Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KLINIK SANITASI

RANCANGAN TAHAPAN TURUN LAPANGAN KASUS DIARE

Dosen Pengampu : Dr. Nurjazuli SKM , M.Kes

Disusun Oleh :

Dhea Pramesti Regita 25010115120008


Linda Devega 25010115120068
Alifah Yumna Dearifin 25010115120070
Rosa Faradila 25010115120074
Yuni Afgrianti 25010115120091

KELOMPOK 1

KL-1

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2018

i
A. DATA KASUS DIARE
Menurut WHO diare merupakan penyakit sistem pencernaan yang
ditandai dengan buang air besar encer lebih dari tiga kali dalam sehari. Diare
merupakan penyebab nomer 1 kematian anak usia balita di dunia, UNICEF
melaporkan setiap detik satu anak meninggal karena diare. (Kemenkopmk,
2014). Di Indonesia, angka kejadian diare akut diperkirakan masih sekitar 60
juta setiap tahunnya dan angka kesakitan pada balita sekitar 200-400 kejadian
dari 1000 penduduk setiap tahunnya dan 1-5% berkembang menjadi diare
kronik (Soebagyo, 2008). Dari hasil survey morbiditas yang dilakukan oleh
subdit diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2012 – 2015 memperlihatkan
kecenderungan insiden naik. Pada tahun 2012 angka kesakitan diare pada
balita 900 per 1.000 balita, tahun 2013 insiden diare pada balita sebesar 6,7%
(kisaran provinsi 3,3%-10,2%). Tahun 2015 terjadi 18 kali KLB diare dengan
jumlah penderita 1.213 orang dan kematian 30 orang dengan Case Fatality
Rate (CFR) = 2,47% (DEPKES RI, 2015).
a. Kasus Diare di Indonesia Tahun 2017
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017, penemuan kasus
diare di fasilitas kesehatan menurut provinsi diperkirakan sekitar
7.077.299 kasus diare terjadi di Indonesia dan diare yang ditangani hanya
sekitar 60,4% dari jumlah kasus tersebut. Sedangkan untuk Jawa Tengah
penemuan kasus diare di fasilitas kesehatan yaitu 924.962 kasus dan diare
yang ditangani hanya sekitar 45,1% dari jumlah kasus.

1
Tabel 1.1 Penemuan Kasus Diare Ditangani Menurut Provinsi Tahun 2017

b. Kasus Diare di Jawa Tengah Tahun 2017


Proporsi kasus diare yang ditangani di Jawa Tengah 55,8%, menurun
bila dibandingkan proporsi tahun 2016 yaitu 68,9%. Hal ini menunjukkan
penemuan dan pelaporan masih perlu ditingkatkan. Kasus yang ditemukan

2
dan ditangani di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta
masih belum semua terlaporkan. Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah
dengan persentase kasus diare yang ditangani tertinggi adalah Kota
Magelang sebesar 175 persen, Kota Tegal 158,9 persen dan Kendal 141,5
persen. Sedangkan kabupaten dengan persentase kasus diare yang
ditangani terendah adalah Wonogiri sebesar 5,2 persen. Pada Kota
Semarang sendiri 45,6% kasus diare yang ditangani.

Gambar 1.1 Grafik Presentase Kasus Diare Ditangani Menurut


Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017

c. Kasus Diare di Kota Semarang Tahun 2017


Berikut data-data kasus diare di Kota Semarang berdasarkan Profil
Kesehatan Kota Semarang 2017 oleh Dinas Kesehatan Kota
Semarang.Jawa Tengah.

