FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERTITAS TADULAKO
Disusun Oleh :
LILIS Purnamasari
N 111 17 080
PEMBIMBING:
dr. Sumarni, Sp.GK,M.Kes
dr. Nurul Eksan
PENDAHULUAN
NAMA PENYAKIT
NO JUMLAH
Tahun 2017
Infeksi Saluran Pernapasan Akut
1 1796
(ISPA)
2 Gastritis 578
Penyakit dan Kelainan Saraf
3 489
lainnya
Penyakit Pulpa dan Jaringan
4 436
Periapikal
4 Penyakit kulit-Alergi 376
5 Hipertensi 364
6 Karies Gigi 347
Gangguan Gigi dan Jaringan
7 293
Penyangga lainnya
8 Artritis Reumatoid 293
9 Kecelakaan Roda Paksa 264
Penyakit lain pada saluran
10 240
Pernapasan bagian Atas
NAMA PENYAKIT
NO JUMLAH
Tahun 2018 (november)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut
1 440
(ISPA)
2 HT 202
3 Diare 156
4 Dermatitis 147
5 Dyspepsia 105
6 Mialgia 86
7 DBD 56
8 DM 45
9 TFA 16
10 Faringitis 11
Total 1264
Pada laporan manajemen tentang program penanggulangan TB Paru
di Puskesmas Bulili, akan membahas permasalahan diantaranya sebagai
berikut :
4. Pencapaian target pelaksanaan dan penyelenggaran program
penanggulangan TB Paru di Puskesmas Bulili yang ditentukan.
5. Bagaimana pelaksanaan dan penyelenggaraan program
penanggulangan TB Paru di Puskesmas Bulili.
6. Bagaimana prosedur program penanggulangan TB Paru di Puskesmas
Bulili.
7. Bagaimana kendala-kendala yang dihadapi selama pelaksanaan
program penanggulangan TB Paru di Puskesmas Bulili.
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH
c. Penanganan Logistik
1) Menjamin ketersediaan OAT di puskesmas.
2) Jaga mutu pelaksanaan semua kegiatan a s/d c.
7.1 Input
Man
Dalam hal ini Man merupakan SDM yang bertanggung jawab
terlaksananya program P2M khususnya dalam hal penanggulangan TB.
Saat ini, SDM yang bertanggung jawab atas program dan penyelanggaraan
program di Puskesmas Bulili yaitu 1 orang dan menjadi kendala dalam
menyelenggarakan program.
Money : Sumber pendanaan program ini berasal dari Dinas Kesehatan
Method
Program Penanggulangan (P2) TB Paru di Puskesmas Bulili dikelola
oleh seorang perawat. Kegiatan awalnya berupa penemuan kasus yang
bersifat pasif yaitu penemuan kasus berdasarkan pasien yang datang
berobat ke puskesmas yang memiliki gejala utama seperti batuk lebih dari
2 minggu. Pasien yang memiliki gejala tersebut akan berstatus suspek
yang selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan sputum dan dilakukan
secara aktif yaitu petugas yang mendatangi masyarakat untuk melakukan
penjaringan pada pasien yang di suspek menderita TB. pasien yang datang
dengan keluhan batuk lebih dari 2 minggu dan memiliki tanda dan gejala
penyakit TB paru, maka akan segera di rujuk ke Rumah sakit untuk
pemeriksaan sputum, dan jika hasil BTA positif dilakukan penangganan
dan juga monitoring serta evaluasi dari hasi pengobatan.
Material
Tidak ada kendala dalam pengadaan stok obat pada program P2M
khususnya TB.
Machine
Adanya kendala pada pasien sendiri dikarenakan pasien tidak
mengantarkan sputum ke puskesmas
7.2 Proses
1. Planning
Perencanaan program telah diatur dalam Rencana Usulan Kegiatan dan
Rencana Pelaksanaan Kegiatan berupa (1) Penemuan suspek baik secara
aktif maupun pasif (2) Pemeriksaan fisik dan BTA suspek (3) Pengobatan
pada pasien suspek dengan BTA positif (4) Pengawasan Minum Obat, (5)
Edukasi dan Konseling (6) Melakukan penjaringan suspek.
