LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang
Penyakit Tidak Menular (PTM) juga dikenal sebagai penyakit kronis,
tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit tidak menular pada manusia
mempunyai durasi panjang dan perkembangan umumnya lambat. 4 jenis
penyakit tidak menular menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular (seperti
serangan jantung dan stroke), kanker, penyakit pernapasan kronis (seperti
penyakit obstruksi paru kronis dan asma) dan diabetes.
Menurut laporan WHO secara global, penyakit bergeser dari penyakit
menular ke PTM, dengan kondisi kronis seperti contoh penyakit jantung dan
stroke saat ini menjadi penyebab utama kematian. Pergeseran tren kesehatan
menunjukkan bahwa penyakit menular terkemuka diare, HIV, TBC, infeksi
neonatal dan malaria, akan menjadi penyebab kurang penting kematian secara
global selama 20 tahun ke depan.
Dengan terbentuknya Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular
(PTM) di Kementerian Kesehatan pada tahun 2005, maka kebijakan Nasional
diterapkan dengan penekanan pada pengendalian faktor risiko, pencegahan
penyakit, deteksi dini, dan tindakan promosi kesehatan. Pendekatan utama yang
dipilih dalam melakukan pengendalian PTM didasarkan pada pelayanan
kesehatan dasar yang melibatkan multisektor dan peran serta masyarakat. Salah
satu
strategi
dalam
meningkatkan
pembangunan
kesehatan
adalah
mengidentifikasi,
merumuskan
dan
menyelesaikan
2. TUJUAN
1.2.1
Tujuan Umum
Menambah sarana POSBINDU untuk menurunkan prevalensi penyakit
tidak menular di wilayah kerja Puskesmas Dampit
3. SASARAN KEGIATAN
Kelompok masyarakat sehat, berisiko, dan penyandang PTM di
Kecamatan Dampit
4. WADAH KEGIATAN
Posbindu PTM dilakukan terintegrasi dengan upaya kesehatan bersumber
masyarakat yang sudah ada. Dilaksanakan setiap 1 bulan sekali di masingmasing posbindu desa
5. PELAKU KEGIATAN
Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan yang telah
ada atau beberapa orang dari masing masing kelompok/organisasi/lembaga
yang bersedia menyelenggarakan Posbindu PTM, yang dilatih secara khusus,
dibina atau difasilitasi untuk melakukan pemaantauan faktor risiko PTM di masing
masing kelompok atau organisasinya.
BAB 2
DATA PEMANTAUAN WILAYAH KERJA
4
PUSKESMAS DAMPIT
2.1
Luas Wilayah Kerja Puskesmas Dampit 78,54 km dari total wilayah Kecamatan
Dampit 135,31 km. Topografi Kecamatan Dampit sebagian merupakan daratan
dan pegunungan dengan ketinggian 300-460 m di atas permukaan laut, dengan
kemiringan kurang dari 40%. Secara geografis, Kecamatan Dampit terletak di
sebelah tenggara Kota Malang.
: 5 desa/ 1 kelurahan
Dukuh
: 24 dukuh
RK/RW
: 52 RK/RW
RT
: 386 RT
KK
: 17.822 KK
GAKIN
: 4.311 KK
: 16.202 rumah
Posyandu
- Pratama
: 23
- Madya
: 21
- Purnama
: 11
- Mandiri
:5
d. Karakteristik Daerah
Wilayah kerja Puskesmas Dampit termasuk kec Dampit merupakan
Tertinggi
Terendah
Luas
36 km
22 km
RS Saiful Anwar
37 km
RSUD Kepanjen
21 km
Gambar 2.1
Peta Wilayah Kerja Puskesmas Dampit
2.1.1.2
a.
Data Demografi :
: 66.084 jiwa
laki-laki
: 33.092 jiwa
perempuan
: 32.992 jiwa
adalah
3,52 %,
: 1 Puskesmas
b. Puskesmas Pembantu
: 2 Pustu
c. Polindes
: 5 buah
d. Ponkesdes
: 6 buah
e. Posyandu Balita
: 60 pos
f.
: 14 pos
Posyandu Lansia
RS Swasta
Poliklinik Swasta
Poskestren
: 1 pos
Posbindu
: 1 pos
Kader Posyandu
: 300 orang
Kader Posbindu
: 5 orang
: 4 orang
: 1 buah
: 2 buah
RSD Kanjuruhan
RS Wava Husada
i.
Desa Srimulyo
yang berkelok-kelok
Desa Bumirejo
yang berkelok-kelok
Desa Dampit
berkelok-kelok
2.2
dengan
berbagai
permasalahan.
Sebagian
besar
penduduk
BAB 3
METODE PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA
3.1
dengan
menggunakan
rumus
Slovin
dengan
toleransi
N = Jumlah populasi
n = Jumlah Sampel
E = Batas Toleransi Kesalahan (eror tolerance)
Dari rumus Slovin didapatkan besar sampel untuk 300 kader posyandu
adalah sebesar 171,4 atau 171 kader dengan toleransi kesalahan yang
dikehendaki adalah 5%. Total sampel kemudian dibagi rata dengan 5 desa dan 1
kelurahan sehingga didapatkan 28,5 atau 29 sampel di tiap desa dan kelurahan.
Responden dipilih secara non-randomized dengan metode convenience
sampling dimana responden yang terpilih adalah perwakilan kader tiap desa dan
kelurahan di Puskesmas Dampit.
10
BAB 4
HASIL DAN ANALISIS DATA
4.1
4.1.1
Puskesmas Induk
: 1 Puskesmas
: 5 buah
Ponkesdes
: 6 buah
Posyandu Balita
: 60 pos
Posyandu Lansia
: 14 pos
: 1 buah
Poliklinik Swasta
: 3 buah
Poskestren
: 1 pos
Posbindu
: 1 pos
Kader Posyandu
: 300 orang
Kader Posbindu
: 5 orang
: 4 orang
RSUD Kanjuruhan
RS Wava Husada
RSI Gondanglegi
4.1.2
11
menempati urutan tertinggi pada rentang usia > 69 tahun sebanyak 134 kasus
dan urutan kedua pada rentang usia 45-69 tahun sebanyak 701 kasus. Diabetes
melitus menempati peringkat tertinggi ketiga adalah pada rentang usia 45-69
tahun sebanyak 529 kasus.
Tabel 4.1 Data 15 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Dampit Tahun 2015
MENURUT GOLONGAN UMUR
N NAMA
O
-4
PENYAKIT
Th
5-
5-
5-
14T
44T
69T
>
69Th
JUMLA
PERSENTAS
Nasopharingit
1
is
Akuta
(common
1
.088
7
36
8
60
8
13
3.591
11%
2.783
9%
1.869
6%
- 1.630
5%
cold) ISPA
2 Carries Gigi
Infeksi
3
lain
pd
1
8
1
34
2
.358
2
48
2
5
akut
sal
pernafasan
9
95
4
71
2
38
1
52
1
3
atas
Peny Gusi &
4 Jaringan
Periodental
7
dan
6 Gastroenteriti
s non spesifik
7 Peny
pada
.572
5 Gastrtitis
Diare
lain
sal 22
08
18
5
16
4
31
2
94
15
35
50
0
2
33
4
1.596
5%
4 1.421
4%
4 1.329
4%
59
12
pernafasan
bag atas.
8
Hipertensi
Primer
9 Asma
9
4
2
2
7
01
2
23
929
3%
648
2%
5 620
2%
- 581
2%
34
3
84
1
7
type 2: Non
1 insulin
0
dependen
8
3
5
29
DM
1
1
Typus perut
27
1 Calculus dan
2
Deposit lain
2
0
1 Arthritis tidak
3
spesifik
1
4
1
5
83
Tonsilitis
93
1
52
-
1
78
1%
418
1%
- 411
1%
6
3
28
7
1
40
456
29
6
Penyakit otot
dan jaringan
7
8
39
51
93
2
7
352
1%
18.634
59%
pengikat lain
JUMLAH SELURUH KASUS PENYAKIT RAWAT
JALAN
TOTAL
KASUS
RAWAT
JALAN
YANG
DI
TANGANI
31.738
mengumpulkan
dan
menganalisis
data
sekunder
dari
13
14
BENAR
SALAH
41.3
58.7
Pertanyaan
terakhir
membahas
keinginan
masyarakat
untuk
56
44
TAHU
TIDAK TAHU
Sekitar 58,7% responden yang terdiri dari kader posyandu masih belum
mengetahui tentang posbindu, fungsi posbindu, dan usia sasaran posbindu. Hal
15
KONTRIBUSI KADER
12
YA
TIDAK
88
16
BAB 5
DIAGNOSIS KOMUNITAS
5.1
Magnitude (berapa jumlah orang yang langsung terkena masalah atau potensial
terkena masalah), 1 = ringan; 5 = berat.
