Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit penyebab kematian
terbanyak di Dunia. Menurut World Health Organization (WHO) dalam data
Global Health Observatory (GHO) kematian akibat Tuberkulosis terjadi pada 17
individu per 100.000 populasi. Sekitar 9,6 juta orang didiagnosis Tuberkulosis
dan 480.000 orang menderita Tuberkulosis Resistan Obat (TB-RO) di seluruh
dunia pada tahun 2014. Sementara di Indonesia jumlah kasus baru TB sebanyak
420.994 kasus pada tahun 2017 dengan Case Detection Rate (CDR) yang hanya
42,4%. Hal lain yang menjadi perhatian di Indonesia adalah masih terdapatnya
gap antara angka keberhasilan dan angka kesembuhan TB, dari 85,1% pasien TB
dengan pengobatan lengkap (angka keberhasilan) hanya 42,0% pasien yang
dinyatakan sembuh (angka kesembuhan).1,2,3
Eradikasi TB merupakan salah satu poin dalam Sustainable Development
Goals (SDGs) poin nomor 3 yaitu “Good Health and Well-Being” yang juga
dijadikan komitmen pemerintah dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia
nomor 59 tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan. Pada SDGs disebutkan bahwa epidemi TB diharapkan dapat
diakhiri pada tahun 2030. Sementara WHO dalam EndTB strategy menargetkan
penurunan sebanyak 90% pada insidensi TB dibanding pada tahun 2015.2,4
Terdapat tiga pilar dalam EndTB strategy untuk dapat menurunkan insiden
TB maupun mortalitas pada pasien TB. Pilar pertama yaitu perawatan dan
pencegahan TB yang terintegrasi dan berpusat pada pasien, menitikberatkan pada
diagnosis awal dan pemeriksaan sensitivitas obat, terapi dan pendampingan
pasien, terapi pencegahan untuk orang dengan risiko tinggi serta kolaborasi
aktivitas TB/HIV dan tatalaksana komorbiditas. Pilar kedua adalah kebijakan
yang berani serta sistem pendukung, pilar ini membutuhkan partisipasi intens
antara pemerintah, komunitas dan sektor swasta. Sementara pilar ketiga
menekankan pada penelitian dan inovasi.2

9
Melihat besarnya masalah yang telah disebutkan sebelumnya, program TB
yang terintegrasi dan berpusat pada masyarakat sangat diharapkan untuk ada pada
setiap fasilitas kesehatan primer terutama pada Puskesmas. Untuk mendukung
program prioritas pemerintah dan tujuan global untuk mengeradikasi TB, dokter
internsip puskesmas cisaat berkomitmen untuk membuat sebuah proyek berbasis
masyarakat yang dapat membantu dalam upaya promotif dan preventif.

1.2 Gambaran Umum Puskesmas


1.2.1 Sejarah Puskesmas Cisaat
Puskesmas Cisaat secara geografis terletak di Kabupaten Sukabumi
Kecamatan Cisaat. Puskesmas Cisaat berdiri sejak Tahun 1975 bertempat di alun
– alun Cisaat yang sekarang di pakai oleh kantor Kecamatan Cisaat Kabupaten
Sukabumi, dimana pada waktu itu Puskesmas di pimpin oleh Bapak Alpius,
kemudian pindah ke jalan Gelanggang Pemuda Cisaat pada tahun 1981 dengan
wilayah binaan sebanyak 17 Desa, selama kurun waktu berjalan sampai saat ini
Puskesmas Cisaat telah beberapa kali berganti pmpinan, Alpius 1975 – 1981, dr.
Leni 1981 – 1983, dr. Ubed 1983 – 1985, dr.H. Buhono Thahadibrata, M.Kes
1986 – 1989, dr.Hj.Ellyanora Son 1989 – 1999, dr.Hj. Adrialty 1999 – 2003, drg.
Sri Handayani 2003 – 2014, H. Maman Surahman, S.Pd.SKM.MM. 2014 –
Agustus 2018, dr. Aria Firmansyah, Agustus 2018 – Sekarang. Kemudian dengan
berjalannya waktu Puskesmas Cisaat juga terjadi pemekaran menjadi 3
Puskesmas.
1. Puskesmas Cibolang
2. Puskesmas Selajambe
3. Puskesmas Cisaat
Puskesmas Cisaat pada awalnya merupakan Balai Pengobatan yang
memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat Kecamatan Cisaat.
Terletak di Komplek Gelanggang Olah Raga Cisaat, Wilayah kerja Puskesmas
Cisaat mencakup 6 desa yaitu desa Cisaat, desa Sukamanah, desa Cibatu, desa
Sukassari, desa Nagrak, desa Sukaresmi.