2. Organizing
Pengorganisasian program Penanggulangan TB diinstruksikan langsung
dari kepala Puskesmas sebagai pemegang otoritas tertinggi dan
Pelaksanaan program dipimpin langsung oleh penanggung jawab program
dan dilaksanakan bersama pelaksana program serta berkoordinasi dengan
dinas kesehatan kota dan masyarakat terkait.
3. Actuating
Dalam pelaksanaannya, strategi program penanggulangan TB harus
diperkuat dengan metode dan media yang tepat, serta tersedianya sumber
daya yang memadai.
Penanggulangan TB diselenggarakan melalui kegiatan:
a. promosi kesehatan;
Promosi Kesehatan dalam Penanggulangan TB ditujukan untuk:
1) meningkatkan komitmen para pengambil kebijakan;
2) meningkatkan keterpaduan pelaksanaan program; dan
3) memberdayakan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat
sebagaimana dimaksud dilakukan melalui kegiatan
menginformasikan, mempengaruhi, dan membantu masyarakat
agar berperan aktif dalam rangka mencegah penularan TB,
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta
menghilangkan diskriminasi terhadap pasien TB.
4. Controlling
Pengaturan kegiatan upaya penanggulangan TB dilakukan bersama
oleh pemegang program dalam kegiatan evaluasi keberhasilan program
yang di lakukan evaluasi program setiap 1 tahun untuk melihat kendala
dalam pelaksanaan program ini.
Prosedur penanggulangan tuberkulosis paru di Puskesmas Bulili
dimulai dengan penemuan kasus tuberkulosis paru dilakukan secara aktif
maupun pasif. Penemuan pasien biasanya datang sendiri kepuskesmas
dengan keluhan batuk lebih dari 2 minggu dan pemeriksaan dahak
dipuskesmas lalu puskesmas mengirim dahak ke rumah sakit. Penemuan ini
bertujuan untuk mendapatkan kasus TB melalui serangkaian kegiatan mulai
dari penjaringan terhadap suspek TB, pemeriksaan fisik dan laboratorium
(pemeriksaan dahak dan/atau foto thoraks), menentukan diagnosis dan
menentukan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB, sehingga dapat
dilakukan pengobatan agar sembuh dan tidak menularkan penyakitnya
kepada orang lain.
Pengobatan TB Paru dilakukan dalam dua tahap/ kriteria, yaitu tahap
awal (intensif, 2 bulan) dan tahap lanjutan. Lama pengobatan 6-8 bulan,
tergantung berat ringannya penyakit. Penderita harus minum obat secara
lengkap dan teratur sesuai jadwal berobat sampai dinyatakan sembuh.
7.3 Output
Adapun target pencapaian dari kegiatan P2M TB puskesma Bulili untuk
tahun 2018 yaitu :
1. Terlaksananya pemeriksaan dugaan TB (suspek) sebanyak 143 orang
dalam 1 tahun. Sehingga 11-12 orang perbulan. Untuk target ini sampai
bulan desember seharusnya mencapai 450 orang namun target yang dapat
dicapai hanya 143 orang.
2. Tercapainya temuan 29 orang pasien positif TB melalui pemeriksaan
standar dalam 1 tahun. 2-3 orang perbulan. Perkiraan pencapaian target
sampai bulan desember sekitar 45 orang.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Permasalahan utama dalam program P2 TB Paru Puskesmas Bulili
terdapat pada bagian proses. Beberapa masalah seperti :
1. Kurangnya SDM pada program P2 TB Paru di Puskesmas Bulili
2. pasien TB paru tidak memberikan sputum pada pihak puskesmas.
3. Penderita TB paru masih kurang patuh saat meminum obat dikarenakan
efek samping obat.
5.2 SARAN
Untuk meningkatkan program ini perlu dilakukan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Untuk kendala SDM, sebaiknya meminta bantuan dari tenaga pengabdi
dipuskesmas Biromaru yaitu honorer.
2. Penyuluhan kesehatan mengenai TB Paru harus lebih sering dilakukan
untuk meningkatkan kunjungan masyarakat ke puskesmas sehingga angka
penemuan kasus bisa dideteksi lebih cepat.
3. Memberikan Edukasi untuk efek samping dari penggunaan OAT kepada
pasien agar lebih mempersiapkan diri jika terjadi efek samping.
DAFTAR PUSTAKA