3
Gambar 1.2 Grafik Kasus Diare di Kota Semarang Tahun 2013-
2014

Tabel 1.2 Kasus Penderita Diare

Tahun 2013 2014 2015 2016 2017


<1 tahun 4.462 3.780 3.164 2.792 4.372
1-4 tahun 9.827 9.455 7.762 6.361 9.130
>5 tahun 23.712 24.899 19.796 16.823 25.578
Total Kasus 14.289 13.235 10.926 9.153 13.502
Diare Balita
Total Kasus 38.001 38.134 35.281 32.100 38.766
Diare
IR/1.000 20,74 25 20 21 26
penduduk
Penderita 47 346 - - -
ditolong kader
Penderita 30.167 37.788 25.823 26.253 26.067
berobat jalan di

4
Puskesmas
Penderita rawat 7.834 13.071 9.452 5.847 13.013
inap dan rawat
jalan di RS
Cakupan 42 34 98 105 119
Penemuan (%)
Angka 0,07 0,10 0,02 0,06 0,4
kematian/10.00
0 penduduk
Kualitas tata 100 100 100 100 100
laksana (%)
Sumber : Seksi P2ML Bidang P2P

Penderita Diare dari tahun 2013 – 2016 cenderung mengalami


penurunan namun naik di tahun 2017, tahun 2017 dengan total kasus
diare sebanyak 38.766 dengan jumlah kasus terbanyak pada kelompok
umur > 5 tahun sebanyak 25.578 kasus dan terendah pada kelompok umur
< 1 tahun sejumlah 4.372 kasus.

Gambar 1.3 Grafik Presentase Kasus Diare di Kota Semarang Tahun 2017
Menurut Jenis Kelamin

5
Menurut Jenis Kelamin kasus Diare di Kota Semarang tahun 2017
tampak bahwa kasus diare pada perempuan 53% lebih banyak
dibanding pada laki – laki 47%.

Gambar 1.4 Grafik IR Diare Per Puskesmas Tahun 2017

Dari 37 Puskesmas di Kota Semarang yang IR nya mencapai angka


20/1000 penduduk) ada 16 puskesmas dan Puskesmas yang IR nya kurang
dari 20/1000 penduduk ada 22 Puskemas ini menunjukkan bahwa
penemuan kasus diare dibeberapa puskesmas masih rendah. IR diare
pada tahun 2017 tertinggi di puskesmas Mangkang dan terendah di
puskesmas Lebdosari.

6
Angka kematian (CFR) dihitung berdasarkan jumlah penderita yang
meninggal akibat penyakit diare yang berobat di Rumah Sakit sebesar 0,4
per 1000 penduduk (0,006) dan berdasarkan data yang masuk dapat
diketahui dari tahun 2005–2017 tidak ada laporan mengenai penderita
diare yang meninggal di Puskesmas, ini menunjukkan bahwa sistim
rujukan penderita diare ke Rumah sakit sudah berjalan dengan baik.

Gambar 1.5 Grafik Cakupan Pelayanan, Kualitas Tata Laksana

Cakupan pelayanan penderita diare diketahui dengan menghitung


jumlah penderita baru dibagi jumlah penduduk dikalikan 1.000. Cakupan
pelayanan penderita diare tahun 2017 sebesar 119%, menurun
dibandingkan dengan tahun 2016. Hal ini kemungkinan hasil dari
program cuci tangan pakai sabun (CTPS) yang sudah diterapkan dalam
kegiatan sehari-hari dan peyuluhan yang diberikan bisa meningkatkan
pengetahuan masyarakat. Kualitas tata laksana penderita diare adalah
jumlah penderita yang diberi oralit dibagi dengan jumlah penderita.
Kualitas tata laksana penderita diare pada tahun 2017 sudah 100%, berarti

7
kinerja petugas diare Puskesmas bisa dikatakan baik karena kualitas tata
laksana dalam hal ini adalah pelayanan pengobatan terhadap penderita
diare ke Puskesmas terlayani dengan baik dan mendapatkan pengobatan
yang sesuai.

d. Tren Penyakit Diare Di Kelurahan Sambiroto Tahun 2017

Gambar 1.6 Grafik Tren Penyakit Diare di Kelurahan Sambiroto Tahun


2017

Tren penyakit diare di Kelurahan Sambiroto Kota Semarang pada


tahun 2017 mengalami fluktuasi. Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat
tren penyakit diare tertinggi terjadi pada bulan Juli.

