Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN

PELATIHAN SURVEILANS PD3I


DI PUSKESMAS PONTIANAK TIMUR

KELOMPOK 3
NAMA ANGGOTA
1. dr. Ega Kusuma Anindhita_Pkm Sungai Purun Kecil
2. Ade Juliantini, A.Md.Kep_Pkm Sungai Purun Kecil
3. dr. Welriant Octa Alfandro_Puskesmas Segedong
4. Wanda Supriatna, SKM_Puskesmas Segedong
5. Yustina, A,Md.Kes_Puskesmas Takong
6. Cici Oktaviana, A.Md.Kep_Puskesmas Takong
7. Dedi Zulkarnain, A.Md.Kep_Puskesmas Wajok
8. Rita Novita, SKM.MPH_RSUD Rubini
9. Floerianus Rahady, A.Md.Kep_Puskesmas Anjungan

UNIT PELATIHAN KESEHATAN PROPINSI


KALIMANTAN BARAT
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai target
global tentang eradikasi Polio, eliminasi Campak-
Rubella/CRS dan mempertahankan status eliminasi tetanus
neonatal dan maternal (ETMN). Selain itu juga kita perlu
untuk memperkuat surveilans dalam rangka pengendalian
difteri serta penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I) lainnya. Surveilans PD3I ini merupakan kunci untuk
melakukan pemantauan risiko kejadian luar biasa PD3I
melalui upaya penemuan kasus sedini agar dapat segera
menemukan kasus potensi KLB untuk dapat ditangani
segera agar tidak meluas dan menimbulkan KLB.
Indonesia masih dianggap berisiko tinggi terhadap penyakit-
penyakit tersebut dengan mempertimbangkan status
cakupan imunisasi rutin, kinerja surveilans dan akses
terhadap fasilitas kesehatan.
Berdasarkan hasil assessment yang dilaksanakan
tahun 2020, diketahui bahwa saat pandemi COVID-19
memberikan dampak negatif terhadap banyak program
esensial seperti program imunisasi rutin dan surveilans
PD3I. Dengan adanya penurunan cakupan imunisasi rutin,
maka populasi rentan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
mengalami penyakit PD3I seperti Campak-Rubella, infeksi
rubella yang berakibat CRS pada ibu hamil, difteri, polio
dan penyakit-penyakit lain yang berpotensi KLB. Selain itu
banyaknya petugas surveilans dan tenaga kesehatan yang
belum pernah mendapat pelatihan surveilans PD3I juga
menjadi tantangan dalam pelaksanan surveilans PD3I.
Untuk itu perlu dilakukan pelatihan Surveilans PD3I bagi
petugas Puskesmas l dalam rangka upaya peningkatan
kapasitas penguatan surveilans PD3I dan respon KLB bagi
petugas surveilans Puskesmas di lapangan.
Melalui kegiatan Pelatihan Surveilans PD3I bagi
Petugas Puskesmas dengan metode on dan off class saat
praktik dilapangan, diharapakan peserta mampu memahami
secara teori praktis dan mampu mengimplementasikan
fungsi – fungsi surveilans PD3I pada saat melakukan
praktik lapangan.
Praktik Lapangan (PL) ini didesain guna mencapai
tujuan pelatihan. Praktik Lapangan adalah salah satu
bentuk implementasi secara sistematis dan sinkron antara
program pelatihan di kelas dengan program penguasaan
keahlian yang diperoleh melalui kegiatan kerja secara
langsung. Melalui PL, peserta dapat melihat sejauh mana
teori yang diperoleh di kelas dapat diterapkan dalam
lingkungan pekerjaan, serta yang tak kalah penting
peserta akan memperoleh pengalaman sesuai dengan
kompetensi yang harus dikuasainya dan mampu
meningkatkan kualitas kinerja Surveilans PD3I di
puskesmas.