10
1.2.2 Visi dan Misi Puskesmas
1. Visi
“Terwujudanya pusat kesehatan yang berkualitas dan mandiri”
2. Misi
1) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkeaadilan
2) Meningatkan kapasitas sumber daya manusia yang berdaya saing
3) Meningkatkan penata kelolaan puskesmas secara tepat guna dan mandiri
4) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat, kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan pihak swasta.

1.3 Letak Geografis Puskesmas


Puskesmas Cisaat secara geografis terletak di Kabupaten Sukabumi
Kecamatan Cisaat. Terletak di Komplek Gelanggang Pemuda Cisaat, Puskesmas
Cisaat berada diwilayah kerja Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi yang
berbatasan dengan Kota Sukabumi, dengan luas wilayah kerja 927.182 km2 .
Batas wilayah kerja Puskesmas:
 Sebelah Utara : Puskesmas Kadudampit
 Sebelah Selatan : Puskesmas Cibolang
 Sebelah Timur: Puskesmas Cipelang Kota Sukabumi
 Sebelah Barat : Puskesmas Selajambe

1.4 Wilayah Kerja Puskesmas


Wilayah kerja Puskesmas Cisaat terletak pada ketinggian kurang lebih 600
m di atas permukaan laut dan berjarak 68 Km dari pusat kota Kabupaten
(Palabuhan Ratu) yang mencakup 6 desa (Gambar 2.3) yaitu desa Cisaat dengan
luas wilayah 125,130 km2, Desa Sukamanah 103,530 km2, Desa Cibatu 168,000
km2, Desa Sukasari 171,000 km2, Desa Nagrak 110,170 km2 dan Desa Sukaresmi
295,000 km2 . (Tabel 2.1)

11
Gambar 1.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas

LUAS JUMLAH JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN


DESA WILAYAH PENDUDUK RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK
(km2) TANGGA TANGGA per km2

Cisaat 125,130.00 9,697 1,992 4.87 0.08


Sukamanah 103,530.00 9,833 2,615 3.76 0.09
Cibatu 168,000.00 10,540 2,416 4.36 0.06
Sukasari 171,000.00 9,520 2,428 3.92 0.06
Nagrak 110,170.00 10,044 2,527 3.97 0.09
Sukaresmi 295,000.00 15,227 3.796 3,98 0,05
JUMLAH 972.830,00 64,861 15,833 4.10 0.07
Tabel 1.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, RT/RW, Rata-rata Jiwa/RT dan
Kepadatan Pernduduk per km2 di Wilayah Kerja Di Puskesmas Cisaat
Tahun 2018

12
1.5 Program Pokok Puskesmas
Upaya kesehatan secara umum terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya
kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP). Upaya
kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan
atau masyarakat serta swasta, untukmemelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan.
Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya promosi kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan dan rawat inap, rehabilitasi
kecacatan terhadap perorangan.
Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah
kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat terbagi menjadi dua yaitu,
upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan.
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya
tingkat tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan
wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah
Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
1. Upaya Kesehatan Ibu dan Kesehatan Anak (KIKA) serta keluarga berencana
(KB)
2. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
3. Upaya Kesehatan Lingkungan
4. Promosi Kesehatan
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan tidak menular
(PM dan PTM).
6. Upaya Pengobatan Dasar
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang

13
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan
dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yakni:
1. Upaya Kesehatan Tradisional
2. Upaya Kesehatan Olahraga
3. Upaya Kesehatan Kerja
4. Upaya Kesehatan Lansia
5. Upaya Kesehatan Sekolah
6. Upaya Kesehatan Gigi