8
e. Kasus Diare Di Puskesmas Kedungmundu Tahun 2017

Gambar 1.7 Persebaran Kasus Diare di Puskesmas Kedungmundu

Berdasarkan data Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu tahun


2017, penyebaran kasus diare tertinggi terdapat di Keluarahan
Sendangmulyo yaitu sebanyak 386 kasus dari 1105 kasus yang dilaporkan.

B. MEKANISME RANCANGAN KLINIK SANITASI


a. Berdasarkan data kasus diare tahun 2017, penyebaran kasus diare
tertinggi terdapat di kelurahan Sendangmulyo yaitu sebanyak 386
kasus dari 1105 kasus yang dilaporkan.
b. Setelah ditentukan daerah cakupan puskesmas tinggi kasus diare,
selanjutnya menyiapkan instrument untuk turun ke rumah / daerah
dengan suspect penderita diare.
c. Beberapa hal yang dapat di tanyakan dalam kuesioner adalah :
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Waktu kejadian
4. Gejala yang dialami

9
5. Riwayat makan dan minum sebelum terkena diare
6. Jarak tempat pembuangan sampah dengan rumah
7. Jarak septiktank dengan sumber air pada rumah, dll
d. Melakukan survey lapangan untuk wawancara dan observasi dirumah
penderita diare
e. Menggali informasi diagnosis dengan anamnesis, meliputi: lama diare,
frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak adanya
lendir dan darah
f. Mengambil sampel air dan juga sampel makanan untuk diuji kualitas
mikrobiologis dan fisik nya.(uji coliform dan colitinja)
g. Melakukan pengujian spesimen dengan mengambil sampel sebagai
berikut :
1. Darah: darah lengkap
2. Urine: Urine lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
3. Tinja: Pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik
h. Menguji sampel pada laboratorium dan memperoleh hasil uji
i. Melakukan pengecekan terhadap kepadatan lalat dan kecoa
1. Kepadatan lalat
- Alat dan bahan : flygrill, counter, timer, hygrothermometer,
alat tulis, blanko pengukuran, lalat liar.
- Cara kerja :
1. Diletakan flygril secara datar pada tempat dan jarak
yang telah ditentukan, biarkan beberapa saat
2. Diletakan juga hygrothermometer berdekatan dengan
flygrill
3. Hitung jumlah lalat yg hinggap selama 30 detik
sebanyak 10 kali pengukuran, kemudian hitung jumlah
lalat dengan menggunakan counter
4. Ambil sebanyak 5 hasil perhitungan kepadatan lalat
yang tertinggi, kemudian dirata-rata.

10
5. Hasil rata-rata tersebut adalah angka kepadatan lalat
dengan satuan ekor per block grill
j. Setelah itu mengolah hasil kuesioner , observasi, dan hasil uji
laboratorium
k. Mengidentifikasi factor resiko kejadian diare
l. Membuat laporan sementara
m. Menyampaikan hasil laporan kepada penderita serta menyampaikan
rencana penccegahan dan pengendalian diare
n. Advokasi terhadap dinas kesehatan terkait agar puskesmas
kedungmundu dapat melakukan kegiatan promosi kesehatan terkait
hygiene, sanitasi makanan dan minuman serta mengoptimalkan peran
klinik sanitasi puskesmas.

C. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


a. Digunakan dalam pemeriksaan anamnesis dan pemeriksaan fisik
1. Buku catatan dan bolpoin
2. Microtoise
3. Timbangan
4. Meteran
5. Senter
6. Feses penderita
7. Pot tinja
8. Lidi kapas steril
b. Digunakan dalam pemeriksaan coliform dan colitinja
1. Tabung reaksi 8. Bunsen
2. Larutan LB single 9. Tabung durham
3. Larutan LB double 10. Inkubaktor
4. Larutan BGLBB 11. Sampel Air
5. Pipet ukur 12. Alkohol
6. Botol kaca steril 13. Label