B. Tujuan
Praktik Lapangan (PL) dilaksanakan dengan tujuan agar
peserta mampu melakukan surveilan PD3I di Puskesmas

C. Manfaat
1. Bagi Peserta
Mendapatkan pengalaman belajar dari implementasi
teori/pembelajaran yang diperoleh di kelas, meliputi:
a. Pengalaman dalam melakukan Surveilans PD3I
sesuai dengan tujuan penyelenggaraan surveilans
PD3I
b. Pengalaman dalam pengamatan mendeteksi sinyal
potensi dan risiko KLB, serta membuat peringatan
kewaspadaan dini.
2. Bagi Puskesmas
a. Sebagai bahan dan informasi arah pengendalian
penyakit / masalah kesehatan di wilayahnya berbasis
data surveilans PD3I
b. Sebagai bahan informasi bagi pemegang kebijakan
dalam pengambilan keputusan berbasis data surveilans
PD3I.
3. Bagi Dinas Kesehatan
a. Membantu dalam menyediakan data surveilans PD3I
yang valid dan akurat untuk digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan
b. Membantu untuk secara dini dalam melakukan respon
cepat terhadap adanya sinyal potensi KLB pada tingkat
puskesmas.
4. Bagi Lembaga Pelatihan
a. Mendapatkan gambaran tentang relevansi antara
materi pembelajaran di kelas dengan implementasi di
lapangan.
b. Mendapat feedback guna perbaikan dan pengembangan
pelatihan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Profil Puskesmas Siantan Tengah


a. Gambaran Umum
Puskesmas Siantan Hilir merupakan UPT atau Unit
Pelaksanaan Teknis perpanjangan tangan dari Dinas
Kesehatan Kota di bawah UPTD (Unit Pelaksana Teknis
Daerah). UPT Puskesams Siantan Tengah merupakan unit
kesehatan yang melayani pembangunan kesehatan
masyarakat di wilayah Kelurahan Siantan Tengah. Dasar
hukum pendirian UPT yaitu:
1. SK Mendagri no. 23 tahun 1994.
2. Perda Kota Pontianak No. 4 tahun 2001 tentang struktur
organisasi dan tata laksana kerja Dinas Kesehatan Kota
Pontianak.
3. Peraturan Walikota No. 29 tahun 2005 tentang petunjuk
pelaksanaan uraian tugas jabatan pada Dinas Kesehatan
Kota Pontianak.
4. SK Walikota no. 821.2.24/84/BKD/M/2009 tanggal 11
Maret 2009 tentang pengangkatan jabatan struktural
eselon IV dilingkungan UPTD Pemerintah Kota Pontianak.
5. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak
no. 824/36/D-Kes/Per/2009 tentang uraian tugas,
rincian tugas dan prosedur kerja pada UPTD dan UPT
dilingkungan Dinas Kesehatan.
UPT Puskesmas.
b. Geografi
UPT Puskesmas Siantan Tengah memiliki wilayah kerja yaitu
kelurahan Siantan Tengah yang memiliki luas wilayah
416,56 Ha yang terdiri dari 33 RW dan 135 RT. Batas-batas
wilayah UPT Puskesmas Siantan tengah adalah:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan dengan Kecamatan
Kuala Mandor Kabupaten Kubu Raya jalan parit Jawa.
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Sungai
Landak/Sungai Kapuas
3. Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan Siantan
Hulu/Parit Pangeran
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Siantan Hilir.

Gambar 1. Denah Wilayah Kerja Puskesma Siantan Hilir

c. Demografi
Bedasarkan data monografi Kelurahan Siantan Tengah
tahun 2022 jumlah penduduk wilayah Kelurahan Siantan
Tengah: 37.993 jiwa dengan jumlah kepala keluarga yaitu
11.114 KK. Adapun persebaran penduduk berdasarkan jenis
kelamin di kelurahan Siantan Tengah pada tahun 2022 yaitu
terdiri dari laki-laki sebanyak 19.302 jiwa dan perempuan
sebanyak 18.691 jiwa. Komposisi jumlah penduduk menurut
kelompok umur dibagi menjadi kelompok umur 0 – 20 tahun,
kelompok umur 21-40 tahun, dan kelompok umur 65 tahun
keatas. Gambaran jumlah penduduk terkecil adalah pada
kelompok usia 65 tahun yaitu 11.833 jiwa dan jumlah
penduduk terbesar adalah pada kelompok usia 20-64 tahun
yaitu sebanyak 13.148 jiwa. Jumlah penduduk berdasarkan
agama kelompok penduduk dengan jumlah terbesar adalah
pada kelompok penduduk beragama islam yaitu sebanyak
21.823 jiwa, sedanghkan penduduk beragama budha yaitu
sebanyak 12,559 jiwa dan jumlah penduduk terkecil adalah
pada kelompok agama beragama Hindu yaitu sebanyak 20
jiwa.