1 =
ringan; 5 = berat.
17
No
1.
2.
3.
5.
Masalah
ISPA selalu menduduki
peringkat pertama dalam
daftar 15 penyakit rawat
jalan Puskesmas terbanyak
sejak tahun 2014 hingga
Desember 2015
Caries gigi menempati
peringkat kedua sejak
Januari hingga Desember
2015 dengan penderita
terbanyak golongan usia 15
44 tahun dengan
persentase kasus sebesar
9%
Kasus penyakit tidak
menular seperti hipertensi,
DM, Asma masih
menduduki dalam daftar 15
penyakit terbanyak rawat
jalan Puskesmas hingga
Desember 2015 yaitu
sebanyak 2549 kasus
dengan total persentase
sebesar 8% dari total rawat
jalan Puskesmas dan
banyak didapatkan pada
rentang usia 15-69 tahun
Kasus Gastritis menduduki
peringkat kelima kasus
rawat jalan terbanyak pada
bulan Desember 2015 yaitu
86 kasus dari 1374 pasien
rawat jalan dan paling
banyak mengenai usia
produktif yaitu 15-44 tahun
dengan persentase kasus
sebesar 4%
Diare menempati peringkat
keenam sejak Januari
hingga Desember 2015
dengan penderita
terbanyak golongan usia 15
44 tahun dengan
persentase kasus sebesar
4%
DM
1
DM
2
DM
3
DM
4
DM
5
DM
A
6
Total
11
12
10
11
10
11
10
10
12
11
108
10
10
10
10
10
93
13
13
14
12
13
11
12
14
12
12
126
10
11
11
10
13
10
10
10
102
11
10
10
10
10
12
98
18
: B. Eri ( Perawat )
: B. Tris ( Ka TU )
: P. Puguh ( Perawat )
19
MANUSIA
LINGKUNGAN
Ada beberapa desa
yang memiliki
wilayah cukup luas
METODE
Terbatasnya tenaga
kesehatan dari
Puskesmas
Puskesmas lebih
mengutamakan program
prioritas lainnya
Rendahnya jumlah
POSBINDU di wilayah
kerja Kecamatan
Dampit
Peralatan
POSBINDU
masih kurang
Tidak ada dana, tidak ada
upaya swadaya masyarakat
SARANA
DANA
Identifikasi risk factor dan contributing risk factor dari suatu masalah dapat menggunaka
atau diagram Ishikawa. Pada konsep LaLonde terdiri dari faktor perilaku, faktor lingkungan, faktor
pelayanan kesehatan. Pada diagram Ishikawa atau fishbone diagram, yang lebih sering disebut
effect diagram, faktor resiko diidentifikasi melalui pendekatan 5M (man power/ faktor manusia, m
method/ metode pendekatan penyelesaian masalah yang sudah dilakukan, material/ materi yan
kepada masyarakat, machine/ teknologi yang sudah dimanfaatkan, mother nature/ faktor ling
Ishikawa terdiri dari 2 bagian, yaitu kepala ikan dan bagian tulang ikan.
Bagian kepala ikan yang terletak di sebelah kanan, berupa masalah utama atau topik yan
penyebabnya, yaitu rendahnya jumlah Posbindu di wilayah kerja Kecamatan Dampit. Bagian
menjadi beberapa kategori yang bisa berpengaruh terhadap masalah utama. Dari masing
dikembangkan faktor-faktor yang lebih detail. Hasil dari diagram ini dapat digunakan untuk mene
tindakan yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan kesehatan tersebut.
5.4 Identifikasi Akar Permasalahan Utama
desa tentang Posbindu, kurang intensifnya promosi tentang Posbindu, terbatasnya tenaga kesehata
ada beberapa desa yang memiliki wilayah cukup luas, kurangnya dukungan tokoh masyarak
penyuluhan mendalam tentang Posbindu dan penyakit tidak menular, puskesmas lebih mengu
prioritas lainnya, masih belum ada buku petunjuk pengadaan Posbindu, peralatan Posbindu ya
terbatasnya dana puskesmas untuk mengadakan Posbindu dan belum tersedianya anggaran desa
Posbindu. Hal ini menyebabkan rendahnya jumlah Posbindu di wilayah kerja Kecamatan Dampit.
Dari diagram Ishikawa, didapatkan akar permasalahan utama yaitu:
1
Masih kurangnya pengetahuan dari kader desa tentang Posbindu dan penyakit tidak menular
21
No.
1.
2.
3.
Masalah
Masih
kurangnya
pengetahuan
dari kader desa
tentang
Posbindu dan
penyakit tidak
menular
Terbatasnya
tenaga
kesehatan dari
Puskesmas
untuk
menjalankan
Posbindu
Kurangnya
dukungan tokoh
masyarakat,
seperti kepala
desa
Solusi
Penyuluhan
Buku pedoman
Penyuluhan kader
Pelatihan kader
Mengundang tokoh
masyarakat untuk
hadir dalam
kegiatan launching
Posbindu
Penyuluhan
terhadap tokoh
masyarakat
Total
15
14
22
BAB 6
TINJAUAN PUSTAKA
6.1 POSBINDU PTM
A.Pengertian
pemantauan faktor penyebab PTM Utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. F
penyakit tidak menular (PTM) meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan tida
aktifitas fisik, kegemukkan, stres, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak lanjuti se
penyebab yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan k
Kelompok PTM Utama adalah kencing manis, kanker, penyakit jantung dan pembuluh dara
akibat penyempitan saluran nafas dalam jangka waktu lama, dan gangguan akibat kecelak
kekerasan.
B. Tujuan
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor penye
C. Sasaran Kegiatan
Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun
D. Wadah Kegiatan
Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi dengan upaya
kesehatan bersumber masyarakat yang sudah ada, di tempat kerja atau di klinik perus
pendidikan, tempat lain di mana masyarakat dalam jumlah tertentu berkumpul/beraktivitas secara
mesjid, gereja, klub olah raga, pertemuan organisasi politik maupun kemasyarakatan.
sudah dilakukan meliputi kesesuaian waktu dan tempat, serta memanfaatkan sarana dan tenaga yan
E. Pelaku Kegiatan
Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan yang telah ada atau be
dilatih secara khusus, dibina atau difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor penyebab PTM
kelompok atau organisasinya. Kriteria Kader Posbindu PTM antara lain berpendidikan minimal SLTA
melakukan kegiatan berkaitan dengan Posbindu PTM.
F. Bentuk Kegiatan
Posbindu PTM meliputi 10 (sepuluh) kegiatan yaitu:
1. Kegiatan penggalian informasi faktor penyebab dengan wawancara sederhana tentang riwayat PTM
diri peserta, aktifitas fisik, merokok, kurang makan sayur dan buah, potensi terjadinya cedera dan keker
23
tangga, serta informasi lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan deng
Aktifitas ini dilakukan saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan sekali.
2. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar perut, analisis
tekanan darah sebaiknya diselenggarakan 1 bulan sekali. Analisa lemak tubuh hanya dapat dilakukan
ke atas. Untuk anak, pengukuran tekanan darah disesuaikan ukuran mansetnya dengan ukuran lengan
3. Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun sekali bagi yang sehat, sement
bulan sekali dan penderita gangguan paru-paru dianjurkan 1 bulan sekali. Pemeriksaan arus puncak
dengan peakflowmeter pada anak dimulai usia 13 tahun. Pemeriksaan fungsi paru sederhana sebaik
tenaga kesehatan yang telah terlatih.
4. Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit diselenggarakan 3 tahun sekali d
mempunyai faktor penyebab PTM atau penyandang kencing manis paling sedikit 1 tahun sekali. Untuk
darah dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat/bidan/analis
24
individu sehat disarankan 5 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor
penyebab PTM 6 bulan sekali dan penderita gangguan lemak dalam darah
minimal 3 bulan sekali. Untuk pemeriksaan Gula darah dan Kolesterol darah
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan kelompok masyarakat
tersebut.
6.
