar
13%.2
Menurut profil PTM WHO tahun 2014, di Indonesi memperkirakan
bahwa 71% kematian disebabkan oleh PTM. Menurut hasil riset kesehatan
dasar (Riskesdas) tahun 2013 bahwa peningkatan kematian terjadi akibat
prevalensi penyakit PTM yang tinggi. Prevalensi PTM, diantaranya: penyakit
stroke 12,1 per 1000, penyakit jantung koroner 1,5%, gagal jantung 0,3%,
diabetes mellitus 6,9%, gagal ginjal 0,2%, kanker 1,4 per 1000, penyakit paru
kronik obstruktif 3,7%, dan cidera 8,2%.3
Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular menjadi ancaman yang
serius dalam pembangunan, karena mengancam pertumbuhan ekonomi
nasional. Untuk itu dikembangkan model pengendalian PTM berbasis
masyarakat melalui Posbindu PTM. Posbindu PTM merupakan bentuk peran
serta masyarakat dalam upaya pengendalian faktor risiko secara mandiri dan
berkesinambungan. Pengembangan Posbindu PTM dapat dipadukan dengan
upaya yang telah terselenggara di masyarakat. Melalui Posbindu PTM, dapat
sesegeranya dilakukan pencegahan faktor risiko PTM sehingga kejadian PTM
di masyarakat dapat ditekan.4
Penyakit tidak menular (PTM) terjadi akibat berbagai faktor risiko,
seperti merokok, diet tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan konsumsi
minuman beralkohol. Faktor risiko tersebut akan menyebabkan terjadinya
perubahan fisiologis di dalam tubuh manusia, sehingga menjadi faktor risiko
antara lain tekanan darah meningkat, gula darah meningkat, kolesterol darah
meningkat, dan obesitas. Program pengendalian PTM dan faktor risikonya
dilaksanakan mulai dari pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan, dan
rehabilitasi. Kegiatan pencegahan dan deteksi dini dapat dilaksanakan melalui
pemberdayaan masyarakat melalui Posbindu PTM5
Upaya pengendalian PTM dibangun berdasarkan komitmen bersama
dari seluruh elemen masyarakat yang peduli terhadap ancaman PTM melalui
Posbindu PTM. Pengembangan Posbindu PTM merupakan bagian integral
dari sistem pelayanan kesehatan, diselenggarakan berdasarkan permasalahan
PTM yang ada di masyarakat dan mencakup berbagai upaya promotif dan
preventif serta pola rujukannya.4

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan manajemen ini antara lain;
1. Sebagai bahan pembelajaran dalam manajemen pengelolaan
Puskesmas
2. Sebagai syarat penyelesaian tugas di bidang Ilmu Kesehatan
Masyarakat
3. Untuk mengetahui program pos pembinaan terpadu penyakit tidak
menular di Puskesmas talise
BAB II
PERMASALAHAN
2.1 Profil Puskesmas Talise
2.1.1 Keadaan Geografis
Puskesmas Talise berada di wilayah kecamatan Palu Timur yang
memiliki luas wilayah 82.53 km2 dan secara administratif
pemerintahan terdiri atas 4 kelurahan, 29 RW serta 102 RT.
Wilayah kerja Puskesmas Talise mencakup empatkelurahan yaitu :
 Kelurahan Talise
 Kelurahan Valangguni
 Kelurahan Tondo
 Kelurahan Layana6

Gambar. 1 Peta Wilayah Kerja UPTD Urusan Puskesmas

Adapun penyebaran jumlah RW dan RT dapat dilihat pada tabel di bawah


ini :
Tabel 1 Luas Wilayah, RW dan RT dirinci menurut kelurahan
UPTD Urusan Puskesmas Talise Tahun 2016
Luas Wilayah