d. Jenis – jenis Sasaran Kesehatan yang Terdapat di kelurahan


Siantan Tengah.
NO Jenis Sarana Kesehatan Jumlah
1 Rumah Bersalin 1
2 Bidan Praktek Swasta 1
3 Balai Pengobatan 0
4 Puskesmas 1
5 Praktek Dokter
a. Dokter Umum 3
b. Dokter Gigi 0
6 Perawat 4
7 Apotik 8
8 Toko Obat 4
9 Posyandu 19

e. Sepuluh penyakit terbesar


No Kode Nama penyakit Jumlah
penyakit
1 1302 Infeksi lain pada saluran 2338
pernafasan bagian atas
6801 Pemeriksaan ibu hamil dan 1558
masa nifas
1201 Penyakit tekanan darah 1463
1502 Penyakit pulpa dan jaringan 1393
periapikal
0201 TB paru 651
6812 Vaksinasi pencegahan dan 649
inokulasi
3303 Penyakit kencing manis 634
6809 Pemeriksaan kesehatan untuk 535
berbagai penyakit
0902 Peny.dan kelainan susunan 522
saraf lainnya
1303 Peny. Lain pd sal .pernafasan 474
bagian atas

f. Jumlah Penyakit Menular


Tetanus
Nama penyakit Malaria TBC Kusta Diare DBD ISPA AFP Neonatorum
Jumlah kasus 0 47 2 279 15 3437 0 0
Sembuh
Kasus Baru
Kasus Lama

g. Status Gizi
Gambaran status gizi bayi dan balita di Kelurahan Siantan
Tengah untuk tahun 2022 dilihat melalui jumlah anak 0-59
bulan yang masuk kriteria BGM , kasus balita BGM ,dan
balita gizi buruk.
Terdapat kasus baduta dan balita BGM yaitu 24 kasus,
Tidak terdapat kasus balita gizi buruk.

h. Cakupan Imunisasi
2021 2022
Jenis Imunisasi Jumlah % Jumlah %
BCG 386 68,93 % 519 85,1 %
Polio 3 283 50,54 % 415 68 %
DPT1+ HB 1 375 66,96 % 623 104, 2 %
Campak 296 52,86 % 337 55,2 %

Tabel dapat dilihat cakupan imunisasi di UPT Puskemas


Siantan Tengah Kota Pontianak dimana DPT 1+ HB 1
merupakan cakupan tertinggi yaitu sebanyak 623 orang .
UPT Puskemas Siantan Tengah akan terus berupa
meningkatkan cakupan imunisasi ini dengan upaya – upaya
promosi dengan tujuan meningkatkan pengetahuan
masyarakat sehingga tumbuh kesadaran mereka
pentingnya upaya preventif dibidang kesehatan yang salah
satunya adalah imunisasi .
B. Penemuan Kasus

NO URAIAN 2022 2023

1 Jumlah kasus Campak 13 75

2 Jumlah Kasus DIfteri 0 1

3 Jumlah Kasus Pertusis 1 0


C. Observasi Pengelolaan Spesimen
Hasil observasi pengelolaan pelaksanaan pengelolaan
spesimen dilakukan sesuai standar yang telah ditetapkan.
Observasi pengepakan spesimen Serum, Urine, dan Swab
Tenggorok hanya melihat kelengkapan alat di laboratorium
Puskesmas, dalam kondisi lengkap

D. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan kasus di form DIF 1 (pengisian masih belum


dilengkapi), Pengiriman sampel dilampiri dengan form DIF 1
namun tidak dilaporkan dengan menggunakan W1.
Pelaporan SKDR tidak dilakukan rutin mingguan karena
tidak ada , kasus PD3I yang dilaporkan hanya melalui WA ke
Dinkes Kota(data yang dilakukan pelayanan di puskesmas)
1. Terdapat lembar Form MR01 yaitu diisi secara lengkap

2. Form MR02 masih menggunakan Form C-1, sesuai pengisian


dan lengkap

3. Pencatatan kunjungan pasien melalui elektronik e-Pus

4. Pelaporan suspek Campak - Rubella di SKDR masih belum


berjalan karena belum memiliki akun, hanya menggunakan wa
untuk melapor ke dinkes.