Kegiatan
pemeriksaan
IVA (Inspeksi
dilakukan sebaiknya minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah hasil IVA
positif, dilakukan tindakan pengobatan krioterapi, diulangi setelah 6 bulan, jika
hasil IVA negatif dilakukan pemeriksaan ulang 5 tahun, namun bila hasil IVA
positif dilakukan tindakan pengobatan krioterapi kembali. Pemeriksaan IVA
dilakukan oleh bidan/dokter yang telah terlatih dan tatalaksana lanjutan dilakukan
oleh dokter terlatih di Puskesmas .
7.
kencing bagi kelompok pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
(dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).
8.
pelaksanaan Posbindu PTM. Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor
penyebab
kurang
bermanfaat
bila
masyarakat
tidak
tahu
cara
mengendalikannya.
9.
tidak hanya dilakukan jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun perlu
dilakukan rutin setiap minggu.
Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya
dengan pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat
sederhana dalam penanganan pra-rujukan.
G.
kelompok
masyarakat,
lembaga/institusi.
Untuk
Desa
atau
Kelurahan
siaga
aktif,
maupun
di
kelompok
Kemitraan
pelayanan
penyelenggaraan
kesehatan.
Posbindu
Sebaliknya
PTM
bagi
merupakan
forum
akselerasi
Desa
Siaga
pencapaian
26
Persiapan
1.
Selanjutnya
dilakukan
identifikasi
kelompok
potensial
baik
potensial
yang
bersedia
menyelenggarakan
Posbindu
PTM.
27
kebutuhan.
-
2.
dan lainnya untuk kegiatan posbindu PTM di kelompok potensial yang telah
bersedia menyelenggarakan Posbindu PTM.
Kabupaten/kota.
28
B.
1.
Tujuan :
NO
MATERI PELATIHAN
b.
c.
e.
29
timbangan berat badan, pita pengukur lingkar perut, dan tensimeter serta buku
pintar kader tentang cara pengukuran tinggi badan dan berat badan, pengukuran
lingkar perut, alat ukur analisa lemak tubuh dan pengukuran tekanan darah
dengan ukuran manset dewasa dan anak, alat uji fungsi paru sederhana
(peakflowmeter) dan media bantu edukasi.
b)
alat ukur kadar kolesterol total dan trigliserida, alat ukur kadar pernafasan
alkohol, tes amfetamin kencing kit, dan IVA kit.
c)
ruangan khusus dan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan (Dokter
ataupun Bidan di kelompok masyarakat/lembaga/institusi) yang telah terlatih dan
tersertifikasi.
d)
diperlukan kartu menuju sehat Faktor penyebab Penyakit Tidak Menular (KMS
FR-PTM) dan buku pencatatan.
Di bawah ini diuraikan berbagai perlengkapan deteksi dini dan
tindak lanjut sesuai dengan jenis layanan Posbindu PTM ;
Tabel 2. Standar Sarana Posbindu PTM
30
C.
Waktu Penyelenggaraan
Tempat
Pelaksanaan Kegiatan
32
33
34
35
Keterangan :
diperiksa. Untuk pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dilakukan pada
perempuan telah berhubungan seksual/menikah usia > 35 th/ riwayat pernikahan
> 1 kali dan dilakukan oleh bidan terlatih.
bulan serta pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida di periksa setiap 3 bulan.
36
Pemantauan faktor penyebab dan tindak cedera kekerasan dalam rumah tangga
dilakukan setiap bulan, sementara untuk pemeriksaan kadar alkohol pernafasan
dan tes amfetamin kencing bagi kelompok pengemudi umum dilakukan setiap
bulan bagi yang bernilai positif dan 6 bulan sekali yang berisiko.
G.
Keterangan alur :
Pelaksaan
posbindu
PTM
dimulai
dengan
layanan
pendaftaran
Bila
penanganan
faktor
penyebab
kriteria
sedang
(hasil
pengukuran pada tabel 1.) tidak berhasil pada kunjungan 3 bulan berikutnya.
3.
Bila
dari
hasil
pemeriksaan/pengukuran
faktor
penyebab
APE (Arus Pernafasan Ekpirasi (Membuang napas)) kurang dari nilai prediksi
atau peserta yang berisiko dengan hasil nilai pengukuran APE sama dengan nilai
prediksi.
6.
8.
payudara.
38
9.
tangga serta kadar alkohol pernafasan dan tes amfetamin kencing (+).
10.
tenaga kesehatan, seperti serangan jantung dan stroke, serta terjadi penurunan
kadar gula darah yang cepat berakibat dengan penurunan kesadaran, serangan
sesak nafas pada penderita penyakit paru yang menahun maupun cidera akibat
kecelakaan dan tindak kekerasan. Pada saat merujuk, sertakan KMS dan lembar
rujukan (lampiran 6) ke Puskesmas sebagai media informasi Petugas
Puskesmas dalam menerima rujukan dari masyarakat dan pada kondisi tertentu
bila memerlukan pendamping rujukan dari kader Posbindu PTM agar
dipersiapkan dengan sebaik-baiknya
6.4
MEROKOK
39
Meski semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat rokok,
perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang
masih ditolerir oleh masyarakat. Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia
berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif
dan tar yang bersifat karsinogenik (Asril Bahar, harian umum Republika, Selasa
26 Maret 2002 : 19). Racun dan karsinogen yang timbul akibat pembakaran
tembakau dapat memicu terjadinya kanker. Pada awalnya rokok mengandung 820 mg nikotin dan setelah dibakar nikotin yang masuk ke dalam sirkulasi darah
hanya 25%. Walau demikian jumlah kecil tersebut memiliki waktu hanya 15 detik
untuk sampai ke otak manusia.
Nikotin diterima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian terbagi
ke jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasa
nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa lebih
tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar.
Sementara di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada
bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotin. Meningkatnya sorotin
menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi.
(Agnes Tineke, Kompas Minggu 5 Mei 2002 : 22). Hal inilah yang menyebabkan
perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan pada
nikotin.
Beberapa risiko kesehatan bagi perokok berdasarkan hasil Survei
Sosial Ekonomi Nasional tahun 2004 antara lain :
Di Indonesia rokok menyebabkan 9,8% kematian karena
Indonesia.
40
yang
jantung.
Lebih dari 43 juta anak Indonesia berusia 0-14 tahun
Kanker paru
Satu dari sepuluh perokok berat akan menderita penyakit kanker paru.
Pada beberapa kasus dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian, karena
sulit dideteksi secara dini. Penyebaran dapat terjadi dengan cepat ke hepar,
tulang dan otak.
Kanker mulut
Merokok dapat menyebabkan kanker mulut, kerusakan gigi dan penyakit
gusi.
Osteoporosis
Karbonmonoksida dalam asap rokok dapat mengurangi daya angkut
oksigen darah perokok sebesar 15%, mengakibatkan kerapuhan tulang sehingga
lebih
mudah
patah
dan
membutuhkan
waktu
80%
lebih
lama
untuk
Katarak
Merokok
dapat
menyebabkan
gangguan
pada
mata.
Perokok
mempunyai risiko 50% lebih tinggi terkena katarak, bahkan bisa menyebabkan
kebutaan.
Psoriasis
41
Perokok 2-3 kali lebih sering terkena psoriasis yaitu proses inflamasi
kulit tidak menular yang terasa gatal, dan meninggalkan guratan merah pada
seluruh tubuh.
Kerontokan rambut
Merokok menurunkan sistem kekebalan, tubuh lebih mudah terserang
penyakit seperti lupus erimatosus yang menyebabkan kerontokan rambut,
ulserasi pada mulut, kemerahan pada wajah, kulit kepala dan tangan.
Impotensi
Merokok dapat menyebabkan penurunan seksual karena aliran darah ke
penis berkurang sehingga tidak terjadi ereksi.
I. TIPE-TIPE PEROKOK
Menurut Silvan Tomkins (dalam Al Bachri,2001) ada 4 tipe perilaku
merokok berdasarkan Management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah
:
1.
Tipe
perokok
yang
dipengaruhi
oleh
positif.
Green
(dalam
Psychological
Factor
in
Smoking,
1978)
b.
c.
menyenangkan perasaan.
d.
2.
perasaan negatif, misalnya bila marah, cemas ataupun gelisah, rokok dianggap
sebagai penyelamat.
3.
4.