No. K e l u r a h a n (km2) R W R T

1 Talise dan Valanggun i 12,37 km2 8 4 5


2 T o n d o 55,16 km2 1 5 3 8
3 L a y a n a I n d a h 15,00 km2 6 1 9

  Puskesmas Talise 8 2 , 5 3 km2 2 9 1 0 2

2.1.2 Keadaan Demografis

Berdasarkan data Dukcapil Kota Palu Tahun 2016, jumlah penduduk


di wilayah kerja Puskesmas Talise adalah 35.386 jiwa yang tersebar di tiga
Kelurahan antara lain Kelurahan Talise yang jumlah penduduknya masih
bersatu dengan Kelurahan Valangguni sekitar 19.414jiwa, Kelurahan Tondo
sekitar 12.212jiwa dan Kelurahan Layana Indah sekitar 3.760jiwa.Dengan
membandingkan jumlah penduduk tahun sebelumnya, maka jumlah penduduk
dari tahun 2015 ke 2016 mengalami penurunan sebanyak 523 atau 98,5%.4.
Komposisi penduduk di wilayah Puskesmas Talise berdasarkan
kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel II Distibusi Penduduk di Wilayah UPTD UrusanPuskesmas TaliseMenurut
Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2016
J u m l a h P e n d u d u k
No Kelompok umur L a k i – l a k i Per emp ua n Laki - laki + Perempuan
(Tahun)
1 2 3 4 5
1 0 – 4 1 . 1 1 1 1 . 0 4 0 2 . 1 5 1
2 5-9 1.786 1.690 3.476
3 10 - 14 1.887 1.742 3.629
4 15 - 19 1.550 1.486 3.036
5 20 - 24 1.613 1.747 3.360
6 25 - 29 1.710 1.842 3.568
7 30 - 34 1.645 1.623 3.288
8 35 - 39 1.525 1.490 3.015
9 40 - 44 1.293 1.385 2.678
10 45 - 49 1.112 1.166 2.278
11 50 - 54 883 876 1.759
12 55 - 59 686 629 1.315
13 60 - 64 411 390 801
14 > 65 511 521 1.032

J u m l a h 1 7 . 7 2 9 1 7 . 6 5 7 3 5 . 3 8 6

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa kelompok umur yang


tertinggi pada golongan 10-14 tahun yaitu sebesar 3.629 jiwa. Kelompok
umur yang terendah pada kelompok 60-64 tahun yaitu sebesar 801 Jiwa,
akan tetapi walaupun proporsinya kecil namun perlu mendapat perhatian
pada kelompok usia ini karena pada kelompok ini akan timbul masalah
kesehatan terutama penyakit-penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes,
jantung dan lain-lain.
Kepadatan penduduk berdasarkan hunian rumah (Jumlaj jiwa per
KK) yang terpadat penduduknya adalah Kelurahan Talise, yang kedua
Kelurahan Tondo dan ketiga adalah Kelurahan Layana Indah. Berikut ini
adalah data kepadatan penduduk berdasarkan luas wilayah di wilayah
Puskesmas Talise tahun 2016.6
2.1.3 Sosial Ekonomi
1. Kewilayahan
Wilayah kerja PuskesmasTalise mencakup 4 kelurahan yang
kesemuanya dapat dijangkau oleh petugas kesehatan dengan
menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Jarak yang
terjauh dari puskesmas sekitar 12 km.
2. Desa Tertinggal
Di wilayah Puskesmas Talise tidak terdapat desa tertinggal
akan tetapi ada 2 (dua) dusun yang masih masuk kategori dusun
sulit.
Adapun dusun yang tergolong dusun sulit di wilayah
Puskesmas Talise dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Table IV Dusun Sulit di Wilayah Puskesmas Talise

Dirinci Menurut Kelurahan Tahun 2016

No Nama dusun Kelurahan Jumlah penduduk Jarak dari Puskesmas

1 . W i n t u Layana Indah 3 6 9 1 2 K m

2. Watutela T o n d o 3 0 5 1 0 K m

T o t a l 6 7 4
Dusun Wintu berjarak+12 km dan Dusun Watutela mempunyai
jarak+10 km dari Puskesmas Talise. Pada kedua dusun ini telah terdapat
sarana pelayanan kesehatan berupa polindes beserta tenaga bidan masing-
masing dua orang bidan.6