1.6 Program TB di Puskesmas Cisaat

Gambar 1.2 Peta Mapping Wilayah dan Masalah Kesehatan


Puskesmas Cisaat
Program tuberkulosis di Puskesmas dan semua Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) dilaksanakan dengan azas desentralisasi dalam kerangka otonomi
daerah yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi serta
menjamin ketersediaan sumber daya.
Salah satu strategi utama dalam manajemen tuberkulosis adalah Directly
Observed Treatment, Short-course (DOTS) atau strategi pengawasan langsung

14
pengobatan jangka pendek. Strategi DOTS adalah strategi pengobatan yang
komprehensif yang digunakan oleh pelayanan kesehatan primer di dunia untuk
mendeteksi dan menyembuhkan penderita TB paru. Strategi ini merupakan suatu
pengawasan langsung menelan obat jangka pendek setiap hari oleh pengawas
minum obat (PMO). Di Puskesmas Cisaat sendiri strategi pengawasan minum
obat sudah di berlakukan pada penderita tuberkulosis.
Di Puskesmas Cisaat cakupan pelayanan kesehatan orang terduga TB sudah
mencapai 100% pada tahun 2018, angka yang sama juga tercapai pada cakupan
pengobatan semua kasus TB, dan angka keberhasilan pengobatan pasien TB
semua kasus sudah mencapai 95%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional
yang hanya mencapai 85,1% pada tahun 2017.
Penanggulangan TB di Indonesia menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 diselenggarakan melalui kegiatan
promosi kesehatan, surveilans TB, pengendalian faktor risiko, penemuan dan
penanganan kasus TB, pemberian kekebalan dan pemberian obatt pencegahan.
Dari narasi ini dapat dilihat bahwa untuk mendukung keberhasilan
penanggulangan TB tidak terbatas pada cakupan instrumen Penilaian Kinerja
Puskesmas (PKP) saja tetapi banyak hal lain yang juga penting. Sebagai contoh,
di Puskesmas Cisaat belum terdapat kegiatan promosi kesehatan yang melibatkan
masyarakat, belum lagi penemuan kasus TB baru yang masih belum memiliki
program yang sistematik dan enrolment pengobatan pencegahan dengan isoniazid
yang masih nol.

1.7 Identifikasi Masalah


1. Bagaimana pengawasan pengobatan pasien tuberkulosis di lingkungan
Puskesmas Cisaat?
2. Bagaiaman penjaringan aktif kasus baru tuberkulosis di lingkungan
Puskesmas Cisaat?
3. Bagaimana tingkat enrollment pengobatan pencegahan dengan
isoniazid pada balita risiko tinggi di lingkungan Puskesmas Cisaat?

15
4. Bagaimana keterlibatan masyarakat terhadap pencegahan dan
pengawasan tuberkulosis?
5. Apakah terdapat buku kontrol pengobatan bagi pasien TB di
lingkungan Puskesmas Cisaat?

1.8 Tujuan Kegiatan


1. Menyusun buku saku pengobatan pasien tuberkulosis untuk
meningkatkan pengawasan pengobatan pasien tuberkulosis.
2. Melakukan pelatihan kepada kader untuk melibatkan masyarakat
dalam pengawasan pengobatan pasien tuberkulosis, penjaringan aktif
kasus baru dan peningkatan enrollment pengobatan pencegahan
dengan isoniazid.

1.9 Manfaat Kegiatan


1. Manfaat kegiatan ini bagi penyusun selain merupakan salah satu
bagian dari Program Dokter Internsip yang diselenggarakan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kegiatan ini juga
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dokter internsip
Puskesmas Cisaat dalam bidang kesehatan masyarakat dan project
management sehingga diharapkan di masa depan dapat menjadi agent
of change di masyarakat.
2. Bagi masyarakat kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan
kemandirian masyarakat dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis
yang pada akhirnya dapat mengurangi stigma di masyarakat dan
meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai besarnya masalah
tuberkulosis.
3. Bagi Puskesmas Cisaat diharapkan kegiatan ini dapat membatu
program tuberkulosis di lingkungan puskesmas cisaat.

16

Anda mungkin juga menyukai