43
6.5
Nyeri Dada
Nyeri dada merupakan salah satu keluhan yang paling banyak dijumpai
pada ruang perawatan akut. Penyebab nyeri dada akut meliputi: kardiak,
gastroesofageal, muskuloskeletal, dan pulmonal. Penyakit jantung merupakan
salah satu penyebab kematian terbanyak di Amerika Serikat (Bernard et al.,
2004), oleh karena itu mengenali penyebab kardiak sangatlah penting pada
keadaan nyeri dada akut.
Walaupun demikian, patut diperhati-kan bahwa penyebab nonkardiak
pun dapat berakibat fatal.Walaupun teknologi kedokteran berkembang sangat
44
maju, anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti masih menjadi komponen
terpenting dalam mengevaluasi pasien dengan nyeri dada.
Karakterikstik nyeri, meliputi lokasi, durasi, radiasi, dan kualitas serta
gejala penyerta penting untuk ditelusuri.Artikel ini mendiskusikan tanda-tanda
klinis kunci yang dapat membantu membedakan penyebab utama nyeri dada
akut dengan penekanan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik (Braunwald et
al., 2001).
6.5.1
45
Stenosis Aorta
Penyebab stenosis aorta meliputi katup bikuspid kongenital, sklerosis
46
Kardiomiopati Hipertrofi
Hipertrofi
septum
interventrikel
pada
kardiomiopati
hipertrofi
Diseksi Aorta
Pasien diseksi aorta biasanya menge-luh nyeri dada hebat akut anterior
Perikarditis
Perikarditis bisa disebabkan oleh infeksi virus, tuberkulosis, penyakit
47
6.5.7
penyerta lain meliputi dispnea, lelah, dan palpitasi. Pasien akan merasakan nyeri
berkurang ketika terlentang. Pemeriksaan fisik me-nunjukkan adanya murmur
sistolik akhir di-dahului klik midsistolik yang jelas terdengar di apeks (McGinnis
dan Foege, 2003). Murmur bertambah keras bila pasien berdiri. Kebanyakan
pasien prolaps katup mitral adalah wanita kurus (Braunwald et al., 2001).
6.5.8
penelitian di Cina meneliti nyeri dada dari 2.209 penduduk. Hasil penelitian
menunjuk-kan nyeri dada terjadi pada 20,6% penduduk, dan 68% di antaranya
merupakan nyeri dada akut nonkardiak (Michael et al., 2004). Lebih dari
setengah pasien dengan nyeri dada nonkardiak merasa tidak yakin bahwa nyeri
dada mereka bukan berasal dari jantung.Selain itu kecemasan dari pasien ini
seringkali melebihi pasien dengan nyeri dada akut kardiak (Owens, 2006).
6.5.9
penyebab
nyeri
dada
nonkardiak
tersering,
mencapai
42%.
Penyakit
dengan
menelan.Pemeriksaan
fisik
menunjukkan
adanya
48
nyeri
dada
spasme
esofagus
tidak
dipengaruhi
oleh
juga
berkaitan
degan
infeksi
seperti
Candida
perforasi ulkus peptikum dapat menyerupai tanda dan gejala infark atau iskhemia
miokard inferior.Kondisi abdomen atas patut dipertimbang-kan sebagai salah
satu penyebab nyeri dada bawah. Tanda Murphy, yang merupakan tanda
kolesistitis akut, dapat diperlihatkan dengan menginstruksikan pasien menarik
nafas dalam sementara dokter melakukan palpasi daerah subkosta kanan.
49
Terhentinya
inspirasi
karena
nyeri
merupakan
hasil
positif
tanda
pankreatitis
akut.Pasien
perforasi
ulkus
peptikum
umumnya
nyeri pleura.Terminologi nyeri pleura meng-implikasikan nyeri yang berubahubah sesuai dengan siklus pernapasan (bertambah ketika inspirasi dan
berkurang ketika ekspirasi).Nyeri pleura bersifat tajam dan unilateral.Pleuritis
merupakan penyebab klasik yang menimbulkan nyeri pleura.Pleuritis disebabkan oleh inflamasi pleura akut.Pleuritis umumnya disebabkan oleh infeksi saluran
nafas bawah. Penyebab lain pleuritis adalah penyakit autoimun. Nyeri bersifat
tajam dan bertambah ketika batuk, menarik nafas dalam, atau bergerak. Pleural
friction rubbiasanya terdengar dengan auskultasi. Penyebab paru lain adalah
pneumothoraks spontan, emboli paru, pneumonitis, bronkitis, dan neoplasma
intratorakal (Braunwald et al., 2001).
Pneumothoraks spotan menghasilkan nyeri tajam yang menjalar ke
bahu ipsilateral.Pneumothoraks spontan dapat terjadi pada pasien dengan
penyakit paru seperti emfisema.Biasanya penyakit ini mengenai laki-laki tinggi,
kurus, dan perokok.Pemeriksaan fisik menunjukkan hilangnya suara nafas dan
hipersonor dari paru yang sakit (Braunwald et al., 2001).
Emboli paru dicurigai pada keadaan dispnea akut, nyeri dada pleura,
hipoksia berat, dan faktor risiko seperti riwayat operasi baru-baru ini, keganasan,
tirah baring lama, atau sikap hidup yang bermalas-malasan (Ronnie dan Tomas,
2008).Kebanya-kan
emboli
paru
berasal
dari
tromboemboli
ekstremitas
bawah.Stein et al. menemukan gejala paling umum yaitu dispnea (73%), nyeri
pleura (28%), hemoptisis (13%). Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya ronki
(51%) dan takikardia (30%) (Schlant et al., 2004).
6.7
NYERI SENDI
Definisi Rheumatik
50
rematik
meliputi
cakupan
luas
dari
penyakit
yang
dapat
digolongkan
dalam
golongan
ini
adalah
yang
berlokasi
pada
persendian
diantaranya
meliputi
arthritis
51
utama
poliartritis
progresif
dan
melibatkan
seluruh
organ
tubuh.Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya.Pasien dapat juga
menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
3. Olimialgia Reumatik
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan
kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu dan
panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 ke
atas.
4. Artritis Gout (Pirai)
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran
khusus, yaitu artritis akut.Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada
wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita
biasanya mendekati masa menopause.
Etiologi
Penyebab dari Reumatik hingga saat ini masih belum terungkap, namun
beberapa faktor resiko untuk timbulnya Reumatik antara lain adalah :
1. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan
adalah yang terkuat.Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat
dengan bertambahnya umur.Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak,
jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.hun
ke atas
2. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki
dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita
dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis
osteoartritis.
3. Genetik
52
Gangguan fungsi
g. Sendi berbunyi(krepitasi)
h. Sendi goyah
i.
53
j.
1. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk
osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan
bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi
ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik
dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau
menghentikan proses patologis osteoartritis.
2. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh
yang kurang baik.Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang
sakit.Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi
juga perlu diperhatikan.Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk
(pronatio).
3. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk
harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis.Penurunan berat badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
4. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena
sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu
pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin
orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali
keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
Pencegahan
Hindari kegiatan tersebut apabila sendi sudah terasa nyeri ,sebaiknya berat
badan diturunkan , sehingga bila kegemukanmengakibatkan beban pada sendi
lutut atau tulang pinggul terlalu berat.
Istirahat yang cukup pakailah kaus kaki atau sarung tangan sewaktu tidur pada
malam hari dan kurangi aktivitas berat secara perlahan lahan.
54
Hindari makanan dan segala sesuatu secara berlebihan atau terutaman segala
sesuatu yang mencetus reumatik. Kurangi makanan yang kaya akan purin
misalnya : daging , jeroan (seperti kikil), babat,usus,hati , ampela dan dll
6.8
KANKER PAYUDARA
Pengertian
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel
payudara
terentang
dari
sekitar
iga
kedua
sampai
55
56
Fisiologi payudara
Payudara
mengalami
tiga
perubahan
yang
dipengaruhi
hormon.Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause.Sejak pubertas
pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon
hipofise, telahmenyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan
kedua
adalah
perubahan
sesuai
dengan
daur
57
58
akut.Kulit
menjadi
merah,
panas,
edematoda,
dan
nyeri.Karsinoma ini menginfasi kulit dan jaringan limfe. Tempat yang paling sering
untuk metastase jauhadalah paru, pleura, dan tulang ( Price, 2006 ).
Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung
kejaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Bedah
dapatmendatangkan stress karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas
dan terhadap jiwa seseorang. Rasa nyeri sering menyertai upaya tersebut
pengalaman operatif di bagi dalam tiga tahap yaitu preoperatif, intra operatif dan
pos operatif.