2.2 Pelayanan Pos Pelayanan Terpadu PTM

Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah merekomendasikan agar


memusatkan penanggulangan PTM melalui tiga komponen utama, yaitu
surveilans faktor risiko, promosi kesehatan, dan pencegahan melalui inovasi
dan reformasi manajemen pelayanan kesehatan. Pengendalian PTM di
Indonesia terdapat dalam UU RI No.36 tahun 2009 tentang penyakit tidak
menular yang berisi upaya yang dilakukan dalam pengendalian penyakit
tidak menular, yaitu pencegahan, pengendalian, penanganan, dan akibat
yang ditimbulkan dari suatu penyakit. Upaya ini dimaksudkan untuk
meningkatkan pengetahuan, kesadaran masyarakat, kemauan berperilaku
sehat, dan mencegah terjadinya PTM beserta komplikasinya. Salah satu
upaya mengendalikan faktor risiko penyakit tidak menular melalui sebuah
wadah yang disebut dengan Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular). Posbindu PTM merupakan suatu bentuk
pelayanan yang melibatkan peran serta masyarakat melalui upaya promotif-
preventif untuk mendeteksi dan mengendalikan secara dini keberadaan
faktor risiko PTM secara terpadu2
Selain itu,Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
71 tahun 2015 tentang penanggulangan penyakit tidak menular. Tujuan dari
program ini adalah meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan
dan penemuan dini faktor risiko PTM yaitu:
1. Masyarakat baik secara perorangan maupun kelompok berperan aktif
dalam Penanggulangan PTM.
2. Peran serta masyarakat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui kegiatan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
(UKBM) dengan membentuk dan mengembangkan Pos Pembinaan
Terpadu PTM (Posbindu PTM).
3. Pada Pos Pembinaan Terpadu PTM (Posbindu PTM) sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat dilaksanakan kegiatan deteksi dini,
monitoring dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM secara mandiri dan
berkesinabungan di bawah pembinaan Puskesmas7.
Peningkatan prevalensi PTM berdampak pada peningkatan beban
pembiayaan kesehatan. Hal ini karena penanganan penyakit tidak menular
memerlukan waktu yang lama dan teknologi yang mahal. Dengan demikian,
penyakit tidak Menular memerlukan biaya yang tinggi dalam pencegahan
dan penanggulangannya. Publikasi World Economic Forum April 2015
menunjukkan bahwa potensikerugian akibat penyakit tidak menular di
Indonesia pada periode 2012-2030 diprediksi mencapai US$ 4,47 triliun,
atau 5,1 kali GDP 2012.3
Program Posbindu ini menjadi salah satu rencana aksi pemerintah
dalam penanggulangan penyakit tidak menular. Hal tersebut sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 5 tahun 2017 tentang rencana aksi
nasional penanggulangan penyakit tidak menular tahun 2015-2019.
Posbindu mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun 2011. Pada tahun
2014, persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Posbindu
PTM sebesar 4,7% dan pada 2015 sebesar 8,6 %. Capaian tersebut belum
sesuai target nasional dalam rencana strategi kementrian kesehatan pada
tahun 2015-2019 yaitu sebesar 10% ditahun 2015.3
Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi dengan upaya
kesehatan bersumber masyarakat yang sudah ada, di tempat kerja atau di
klinik perusahaan, di lembaga pendidikan, tempat lain di mana masyarakat
dalam jumlah tertentu berkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di
mesjid, gereja, klub olah raga, pertemuan organisasi politik maupun
kemasyarakatan. Bertujuan Meningkatkan peran serta masyarakat dalam
pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM.4
Posbindu PTM dilakukan untuk seluruh masyarakat yang berusia 15

tahun ke atas dengan pelaksana masyarakat dan dibantu oleh petugas

puskesmas setempat. Saat ini sudah terdapat 7225 Posbindu PTM di seluruh

Indonesia. Melalui kegiatan Posbindu PTM dilaksanakan monitoring, dan

deteksi dini faktor risiko PTM (merokok, pola makan tidak sehat, kurang

aktivitas fisik, obesitas, stress, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolestrol)

secara terpadu, rutin, dan periodik, serta menindak lanjutinya secara dini

faktor risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera

merujuknya ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar.7

Berdasarkan jenis kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindak

lanjut yang dapat dilakukan oleh Posbindu PTM, maka dapat dibagi menjadi

2 kelompok Tipe Posbindu PTM, yaitu;

a. Posbindu PTM Dasar meliputi pelayanan deteksi dini faktor risiko


sederhana, yang dilakukan dengan wawancara terarah melalui
penggunaan instrumen untuk mengidentifikasi riwayat penyakit tidak
menular dalam keluarga dan yang telah diderita sebelumnya, perilaku
berisiko, potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga,
pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut, Indeks massa
tubuh (IMT), alat analisa lemak tubuh, pengukuran tekanan dara,paru
sederhana serta penyuluhan mengenai pemeriksaan payudara sendiri
b. Posbindu PTM Utama yang meliputi pelayanan Posbindu PTM Dasar
ditambah pemeriksaan gula darah, kolesterol total dan trigliserida,
pemeriksaan klinis payudara, pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam
Asetat), pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfetamin urin
bagi kelompok pengemudi umum, dengan pelaksana tenaga kesehatan
terlatih (Dokter, Bidan, perawat kesehatan/tenaga analis
laboratorium/lainnya) di desa/kelurahan, kelompok masyarakat,
lembaga/institusi.Untuk penyelenggaraan Posbindu PTM Utama dapat
dipadukan dengan Pos Kesehatan Desa atau Kelurahan siaga aktif,
maupun di kelompok masyarakat/lembaga/institusi yang tersedia tenaga
kesehatan tersebut sesuai dengan kompetensinya.4