11
7. Jarum ose 14. Waterbath

D. PERENCANAAN INTERVENSI PENANGANAN/PENGENDALIAN


PENYAKIT DIARE
Rencana kegiatan yang dianggap paling efektif untuk mengurangi
kasus diare pada anak yaitu melalui kegiatan KIE (Komunikasi, Informasi,
dan Edukasi) terkait dengan peningkatan derajat kesehatan penduduk yaitu
program program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, program
perbaikan gizi masyarakat, program pencegahan dan penanggulangan
penyakit menular, dan pengembangan lingkungan sehat.
a. Tujuan pembuatan program:
Tujuan umum :
- Mengurangi angka kematian pada bayi dan anak akibat
penyakit diare yang ditimbulkan oleh PHBS dan sanitasi
lingkungan yang kurang baik
Tujuan khusus :
- Terbentuknya Balai Pelatihan Penanggulangan Penyakit
Diare (BP3D) di desa tersebut.
- Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran warga setempat
terutama ibu-ibu yang memiliki bayi mengenai pentingnya
hidup bersih dan sehat.
- Meningkatkan kesadaran warga setempat untuk
menggunakan pelayanan kesehatan yang tersedia.
b. Khalayak sasaran
- Pendidikan : terdiri dari masyarakat lebih kususnya lagi
ibu-ibu yang memiliki pendidikan menengah kebawah
- Ekonomi : terdiri dari masyarakat dengan ekonomi
yang kurang mampu sampai ekonomi menengah
- Sosial-budaya : kebiasaan ibu-ibu yang tidak
memperhatikan kebersihan dan kesehatan dalam mengurus

12
bayi dan anak serta warga desa yang suka membuang kotoran
ke sungai atau kolam serta hampir sebagian besar rumah di
desa tersebut tidak mempunyai kamar mandi sendiri.
c. Pemilihan media promosi
1. Poster
Poster berisikan mengenai gambar dan tulisan yang bersifat
persuasif untuk mengajak warga membiasakan hidup bersih dan
sehat. Sasaran poster ini adalah seluruh warga desa Tajursindang.
Poster ini ditempel di tempat-tempat umum yang memungkinkan
dilihat oleh seluruh warga serta menyebar.
2. Leaflet
Materi leaflet disesuaikan dengan sasaran. Sasaran utamanya
adalah ibu-ibu yang memiliki balita. Materi yang disajikan adalah
pengenalan penyakit diare pada balita, dampak, pencegahan serta
pengobatan penyakit diare.

3. Slide
Slide adalah media pendidikan kesehatan yang paling banyak
digunakan. Materinya disesuaikan dengan penyuluh yang akan
memberikan informasi mengenai PHBS serta hubungannya dengan
AKB yang disebabkan oleh diare. Media slide biasanya
disampaikan oleh orang seorang penyuluh yang berkompeten.

13
d. Rencana Kegiatan (TOR)
Pertemuan Kegiatan Waktu Alat/Bahan/Sumber Penilaian
  1. Melakukan     Mendapatkan izin
kerjasama dengan dari pihak terkait
berbagai organisasi,
dan pelayanan
kesehatan.
2. Mencari tempat
untuk pelaksanaan
program.
Ke-1 Penyebaran poster Poster, leaflet Banyaknya warga
dan leaflet di tempat- yang melihat
tempat umum poster dan
membaca leaflet
Ke-2 a. Pengenalan dasar 150 LCD, Proyektor, Partisipasi peserta,
mengenai penyakit Menit Laptop, alat tulis, pemahaman
diare dan hubunganya lembar soal peserta, motivasi
dengan AKB. belajar peserta.
b. FGD
Ke-3 a.  Pengenalan cara 180 LCD, Proyektor, Keaktifan peserta,
hidup bersih dan Menit Laptop, alat tulis, partisipasi dan
sehat dan sanitasi kertas soal pemahaman
lingkungan yang peserta
baik.
b.      FGD