Manifestasi Klinik
Pada stadium awal tidak ada keluhan sama sekali hanya seperti
fribroadenoma atau penyakit fribrokistik yang kecil saja,bentuk tidak teratur, batas
tidak tegas, permukaan tidak rata, konsistensi pada keras. Kanker payudara
dapat terjadi di bagian mana saja dalam payudara, tetapi mayoritas terjadi pada
kuadran atasterluar dimana sebagian besar jaringan payudara terdapat kanker
payudara umum terjadi pada payudara sebelah kiri.
Umumnya lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi dan keras dengan batas yang
tidak teratur, keluhan nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang
terjadi pada saat menstruasi biasanya berhubungan dengan penyakit payudara
jinak.Namun nyeri yang jelas pada bagian yang ditunjuk dapat berhubungan
dengan kanker payudara pada kasus yang lebih lanjut.
Meningkatnya penggunaan mammografi lebih banyak wanitayang
mencari bantuan medis pada penyakit tahap awal.Wanita wanita ini bisa saja
tidak mempunyai gejala dengan tidak mempunyai benjolan yang dapat diraba,
tetapi lesi abnormal dapat terdeteksi pada pemeriksaan mammografi.Metastasis
di kulit dapat dimanifestasikan oleh lesi yang mengalami ulserasi dan
berjamur.Tanda tanda dan gejala klasik inijelas mencirikan adanya kanker
payudara pada tahap lanjut. Namun indek kecurigaanyang tinggi harus
dipertahankan pada setiap abnormalitas payudara dan evaluasi segera harus
dilakukan( Smeltzer& Bare, 2002 )
59
60
pembedahan
ini
dilakukan
tindakan
pembedahan
HIPERTENSI
Etiologi
61
dihasilkan
oleh
kekuatan
jantung
ketika
memompa
adalah
tekanan
yang
lebih
tinggi
dari
140/90
mmHg
dan
Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada
setiap detiknya.
Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena
itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang
sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi
pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
atherosklerosis.
62
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh
meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Utara, U. S. (2010).
Faktor-faktor
yang
dapat
dimasukkan
sebagai
faktor
risiko
hipertensi adalah:
1. Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin
besarrisiko
terserang
hipertensi.Arteri
kehilangan
elastisitasnya
atau
63
dan
diet
vegetarian
pada
penderita
hipertensi
dapat
64
c. Mengonsumsi alkohol
Mengonsumsi tiga gelas atau lebih minuman berakohol perhari
meningkatkan risiko mendapat hipertensi sebesar dua kali.Bagaimana dan
mengapa alkohol meningkatkan tekanan darah belum diketahui dengan jelas.
Namun sudah menjadi kenyataan bahwa dalam jangka panjang, minum
minuman beralkohol berlebihan akan merusak jantung dan organ-organ lain.
Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto (2007), menunjukkan bahwa OR
hipertensi pada responden yang sering mengonsumsi alkohol (3 kali/ minggu)
jika dibandingkan dengan yang jarang mengonsumsi alkohol adalah 4,86.
6. Obesitas
Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengonsumsi makanan
yang mengandung tinggi lemak.Obesitas meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak
darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh.
Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi
meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri. (Utara, U.
S. (2010).
PATOFISIOLOGI
Hipertensi Pada Lansia Dimulai dengan atherosklerosis, gangguan
struktur anatomi pembuluh darah perifer yang berlanjut dengan kekakuan
pembuluh darah. Kekakuan pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan
kemungkinan pembesaran plague yang menghambat gangguan peredaran darah
perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung
bertambah berat yang akhirnya dekompensasi dengan peningkatan upaya
pemompaan jantung yang memberikan gambaran peningkatan tekanan darah
dalam sistem sirkulasi.
Tekanan darah tinggi biasa ditemui pada pasien yang sudah berusia
lanjut (lansia). Hal ini erat hubungannya dengan proses menua pada seseorang.
Di sini terjadi perubahan berupa berkurangnya elastisitas pembuluh darah,
sehingga terjadi kekakuan pembuluh darah.Keadaan ini diperberat dengan
terjadinya penimbunan lemak di lapisan dalam pembuluh darah.Tekanan darah
tinggi pada orang lansia yang sering tampak adalah bagian sistol, atau yang
terekam paling atas dari alat pengukur tekanan darah.
65
hipertensi
esensial,
diastolik
meninggi
saat
berdiri,
penurunan
adalah
penyakit
yang
biasanya
tanpa
gejala.Namun
66
Retina
merupakan
bagian
tubuh
yang
secara
langsung
bisa
Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial yaitu usaha pencegahan predisposisi terhadap
hipertensi, belum terlihat adanya faktor yang menjadi risiko hipertensi, contoh
adanya peraturan pemerintah membuat peringatan pada rokok, dengan
melakukan senam kesegaran jasmani untuk menghindari terjadinya hipertensi.
b.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer yaitu upaya awal pencegahan sebelum seseorang
menderita hipertensi, dimana dilakukan penyuluhan faktor-faktor risiko hipertensi
terutama pada kelompok risiko tinggi. Tujuan pencegahan primer adalah untuk
mengurangi insidensi penyakit dengan cara mengendalikan penyebab-penyebab
penyakit dan faktor-faktor risikonya. (Utara, U. S. (2010).
PENATALAKSANAAN HIPERTENSI PADA GERIATRI
Banyak penelitian menunjukkan bahwa pentingnya terapi hipertensi
pada lanjut usia; dimana terjadi penurunan morbiditas dan mortalitas akibat
penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler.Sebelum diberikan pengobatan,
pemeriksaan tekanan darah pada lanjut usia hendaknya dengan perhatian
khusus, mengingat beberapa orang lanjut usia menunjukkan pseudohipertensi
(pembacaan spigmomanometer tinggi palsu) akibat kekakuan pembuluh darah
yang berat. Khususnya pada perempuan sering ditemukan hipertensi jas putih
dan sangat bervariasinya TDS.
a.
hipertensi
lanjut
usia,
penurunan
TDDhendaknya
67
diajukan pada JNCVI dimana pengendalian tekanan darah (TDS<140 mmHg dan
TDD<90mmHg) tampaknya terlalu ketat untuk penderita lanjut usia. Sys-Eur trial
merekomendasikan penurunan TDS < 160 mmHg sebagai sasaran intermediet
tekanan darah, atau penurunan sebanyak 20 mmHg dari tekanan darah awal.
b.
lanjut
usia,
seperti
halnya
pada
semua
penderita,
sangat
garam,
mempertahankan
asupan
kalium
yang
adekuat,
Terapi farmakologis
Umur dan adanya penyakit merupakan faktor yang akan mempengaruhi
metabolisme dan distribusi obat, karenanya harus dipertimbangkan dalam
memberikan obat antihipertensi. Hendaknya pemberian obat dimulai dengan
dosis kecil dan kemudian ditingkatkan secara perlahan. Menurut JNC VI1 pilihan
pertama untuk pengobatan pada penderita hipertensi lanjut usia adalah diuretic
atau penyekat beta. Pada HST, direkomendasikan penggunaan diuretic dan
antagonis kalsium. Antagonis kalsium nikardipin dan diuretic tiazid sama dalam
menurunkan angka kejadian kardiovaskuler. (RA. Tuty Kuswardhani. (n.d.)
6.10
OBESITAS
Definisi Obesitas
Obesitas didefinisikan sebagai kandungan lemak berlebih pada jaringan
68
d. Faktor kesehatan
69
monoamine
oxidase
inibitors,
paroxetine,
mirtazapine)
dapat
Faktor perkembangan
Penambahan ukuran, jumlah sel-sel lemak, atau keduanya, terutama
yang terjadi pada pada penderita di masa kanak-kanaknya dapat memiliki sel
lemak sampai lima kali lebih banyak dibandingkan orang yang berat badannya
normal (Farida, 2009).
g. Aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab
utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas pada masyarakat.Orang yang
tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung
mengonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang
seimbang akan mengalami obesitas (Farida, 2009).
Patofisiologi Obesitas
Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan masukan dan keluaran kalori
dari tubuh serta penurunan aktifitas fisik (sedentary life style) yang menyebabkan
penumpukan lemak di sejumlah bagian tubuh (Rosen, 2008). Penelitian yang
dilakukan
menemukan
kekenyangan
seseorang
bahwa
diatur
pengontrolan
oleh
nafsu
mekanisme
makan
neural
dan
dan
tingkat
humoral
70
hormon
leptin
dan
insulin
yang
mengatur
penyimpanan
dan
71
72
sedangkan panggul diukur pada titik yang terlebar; lalu ukuran pinggang dibagi
dengan ukuran panggul (Arora, 2008).