Proses kegiatan Posbindu PTM dalam tahapan layanan 5 meja meliputi:


1) registrasi, pemberian nomor urut dan pencatatan ulang hasil pengisian
KMS ke buku pencatatan/register oleh petugas pelaksana Posbindu
PTM;
2) wawancara untuk menelusuri informasi faktor risiko perilaku dan
riwayat PTM pada keluarga dan sasaran kegiatan;
3) pengukuran (tinggi badan, berat badan dan lingkar perut);
4) pemeriksaan faktor risiko PTM (tekanan darah, gula darah, kolesterol
total, trigliserida, pemeriksaan APE, CBE, IVA dan lain sebagainya
disesuaikan dengan kemampuan Posbindu PTM) dan
5) identifikasi faktor risiko PTM, konseling/edukasi dan tindak lanjut
lainnya (misal:rujuk ke Fasyankes). Selain itu dilakukan pencatatan dan
pelaporan sehingga pelaksanaannya lebih tertata dan terarah. Data hasil
pencatatan dan pelaporan dikembangkan menjadi informasi melalui
kegiatan surveilans faktor risiko PTM berbasis Posbindu PTM8

Sarana dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan Posbindu


PTM adalah sebagai berikut :
a. Untuk standar minimal lima set meja-kursi, pengukur tinggi badan,
timbangan berat badan, pita pengukur lingkar perut, dan tensimeter serta
buku pintar kader tentang cara pengukuran tinggi badan dan berat badan,
pengukuran lingkar perut, alat ukur analisa lemak tubuh dan pengukuran
tekanan darah dengan ukuran manset dewasa dan anak, alat uji fungsi paru
sederhana (peakflowmeter) dan media bantu edukasi.
b. Sarana standar lengkap diperlukan alat ukur kadar gula darah, alat ukur
kadar kolesterol total dan trigliserida, alat ukur kadar pernafasan alkohol,
tes amfetamin urin kit, dan IVA kit.
c. Untuk kegiatan deteksi dini kanker leher rahim (IVA) dibutuhkan ruangan
khusus dan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan (Dokter ataupun
Bidan di kelompok masyarakat/lembaga/institusi) yang telah terlatih dan
tersertifikasi.
d. Untuk pelaksanaan pencatatan hasil pelaksanaan Posbindu PTM
diperlukan kartu menuju sehat Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular
(KMS FR-PTM) dan buku pencatatan.
e. Untuk mendukung kegiatan edukasi dan konseling diperlukan media KIE
(Komunikasi, Informasi dan Edukasi) yang memadai, seperti serial buku
pintar kader, lembar balik, leaflet, brosur, model makanan (food model)
dan lainnya.4
TABEL V Standar Sarana Posbindu PTM

BAB III

PEMBAHASAN
A. Input
No. Perangkat program Keterangan
1 SDM Berjumlah 1 orang pemegang program.
Terdiri dari 8 kader.
2 Sarana & Prasarana
1. Tersediannya 3 meja, yaitu meja
pendaftaran dan registrasi, meja
pemeriksaan tekanan darah, Berat badan,
Lingkar perut, dan meja pemeriksaan gula
darah, kolesterol, asam urat serta pemberian
obat-obatan khusus lansia
2. Tersedianya buku register
3. Tersedia satu tas obat-obatan dan lembar
pengeluaran obat tiap harinya yang di bawa
jika posbindu lansia
4. Tersedianya Satu timbangan, alat meteran,
satu set tensi dan spigmomanometer, dan
dua set alat pemeriksaan gula darah,asam
urat, dan kolesterol, alat smokerlyzer CO
Detector Bedfont.
5. Tidak tersedia Karada karena alat sedang di
kalibrasi ulang
3 Akses Mudah diakses karena wilayah kerja berada
dalam kota
4 Metode Pelatihan kader dan penyuluhan perindividu
5 Pedoman pelaksanaan Buku Petunjuk Teknis Surveilans Faktor
Resiko Penyakit Tidak Menular Berbasis Pos
Pembinaan Terpadu (POSBINDU),
Kementrian Kesehatan RI DITJEN
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Direktorat Pengendalian
Penyakit Tidak Menular. Tahun 2014
6 Sumber dana BOK untuk kegiatan PTM dan DAU (Dana
Alokasi Umum) untuk kader
7 Waktu pelaksanaan mulai pukul 08.00 wita sampai pelayanan
kesehatan selesai