e. Metode KIE

14
1. Sosialisasi penyakit diare dengan cara menyebarkan poster dan
leaflet mengenai hidup bersih dan sehat di tempat-tempat umum
2. Mengadakan penyuluhan dengan metode ceramah yang
menyampaikan pengertian, pencegahan pengobatan, gejala, PHBS
dan menjelaskan hubungan penyakit diare dengan kematian
anak/bayi serta sanitasi makanan dan lingkungan.
3. Diskusi berupa tanya jawab yang dilakukan saat akhir kegiatan
penyuluhan, sehingga para ibu-ibu balita bisa lebih paham dan
meyakinkan.
4. Demonstasi perilaku hidup bersih dan sehat seperti bagaimana cara
mencuci tangan yang baik, cara mencuci anus bayi/anak-anak
dengan baik dan benar, cara membuang kotoran bayi yang benar
dan lain-lain.
5. Forum group disscution dengan melakukan pembagian kelompok
untuk mendiskusikan suatu kasus, dalam hal ini kasus penyakit
diare yang berhubungan dengan PHBS.
f. Rencana penilaian
1. Evaluasi jangka pendek
Meningkatnya pengetahuan dan kesadaraan warga khususnya ibu-
ibu yang memiliki balita mengenai dampak buruk penyakit diare
bagi para balita
2. Evaluasi jangka menengah
Ibu-ibu yang memiliki bayi telah terbiasa untuk melakukan dan
memperhatikan sanitasi lingkungan serta prilaku bersih dan sehat
dalam mengasuh bayi.
3. Evaluasi jangka panjang
Menurunnya kasus diare pada anak dan bayi

g. Program KIE Melibatkan Berbagai Pihak (nakes, bidan, toma, toga,


kades)

15
Program KIE dalam upaya penanggulangan diare pada balita
melibatkan berbagai pihak seperti tenaga kesehatan dari puskesmas,
tokoh masyarakat, tokoh agama, kader, serta ibu dari balita itu sendiri.
Pihak-pihak yang terlibat dalam penanggulangan diare memberikan
konseling kepada masyarakat untuk dapat merubah perilaku hidup
sehat masyarakat dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat akan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
1. Tenaga kesehatan dari puskesmas memberikan penyuluhan tentang
diare, bagaimana cara mencegah diare, tindakan yang tepat untuk
menangani diare, serta memberikan pengobatan kepada para
penderita diare.
2. Tokoh masyarakat mendukung adanya program-program untuk
menanggulangi kasus diare atau mencegah terjadinya penyakit
diare pada balita. Selain itu tokoh masyarakat juga memberikan
bantuan berupa dana maupun jasa untuk dapat mewujudkan
program tersebut.
3. Kader kesehatan adalah anggota masyarakat yang bekerja secara
sukarela dalam membantu program penanggulangan suatu
penyakit yang sudah dilatih. Peran kader dalam penanggulangan
diare di wilayahnya dengan cara memberikan penyuluhan tentang
diare dan penanggulnganya kepada masyarakat, terutama kepada
ibu-ibu yang mempunyai anak balita. Selain itu, kader juga
memberikan pendidikan kepada ibu balita.
h. Teknik Presentasi
Teknik presentasi menggunakan slide dan metode ceramah,
penjelasan tentang materi disampaikan oleh kader dan tenaga
kesehatan untuk menjelaskan materi tentang diare, menjaga
lingkungan dari sumber kontaminasi serta ajakan untuk melaksanakan
PHBS. Sebelum demonstrasi dimulai, peserta diberikan fotocopy
handout ppt agar dapat menyimak secara maksimal.

16
i. Demonstrasi
Memperagakan cara penanggulangan diare, seperti pembuatan
larutan oralit, pembuatan larutan gula garam, dan membersihkan
daerah anus bayi dengan baik dan benar.
j. Setelah program klinik sanitasi selesai dilakukan maka dibuat laporan
akhir untuk melaporkan hasil dari program klinik sanitasi yang telah
dilaksanakan pada penyakit diare.

17
i
i

Anda mungkin juga menyukai