Rasio Lingkar Pinggang (LiPi) dan Lingkar Panggul (LiPa) merupakan
cara sederhana untuk membedakan obesitas bagian bawah tubuh (panggul) dan
bagian atas tubuh (pinggang dan perut). Jika rasio antara lingkar pinggang dan
lingkar panggul untuk perempuan diatas 0.85 dan untuk laki-laki diatas 0.95
maka berkaitan dengan obesitas sentral / apple shapedd obesity dan memiliki
faktor resiko stroke, DM, dan penyakit jantung koroner. Sebaliknya jika rasio
lingkar pinggang dan lingkar panggul untuk perempuan dibawah 0,85 dan untuk
laki-laki dibawah 0,95 maka disebut obesitas perifer / pear shapedd obesity
(WHO, 2008)
1) Lingkar Pinggang
Lingkar pinggang adalah salah satu indikator untuk menentukan jenis
obesitas yang diperoleh melalui hasil pengukuran panjang lingkar yang diukur di
antara crista illiaca dan costa XII pada lingkar terkecil, diukur dengan pita
meteran non elastis (ketelitian 1 mm). Pada penelitian lain yang dilakukan Wang
et al. (2005), ukuran lingkar pinggang yang besar berhubungan dengan
peningkatan faktor risiko terhadap penyakit kardiovaskular karena lingkar
pinggang dapat menggambarkan akumulasi dari lemak intraabdominal atau
lemak visceral. Berikut adalah teknik pengukuran lingkar pinggang menurut
Riskesdas 2013:
Responden diminta dengan cara yang santun untuk membuka pakaian bagian
atas atau menyingkapkan pakaian bagian atas dan raba tulang rusuk terakhir
responden untuk menetapkan titik pengukuran.
Tetapkan titik tengah di antara diantara titik tulang rusuk terakhir titik ujung
lengkung tulang pangkal paha/panggul dan tandai titik tengah tersebut dengan
alat tulis. Minta responden untuk berdiri tegak dan bernafas dengan normal
(ekspirasi normal).
73
Pita pengukur tidak boleh melipat dan ukur lingkar pinggang mendekati angka
0,1 cm.
2) Lingkar Panggul
Lingkar panggul juga merupakan salah satu indikator untuk menentukan
jenis obesitas yang diperoleh melalui hasil pengukuran panjang lingkar maksimal
dari pantat dan pada bagian atas simphysis ossis pubis. Lingkar panggul yang
besar (tanpa menilai IMT dan lingkar pinggang) memiliki risiko diabetes melitus
dan penyakit kardiovaskular yang lebih rendah dibandingkan dengan obesitas
apple shaped (Oviyanti, 2010). Berikut adalah teknik pengukuran lingkar
pinggang menurut Riskesdas 2013:
Responden diminta berdiri tegap dengan kedua kaki dan berat merata pada
setiap kaki.
Posisikan pita ukur pada lingkar maksimum dari bokong, untuk wanita biasanya
di tingkat pangkal paha, sedangkan untuk pria biasanya sekitar 2 - 4 cm bawah
pusar.
74
76
d. Terapi perilaku
Untuk mencapai penurunan berat badan dan mempertahankannya,
diperlukan suatu strategi untuk mengatasi hambatan yang muncul pada saat
terapi diet dan aktifitas fisik.Strategi yang spesifik meliputi pengawasan mandiri
terhadap kebiasaan makan dan aktifitas fisik, manajemen stress, stimulus
control, pemecahan masalah, contigency management, cognitive restructuring
dan dukungan sosial (Sugondo, 2008).
e. Farmakoterapi
Farmakoterapi merupakan salah satu komponen penting dalam program
manajemen berat badan.Sirbutramine dan orlistat merupakan obat-obatan
penurun
berat
badan
yang
telah
disetujui
untuk
penggunaan
jangka
berat
badan
dan
mempertahankannya.Orlistat
menghambat
Pembedahan
Tindakan pembedahan merupakan pilihan terakhir untuk mengatasi
obesitas.Pembedahan dilakukan hanya kepada penderita obesitas dengan IMT
40 atau 35 kg/m2 dengan kondisi komorbid. Bedah gastrointestinal (restriksi
gastrik/ banding vertical gastric) atau bypass gastric (Roux-en Y) adalah suatu
intervensi penurunan berat badan dengan resiko operasi yang rendah (Sugondo,
2008).
77
6. 11
Diabetes Melitus
Pengertian
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik
78
terjadi
peningkatan
sekresi
beberapa
hormone
yang
Karena obat atau zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid,
hormon tiroid, diazoxic,agonis adrenergic, tiazid, dilantin, interferon alfa, dan
lainnya.
79
Sindroma genetik lain : sindrom down, sindrom klinefilter, sindrom turner, sindrom
wolframs, ataksia friedriechs, chorea Huntington, sindrom Laurence/moon/biedl,
distrofi miotonik,porfiria, sindrom pradelwilli, dan lainnya (ADA, 2005)
Patofisiologi Diabetes Melitus
Menurut Brunner & Sudddart (2002) patofisiologi terjadinya penyakit
diabetes mellitus tergantung kepada tipe diabetes yaitu :
1) Diabetes Tipe I
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah
dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa
tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan
rasa haus (polidipsi).
2) Diabetes Tipe II
Resistensi insulin menyebabkan kemampuan insulin menurunkan kadar
gula darah menjadi tumpul. Akibatnya pankreas harus mensekresi insulin lebih
banyak untuk mengatasi kadar gula darah. Pada tahap awal ini, kemungkinan
individu tersebut akan mengalami gangguan toleransi glukosa, tetapi belum
memenuhi kriteria sebagai penyandang diabetes mellitus. Kondisi resistensi
insulin akan berlanjut dan semakin bertambah berat, sementara pankreas tidak
mampu lagi terus menerus meningkatkan kemampuan sekresi insulin yang
cukup untuk mengontrol gula darah. Peningkatan produksi glukosa hati,
penurunan pemakaian glukosa oleh otot dan lemak berperan atas terjadinya
hiperglikemia kronik saat puasa dan setelah makan. Akhirnya sekresi insulin oleh
80
beta sel pankreas akan menurun dan kenaikan kadar gula darah semakin
bertambah berat.
3) Diabetes Gestasional
Terjadi
pada
wanita
yang
tidak
menderita
diabetes
sebelum
kehamilannya.Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormonehormon plasenta. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita
yang menderita diabetes gestasional akan kembali normal(Brunner & Suddarth,
2002).
Gejala
Gejalaawalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula
darah yang tinggi.Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka
glukosa akan sampai ke air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan
membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang
hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan,
maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri).
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan
sehingga banyak minum (polidipsi).Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air
kemih, penderita mengalami penurunan berat badan.Untuk mengkompensasikan
hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak
makan (polifagi).
Dengan memahami proses terjadinya kelainan pada diabetes melitus
tersebut diatas, mudah sekali dimengerti bahwa pada penderita diabetes melitus
akan terjadi keluhan khas yaitu lemas, banyak makan, (polifagia) , tetapi berat
badan menurun, sering buang air kecil (poliuria), haus dan banyak minum
(polidipsia). Penyandang diabetes melitus keluhannya sangat bervariasi, dari
tanpa keluhan sama sekali, sampai keluhan khas diabetes melitusseperti
tersebut diatas. Penyandang diabetes melitus sering pula datang dengan
keluhan akibat komplikasi seperti kebas, kesemutan akibat komplikasi saraf,
gatal dan keputihan akibat rentan infeksi jamur pada kulit dan daerah khusus,
serta adapula yang datang akibat luka yang lama sembuh tidak sembuh
(Sarwono, 2006).
Diagnosis
81
82
retinopati, retina mendapatkn makanan dari banyak pembuluh darah kapiler yang
sangat kecil. Glukosa darah yang tinggi bisa merusak pembuluh darah retina.
katarak, lensa yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi keruh
sehingga menghambat masuknya sinar dan makin diperparah dengan adanya
glukosa darah yang tinggi.
d.
Penyakit jantung
Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan
penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh
darah.Akibatnya suplai darah ke otot jantung berkurang dan tekanan darah
meningkat.
e.
Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang menimbulkan keluhan yang
dramatis seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal.Namun, harus diingat
hipertensi dapat memicu terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan
ginjal, atau stroke.Risiko serangan jantung dan stroke menjadi dua kali lipat
apabila penderita diabetes juga terkena hipertensi.
f.
terasa sama sekali. Bila diabetes berlangsung selama 10 tahun lebih, sepertiga
pria dan wanita dapat mengalami kelainan ini.Dan apabila ditemukan PVD
disamping diikuti gangguan saraf atau neuropati dan infeksi atau luka yang sukar
sembuh, pasien biasanya sudah mengalami penyempitan pada pembuluh darah
jantung.
g.
ASMA
Definisi Asma
Menurut Nelson (2007) asma didefinisikan sebagai penyakit inflamasi
kronis yang terjadi di salur pernafasan sehingga menyebabkan penyempitan
pada salur pernafasan tersebut.Asma merupakan sindrom yang kompleks
dengan karakteristik obstruksi jalan nafas, hiperresponsif bronkus dan inflamasi
pada salur pernafasan (Busse dan Lemanske, 2001). Asma menyerang kesemua
bangsa dan etnik di seluruh dunia dan pada semua peringkat usia, dengan
prevalensi anak laki-laki lebih banyak berbanding anak perempuan dan setelah
pubertas, asma lebih banyak menyerang wanita berbanding pria (Fanta, 2009).
Patogenesis Asma
Asma secara konsistennya berhubungan dengan lokus yang pro-alergik
dan proinflamatori.Sel inflamatori bisa menginflitrasi dan menyumbat salur
pernafasan sehingga mengakibatkan kerusakan pada epitel dan deskuamasi
pada lumen salur pernafasan.Inflamasi yang terjadi menyebabkan salur
pernafasan menjadi hiperresponsif yaitu cenderung untuk berkonstriksi apabila
terpapar kepada alergen.Batuk, rasa sesak di dada dan mengi adalah akibat dari
obstruksi bronkus yang didasari oleh inflamasi kronik danhiperaktivitas bronkus.
Penyempitan saluran napas yang terjadi pada pasien asma merupakan
suatu hal yang kompleks.Hal ini terjadi karena lepasnya mediator dari sel mast
yang banyak ditemukan di permukaan mukosa bronkus, lumen jalan napas dan
84
inflamasi
secara
langsung
maupun
tidak
langsung
85
Klasifikasi Asma
a. Asma saat tanpa serangan
Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) mengklasifikasikan derajat asma
menjadi:
b.
Asma persisten
Asma saat serangan
Global Initiative for Asthma (GINA) membuat pembagian derajat
serangan asma berdasarkan gejala dan tanda klinis, uji fungsi paru, dan
pemeriksaan laboratorium. Derajat serangan menentukan terapi yang akan
diterapkan. Klasifikasi tersebut meliputi asma serangan ringan, asma serangan
sedang dan asma serangan berat.
Manifestasi klinis asma
Batuk kering yang intermitten dan mengi merupakan gejala kronis yang
sering dikeluhkan pasien.Pada anak yang lebih tua dan dewasa mengeluhkan
sukar bernafas dan terasa sesak di dada.Pada anak yang lebih kecil sering
merasakan nyeri yang nonfokal di bagian dada.Simptom respiratori ini bisa lebih
parah pada waktu malam terutamanya apabila terpapar lebih lama dengan
alergen.Orang tua sering mengeluhkan anak mereka yang asma mudah letih dan
membatasi aktivitas fisik mereka (Nelson, 2007).
Manakala menurut Boguniewicz (2007), mengi merupakan karakteristik
yang utama pada pasien asma. Jika bronkokonstriksi bertambah parah, suara
mengi akan lebih jelas kedengaran dan suara pernafasan menghilang.
Menurutnya lagi, sianosis pada bibir dan nail beds akan terlihat disebabkan oleh
hipoksia. Takikardia dan pulsus paradoxus juga bisa terjadi.Agitasi dan letargi
merupakan tanda-tanda permasalahan pada pernafasan. Menurut Abbas et al
(2007), pada pasien asma terjadi peningkatan produksi mukus. Hal ini dapat
menyebabkan obstruksi bronkus dan pasien mengeluhkan sukar bernafas.
Kebanyakan dari penderita asma juga mengalami alergi rinitis dan
eksema (Sheffer, 2004).Alergi rinitis merupakan inflamasi pada mukosa nasal
yang
ditandai
dengan
nasal
kongesti,
rinorea,
bersin
dan
iritasi
86
87
bekerja
dengan
cara
menghambat
fosfodiesterase
seterusnya
88
BAB 7
PLAN OF ACTION
7.1
kegiatan intervensi pada Kecamatan Dampit, ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Health Problem
Di dapatkan Penyakit Tidak
Goal
Menurunkan angka kejadian
tahunnya
oleh
kesadaran
karena
kurangnya
masyarakat
tentang
7.2
risiko
berdasarkan
H.L Blum
yang
mungkin
Objektif
Determinan
Perilaku
Dimodifikasi
Kurangnya
kesadaran
Kesehatan
masyarakat
mengenai
pentingnya
pencegahan
menular.
menular
aktif
deteksi
penyakit
dengan
dalam
POSBINDU
dini
dan
tidak
berkontribusi
pelaksanaan
PTM
hingga
tahun.
Mendirikan POSBINDU PTM di
liku
dan
membuat
bebatuan
sulitnya
akses
dan
memotivasi
masyarakat
89
masyarakat
untuk
ke
puskesmas
Pelayanan
Kurangnya
jumlah
Kesehatan
POSBINDU PTM
Genetik
waktu 1 tahun.
-
7.3
Contributing
Sub Objektif
Factor
Kurangnya
Predisposing:
pengetahuan kader
anggapan
kader
desa kesehatan
desa
pentingnya
kesehatan
kecamatan
Dampit
mengenai
pentingnya
dini
pencegahan
penyakit
mengenai
deteksi
Meningkatkan pengetahuan
dini
deteksi pencegahan
dan
penyakit
setelah
terlaksananya
program.
kurangnya
informasi
menular.
pemberian
dari
nakes
adanya
bersedia
dan
pencegahan
Kurangnya
Meningkatkan pengetahuan
pengetahuan
masyarakat
masyarakat
dini
pencegahan
menular
kecamatan
mengenai
pentingnya
Dampit
dan
deteksi penting
setelah
mengenai
sebesar
80
telaksananya
Enabling:
90
dini
dan kurangnya
pencegahan
penyakit
informasi
tidak
menular.
pemberian
dari
program.
nakes
dan
pencegahan
Amadanom,
Srimulyo,
Sekunder
Amadanom,
Srimulyo,
Bumirejo,
Tersier
pada
enam
Amadanom,
dan perangkat
desa
(Dampit,
Srimulyo,
Bumirejo,
7.5
Metode
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, kami menyusun
91
Posbindu PTM kepada kader dan tokoh masyarakat. Kegiatan ini berupa
peresmian pembentukkan Posbindu PTM pada enam desa (Dampit, Amadanom,
Srimulyo,
Bumirejo,
Baturetno,
Sukodono)
serta
untuk
pertama
kali
Timeline Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan pada tanggal 25,26 dan 29
November 2016.
Tanggal
25 Oktober 2016
Rencana kegiatan
MADU RASA
92
1. Registrasi
2. Pembukaan
3. Sambutan Kepala
Dampit
4. Pengisian pre test
5. Materi
penyuluhan
Puskesmas
tentang
(Hipertensi,
Diabetes
26 Oktober 2016
lembar balik
9. Pengumuman hasil pre terbaik
10. Penutupan + konsumsi
MADU PEKAD
1.
2.
3.
4.