Kegiatan yang dilakukan saat posbindu terbagi dalam 3 tahapan layanan


seperti :
- Registrasi pemberian nomor urut dan pencacatan identitas pada buku
register (Meja 1)
- Pengukuran tinggi badan, dan berat badan serta Pemeriksaan tekanan
darah, lingkar perut(Meja 2)
- Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan ( jika posbindu lansia) serta
edukasi oleh tenaga medis (Meja 3)
Mengacu pada petunjuk teknis pelaksanaan posbindu, maka masih terdapat
beberapa kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan posbindu Lansia di puskesmas
Talise seperti tidak menggunakan sistem 5 meja karena ketersediaan prasarana
dan tenaga kader yang jarang aktif, pemeriksaan penunjang terkadang terbatas
yaitu terdiri dari pemeriksaan gula darah, kolesterol total, asam urat dan
ketersediaan obat yang terbatas. Selain itu, terkadang tidak tersedia kapas alkohol
sehingga menggunakan alat seadanya seperti tissu dan tidak adanya tempat safety
box setelah penggunaan jarum untuk pembuangan sampah medis hasil
pemeriksaan darah.

B. Proses
Dalam proses pelaksanaan manajemen apotek di puskesmas kinovaro
menggunakan model manajemen POAC yakni Planning atau perencanaan,
Organizing atau pengorganisasian, Actuating atau pergerakan-pelaksanaan
dan Controlling atau pemantauan.
Perencanaan manajemen posbindu di puskesmas talise berangkat dari
permasalahan yang telah dirumuskan dalam rapat koordinasi dan kemudian
dilakukan perumusan masalah dan di susun jadwal kegiatan harian.
Pengorganisasian manajemen Posbindu PTM di puskesmas Talise
diinstruksikan dari kepala puskesmas sebagai pemegang otoritas tertinggi,
kemudian dari kepala puskesmas memilih pelaksana manajemen Posbindu
dan bekerja sama dengan delapan kader.
Pelaksanaan, Pelaksana program turun langsung melakukan
kunjungan ke wilayah kerjanya sesuai jadwal yang telah di susun dan akan
didampingi beberapa kader yang ada. Dilakukan dengan tiga tahapan yaitu,
meja 1;pendaftaran dan registrasi, meja 2;pemeriksaan berat badan, tinggi
badan, lingkar perut, tekanan darah, dan meja 3; pemeriksaan kesehatan dan
pemberian obat serta edukasi.
Berdasarkan atas hal tersebut, pemantauan dilakukan dengan
melakukan pencatatan dan pelaporan setiap hari ketika kegiatan telah selesai
yang di upload dalam bentuk soft file.

C. output
Indikator keberhasilan dari Posbindu Lansia yaitu mendapatkan kasus
sebanyak- banyaknya sesuai target yang diberikan oleh dinas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016


Tentang Pedoman Manajemen Puskesmas. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta. 2016.
2. Umayana, H, T, dan Cahyati, W.D. Dukungan keluarga dan tokoh
masyarakat terhadap Keaktifan penduduk ke posbindu penyakit tidak
menular. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol (1), Semarang; 2015.
3. Prananandari, dkk. Analisis implementasi program pos pembinaan terpadu
Penyakit tidak menular (posbindu ptm) Di kecamatan banguntapan kabupaten
bantul. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 5, No.4. 2017.
4. Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Petunjuk
Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM).
Kementerian Kesehatan RI :Jakarta; 2012.
5. Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan,. Petunjuk Teknis Surveilans Penyakit Tidak Menular (Posbindu
PTM). Kementerian Kesehatan RI : Jakarta; 2015
6. Puskesmas Talise. Profil Puskesmas Talise Tahun 2016. Puskesmas Talise:
Palu. 2016.
7. Febrianti, Ryski. Implementasi pelaksanaan pos pembinaan terpadu penyakit
tidak menular (posbindu ptm) di puskesmas pucang sewu kota surabaya.
Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya.
8. Astuti, dkk. Gambaran Proses Kegiatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit
Tidak Menular di Puskesmas Sempu Kabupaten Banyuwangi (The
Description of Activity Process for the Integrated Development Post of Non-
Communicable Disease (IDP of NCD) at Sempu Public Health Centre in
Banyuwangi Regency). e-Jurnal Pustaka Kesehatan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Jember. vol. 4 (no. 1). 2016

Anda mungkin juga menyukai