E. Kegiatan Pengelolaan Data Surveilans PD3I


Penemuan kasus Jumlah Kasus tahun 2023
1 suspek bulan Januari 2023 hasil lab tidak keluar dengan kontak
erat 6 orang yang satu rumah negatif lab, 1 kasus meninggal
Tindak lanjut oleh tim puskesmas : dokter, surveilans,
laboratorium. Pengambilan sampel suspek dilakukan oleh Dinkes
Kota, untuk sampel kontak erat dilakukan oleh puskesmas di
rumah pasien. sampel dikemas dan dikirim ke Dinkes Kota
Tata laksana : diberikan ADS, pemberian profilaksis untuk kontak
erat Permasalahan: Tidak ada tim gerak cepat, rendahnya
cakupan DPT-HB-Hib 1 per Oktober 73,6%

F. Kegiatan Deteksi Dini


Hasil Observasi, sudah dilaksanakan sesuai dengan standar
surveilans, namun ada beberapa yang harus di lakukan penguatan
dan dukungan semua pihak

G. Kegiatan Koordinasi Surveilans


Sudah dilakukan namun beberapa rekomendasi masih menjadi
penilaian, dengan stakeholder terkait. Kegiatan koordinasi
dilakukan pada saat lokakarya mini Puskesmas, namun hal-hal
yang perlu tindak cepat segera dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Kota.

H. Penanggulangan KLB PD3I


Hasil observasi dan melihat pencatatan serta pelaporan sampai
saat ini belum ada, tidak dilaporkan dalam SKDR karena belum
memiliki akun SKDR, KLB tidak ada laporan w1 dan
penanggulangan KLB belum optimal dikarenakan terkait dengan
kebijakan yang harus diikuti, serta beberapa kondisi yang harus
di sesuaikan jika dilakukan penetapan KLB.

I. Kesimpulan dan Saran


- Kesimpulan
INPUT
Tenaga : tenaga surveilans 1 orang epidemiologi (2 tahun
terakhir)
BMHP dan alat : tersedia, dan layak digunakan
PROSES
Proses penemuan kasus : pasif
Proses tata laksana kasus : Sesuai namun belum optimal
Proses pengelolaan spesimen : Mengetahui pengelolaan
sampel campak, difteri, AFP, pertussis.
Proses analisa data : Tidak dilakukan
Proses SKD KLB : Belum ada
OUTPUT
pelaporan hanya baru pelaporan MR01, DIF 1, DIF 2
Belum ada dilakukan analisis data
Saran
1. PERLU PELATIHAN/REFRESING BAGI PETUGAS
SURVEILANS UNTUK UPDATE TERKAIT KEGIATAN
SURVEILANS
2. FORM PENCATATAN & PELAPORAN TIDAK UPDATE →
BUTUH PEMBINAAN DARI DINKES KOTA
3. KEGIATAN PENEMUAN KASUS MASIH PASIF,
KEGIATAN LUAR RUANGAN TIDAK TERGAMBARKAN
DAN PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI BELUM
MAKSIMAL
4. REFRESHING PD3I BAGI PETUGAS SURVEILANS,
DOKTER, DAN PETUGAS LABORATORIUM
5. MENINGKATKAN SURVEILANS AKTIF KE RUMAH
SAKIT
6. MONEV SURVEILANS PD3I OLEH DINKES PROVINSI
DAN DINKES KOTA
7. SKDR UPAYAKAN DAPAT BERJALAN DI PUSKESMAS
8. PELAPORAN WALAU KASUS TIDAK ADA TETAP
DILAKUKAN

Anda mungkin juga menyukai