Registrasi
Pembukaan
Pengisian post test
Demo Posbindu PTM dari meja 1
sampai 5
5. Simulasi Posbindu PTM dari meja
29 Oktober 2016
1 sampai 5
6. Pengumuman hasil post terbaik
7. Penutupan + konsumsi
MADU DESA
1. Registrasi
2. Pembukaan
3. Sambutan Kepala
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Puskesmas
Dampit
Sambutan tokoh masyarakat
Senam sehat
peresmian POSBINDU
Pembagian doorprize
Penutupan
Acara
POSBINDU
PTM
pembagian konsumsi
93
7.7
Sistem Evaluasi
94
Jenis
Kriteria Indikator
Targe
Indikator
Metode Pengukuran
t
(
1 MADU
RASA
(Mari Proses
dengan
%)
80
30
% kehadiran kader
% antusiasme dan keaktifan peserta
Presensi
Jumlah
yang
Posbindu
PTM
100
penyuluhan
Jumlah
yang
Impact
Outcome
% peningkatan pengetahuan
% kepuasan peserta
% penurunan angka kejadian penyakit tidak
bertanya
dibuat
50
80
30
disampaikan
Pre test
Kuesioner
Survey, pencatatan
80
Jumlah
kader
saat
materi
dan
PEKAD
(Mari Proses
% jumlah kader
Impact
pemahaman
pencegahan
mengenai
penyakit
tidak
deteksi
dini
menular
dan
melalui
00
100
kader
yang
mendaftar
1 Jumlah
kader
yang
95
80
survey
80
70
presensi
Jumlah kader dan tokoh
DESA
(Mari Proses
Deteksi
Awal)
masyarakat
yang
Impact
80
Outcome
penyuluhan
% penurunan angka kejadian penyakit tidak
80
Survey
aktif
96
BAB 8
HEALTH PROMOTION OF ACTION
N
o
Tenaga
Kegiatan
Tujuan
Sasaran
Metode
Lokasi
Pelaksa
Waktu
Dana
naan
Persiapan
1 Persiapan
Mendapatkan
data Tata
sekunder
dari Puskesmas
pembuatan
proposal
pengumpulan data
primer
dan
data
sekunder
Mengetahui
Usaha Mengumpulkan
Dampit
profil
Puskesmas Dampit
data
PKM Dampit
DM
DM
gg II
dari
puskesmas
kemudian
diolah
Mengetahui
permasalahan
Puskesmas
2 Pembuatan
.
proposal
Membagi
kerja operasional
untuk
merancang
gg II
pembuatan
proposal diagnosa
komunitas
3 Melakukan Survey - Mendapatkan data Tenaga kesehatan -memberikan
.
primer
(Dampit,
beberapa
Amadanom,
kesehatan
kuisoner
tenaga
dan
Posyandu tiap DM
dengan desa
di
g 50.000
g II-III
kesehatan kecamatan
masyarakat Dampit
97
tiap
desa
Sukodono)
(Dampit,
di
Amadanom,
Kecamatan Dampit
Srimulyo, Bumirejo,
Baturetno,
Sukodono)
di
Kecamatan Dampit.
Pelaksanaan
1 MADU RASA (Mari Memberi
Dukung
pengarahan
desa)
- 35 kader
penyuluhan :
kader - Deteksi dini dan
dengan pencegahan
Posbindu PTM
penyakit
1. Absensi
Ruang
2. Pre-test
Puskesmas
3. Presentasi
Dampit
4.
tidak
Diskusi
Rapat DM
Mgg V
100.000
Mgg V
200.000
dan
tanya jawab
menlar
5. Buku Panduan
- Pengertian, tanda-
Posbindu PTM
tidak
menular,
PEKAD Mengajarkan
Dukung kepada
Kader mengenai
35 kader
kader
aplikasi
1. Absensi
Ruang
2. Presentasi
Puskesmas
3.
Diskusi
Rapat DM
dan Dampit
98
Desa)
Posbindu PTM
dan
tanya jawab
pencegahan
penyakit
4.
tidak
alat-alat
digunakan
untuk
pelaksanaan
1 sampai 5
Posbindu
(KMS
yang
PTM
Posbindu,
timbangan
badan,
berat
meteran,
tensimeter, lembar
balik, leaflet, buku
makanan sehat dan
buku
pencatatan
hasil
KMS
Posbindu)
4. Post Test
Pengaplikasian
Dukung
Awal)
dengan memberikan
Posbindu PTM
pemaparan tentang
Posbindu
PTM
30
masyarakat
tokoh
Balai
DM
Mgg V
650.000
alat- Kelurahan
alat
yang Dampit
digunakan
untuk
99
tokoh masyarakat.
pelaksanaan
Posbindu
(KMS
PTM
Posbindu,
timbangan
badan,
berat
meteran,
tensimeter, lembar
balik, leaflet, buku
makanan sehat dan
buku
pencatatan
hasil
KMS
Posbindu)
Evaluasi
1 Evaluasi
.
Meningkatnya
kader
desa
Penduduk
pengetahuan kader
dan
masyarakat
desa yang
mengenai
pentingnya
dini
deteksi
dan
berumur
rentang 1560 tahun
pencegahan
penyakit
tiap Evaluasi
tidak
Posbindu PTM
ke Pada
enam DM
desa yang di
gagas
Mgg
VII
untuk
dilakukan
pembentukkan
Posbindu
PTM,
yaitu
desa : Dampit,
100
menular.
-
LPJ
mengurangi
Srimulyo,
prevalensi penyakit
Bumirejo,
Baturetno,
kecamatan Dampit.
Melaporkan
hasil Kepala
kegiatan
3
.
Amadanom,
LPJ
Melaporkan
kegiatan
Presentasi
Puskesmas
Dampit
hasil Pembimbing DM
Sukodono
Puskesmas
DM
Dampit
Presentasi
FK UB
M
gg VII
DM
Mgg
VIII
101
BAB 9
EVALUASI PELAKSANAAN HEALTH PROMOTION
PROMOTION
Tabel 9.1 Sistem Evaluasi Program
N Kegiatan
o
Jenis
Kriteria Indikator
Target
Indikator
1 MADU RASA
Proses
(MAri
Metode
Pelaksanaan
Pencapaian
( Pengukuran
%
kehadiran
%)
100
(%)
presensi
peserta kader
DUkung
100
35
pengaRahan
kAder deSA)
% keaktifan peserta
20%
kader
Jumlah
yang
dan
kader
bertanya
menjawab
pertanyaan
saat
penyuluhan
menjawab
pertanyaan
28,57
yang
bertanya
mengenai
materi
yang
100
tersampaikan
Impact
peningkatan
80
Jumlah
materi
disampaikan
dokter muda
dengan alokasi
pengetahuan
kepuasan
100
95,71
peserta kader
102
80
Kuesioner
100
Outcome
%kader mengetahui
80
tanda-tanda
Survey,
pencatatan
penyakit PTM
Dalam kegiatan ini, tidak ada masalah selama acara berlangsung. Berikut adalah pertanyaan yang diajukan peserta kader pada
saat sesi diskusi:
1. Apa saja tanda-tanda penyakit kencing manis dan tekanan darah tinggi?
2. Bagaimana cara mencegah masing-masing penyakit yang telah dijelaskan didepan ? (masing-masing kader menjawab dan
tunjuk jari)
3. Mengapa PTM itu penting ?
N Kegiatan
Jenis
Kriteria Indikator
Target
Metode
Pelaksanaan
Pencapaian
103
Indikator
2 MADU
pelatihan
PEKAD (MAri
( Pengukuran
% jumlah peserta
%)
100
kader
Jumlah
kader
yang mendaftar
Jumlah
peserta
mengikuti
pelatihan
kader
yang
adalah
35
DUkung
PElatihan
awal,
KAder Desa)
terdiri atas
100
7 kelompok
100
pelatihan kader
Jumlah
yang
kader
melakukan
pelatihan sesama
100
kader
Impact
kader
bisa
90
melakukan
Melihat langsung
ke
pemeriksaan
PTM
secara mandiri
melakukan
pemeriksaan
secara
100
mandiri
dimasing-masing
Outcome
meja posbindu
Survey
desa
mempraktekkan ke
sukodono
sukodono,
masyarakat
nov 2016
kader
langsung
yang
sesuai
80
tgl
telah
100
menjalan
desa
masing-
masing
3 MADU DESA
proses
% jumlah kader
100
diberikan
Jumlah kader yang hadir dan
Presensi
(MAri
Dukung
DEtekSi
acara)
Jumlah undangan
50 dari 65
undangan
hadir
Awal)
untuk
85,71
76,92
dalam
antusiasme
90
kader
kader
dampit
10 kader dalam mempraktekkan
aktif
berkontribusi saat
Jumlah
yang
penyuluhan
100
pelatihan
penjelasan lembar
balik
Impact
kader
yang
80
Survey, observasi
mampu melakukan
100
sosialisasi/penyuluh
an
Outcome
Terdapat
data
kesehatan
yang
ada
Survey
ada
lengkap
mengenai
penyakit
yang
pernah
dialami
kader
106